Ines Anandia
Agnes (406127106)
Nancy (406127107)
Dokter Pembimbing
Daftar Isi
Daftar Isi..................................................................................................................2
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
BAB II......................................................................................................................6
ASMA BRONKIALE..............................................................................................6
1. DEFINISI......................................................................................................6
2. EPIDEMIOLOGI7.........................................................................................6
3. ETIOLOGI7...................................................................................................6
4. PATOFISIOLOGI4.......................................................................................7
5. DIAGNOSIS 3.............................................................................................10
A. Anamnesa............................................................................................10
C. Spirometri............................................................................................11
C. Medikasi Asma5...................................................................................19
7. DIAGNOSIS BANDING7..........................................................................38
8. Komplikasi 1,9..............................................................................................38
9. Prognosis7....................................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................39
BAB I
PENDAHULUAN
Asma merupakan salah satu dari beberapa penyakit yang sering menjadi
Asma yang tidak terkontrol dapat menyebabkan komplikasi ibu dan janin
yang serius. Asma yang tidak terkontrol meningkatkan risiko kematian perinatal,
prematuritas, dan atau bayi berat badan lahir rendah serta preeklamsi. Asma dapat
terjadi pertama kali atau tereksaserbasi selama kehamilan, dan kehamilan dapat
memberikan efek samping untuk perjalanan penyakit asma sendiri pada sekitar
Di lain pihak, sebagian besar wanita hamil dengan asma dapat mengontrol
asmanya dengan baik dan memiliki bayi yang sehat. Kontrol asma yang baik
kehamilan normal dengan sedikit atau tanpa adanya risiko untuk wanita tersebut
atau janinnya.
asmanya. Oleh sebab itu, wanita hamil dan wanita yang ingin hamil seharusnya
seperti zat-zat alergan, infeksi saluran napas, udara dingin dan factor psikis.
kelahiran
BAB II
A. DEFINISI
mengi, sesak napas, dada terasa berat dan batuk-batuk terutama malam atau dini
hari. 5
B. EPIDEMIOLOGI7
dalam kehamilan sekitar 3.7-4%. Hal tersebut membuat asma menjadi salah
C. ETIOLOGI7
sengatan himenoptera
infestasi ascaris
media radiokontras
Udara dingin
Stress emosional
D. PATOFISIOLOGI4
menyebabkan sensasi nafas pendek (“dispneu kehamilan”) yang biasa terjadi pada
pada gas darah arteri dengan tekanan karbon dioksida arteri istirahat (PCO 2) di
metabolik basal juga meningkat sampai 20% dan 15% sesuai dengan peningkatan
tekanan oksigen ibu yang juga biasa terjadi pada kehamilan normal. Nilai normal
PO2 bervariasi dari 106 sampai 108 mmHg selama trimester pertama dan sedikit
tubuh. 25% wanita hamil memiliki tekanan oksigen arteri kurang dari 90 mmHg
dan tidak ada perubahan pada kapasitas vital atau forced expiratory volume in 1
mempengaruhi interpretasi klinis tes fungsi paru dan pengukuran gas darah pada
wanita hamil dengan asma dan harus diingat saat interpretasi klinis data-data
tersebut. Namun secara umum, parameter fungsi paru pada penggunaan klinis
umum seperti frekuensi pernafasan atau FEV1 tidak berubah dengan adanya
kehamilan sehingga setiap perubahan pada parameter ini harus dianggap dan
preeklamsi, gangguan tekanan darah ini disertai dengan bocornya protein pada
urine ibu dan sangat potensial untuk terjadinya kerusakan ginjal, otak, hepar, dan
mata. Lehrer, dkk (1993) melaporkan bahwa wanita asma memiliki insidensi dua
respiratory arest6
dapat diduga. Dispnea simtomatik yang terjadi selama kehamilan, yang mengenai
akan mengalami asma yang lebih berat selama masa kehamilannya dibandingkan
dengan mereka yang dengan asma yang lebih ringan. Sekitar 60% wanita hamil
dengan asma akan mengalami perjalanan asma yang sama pada kehamilan-
kehamilan berikutnya2
Eksaserbasi serangan asma tampaknya sering terjadi pada trimester III atau
pada saat persalinan, hal ini menimbulkan pendapat adanya pengaruh perubahan
pervaginam2
G. DIAGNOSIS 3
A. Anamnesa
Mengi berulang
d) Pasien juga memiliki riwayat eksim, alergi serbuk bunga, atau riwayat
Hewan berbulu
Perubahaan temperature
Kutu debu
Olah raga
Serbuk bunga
Merokok
Emosi
Pemeriksaan Fisik 5
normal. Kelainan yang paling sering ditemukan pada pemeriksaan fisik adalah
suara wheezing pada auskultasi. Pada keadaan serangan, kontraksi otot polos
saluran nafas, edema dan hipersekresi dapat menyumbat jalan nafas; maka sebagai
kompensasi penderita bernafas pada volume paru yang lebih besar untuk
mengatasi menutupnya saluran nafas. Hal itu meningkatkan kerja pernafasan dan
demikian mengi dapat tidak terdengar (silent chest) pada serangan yang sangat
berat, tetapi biasanya disertai gejala lain seperti sianosis, gelisah, sukar bicara,
C. Spirometri
diambil nilai tertinggi dari 2-3 nilai yang reproducible dan acceptable.
membandingkan hasil pasien dengan nilai refrensi berdasarkan usia, tinggi badan,
pemeriksaan yang lebih sederhana yaitu dengan alat peak expiratory flow meter
(PEF meter). Alat PEF meter relatif mudah digunakan/dipahami oleh dokter dan
pasien sehingga baik untuk digunakan memantau kondisi penderita asma sehari –
hari di rumah.
Nilai APE tidak selalu berkorelasi dengan parameter pengukuran faal paru dan
nilai APE harus dibandingkan dengan nilai terbaik sebelumnya, bukan nilai
Diukur pagi hari untuk mendapatkan nilai terendah dan malam hari untuk
mendapatkan nilai tertinggi Rata – rata APE harian dapat diperoleh dengan 2 cara
Contoh :
Selama 1 minggu setiap hari diukur APE pagi dan malam, misalkan didapatkan
APE pagi terendah 300 dan APE malam tertinggi 400; maka persentasi dari nilai
terbaik (%of the recent best) adalah 300/400 = 75%. Metode tersebut paling
penderita dengan gejala asma dan faal mparu normal sebaiknya dilakukan
sensitivitas yang tinggi tetapi spesifitas yang rendah, artinya hasil negative
selalu berarti penderita tersebut asma. Hasil positif dapat ditemukan pada
diagnosis alergi/atopi.
kesehatan ibu yang baik dan juga untuk pematangan janin. Asma
fungsi paru
Karena kejadian asma berubah pada sekitar dua dari tiga pasien
sedikit
3. Edukasi pasien
asma yang terkontrol, dosis dan jumlah obat dan frekuens pemberian
asma yang diderita oleh pasien, dan dosis obat diturunkan ketika
2. IDT dengan alat Bantu (spacer) : Penggunaan alat Bantu (spacer) dapat
samping sistemik
3. Breath-actuated MDI
udara inspirasi minimal, oleh sebab itu DPI sulit digunakan saat
untuk ekologi tetapi lebih sulit pada udara dengan kelembaban tinggi
5. Turbuhaler
6. Nebuliser
C. Medikasi Asma5
1. Pengontrol (Controllers)
Kortikosteroid inhalasi
berat). Steroid inhalasi ditoleransi dengan baik dan aman pada dosis yang
dapat mencapai asma terkontrol (walau dosis sudah sesuai dengan derajat
kandidiasis orofaring, disfonia dan batuk karena iritasi saluran napas atas.
setelah inhalasi.
Kortikosteroid sistemik
mengingat risiko efek sistemik. steroid inhalasi jangka panjang lebih baik
daripada steroid oral jangka panjang. Jika steroid oral terpaksa harus
diberikan misalnya pada keadaan asma persisten berat yang dalam terapi
sesuai berat asma), maka dibutuhkan steroid oral selama jangka waktu
tertentu.
steroid oral :
efek mineralokortikoid minimal, waktu paruh pendek dan efek striae pada
otot minimal
penglepasan mediator dari sel mast melalui reaksi yang diperantarai IgE
yang bergantung kepada dosis dan seleksi serta supresi sel inflamasi
untuk menetapkan apakah obat ini bermanfaat atau tidak. Efek samping
umumnya minimal seperti batuk atau rasa obat tidak enak saat melakukan
inhalasi .
Metilsantin
belum jelas terjadi pada konsentrasi rendah (5-10 mg/dl). Teofilin juga
mg/kgBB/ hari atau lebih); hal itu dapat dicegah dengan pemberian dosis
adalah efek samping yang paling dulu dan sering terjadi. Efek
tidak terjadi bila kadar dalam serum < 15 ug/ml, walau terdapat variasi
serum 5-15 ug/ml (28-85uM) adalah efektif dan tidak menimbulkan efek
teofilin antara lain. demam, hamil, penyakit hati, gagal jantung, merokok
salmeterol dan formoterol yang mempunyai waktu kerja lama (> 12 jam).
pembuluh darah dan memodulasi penglepasan mediator dari sel mast dan
antiinflamasi walau kecil. Inhalasi agonis beta-2 kerja lama yang diberikan
inhalasi agonis beta-2 kerja lama sebaiknya diberikan ketika dosis standar
atau jarang daripada pemberian oral. Bentuk oral juga dapat mengontrol
sama saja dengan bentuk inhalasi agonis beta-2 kerja lama, hanya efek
Leukotrien modifiers
Lain-lain
2. Pelega (Reliever)
Prinsipnya untuk dilatasi jalan napas melalui relaksasi otot polos, memperbaiki
dan atau menghambat bronkostriksi yang berkaitan dengan gejala akut seperti
mengi, rasa berat di dada dan batuk, tidak memperbaiki inflamasi jalan napas atau
(onset) yang cepat. Formoterol mempunyai onset cepat dan durasi yang
mempunyai onset yang lebih cepat dan efek samping minimal/ tidak ada.
mast. Merupakan terapi pilihan pada serangan akut dan sangat bermanfaat
respons tidak memuaskan dengan agonis beta-2 kerja singkat saat serangan
inhalasi.
Metilsantin
tidak diberikan pada penderita yang sedang dalam terapi teofilin lepas
lambat kecuali diketahui dan dipantau ketat kadar teofilin dalam serum
bronkodilator lain).
inflamasi.
berat atau pada serangan asma yang kurang respons dengan agonis
dan tremor. Efek samping berupa rasa kering di mulut dan rasa pahit.
Adrenalin
Dapat sebagai pilihan pada asma eksaserbasi sedang sampai berat, bila
tidak tersedia agonis beta-2, atau tidak respons dengan agonis beta-2
memerlukan pengaturan jenis dan dosis obat asma yang dipakai. Pada umumnya
semua obat asma dapat dipakai saat kehamilan kecuali komponen α adrenergik,
mengontrol asma dan mencegah serangan akut terutama saat kehamilan. Bila
1. Obat inhalasi
direkomendasikan sebagai obat pelega kerja cepat untuk mengobati gejala pada
singkat yang dipilih karena memiliki data paling banyak untuk penggunaannya
pada pasien hamil. Pengalaman penggunaan obat ini sangat banyak dan tidak ada
bukti yang menyatakan adanya cedera janin akibat penggunaan inhalasi beta2-
agonis kerja singkat, atau bukti yang menyatakan bahwa obat ini
Terapi yang dipilih untuk pengobatan jangka panjang dalam Langkah ke-2 adalah
dipilih adalah Budesonide karena lebih banyak data yang tersedia mengenai
diketahui bahwa tidak ada data yang menyatakan bahwa inhalasi kortikosteroid
BUdesonide dapat dilanjutkan pada pasien yang sudah terkontrol dengan baik
dengan sediaan lain tersebut sebelum kehamilan, terutama jika ada pemikiran
panjang;
JIka obat tambahan dibutuhkan sesudah menilai teknik dan kepatuhan pasien
dengan teliti dengan menggunakan obat pada Langkah ke-3, maka dosis
penggunaan Budesonide lebih disukai. Jika penambahan ini masih tidak cukup
tidak meyakinkan tetapi pengobatan ini tetapi lebih dipilih karena asma berat yang
D. DIAGNOSIS BANDING7
Penyakit yang menyerupai asma pada pasien dengan kehamilan antara lain :
E. Komplikasi 1,9
Asma yang tidak terkontrol dapat berpengaruh pada kesehatan ibu, antara lain :
F. Prognosis7
Barotrauma
DAFTAR PUSTAKA