Anda di halaman 1dari 10

REFERAT

ASMA PADA KEHAMILAN

Disusun oleh:
Eva Fauziah 406148055
Stepvani Megawati 406148056

Pembimbing:
dr. Adria Rusli Sp.P
dr. Titi Sundari Sp.P

KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT DALAM


RUMAH SAKIT PENYAKIT INFEKSI PROF. DR. SULIANTI SAROSO
PERIODE 27 JULI 3 OKTOBER 2015
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan bimbingan-Nya sehingga referat yang berjudul Asma Pada
Kehamilan ini dapat selesai tepat pada waktunya. Referat ini disusun dalam rangka
memenuhi tugas Kepaniteraan Penyakit Dalam di Rumah Sakit Penyakit Infeksi
Prof.Dr.Sulianti Saroso serta agar dapat menambah kemampuan dan ilmu pengetahuan
bagi para pembaca.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih atas bantuan serta
bimbingan dari dr. Adria Rusli Sp.P dan dr. Titi Sundari Sp.P selama menjalani
kepaniteraan penyakit dalam periode 27 Juli 3 Oktober 2015 ini.
Penulis menyadari referat ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar referat ini dapat disempurnakan
di masa yang akan datang. Atas perhatiannya penulis ucapkan terima kasih.

Jakarta, 27 Agustus 2015

Penulis

Daftar Isi
Daftar Isi..................................................................................................................2
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
BAB II......................................................................................................................6
ASMA BRONKIALE..............................................................................................6
1.

DEFINISI......................................................................................................6

2.

EPIDEMIOLOGI7.........................................................................................6

3.

ETIOLOGI7...................................................................................................6

4.

PATOFISIOLOGI4........................................................................................7

5.

A.

Efek Asma terhadap Kehamilan............................................................8

B.

Efek Kehamilan terhadap Asma............................................................9

DIAGNOSIS 3.............................................................................................10
A.

Anamnesa............................................................................................10

B.

Pemeriksaan Faal Paru.........................................................................11

C.

Spirometri............................................................................................11

6.

D.

Arus Puncak Ekspirasi (PEF)..............................................................12

E.

Peran Pemeriksaan Lain Untuk Diagnosis..........................................14

PENATALAKSANAAN ASMA DALAM KEHAMILAN8,9.....................16


A.

Tujuan Penatalaksanaan Asma Dalam Kehamilan :............................16

B.

Rute pemberian medikasi....................................................................18

C.

Medikasi Asma5...................................................................................19

7.

DIAGNOSIS BANDING7..........................................................................38

8.

Komplikasi 1,9..............................................................................................38

9.

Prognosis7....................................................................................................38

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................39

BAB I
PENDAHULUAN
Asma termasuk ke dalam kelainan alergi-imunologi. Asma merupakan gangguan
inflamasi kronik jalan nafas yang melibatkan berbagai sel inflamasi. Dasar penyakit ini
adalah hiperaktivitas bronkus dalam berbagai tingkat, obstruksi jalan nafas, dan gejala
pernafasan (mengi dan sesak) yang bersifat reversible. Asma merupakan salah satu dari
beberapa penyakit yang sering menjadi penyulit dalam kehamilan. Beberapa penelitian
terakhir menyebutkan bahwa asma bronkiale menjadi penyulit pada sekitar 4%
kehamilan. Prevalensi yang sebenarnya bisa lebih tinggi karena sekitar 10% populasi
memiliki hiperreaktivitas saluran nafas nonspesifik yang merupakan stigma asma. Lebih
lanjut, dalam dekade 80-an, prevalensi, morbiditas, dan mortalitas asma meningkat
sampai 60%.
Asma yang tidak terkontrol dapat menyebabkan komplikasi ibu dan janin yang
serius. Asma yang tidak terkontrol meningkatkan risiko kematian perinatal,
prematuritas, dan atau bayi berat badan lahir rendah serta preeklamsi. Asma dapat
terjadi pertama kali atau tereksaserbasi selama kehamilan, dan kehamilan dapat
memberikan efek samping untuk perjalanan penyakit asma sendiri pada sekitar sepertiga
wanita hamil dengan penyulit asma.
Di lain pihak, sebagian besar wanita hamil dengan asma dapat mengontrol
asmanya dengan baik dan memiliki bayi yang sehat. Kontrol asma yang baik memberi
kesempatan bagi seorang wanita dengan asma untuk mempertahankan kehamilan
normal dengan sedikit atau tanpa adanya risiko untuk wanita tersebut atau janinnya.
Pasien-pasien dengan asma yang hamil memerlukan penanganan terhadap asmanya.
Oleh sebab itu, wanita hamil dan wanita yang ingin hamil seharusnya mendapatkan
penanganan farmakologik dan non-farmakologik untuk menangani asmanya dan
menyejahterakan wanita-wanita tersebut dan bayinya.
Penderita selama kehamilan perlu mendapat pengawasaan yang baik.
Penatalaksanaan dari asma pada kehamilan yaitu menghindari faktor pencetus seperti
zat-zat alergen, infeksi saluran napas, udara dingin dan faktor psikis. Untuk pengobatan
yang diberikan secara maintenance tetap diberikan sampai kelahiran.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.

DEFINISI
Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan sel
inflamasi dan elemennya yang berhubungan dengan hiperaktivitas bronkus, sehingga
menyebabkan episodik berulang berupa mengi, sesak napas, rasa berat di dada, dan
batuk terutama malam atau dini hari; episodik perburukan tersebut berkaitan dengan
luasnya peradangan, variabilitas, beratnya obstruksi jalan napas yang bersifat reversibel
baik spontan ataupun dengan pengobatan. 5
Asma merupakan penyakit inflamasi kronik pada saluran napas dengan
karakteristik peningkatan responsivitas pada saluran trakeobronkial terhadap berbagai
stimulus. Itulah kondisi umum yang terjadi pada kehamilan. 7
II.

EPIDEMIOLOGI7
Di Indonesia, prevalensi asma sekitar 5-6% dari populasi. Prevalensi asma

dalam kehamilan sekitar 3.7-4%. Hal tersebut membuat asma menjadi salah satu
masalah yang biasa ditemukan dalam kehamilan.

III.

ETIOLOGI7

Alergen, termasuk serbuk bunga,debu rumah tangga, antigen kecoa, sengatan

himenoptera
Iritan, termasuk rokok cigarette, polusi udara, bau menyengat, debu di tempat
kerja, dan bahan kimia

Kondisi medis, termasuk ISPA, sinusitis, esophageal reflux, dan infestasi

ascaris
Obat-obatan dan kimia, termasuk aspirin, OAINS, beta blockers, media

radiokontras
Latihan pencetus asma
Udara dingin
Stress emosional

IV.

PATOFISIOLOGI ASMA1
Obstruksi saluran napas pada asma merupakan kombinasi spasme otot bronkus,

sumbatan pada bronkus, edema dan inflamasi dinding bronkus. Adanya wheezing pada
ekspirasi karena secara fisiologis saluran nafas menyempit pada fase tersebut. Hal ini
menyebabkan udara distal tempat terjadinya obstruksi terjebak tidak bisa diekspirasi.
Selanjutnya terjadi peningkatan volume residu, kapasitas residu fungsional (KRF), dan
pasien akan bernafas pada volume yang tinggi mendekati kapasitas paru total (KPT).
Keadaan hiperinflasi ini betujuan agar saluran nafas tetap terbuka dan pertukaran gas
berjalan lancar. Untuk mempertahankan hiperinflasi ini diperlukan otot-otot bantu
nafas.1
Penyempitan saluran nafas dapat terjadi baik pada saluran nafas yang besar,
sedang maupun kecil. Gejala mengi menandakan adanya penyempitan di saluran nafas
besar, sedangkan pada saluran nafas yang kecil gejala batuk dan sesak lebih dominan
dibanding mengi. Gangguan yang berupa obstruksi saluran nafas dapat dinilai secara
obyektif dengan VEP1.1
Penyempitan saluran nafas ternyata tidak merata di seluruh bagian paru. Ada
daerah-daerah yang kurang mendapat ventilasi, sehingga darah kapiler yang melalui

daerah tersebut mengalami hipoksemia. Penurunan PaO 2 mungkin merupakan kelainan


pada asma subklinis. Untuk mengatasi kekurangan oksigen, tubuh melakukan
hiperventilasi. Tetapi akibatnya pengeluaran CO2 menjadi berlebihan sehingga PaCO2
menurun yang kemudian menimbulkan alkalosis respiratorik. Pada serangan asma yang
lebih berat lagi banyak saluran nafas dan alveolus yang tertutup oleh mukus sehingga
tidak memungkinkan lagi terjadinya pertukaran gas. Hal ini menyebabkan hipoksemia
dan kerja otot-otot pernafasan bertambah berat serta terjadi peningkatan produksi CO 2.
Peningkatan produksi CO2 yang disertai dengan penurunan ventilasi alveolus
menyebabkan retensi CO2 (hiperkapnea) dan terjadi asidosis respiratorik atau gagal
nafas. Hipoksemia yang berlangsung lama menyebabkan asidosis metabolik dan
konstriksi pembuluh darah paru yang kemudian menyebabkan shunting yaitu peredaran
darah tanpa melalui unit pertukaran gas yang baik. Dengan demikian penyempitan
saluran nafas pada asma akan menimbulkan :1
a

gangguan ventilasi berupa hipoventilasi

ketidakseimbangan ventilasi perfusi dimana distribusi ventilasi tidak setara dengan


sirkulasi darah paru.

gangguan difusi gas di tingkat alveoli.


Ketiga faktor tersebut akan mengakibatkan :1

hipoksemia

hiperkapnea

asidosis respiratorik pada tahap yang lebih lanjut.


Perubahan-perubahan asam-basa pada asidosis dan alkalosis tampak pada tabel

berikut ini:6

Gangguan asam basa


Asidosis respiratorik
Alkalosis respiratorik
Asidosis metabolik
Alkalosis metabolik

pH

HCO3

PaCO2

Pengaruh fisiologi asma akibat obstruksi saluran nafas adalah penurunan faal
(yang diukur FEV1) paru dan perubahan gas darah (yang dianalisa pH, PaO 2, PaCO2).
Dari nilai kedua variabel-variabel ini dapat diketahui berat ringannya serangan asma.
Salah satu tujuan pengobatan asma adalah mengembalikan ke arah normal kedua
variabel tersebut.

V.

PATOFISIOLOGI ASMA PADA KEHAMILAN4


Hiperventilasi relatif selama kehamilan mulai terlihat pada trimester

pertama. Perubahan ini dikarenakan adanya peningkatan volume tidal sedangkan


frekuensi pernafasan relatif tidak mengalami perubahan selama kehamilan. Maka dari
itu, takipneu pada kehamilan (frekuensi > 20x/menit) merupakan abnormalitas yang
harus dicari penyebabnya. Peningkatan volume tidal prinsipnya disebabkan oleh
peningkatan produksi progesteron plasenta yang juga menyebabkan sensasi nafas
pendek (dispneu kehamilan) yang biasa terjadi pada kehamilan. Hiperventilasi
kehamilan berhubungan dengan perubahan penting pada gas darah arteri dengan
tekanan karbon dioksida arteri istirahat (PCO2) di bawah 35 mmHg. Alkalosis
respiratoar kronis ini sebagian dikompensasi oleh peningkatan ekskresi bikarbonat
ginjal. Konsumsi oksigen total dan rasio metabolik basal juga meningkat sampai 20%
dan 15% sesuai dengan peningkatan tekanan oksigen ibu yang juga biasa terjadi pada
kehamilan normal. Nilai normal PO2 bervariasi dari 106 sampai 108 mmHg selama

trimester pertama dan sedikit menurun pada trimester ketiga. Oksigenisasi banyak
dipengaruhi oleh posisi tubuh. 25% wanita hamil memiliki tekanan oksigen arteri
kurang dari 90 mmHg pada posisi berbaring dan ada kecenderungan mengalami
peningkatan gradien oksigen arterial-alveolar pada posisi berbaring daripada posisi
berdiri 4.
Parameter-parameter yang dilihat pada tes fungsi paru adalah sebagai
berikut: penurunan volume residu, kapasitas residu fungsional, volume cadangan
ekspiratoar, dan kapasitas total paru, adanya peningkatan kapasitas inspiratoar, dan tidak
ada perubahan pada kapasitas vital atau forced expiratory volume in 1 second (FEV1).
Semua perubahan yang telah dibicarakan berpotensi mempengaruhi interpretasi klinis
tes fungsi paru dan pengukuran gas darah pada wanita hamil dengan asma dan harus
diingat saat interpretasi klinis data-data tersebut. Namun secara umum, parameter fungsi
paru pada penggunaan klinis umum seperti frekuensi pernafasan atau FEV1 tidak
berubah dengan adanya kehamilan sehingga setiap perubahan pada parameter ini harus
dianggap dan diperlakukan sebagai abnormalitas .

Anda mungkin juga menyukai