Anda di halaman 1dari 10

Case Study

VIRTUAL BANKING CHANNEL IN CONSUMER


BANKING THROUGH BNI TAPLUS

Strategic Management in Business (LOB7)

Team 3

1. Irca Adelonika - 2201925090


2. Hardi Maringan Adriananda - 2201925033

3. Edward Sembiring - 2201924945


4. Rahmat Ilahi - 2201925001

Magister Management BINUS Business School 2022


1. Teori

BNI (Bank Negara Indonesia) adalah bank pertama yang menikmati dukungan dari pemerintah
Indonesia dan menggunakan kekuatan dukungan ini untuk mendominasi pasar. Setelahnya,
berbagai bank lainnya, termasuk bank pemerintah, bank lokal, bank pembangunan daerah, dan
bank asing memasuki sektor perbankan konsumer. Oleh karena itu, BNI berupaya memposisikan
diri dan menumbuhkan citra yang memiliki daya saing teknologi terkini. Dengan mengusung
porter's generic strategy, BNI melakukan strategi diferensiasi pada produk BNI Taplus, yang
dilengkapi dengan berbagai fitur teknologi, antara lain seperti penyediaan ATM (Anjungan Tunai
Mandiri) serta phone banking yang membantu pembuatan rekening tabungan bagi nasabahnya.
BNI menawarkan berbagai hadiah yang menarik kepada nasabah, serta undian yang diundi secara
berkala. Strategi difrensiasi ini cukup mampu untuk meningkatkan persaingan produk dengan
produk dari bank kompetitor serta layanan perbankan bagi nasalah. Di sisi lain, kompetitor BNI
juga banyak melakukan hal yang hampir sama untuk menarik nasabah baru. BNI melihat
persaingan ini dan membuat strategi baru bagaimana memberikan nilai yang lebih bagi nasabahnya
melalui saluran perbankan virtual terkini yang dimiliki BNI. Selanjutnya BNI membuat arah
strategis bisnis perbankan untuk memasarkan produk-produk kepada nasabah, khususnya melalui
internet banking, untuk merebut kembali pangsa pasarnya.

2. Latar Belakang

Sebagai salah satu bank BUMN terbesar dan tertua di Indonesia, melalui pembuktian yang panjang
Bank BNI dapat tetap dapat bertahan sejak tahun 1946 dalam wadah sistem perbankan di
Indonesia. Seiring dengan pertumbuhan bisnis, Bank BNI berupaya untuk mendapatkan market
share yang lebih besar dibandingkan dengan industri perbankan pada umumnya dan berbagai
produk tabungan pada khususnya dengan bersaing langsung dengan kompetitor bank lainnya
diatas BNI seperti BRI, BCA dan Bank Mandiri, serta berbagai bank menengah lainnya seperti
Bank CIMB Niaga, Panin Bank, Danamon. Dengan produk andalan Bank BNI yaitu BNI Taplus
yang memiliki dua saluran utama untuk transaksi perbankan yaitu: melalui “brick” (kantor
cabang) dan “mortar channel” (ATM), dan saluran lainnya adalah melalui saluran virtual (phone
banking, SMS banking, mobile banking dan Internet banking). Dengan meningkatkan strategi dan
penawaran menarik pada produk tabungan terutama pada produk tabungan BNI Taplus yang
potensi nasabahnya yang sangat besar terutama di dalam negeri yang memiliki perkembangan
bisnis yang bertumbuh dengan pesat. Dengan berbagai strategi ekspansi yang dilakukan pada
pertengahan tahun 2004, BNI berhasil menambah saluran “bricks and mortar” (kantor cabang dan
ATM) yang meningkat dengan pesat. Melalui saluran tersebut, BNI mampu berkompetisi dengan
baik dan memilih lebih fokus di arena tersebut untuk berkompetisi. Melalui empat jenis saluran
virtual, phone banking dan SMS banking adalah jenis saluran yang dapat diterima dengan baik oleh
nasabah BNI. Sejalan dengan tren yang lebih luas di industri perbankan, mobile banking
diluncurkan, namun ditarik kembali tidak lama setelahnya. Internet banking dianggap sebagai
prospek yang lebih layak karena mereka memiliki kesempatan untuk mengeksploitasi pasar yang
belum banyak dimanfaatkan.

Analisis yang dilakukan terhadap produk BNI Taplus adalah Analisis SWOT. Dimana dari hasil
analisis tersebut mendapatkan informasi bahwa pencurian data seperti malware dan masuknya
pendatang baru di industri perbankan yang menciptakan persaingan yang ketat berpotensi menjadi
ancaman serius bagi produk BNI Taplus.

3. Sejarah Perusahaan

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI adalah bank pertama yang dimiliki Indonesia.
Pada awalnya didirikan di Indonesia sebagai bank sentral berdasarkan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-undang (UU) Nomor 2 Tahun 1946 tanggal 5 Juli 1946. BNI berdiri pada tahun
1946, saat ini merupakan bank milik pemerintah ketiga terbesar di Indonesia yang memiliki nilai
aset sebesar 709,33 triliun rupiah dan modal inti sebesar 89,77 triliun rupiah per Desember 2017.
Saat ini, 60% saham BNI dimiliki oleh pemerintah Indonesia, sedangkan 40% sisanya dimiliki
oleh masyarakat, baik individu maupun institusi, domestik dan asing. BNI kini tercatat sebagai
bank nasional terbesar ke-4 di Indonesia, dilihat dari total aset, total kredit maupun total dana
pihak ketiga. Dalam memberikan layanan finansial secara terpadu, BNI didukung oleh sejumlah
perusahaan anak, yaitu:

a. Bank BNI Syariah,

b. BNI Multifinance,

c. BNI Sekuritas,

d. BNI Life Insurance

e. BNI Remittance

Berdasarkan UU No.17 Tahun 1968 sebagai bank umum dengan nama Bank Negara Indonesia
1946, BNI berkontribusi untuk memperbaiki ekonomi rakyat dan ikut berpartisipasi dalam
pembangunan ekonomi nasional. BNI juga membidik segmentasi nasabah khusus wanita sejak
awal dengan dirintisnya Bank Sarinah di mana seluruh petugas bank adalah wanita dan Bank
Bocah yang memberikan edukasi sedari dini bagi anak-anak agar memiliki kebiasaan menabung.
Layanan Bank Bocah dilakukan juga oleh anak-anak. Sejak tahun 1963, BNI juga merintis layanan
perbankan di perguruan tinggi dengan membuka Kantor Kas Pembantu di perguruan tinggi yang
diawali di Universitas Sumatera Utara (USU) di Medan. Saat ini BNI telah memiliki kantor
layanan hampir di seluruh perguruan tinggi. Dalam perjalanannya, BNI telah mereposisi identitas
korporasi-nya dengan menyesuaikan pasar keuangan yang dinamis. Setelah krisis keuangan
melanda Asia pada tahun 1998 yang mengguncang kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap
perbankan nasional, BNI melakukan restrukturisasi besar-besaran termasuk dengan melakukan
rebranding untuk membangun & memperkuat reputasi BNI di mata nasabah. Identitas baru ini
dengan menempatkan angka 46 di depan kata BNI yang mencerminkan kekuatan, keunikan, dan
kekokohan. Sementara angka ‘46’ dalam kotak orange diletakkan secara diagonal yang
menggambarkan BNI baru yang modern.

Adapun visi dan misi Bank BNI adalah sebagai berikut:

Visi BNI

Menjadi Lembaga Keuangan yang terunggul dalam layanan dan kinerja secara berkelanjutan.

Misi BNI

● Memberikan layanan prima dan solusi digital kepada seluruh nasabah dan mitra bisnis
● Memperkuat layanan internasional untuk mendukung kebutuhan Mitra Bisnis Global.
● Meningkatkan nilai investasi yang unggul bagi Investor.
● Menciptakan kondisi terbaik bagi karyawan sebagai tempat kebanggaan untuk berkarya dan
berprestasi.
● Meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab kepada lingkungan dan Masyarakat.
● Menjadi acuan pelaksanaan kepatuhan dan tata kelola perusahaan yang baik bagi industri.

4. Isu Utama BNI Taplus

BNI merupakan salah satu bank terbesar di Indonesia dengan 1035 cabang dan 1242 outlet yang
tersebar di seluruh Indonesia. Secara geografis, pasar BNI didukung oleh jalur distribusi di lima
provinsi utama, yang dapat dipertahankan atau bahkan ditingkatkan pangsa pasarnya di wilayah
tersebut. Melalui ekspansi pada pertengahan tahun 2004, BNI berhasil menambah saluran bricks
and mortar. Melalui delivery channel ini, BNI dapat bersaing lebih baik karena lebih fokus
memilih arena untuk bersaing. BNI terus berbenah diri, antara lain dengan memperkuat struktur
dan perkembangan tata kelola perusahaan, serta mengikuti tuntutan kebutuhan saat ini. Semua
disesuaikan dengan tuntutan perundang-undangan yang ada, seperti Basel Accord II yang
memenuhi rekomendasi Sarbanes-Oxley-Act, cetak biru Arsitektur Perbankan Indonesia dan
Standar Pelaporan Keuangan Internasional.
Dengan persaingan yang ketat di industri perbankan, masing-masing bank perlu mengadopsi
strategi tertentu untuk mengungguli pesaing. Isu utama dari BNI Taplus adalah kurangnya
kemampuan BNI untuk memilah-milah segmentasi nasabah, terkait komunitasnya di pasar
perbankan nasional, dimana BNI juga memiliki pangsa pasar yang baik di beberapa provinsi. Jika
dilihat dari sisi Porter’s Competitive Advantage Model (Porter, 2008) adalah kurangnya
penggunaan strategi diferensiasi yang tepat. Diferensiasi adalah pengembangan produk atau
layanan yang dianggap unik oleh industri secara luas. Diferensiasi berusaha untuk menyediakan
produk unik dengan fitur unik. Pelanggan menghargai atribut unik dan nilai tambah dengan
keunikan produk memungkinkan perusahaan untuk membebankan harga premium untuk itu.
Organisasi berkonsentrasi pada penciptaan lini produk dan program pemasaran yang sangat
berbeda sehingga tampil sebagai pemimpin kelas dalam industri (Kotler dan Armstrong, 2001).
Dengan melakukan “diferensiasi”, organisasi berusaha untuk memperoleh loyalitas merek oleh
pelanggan dengan sensitivitas yang lebih rendah terhadap harga. Diferensiasi tidak perlu
menghasilkan perolehan pangsa pasar yang tinggi, bahkan mungkin tidak sesuai dengan pangsa
pasar yang tinggi. Keuntungan dibuat berdasarkan margin dan bukan volume. Sebagai bank
pioneer, BNI berhasil diungguli oleh lawan-lawannya yang cukup baru seperti Bank Mandiri,
BCA, dan BRI. Meskipun BNI dan bank saingannya turut melakukan kegiatan promosi
besar-besaran, tetapi kekurangan TPF tersebut akan berujung pada ketidakmampuan BNI untuk
berhasil menyaingi lawannya yang memiliki dana merger besar-besaran secara internasional.

Beberapa symptoms atau ciri-ciri yang menuju pada permasalahan BNI Taplus diantaranya
adalah masalah dalam ekspansi brick and mortar stores BNI, seperti biaya pendirian dan
pembangunan kantor cabang yang membutuhkan biaya besar dan anggaran yang terbatas. Untuk
mendukung layanan perbankan konsumer, BNI membangun fasilitas untuk melayani transaksi
perbankan melalui jaringan elektronik, salah satunya yaitu Virtual Channel. Secara umum, virtual
banking tumbuh pesat melalui empat cara yaitu phone banking, mobile banking, SMS banking dan
Internet banking, sebagai saluran profil pengguna virtual di Indonesia. Meskipun, persentase
nasabah BNI yang menggunakan aktivasi virtual channel melalui phone banking dan SMS banking
berada di atas rata-rata penggunaan industri, ada kesenjangan ('jurang') antara pengadopsi awal
saluran virtual dan nasabah yang sudah ada. Hal ini terjadi pada sebagian masyarakat yang masih
awam tentang perkembangan teknologi informasi dan internet. Hal tersebut menjadikan
kepercayaan sebagai hal yang harus ditangani melalui seluruh basis layanan dengan media perentra
elektronik serta online.

Selain kepercayaan, risiko keamanan data nasabah juga menjadi satu dari berbagai faktor bagi
para nasabah dalam memanfaatkan layanan mobile banking. Dengan meningkatnya transaksi
menggunakan mobile banking, maka ancaman berupa pencurian data seperti malware oleh para
hacker juga semakin meningkat. Malicious software yang berarti software yang keberadaannya
tidak menjadi keinginan sistem komputer, pembuatan malware biasanya guna pencurian data
bahkan sebagai perusak sistem komputer (Kurniawan & Prayudi, 2014). Pendeteksian pada
malware cukup sulit oleh sistem komputer yang menyebabkan hal tersebut sangat mengancam
dunia maya. Setelah penggunanya dapat memahami dan memanfaatkan fasilitas untuk tujuan
bisnis mereka, mereka akan secara otomatis memberikan referensi kepada komunitas serta
pelanggan lain. Promosi melalui pengalaman nasabah lama biasanya jauh lebih efektif dalam
mendukung pertumbuhan penggunaan internet banking di BNI. Ini bisa menjadi alat untuk
mempercepat adopsi Internet banking ke semua segmen pelanggan lainnya.

Tingkat persaingan perbankan di Indonesia sangat ketat selama tiga dekade ini. Seiring waktu,
saluran distribusi bank telah meningkat secara signifikan untuk mencakup area jangkauan
perbankan untuk memasuki pasar perbankan konsumer. BNI perlu memiliki pertumbuhan koleksi
Third Party Fund (TPF) yang stabil agar dapat meningkatkan pertumbuhan perbankannya
dibandingkan dengan pesaing utama lainnya. BNI tentu perlu meningkatkan upayanya dalam
meningkatkan peran produk tabungan menjadi produk inti dalam usahanya untuk mendapatkan
lebih banyak TPF. Jika BNI berencana bersaing dengan tiga bank terbesar di Indonesia, BNI harus
mewaspadai bahwa anggaran kampanye mereka lebih kecil dibandingkan kompetitornya. Divisi
pendanaan dan layanan BNI harus memilih strategi khusus untuk bersaing dengan tiga bank
terbesar ini yang pada akhirnya akan membuka peluang untuk segera menaikkan peringkatnya dan
memperoleh pangsa pasar yang lebih besar.

4. Tools and Analysis

Untuk dapat membuat sebuah strategi dalam manajemen perusahaan, BNI perlu menentukan
tool atau alat untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dapat dikembangkan dan diantisipasi
dalam mengembangkan virtual banking channel melalui “BNI Taplus”. Alat yang digunakan
berfungsi untuk menganalisis strategi apa yang sebaiknya digunakan BNI untuk dapat
memposisikan BNI dalam persaingan dunia perbankan. Porter (1993) menyebutkan strategi adalah
alat yang sangat penting untuk mencapai keunggulan bersaing. Hunger dan Wheelen (2003)
menjelaskan bahwa sebelum perusahaan dapat memulai perumusan strategi, manajemen harus
mengamati lingkungan eksternal untuk mengidentifikasi kesempatan dan ancaman yang mungkin
terjadi. Pengamatan lingkungan adalah pemantauan, pengevaluasian dan penyebaran informasi dari
lingkungan eksternal kepada orang-orang kunci dalam perusahaan. Pengamatan lingkungan adalah
alat manajemen untuk menghindari kejutan strategis dan 19 memastikan kesehatan manajemen
dalam jangka panjang. Dengan demikian, BNI perlu melakukan identifikasi mendalam terhadap
kekuatan dan kelemahan yang dipengaruhi faktor eksternal maupun internal BNI. Salah satu alat
yang dapat digunakan untuk menentukan strategi manajemen perusahaan adalah teknik analisis
SWOT.

Analisis SWOT adalah sebuah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk
mengevaluasi kekuatan (Strength), kelemahan (Weakness), peluang (Opportunity) dan ancaman
(Threat) yang terjadi dalam proyek atau di sebuah usaha bisnis, atau mengevaluasi lini-lini produk
sendiri maupun pesaing. Untuk melakukan analisis, ditentukan tujuan usaha atau mengidentifikasi
objek yang akan dianalisis. Kekuatan dan kelemahan dikelompokkan ke dalam faktor internal,
sedangkan peluang dan ancaman diidentifikasi sebagai faktor eksternal.

1. Analisis faktor internal


a. Kekuatan
- BNI merupakan salah satu bank terbesar di Indonesia dengan 1035
cabang dan 1242 outlet yang tersebar di seluruh Indonesia. Melalui
ekspansi pada pertengahan tahun 2004.
- BNI berhasil menambah saluran bricks and mortar.
- BNI memiliki virtual channel melalui empat cara yaitu phone banking,
mobile banking, SMS banking dan Internet banking, sebagai saluran
profil pengguna virtual di Indonesia.
- BNI memenuhi standar perundang-undangan seperti Basel Accord II
yang memenuhi rekomendasi Sarbanes-Oxley-Act, cetak biru Arsitektur
Perbankan Indonesia dan Standar Pelaporan Keuangan Internasional.

b. Kelemahan
- Biaya pendirian dan pembangunan kantor cabang yang membutuhkan
biaya besar dan anggaran yang terbatas.
- Masih terdapat nasabah yang masih awam tentang penggunaan virtual
channel BNI
2. Analisis faktor eksternal
a. Peluang
- Letak geografis Indonesia yang membuka peluang banyaknya pangsa
pasar yang dapat dijadikan target dan adanya dukungan jalur distribusi
untuk pangsa pasar BNI di 5 pulau besar Indonesia.
- Perkembangan teknologi di dunia perbankan semakin pesat dan
memberikan kemudahan bagi setiap bank untuk berinovasi.
b. Ancaman
- Kemungkinan terjadinya pencurian data seperti malware yang dilakukan
hacker.
- Tingginya tingkat persaingan dunia perbankan.
Berdasarkan analisis diatas, diharapkan BNI dapat mengimplementasikan strategi
kompetitif generik berdasarkan faktor internal dan eksternal sehingga dapat meningkatkan
kemampuan daya saing BNI sebagai perusahaan perbankan di Indonesia melalui virtual channel
BNI Taplus.

5. Recommendation & Action Plan

BNI sebagai market challenger bertindak lebih hati-hati dan peka terhadap kesenjangan pasar
yang ada. BNI memiliki cabang di seluruh Indonesia, tetapi pangsa pasar di setiap provinsi
berbeda-beda. Beberapa provinsi memiliki pangsa pasar yang besar dan yang lainnya memiliki
pangsa pasar yang kecil. Sebagai market follower, BNI perlu melakukan beberapa hal terkait
pemasarannya implementasi agar berhasil, dengan menggunakan Segmentasi, Targeting dan
Positioning, BNI akan cocok dipadukan dengan bauran pemasaran Produk, Harga, Tempat dan
Promosi, terutama jika segmen yang dipilih belum diprioritaskan oleh pesaing. Untuk
meningkatkan daya saingnya, BNI dapat melakukan beberapa hal sebagai berikut:

Akan sulit untuk bersaing dengan ratusan bank kecil yang telah memperoleh ceruk pasar dengan
baik. Lebih baik bagi BNI untuk mendapatkan lebih banyak percepat pertumbuhan perbankan agar
BNI dapat menantang tiga besar bank. Namun, karena sumber daya yang terbatas, itu tidak dapat
dilihat bersaing secara langsung. Promosi di atas garis akan menjadi efektif untuk meningkatkan
kesadaran merek. Namun, itu akan memakan waktu anggaran besar untuk membuat kampanye
media yang kuat. Oleh karena itu, itu harus dilakukan lebih banyak aktivitas kampanye di bawah
garis di segmen yang lebih kecil untuk dimenangkan pelanggan potensial. Metode ini bisa
membangun hubungan yang baik dengan pelanggan karena interaksi langsung antara bank dan
Sulit untuk mendapatkan semua segmen pasar, karena itu akan membutuhkan sumber daya yang
sangat besar. Jadi lebih bijaksana untuk fokus pada beberapa area yang memiliki peluang lebih
besar untuk dikuasai oleh BNI. Dulu menunjukkan bahwa BNI memiliki lebih banyak pangsa
pasar di beberapa provinsi seperti Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat.

BNI dapat memulai beberapa program: Memprioritaskan segmen pasar yang lebih kecil dan
kelompok usia yang lebih muda karena mereka lebih mudah menerima dari teknologi baru. Pelajar
dan pengusaha muda dapat menjadi prioritas untuk memulai pasar. Kelompok usia yang lebih
muda sebagai pengadopsi awal dapat menjadi jembatan menuju mayoritas awal, segmen utama
yang sebenarnya ingin mereka capai, yaitu kelompok usia yang lebih tua yang memiliki kekuatan
finansial yang lebih baik.

Penjualan langsung adalah cara paling ampuh untuk menjual layanan berbasis teknologi.
Namun, itu akan memiliki membutuhkan anggaran yang besar untuk merekrut tenaga penjualan
baru. Lebih murah untuk memaksimalkan upaya pemasaran untuk menjual Produk berbasis
internet melalui staf layanan pelanggan yang ada.

Mengubah sistem BNI yang sebelumnya membutuhkan 10 hari untuk mendapatkan token akses
keamanan untuk Internet autentikasi. Pesaing langsung mereka menyediakan token di setiap
cabangnya sehingga pelanggan dapat langsung mengaktifkan token keamanan mereka setelah
pendaftaran. Edukasi penggunaan internet banking menjadi kunci keberhasilan layanan berbasis
teknologi.

Memperkuat sistem layanan digitalisasi yang ada pada BNI merupakan salah satu cara untuk
mengatasi perubahan nasabah bank yang konvensional menjadi digital bank berbasis digital.
Penggunaan mobile banking BNI yang sudah ada juga dapat ditingkatkan dengan merubah
tampilan mobile banking yang lebih kekinian dan lebih sesuai dengan kondisi saat ini.

Kesimpulan

Dari analisis yang diberikan di atas, industri perbankan di Indonesia akan berjuang untuk
bersaing, terutama dengan bank milik asing yang memiliki lebih banyak kemampuan dan
pengalaman dalam melayani nasabah perbankan, karena sudah lebih lama pengalaman dalam
menyediakan teknologi untuk menangkap dan melayani perbankan segmen dengan benar.

Analisis lingkungan makro menunjukkan bahwa situasi makro masih mendukung pertumbuhan
industri perbankan. Dari 'Lima Kekuatan' Analisis menunjukkan bahwa sejumlah pemain terutama
bank milik asing memiliki lebih banyak pengalaman dan sumber daya. Ada tingkat yang sangat
tinggi persaingan dan konsumen diberdayakan untuk membuat pilihan.

BNI berkesempatan memperluas sektor perbankan konsumer dengan dua pilihan. Pertama,
apakah BNI sebagai market follower akan bersaing dengan pemimpin pasar; atau dua, apakah BNI
sebagai market follower akan bersaing di tingkat yang sama dengan pengikut pasar lainnya.
Seiring berjalannya waktu, status BNI berubah secara signifikan dari pemimpin pasar menjadi
penantang pasar yang membutuhkan strategi untuk memenangkan kembali pangsa pasar mereka
dari kompetisi. Menurut pendapat jujur kami, ada beberapa strategi yang terbaik bagi BNI dalam
untuk kembali ke puncak kompetisi

Persaingan dengan tiga bank besar atau bank menengah dan kecil akan mempengaruhi sumber
daya yang dibutuhkan BNI untuk bersaing berhasil. Sumber daya yang lebih besar diperlukan
untuk bersaing dengan tiga bank besar.
Dari analisis di atas, lebih baik BNI bersaing untuk pangsa pasar yang lebih besar dimiliki oleh
tiga bank teratas. Namun, mereka tidak dapat mempertahankan strategi yang berlarut-larut dengan
persaingan head to head dengan bank-bank besar. BNI memilih strategi menang bersaing dimana
cabang BNI lebih banyak kemampuan dan pengalaman, mengkonsolidasikan basisnya dan
kemudian mencari tahu di mana cabang-cabang BNI siap bersaing tiga cabang besar. Pilihan untuk
bersaing dengan 117 cabang akan mengambil lebih banyak sumber daya tetapi dengan
keterbatasan berdampak pada pertumbuhan BNI.

Ref :

https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/120/01311394%20Andhika%20Nur%20Wica
ksono.pdf?sequence=14&isAllowed=y

https://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/6314/Amila%20%20Khusnita.%20pdf?se
quence=1

http://etheses.iainkediri.ac.id/40/3/BAB%20II.pdf

https://www.bni.co.id/Portals/1/BNI/Perusahaan/HubunganInvestor/Docs/BNI_AR2019_BAHAS
A.pdf

Anda mungkin juga menyukai