Anda di halaman 1dari 4

Nama : Dyah Ayu Nur Maulinda

Nim : 1910111105
Kelas : C

Praktik Peradilan Kepolisian


Lutfian Ubaidillah, S.H., M.H.

1. Jelaskan bagaimana tahapan penerimaan laporan dalam unit SPKT?


2. Jelaskan bagaimana tahapan penanganan tempat kejadian perkara?
3. Jelaskan apa yg dimaksud proses penyelidikan dan apa fungsi proses penyelidikan?
4. Apa perbedaan proses penyelidikan dan proses penyidikan dalam dalam peradilan kepolisian?
5 syarat formil apa sajakah yg perlu dipenuhi dalam proses
penyelidikan? 6 syarat formil apa sajakah yg perlu dipenuhi dalam
proses penyidikan?

JAWABAN

1. Tahapan penerimaan laporan dalam unit SPKT


A. Tahap Pra Pelayanan
 Menerima warga yang melaporkan perkara dengan mengedepankan keramah- tamahan,
kesopanan dan kesantunan.
 Mempersilahkan pelapor untuk dudu dan siapkan minum untuk pelapor.
 Petugas memperkenalkan terlebih dahulu identitasnya kepada pelapor.
 Petugas bertanya dengan sopan kepada pelapor dengan tidak langsung kepada materi
laporan tetapi dengan pertanyaan pembuka baik identitas pelapor, asalkan bantuan apa
yang dapat kami berikan dan sebagainya.
 Jika menyangkut pidana, Petugas menanyakan apakah laporan yang akan dilaporkan
tersebut pernah dilaporkan ke kesatuan lain.
 Menghubungi dan melakukan koordinasi dengan fungsi terkait yaitu siaga Fungsi
Reskrim, Narkoba, Intel, Binamitra, Sabhara, Lantas serta Identifikasi.
 Segera dilakukan pemeriksaan terhadap pelapor dengan baik.
 Tidak diskriminasi terhadap pelapor.
 Tidak ada pungli dalam penerimaan laporan oleh Petugas, dan apabila laporan tersebut
dinilai layak untuk diterima segera dibuatkan Laporan Polisi dan Surat Tanda Penerimaan
Laporannya.
B. Tahap pelayanan
 Laporan diterima.
 Laporan dituangkan dalam bentuk Laporan Polisi (Pembuatan laporan Polisi)
 Dibuatkan Surat Tanda Bukti Penerimaan Laporan (Model B-1)dan laporan yang
menyangkut Bantuan Kepolisian dibuatkan Surat Tanda Laporan Kehilangan
Barang/Surat-Surat (Model C-1) atau Surat lain sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
C. Tahap pasca pelayanan
 Setelah Laporan Polisi selesai dibuat kemudian ditanda tangani oleh Pelapor.
 Laporan yang menyangkut Perkara Tindak Pidana diserahkan ke Siaga Unit Reskrim.
 Laporan yang menyangkut Perkara Narkotika diserahkan ke Siaga Unit Narkoba.
i. Laporan yang menyangkut Perkara Lalu Lintas diserahkan ke Siaga Unit Lalu
Lintas.
ii. Surat Tanda Bukti Penerimaan Laporan (Model B-1 atau Model C-1 atau surat
lain) diberikan kepada Pelapor/Masyarakat.
iii. Pelayanan Kepolisian telah selesai dilaksanakan dan Pengadministrasian (Laporan
ditulis dalam buku Register) berdasarkan ada petunjuk teknis Kepolisian Republik
Indonesia dengan nomor polisi JUKNIS 01/II/1982 tentang penanganan tempat
kejadian perkara (TKP) menyebutkan sebagai berikut :
2. Tahapan penanganan tempat kejadian perkara
a. Pengamatan umum (general observation)
Polisi melakukan pengamatan umum dengan mengarah kepada hal-hal atau obyek-
obyek seperti, jalan masuk/keluarnya pelaku, alat yang digunakan atau ditinggalkan
oleh pelaku, memperhatikan tanda-tanda perlawanan atau kekerasan, memperhatikan
kejanggalan-kejanggalan yang ditemukan di Tempat Kejadian Perkara dan
sekitarnya.
b. Pemotretan dilakukan dengan maksud untuk mengabadikan Situasi atau keadaan
Tempat Kejadian Perkara termasuk korban dan barang bukti lain pada saat
diketemukan dan memberikan gambaran nyata tentang situasi dan kondisi tempat
kejadian perkara.
c. Pembuatan sketsa
Pembuatan sketsa digunakan untuk menggambarkan situasi atau Keadaan Tempat
Kejadian Perkara seteliti mungkin dan untuk rekonstruksi Tempat Kejadian Perkara
dikemudian hari jika diperlukan pengumpulan Barang Bukti.
 Pencarian Barang Bukti
Salah satu tindakan yang dilakukan petugas di Tempat Kejadian Perkara
adalah mencari barang bukti. Terdapat beberapa metode didalam melakukan
pencarian barang bukti. Metode Pertama, menggunakan metode spiral yaitu,
beberapa orang petugas Kepolisian Resor Malang bergerak beriringan
dengan jarak tertentu, mengikuti bentuk spiral berputar kearah dalam.
Metode kedua yang digunakan adalah metode strip ganda (strip and double
method), yaitu 3 petugas berdampingan dengan jarak tertentu, bergerak
bersama-sama secara serentak dari sisi lebar ke sisi lain TKP, dan bisa
berputar kearah semula. Metode ketiga, menggunakan Metode Zone (Zone
Method) yaitu dengan cara daerah dibagi menjadi beberapa bagian untuk
menggeledahnya.
Metode keempat, menggunakan metode Roda dalam hal ini, tempat atau
ruangan dianggap sebagai suatu lingkaran, caranya adalah beberapa petugas
bergerak bersama-sama kearah luar dimulai dari titik tengah tempat kejadian.
 Penanganan Bukti
 Bukti-Bukti Objektif
Bukti Obyektif adalah bukti-bukti mati atau bukti-bukti fisik
yang ditemukan di TKP.
 Penanganan Bukti-Bukti subjektif
Penanganan bukti subjektif merupakan keterangan dari saksi dan
tersangka, cara penanganan yang dilakukan polisi yaitu Pertama,
bertanya langsung atau wawancara (interview) terhadap orang-
orang yang diduga melihat, mendengar, mengetahui tindak
pidana, maka dapat diperoleh dari masyarakat yang berada di
sekitar TKP guna membantu memberikan keterangan
d. Korban, Saksi, dan Pelaku
 Penanganan Korban
Penanganan korban pada kasus tindak pidana pembunuhan berencana,
penyidik melakukan dengan beberapa tahapan sebagai berikut :
 Pemotretan mayat menurut letak dan posisinya dilakukan secara
umum ataupun close-up yang dilakukan dari berbagai arah dengan
ditujukan pada bagian badan yang mencurigakan.
 Meneliti dan mengamankan bukti-bukti yang berhubungan dengan
mayat.
 Memanfaatkan bantuan teknis dokter yang didatangkan dengan
menanyakan beberapa hal yaitu, Pertama Jangka waktu/lama
kematian berdasarkan pengamatan tanda- tanda kematian antara
lain kaku mayat.
 Memberikan tanda garis pada letak posisi mayat.
 Setelah diambil sidik jarinya segera di kirim ke rumah sakit
untuk dimintakan Visum Et Repertum.
 Penanganan Saksi
Dalam hal ini penyidik melakukannya dengan 4 (empat) cara, yaitu Pertama,
melakukan interview/wawancara. Kedua, menggolongkan sebagai saksi dan
atau orang-orang yang diduga sebagai tersangka. Ketiga, melakukan
pemeriksaan singkat terhadap saksi dan orang- orang yang diduga sebagai
tersangka. Keempat, melakukan pemeriksaan terhadap korban, keadaan
korban, sikap korban atau dibawa ke rumah sakit/dokter ahli untuk
dimintakan VER (visum et repertum).
 Penanganan Pelaku
Tindakan yang dilakukan penyidik terhadap pelaku dilakukan Dengan 3
(tiga) cara, yaitu Pertama, penyidik melakukan penangkapan,
penggeledahan badan, dan pengamanannya. Kedua, penyidik meneliti dan
mengamankan bukti-bukti yang terdapat pada pelaku. Ketiga, penyidik
melakukan pemeriksaan singkat untuk memperoleh keterangan.
e. Olah Tempat Kejadian Perkara
Pada pengorganisasian Olah TKP, untuk pengolahan TKP sederhana cukup
dilakukan oleh satu atau dua orang petugas polisi saja, sedangkan TKP besar
diperlukan suatu khusus.
f. Penanganan Tempat Kejadian Perkara
 Konsolidasi
Konsolidasi merupakan kegiatan pengecekan terhadap personel,
perlengkapan dan segala hal yang diketahui/ditemukan di TKP.
 Pembukaan/ pembebasan tempat kejadian perkara
Pembukaan/pembebasan TKP dilakukan oleh Pampat setelah mendapat
pemberitahuan dari penyidik bahwa pengolahan TKP telah selesai.
 Dalam hal petugas pengolahan TKP baik dari reserse maupun dari bantuan
teknis (identifikasi, labfor dan dokfor) masih memerlukan waktu untuk
pengolahan TKP.
g. Evakuasi kegiatan
Pada kegiatan evakuasi penyidik dapat melakukannya secara khusus terhadap tempat
kejadian tertentu yang memerlukan Penanganan Tempat Kejadian Perkara lanjutan,
karena sifat dan kualitas penanganan dan pengolahan TKP dinilai tinggi sehingga
perlu melakukan evakuasi terhadap kegiatan yang telah dilakukan.
3. Menurut pasal 1 ayat (4) Undang – Undang Hukum Acara Pidana Penyelidikan adalah serangkaian
tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana
guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam undang-
undang ini. Fungsi penyelidikan yaitu bertujuan adalah untuk mendapatkan atau mengumpulkan
keterangan, bukti atau data-data yang digunakan untuk menentukan apakah suatu peristiwa yang
terjadi merupakan suatu tindak pidana atau bukan
4. Dalam Pasal 1 nomor 5 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), penyelidikan
didefinisikan sebagai serangkaian tindakan yang dilakukan oleh penyelidik untuk mencari tahu serta
menemukan peristiwa yang diduga memiliki unsur pidana, gunanya untuk menentukan apakah perlu
atau tidaknya dilakukan penyidikan. Sedangkan Dalam Pasal 1 nomor 2 Kitab Undang-undang Hukum
Acara Pidana (KUHAP), penyidikan merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan dengan mencari
serta mengumpulkan bukti yang mana menunjukkan unsur tindak pidana, tujuannya untuk menemukan
tersangka. Penyidikan ditekankan pada proses pencarian serta pengumpulan bukti tindakan pidananya.
Sehingga bisa diketahui siapa tersangka atau pelaku tindak pidana. Dalam melakukan penyelidikan dan
penyidikan, keduanya sama-sama harus dilakukan sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Apabila dilihat dari definisi di atas, penyelidikan dan penyidikan memang
jelas berbeda. Penyelidikan lebih mengarah pada pencarian dan penemuan peristiwa yang diduga
merupakan tindakan pidana. Sedangkan penyidikan lebih mengarah pada pencarian serta penemuan
bukti, agar bisa menangkap tersangka.
5. Syarat formil yang harus dipenuhi dalam penyelidikan ialah harus dilengkapinya suatu identitas
dengan rincian : nama, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, tempat tinggal, pekerjaan seseorang yang
diduga menjadi tersangka, jenis kelamin, kebangsaan dan agama.
6. Syarat formil yang harus dipenuhi dalam penyidikan ialah harus dilengkapinya identitas saksi yang
Statusnya sudah berubah menjadi tersangka yang telah memenuhi 2 alat bukti minimal, dengan rincian
: Nama, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, tempat tinggal, pekerjaan tersangka, jenis kelamin,
Kebangsaan dan agama

Anda mungkin juga menyukai