1. Jelaskan bagaimana tahapan penerimaan laporan dalam unit SPKT?
2. Jelaskan bagaimana tahapan penanganan tempat kejadian perkara? 3. Jelaskan apa yg dimaksud proses penyelidikan dan apa fungsi proses penyelidikan? 4. Apa perbedaan proses penyelidikan dan proses penyidikan dalam dalam peradilan kepolisian? 5 syarat formil apa sajakah yg perlu dipenuhi dalam proses penyelidikan? 6 syarat formil apa sajakah yg perlu dipenuhi dalam proses penyidikan?
JAWABAN
1. Tahapan penerimaan laporan dalam unit SPKT
A. Tahap Pra Pelayanan Menerima warga yang melaporkan perkara dengan mengedepankan keramah- tamahan, kesopanan dan kesantunan. Mempersilahkan pelapor untuk dudu dan siapkan minum untuk pelapor. Petugas memperkenalkan terlebih dahulu identitasnya kepada pelapor. Petugas bertanya dengan sopan kepada pelapor dengan tidak langsung kepada materi laporan tetapi dengan pertanyaan pembuka baik identitas pelapor, asalkan bantuan apa yang dapat kami berikan dan sebagainya. Jika menyangkut pidana, Petugas menanyakan apakah laporan yang akan dilaporkan tersebut pernah dilaporkan ke kesatuan lain. Menghubungi dan melakukan koordinasi dengan fungsi terkait yaitu siaga Fungsi Reskrim, Narkoba, Intel, Binamitra, Sabhara, Lantas serta Identifikasi. Segera dilakukan pemeriksaan terhadap pelapor dengan baik. Tidak diskriminasi terhadap pelapor. Tidak ada pungli dalam penerimaan laporan oleh Petugas, dan apabila laporan tersebut dinilai layak untuk diterima segera dibuatkan Laporan Polisi dan Surat Tanda Penerimaan Laporannya. B. Tahap pelayanan Laporan diterima. Laporan dituangkan dalam bentuk Laporan Polisi (Pembuatan laporan Polisi) Dibuatkan Surat Tanda Bukti Penerimaan Laporan (Model B-1)dan laporan yang menyangkut Bantuan Kepolisian dibuatkan Surat Tanda Laporan Kehilangan Barang/Surat-Surat (Model C-1) atau Surat lain sesuai dengan kebutuhan masyarakat. C. Tahap pasca pelayanan Setelah Laporan Polisi selesai dibuat kemudian ditanda tangani oleh Pelapor. Laporan yang menyangkut Perkara Tindak Pidana diserahkan ke Siaga Unit Reskrim. Laporan yang menyangkut Perkara Narkotika diserahkan ke Siaga Unit Narkoba. i. Laporan yang menyangkut Perkara Lalu Lintas diserahkan ke Siaga Unit Lalu Lintas. ii. Surat Tanda Bukti Penerimaan Laporan (Model B-1 atau Model C-1 atau surat lain) diberikan kepada Pelapor/Masyarakat. iii. Pelayanan Kepolisian telah selesai dilaksanakan dan Pengadministrasian (Laporan ditulis dalam buku Register) berdasarkan ada petunjuk teknis Kepolisian Republik Indonesia dengan nomor polisi JUKNIS 01/II/1982 tentang penanganan tempat kejadian perkara (TKP) menyebutkan sebagai berikut : 2. Tahapan penanganan tempat kejadian perkara a. Pengamatan umum (general observation) Polisi melakukan pengamatan umum dengan mengarah kepada hal-hal atau obyek- obyek seperti, jalan masuk/keluarnya pelaku, alat yang digunakan atau ditinggalkan oleh pelaku, memperhatikan tanda-tanda perlawanan atau kekerasan, memperhatikan kejanggalan-kejanggalan yang ditemukan di Tempat Kejadian Perkara dan sekitarnya. b. Pemotretan dilakukan dengan maksud untuk mengabadikan Situasi atau keadaan Tempat Kejadian Perkara termasuk korban dan barang bukti lain pada saat diketemukan dan memberikan gambaran nyata tentang situasi dan kondisi tempat kejadian perkara. c. Pembuatan sketsa Pembuatan sketsa digunakan untuk menggambarkan situasi atau Keadaan Tempat Kejadian Perkara seteliti mungkin dan untuk rekonstruksi Tempat Kejadian Perkara dikemudian hari jika diperlukan pengumpulan Barang Bukti. Pencarian Barang Bukti Salah satu tindakan yang dilakukan petugas di Tempat Kejadian Perkara adalah mencari barang bukti. Terdapat beberapa metode didalam melakukan pencarian barang bukti. Metode Pertama, menggunakan metode spiral yaitu, beberapa orang petugas Kepolisian Resor Malang bergerak beriringan dengan jarak tertentu, mengikuti bentuk spiral berputar kearah dalam. Metode kedua yang digunakan adalah metode strip ganda (strip and double method), yaitu 3 petugas berdampingan dengan jarak tertentu, bergerak bersama-sama secara serentak dari sisi lebar ke sisi lain TKP, dan bisa berputar kearah semula. Metode ketiga, menggunakan Metode Zone (Zone Method) yaitu dengan cara daerah dibagi menjadi beberapa bagian untuk menggeledahnya. Metode keempat, menggunakan metode Roda dalam hal ini, tempat atau ruangan dianggap sebagai suatu lingkaran, caranya adalah beberapa petugas bergerak bersama-sama kearah luar dimulai dari titik tengah tempat kejadian. Penanganan Bukti Bukti-Bukti Objektif Bukti Obyektif adalah bukti-bukti mati atau bukti-bukti fisik yang ditemukan di TKP. Penanganan Bukti-Bukti subjektif Penanganan bukti subjektif merupakan keterangan dari saksi dan tersangka, cara penanganan yang dilakukan polisi yaitu Pertama, bertanya langsung atau wawancara (interview) terhadap orang- orang yang diduga melihat, mendengar, mengetahui tindak pidana, maka dapat diperoleh dari masyarakat yang berada di sekitar TKP guna membantu memberikan keterangan d. Korban, Saksi, dan Pelaku Penanganan Korban Penanganan korban pada kasus tindak pidana pembunuhan berencana, penyidik melakukan dengan beberapa tahapan sebagai berikut : Pemotretan mayat menurut letak dan posisinya dilakukan secara umum ataupun close-up yang dilakukan dari berbagai arah dengan ditujukan pada bagian badan yang mencurigakan. Meneliti dan mengamankan bukti-bukti yang berhubungan dengan mayat. Memanfaatkan bantuan teknis dokter yang didatangkan dengan menanyakan beberapa hal yaitu, Pertama Jangka waktu/lama kematian berdasarkan pengamatan tanda- tanda kematian antara lain kaku mayat. Memberikan tanda garis pada letak posisi mayat. Setelah diambil sidik jarinya segera di kirim ke rumah sakit untuk dimintakan Visum Et Repertum. Penanganan Saksi Dalam hal ini penyidik melakukannya dengan 4 (empat) cara, yaitu Pertama, melakukan interview/wawancara. Kedua, menggolongkan sebagai saksi dan atau orang-orang yang diduga sebagai tersangka. Ketiga, melakukan pemeriksaan singkat terhadap saksi dan orang- orang yang diduga sebagai tersangka. Keempat, melakukan pemeriksaan terhadap korban, keadaan korban, sikap korban atau dibawa ke rumah sakit/dokter ahli untuk dimintakan VER (visum et repertum). Penanganan Pelaku Tindakan yang dilakukan penyidik terhadap pelaku dilakukan Dengan 3 (tiga) cara, yaitu Pertama, penyidik melakukan penangkapan, penggeledahan badan, dan pengamanannya. Kedua, penyidik meneliti dan mengamankan bukti-bukti yang terdapat pada pelaku. Ketiga, penyidik melakukan pemeriksaan singkat untuk memperoleh keterangan. e. Olah Tempat Kejadian Perkara Pada pengorganisasian Olah TKP, untuk pengolahan TKP sederhana cukup dilakukan oleh satu atau dua orang petugas polisi saja, sedangkan TKP besar diperlukan suatu khusus. f. Penanganan Tempat Kejadian Perkara Konsolidasi Konsolidasi merupakan kegiatan pengecekan terhadap personel, perlengkapan dan segala hal yang diketahui/ditemukan di TKP. Pembukaan/ pembebasan tempat kejadian perkara Pembukaan/pembebasan TKP dilakukan oleh Pampat setelah mendapat pemberitahuan dari penyidik bahwa pengolahan TKP telah selesai. Dalam hal petugas pengolahan TKP baik dari reserse maupun dari bantuan teknis (identifikasi, labfor dan dokfor) masih memerlukan waktu untuk pengolahan TKP. g. Evakuasi kegiatan Pada kegiatan evakuasi penyidik dapat melakukannya secara khusus terhadap tempat kejadian tertentu yang memerlukan Penanganan Tempat Kejadian Perkara lanjutan, karena sifat dan kualitas penanganan dan pengolahan TKP dinilai tinggi sehingga perlu melakukan evakuasi terhadap kegiatan yang telah dilakukan. 3. Menurut pasal 1 ayat (4) Undang – Undang Hukum Acara Pidana Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam undang- undang ini. Fungsi penyelidikan yaitu bertujuan adalah untuk mendapatkan atau mengumpulkan keterangan, bukti atau data-data yang digunakan untuk menentukan apakah suatu peristiwa yang terjadi merupakan suatu tindak pidana atau bukan 4. Dalam Pasal 1 nomor 5 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), penyelidikan didefinisikan sebagai serangkaian tindakan yang dilakukan oleh penyelidik untuk mencari tahu serta menemukan peristiwa yang diduga memiliki unsur pidana, gunanya untuk menentukan apakah perlu atau tidaknya dilakukan penyidikan. Sedangkan Dalam Pasal 1 nomor 2 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), penyidikan merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan dengan mencari serta mengumpulkan bukti yang mana menunjukkan unsur tindak pidana, tujuannya untuk menemukan tersangka. Penyidikan ditekankan pada proses pencarian serta pengumpulan bukti tindakan pidananya. Sehingga bisa diketahui siapa tersangka atau pelaku tindak pidana. Dalam melakukan penyelidikan dan penyidikan, keduanya sama-sama harus dilakukan sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Apabila dilihat dari definisi di atas, penyelidikan dan penyidikan memang jelas berbeda. Penyelidikan lebih mengarah pada pencarian dan penemuan peristiwa yang diduga merupakan tindakan pidana. Sedangkan penyidikan lebih mengarah pada pencarian serta penemuan bukti, agar bisa menangkap tersangka. 5. Syarat formil yang harus dipenuhi dalam penyelidikan ialah harus dilengkapinya suatu identitas dengan rincian : nama, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, tempat tinggal, pekerjaan seseorang yang diduga menjadi tersangka, jenis kelamin, kebangsaan dan agama. 6. Syarat formil yang harus dipenuhi dalam penyidikan ialah harus dilengkapinya identitas saksi yang Statusnya sudah berubah menjadi tersangka yang telah memenuhi 2 alat bukti minimal, dengan rincian : Nama, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, tempat tinggal, pekerjaan tersangka, jenis kelamin, Kebangsaan dan agama