ANAMNESIS OBSTETRI
Oleh : dr. Dian Isti Angraini, M.P.H
A. TEMA
Keterampilan anamnesis obstetri
B. TUJUAN
Tujuan Instruksional Umum
Setelah melakukan pelatihan ketrampilan Anamnesis Obstetrik mahasiswa
mampu melaksanakan anamnesa pada ibu hamil .
Tujuan Instruksional Khusus :
• Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan dilakukannya anamnesis obstetri
yang merupakan bagian dari antenatal care
• Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan antenatal secara umum,
terutama melakukan anamnesis obstetri dengan baik.
• Mahasiswa mampu membuat kesimpulan hasil anamnesis/ diagnosis.
• Mahasiswa mampu membuat prognosis dan rencana
D. SKENARIO
Ny. S berusia 25 tahun, G1P0A0 hamil 28 minggu datang ke klinik Anda
dengan tujuan ingin memeriksa kehamilan. Anda lalu merencanakan
melakukan anamnesis dan akan dilanjutkan dengan pemeriksaan antenatal
care.
1
CSL Semester 4 Edisi Keenam
E. DASAR TEORI
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil
normal adalah 280 hari (40 minggu) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan
dibagi dalam 3 triwulan, yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan,
triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh
sampai 9 bulan.
Kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun emosional dari ibu serta
perubahan sosial di dalam keluarga. Jarang seorang ahli medik terlatih yang begitu
terlibat dalam kondisi yang biasanya sehat dan normal. Mereka menghadapi suatu tugas
yang tidak biasa dalam memberikan dukungan pada ibu dan keluarganya dalam rencana
menyambut anggota keluarga baru, memantau perubahan-perubahan fisik yang normal
yang dialami ibu serta tumbuh kembang janin, juga mendeteksi serta menatalaksana
setiap kondisi yang tidak normal. Pada umumnya kehamilan berkembang dengan
normal dan menghasilkan kelahiran.
Bayi sehat cukup bulan melalui jalan lahir namun kadang-kadang tidak sesuai
dengan yang diharapkan. Sulit diketahui sebelumnya bahwa kehamilan akan menjadi
masalah. Sistem penilaian risiko tidak dapat memprediksi apakah ibu hamil akan
bermasalah selama kehamilannya. Oleh karena itu, pelayanan/ asuhan antenatal
merupakan cara penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil normal
dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal. Ibu hamil sebaiknya dianjurkan untuk
mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk
mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal.
2
CSL Semester 4 Edisi Keenam
• Mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi yang mungkin
terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan
pembedahan
• Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun
bayinya dengan trauma seminimal mungkin
• Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian asi eksklusif
• Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat
tumbuh kembang secara normal
Kebijakan program
Kunjungan antenatal sebaikr.ya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan
Satu kali pada triwulan pertama
Satu kali pada triwulan kedua
Dua kali pada triwulan ketiga
Pelayanan asuhan standar minimal termasuk "7T"
(Timbang) berat badan
Ukur (Tekanan) darah
Ukur (Tinggi) fundus uteri
Pemberian imunisasi (Tetanus Toksoid) TT lengkap
Pemberian Tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan
Tes terhadap Penyakit Menular Seksual
Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan
WHO:
Birth Planning
Danger Signs
Emergency Preparedness
Social Support
3
CSL Semester 4 Edisi Keenam
Kebijakan teknis
Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap
saat. Itu sebabnya mengapa ibu hamil memerlukan pemantauan selama kehamilannya.
Penatalaksanaan ibu hamil secara keseluruhan meliputi komponen-komponen sebagai
berikut:
• Mengupayakan kehamilan yang sehat
• Melakukan deteksi dini kompikasi, melakukan penatalaksanaan awal serta rujukan
bila diperlukan
• Persiapan persalinan yang bersih dan aman
• Perencanaan antisipatif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi
komplikasi
Imunisasi TT
Antigen Interval Lama perlindungan %
(selang waktu minimal) perlindungan
TT1 Pada kunjungan antenatal - -
pertama
TT2 4 minggu setelah TT1 3 tahun* 80
TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun 95
TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun 99
TT5 1 tahun setelah TT4 25 tahun/ seumur hidup 99
4
CSL Semester 4 Edisi Keenam
Keterangan : * artinya apabila dalam waktu 3 tahun WUS(Wanita Usia Subur) tersebut
melahirkan, maka bayi yang dilahirkan akan terlindung dari TN (Tetanus Neonatorum).
Keluhan Obstetri
Keluhan obstetri yang menyebabkan pasien datang ke pusat kesehatan berupa:
a) Berkaitan dengan kehamilan
b) Komplikasi hamil muda
c) Perdarahan
d) Gestosis; pre-eklampsia/ eklampsia
e) Pecahnya ketuban
f) Inpartu : mules-mules, keluar darah lendir
g) Penyakit infeksi yang menyertai kehamilan
PENILAIAN KLINIK
Penilaian klinik merupakan proses berkelanjutan yang dimulai pada kontak
pertama antara petugas kesehatan dengan ibu hamil dan secara optimal berakhir pada
pemeriksaan 6 minggu setelah persalinan. Pada setiap kunjungan antenatal, petugas
mengumpulkan dan menganalisis data mengenai kondisi ibu melalui anamnesis dan
pemeriksaan fisik, untuk mendapatkan diagnosis kehamilan intrauterin, serta ada
tidaknya masalah atau komplikasi.
Penentuan usia kehamilan dapat dilakukan berdasarkan perhitungan dari hari
pertama siklus haid (HPHT) dengan menggunakan rumus Naegele dengan syarat
menstruasi haruslah teratur setiap 28 hari dan tidak menggunakan kontrasepsi hormonal.
Rumus Naegele adalah cara standar perhitungan tanggal jatuh tempo untuk kehamilan.
Hal ini dinamai Franz Karl Naegele (1778-1851), dokter kandungan Jerman yang
merancang aturan ini. Aturan ini memperkirakan tanggal taksiran persalinan (TP),
berdasarkan HPHT dengan cara menambahkan tahun satu, mengurangkan tiga pada
bulan dan menambahkan tujuh pada hari untuk tanggal tersebut . Hal ini mendekati
dengan rata-rata kehamilan manusia normal yang berlangsung selama 40 minggu (280
5
CSL Semester 4 Edisi Keenam
hari) dari HPHT, atau 38 minggu (266 hari) dari tanggal pembuahan. Kriteria tertentu
harus diikuti untuk menerapkan aturan Naegele, yaitu:
1. Sebelumnya 12 siklus harus teratur dan siklus 28-30 hari;
2. Ke-12 siklus sebelumnya tidak boleh dengan menggunakan pil kontrasepsi oral.
3. Periode menstruasi terakhir harus normal, yaitu perdarahan haid durasi 3-5 hari
dan rata-rata jumlah pad berubah per hari adalah 3
Anamnesis yang harus diperhatikan untuk menilai kondisi kehamilan pada pasien
adalah:
Riwayat kehamilan Riwayat obstetri lalu Riwayat penyakit Riwayat sosial
ini ekonomi
• Usia ibu hamil • Jumlah kehamilan - Jantung - status perkawinan
• Hari pertama haid • Jumlah persalinan - tekanan darah tinggi- respon ibu dan
terakhir, siklus haid • Jumlah persalinan - diabetes melitus keluarga terhadap
• Perdarahan cukup bulan -TBC kehamilan
pervaginam • Jumlah persalinan -pernah operasi - jumlah keluarga
• Keputihan premature - alergi obat/makanan di rumah yang
• Mual dan muntah • Jumlah anak hidup - ginjal membantu
• Masalah/kelainan • Jumlah keguguran - asma - siapa pembuat
- epilepsi keputusan dalam
pada kehamilan • Jumlah aborsi
- penyakit hati keluarga
sekarang • Perdarahan pada
-pernah kecelakaan - kebiasaan makan
• Pemakaian obat- kehamilan,
dan minum
obat (termasuk persalinan, nifas
jamu-jamuan) -kebiasaan
terdahlu
merokok,
• Adanya hipertensi
menggunakan
dalam kehamilan
obat-obatan dan
pada kehamilan
alkohol
terdahulu
- kehidupan seksual
• Berat bayi < 2,5 kg - pekerjaan dan
atau berat abyi > 4 aktivitas sehari-
kg hari
• Adanya masalah- - pilihan tempat
masalah selama untuk melahirkan
kehamilan, - pendidikan
persalinan, nifas - penghasilan
terdahulu
6
CSL Semester 4 Edisi Keenam
Wanita hamil bisa melakukan kunjungan rutin untuk pemeriksaan pranatal atau
karena perdarahan per vaginam, persalinan, hipertensi atau nyeri. Hal-hal yang biasanya
ditanyakan dalam anamnesis obstetrik sama saja dengan anamnesis lain pada umumnya.
Hal-hal yang berbeda misalnya adalah adalah:
1) Riwayat kehamilan sekarang
• Kapan hari pertama menstruasi terakhir pasien dan berapa lama biasanya siklus
menstruasi berlangsung?
• Sudah berapa bulan kehamilannya?
• Pernahkah ada perdarahan, diabetes, anemia, hipertensi, infeksi saluran kemih,
atau masalah selama kehamilan?
• Gejala apa yang menyertai kehamilan pasien (misalnya mual, muntah, nyeri
tekan payudara, frekuensi dalam berkemih)?
2) Riwayat obstetrik dahulu
Rincian lengkap mengenai kehamilan sebelumnya (paritas = jumlah persalinan bayi
yang potensial untuk lahir hidup; graviditas = jumlah kehamilan) di antaranya
kehamilan, cara persalinan, komplikasi pada ibu atau bayi, kesulitan saat menyusui,
berat lahir, jenis kelamin, nama, keadaan kesehatan anak sekarang, keguguran, dan
riwayat ginekologis dahulu. Tanyakan secara khusus mengenai penyakit jantung,
murmur, diabetes, hipertensi, anemia, epilepsi, dan lakukan penilaian fungsi
kardiorespiratorius.
3) Pemeriksaan obstetrik
Dibahas lebih lanjut dalam pemeriksaan ANC
F. PROSEDUR
1) Identitas
a. Nama, Usia, Pendidikan, Pekerjaan, Agama, Suku, Alamat
b. Nama suami, umur, pendidikan, pekerjaan, agama, suku, alamat
2) Keluhan utama dan tambahan
7
CSL Semester 4 Edisi Keenam
6) Riwayat Penyakit
a. Penyakit dahulu :
• DM, infeksi saluran kemih
• Penyakit jantung
• Tekanan darah tinggi
• Infeksi virus berbahaya
• TBC
• Ginjal
• Asma
• Epilepsi
• Penyakit hati
• Alergi obat atau makanan tertentu
• Pernah mendapat transfusi darah dan indikasi tindakan tersebut
• Inkompabilitas resus
• Paparan sinar –X/ rontgen
• Pernah kecelakaan
8
CSL Semester 4 Edisi Keenam
G. DAFTAR PUSTAKA
• Adriaansz, 2010. Asuhan Anternatal, Ilmu Kebidanan Sarwono
Prawirohardjo. P.T. Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Jakarta.
• Gleadle, J. 2007. At a Glance Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Penerbit
Erlangga. Jakarta.
• Manuaba, IBG. 2004. Panduan Kepaniteraan Klinik Obstetri dan
Ginekologi edisi 2. PT EGC. Jakarta.
H. TUGAS MAHASISWA
1) Masing-masing mahasiwa membuat anamnesis pasien obstetrik
9
CSL Semester 4 Edisi Keenam
4 Informed consent
ITEM PROSEDURAL
5 Menanyakan Identitas Pasien
6 Menanyakan keluhan utama dan tambahan
7 Menanyakan riwayat pasien sekarang
8 Menanyakan riwayat haid
9 Menanyakan obstetrik
10 Menanyakan riwayat penyakit dahulu
11 Menanyakan riwayat penyakit dalam keluarga
12 Menanyakan riwayat operasi/ pembedahan
13 Menanyakan riwayat KB/ kontrasepsi
14 Menanyakan riwayat ANC
ITEM PENALARAN KLINIS
15 Melakukan cross check (paraphrase atau pengulangan terhadap apa
yang dikatakan pasien)
16 Melakukan umpan balik (menanyakan hal-hal yang kurang jelas, atau
pertanyaan yang kurang jelas).
17 Mencatat semua hasil anamnesis
18 Menyimpulkan dan menginterpretasikan hasil anamnesis
ITEM PROFESIONALISME
19 Percaya diri, bersikap empati, tidak menginterogasi
20 Mengakhiri anamnesis dengan sikap yang baik
10
CSL Semester 4 Edisi Keenam
A. Tema Pembelajaran
Keterampilan Pemeriksaan Fisik Antenatal Care (ANC)
B. Tujuan
• Mahasiswa mampu menjelaskan dan melakukan informed consent ANC
• Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Timbang dan Tensi pada
ANC
• Mahasiswa mampu melakukan prosedur Pemeriksaan Leopold I dengan
baik dan benar
• Mahasiswa mampu melakukan prosedur Pemeriksaan Leopold II dengan
baik dan benar
• Mahasiswa mampu melakukan prosedur Pemeriksaan Leopold III dengan
baik dan benar
• Mahasiswa mampu melakukan prosedur Pemeriksaan Leopold IV dengan
baik dan benar
• Mahasiswa mampu melakukan prosedur Pemeriksaan Auskultasi Denyut
Jantung Janin (DJJ) dengan Laennec secara baik dan benar
• Mahasiswa mampu mengintepretasikan hasil pemeriksaan ANC
• Mahasiswa mampu melakukan konseling kehamilan, rencana terapi,
tatalaksana lanjutan pada ibu hamil
C. Level Kompetensi
No Keterampilan Level of expected ability
1 Attending pregnant women -1- -2- -3- -4-
2 Inspection of abdomen of pregnant woman -1- -2- -3- -4-
3 Palpation : fundal height, Leopold’s -1- -2- -3- -4-
manoeuvre, external assessment of position
4 Assessment of fetal heart rate -1- -2- -3- -4-
5 Pregnancy test, urine -1- -2- -3- -4-
11
CSL Semester 4 Edisi Keenam
E. Skenario
Amenorheae
Pada tanggal 5 April 2010, Ny. Ame, usia 22 tahun, G 1P0A0 memeriksakan
kehamilannya ke praktek dokter umum. Hari pertama haid terakhir (HPHT) tanggal 29
Juni 2009. Ny. Ame merasa kehamilannya lebih kecil dari bulan sebelumnya. Gerakan
janin dirasakan sama seperti sebelumnya. Kadang-kadang perut Ny.Ame kencang
sebentar tetapi kemudian menghilang lagi. Kencang-kencang teratur belum dirasakan.
Bloody show yang dipesankan oleh dokter saat kontrol sebelumnya juga belum ada. Ny.
Ame takut terjadi apa-apa dengan bayinya. Dokter kemudian melakukan pemeriksaan
Leopold, DJJ dan menyarankan Ny.Ame untuk kontrol setiap minggu.
12
CSL Semester 4 Edisi Keenam
G. Prosedur
13
CSL Semester 4 Edisi Keenam
a) Pemeriksaan Leopold I
Maksud pemeriksaan Leopold I adalah untuk menentukan tinggi fundus uteri
(untuk memperkirakan usia kehamilan) serta menentukan bagian janin yang terletak
pada fundus uteri. Adapun cara pemeriksaan Leopold 1 sebagai berikut:
1. Memposisikan ibu dengan lutut fleksi (kaki ditekuk 450 atau lutut bagian
dalam diganjal bantal) dan pemeriksa menghadap ke arah ibu
14
CSL Semester 4 Edisi Keenam
b) Pemeriksaan Leopold II
Leopold II untuk menentukan bagian janin yang terletak pada bagian lateral
kanan dan kiri (untuk menentukan letak punggung janin sebagai patokan lokasi menilai
DJJ) dan menentukan situs bayi (memanjang, melintang atau oblik). Adapun langkah-
langkah pemeriksaan Leopold II adalah sebagai berikut :
1. Posisi ibu masih dengan lutut fleksi (kaki ditekuk) dan pemeriksa menghadap
ibu
2. Letakkan telapak tangan kiri pada dinding perut lateral kanan dan telapak
tangan kanan pada dinding perut lateral kiri ibu secara sejajar dan pada
ketinggian yang sama.
3. Tekan secara bergantian atau bersamaan (simultan) telapak tangan kiri dan
kanan mulai dari bagian atas. Kemudian geser ke arah bawah dan rasakan
adanya bagian-bagian janin.
4. Bagian yang rata dan memanjang adalah punggung janin sedangkan bagian-
bagian yang kecil adalah ekstremitas janin.
15
CSL Semester 4 Edisi Keenam
d) Pemeriksaan Leopold IV
Pemeriksaan leopold IV merupakan pemeriksaan lanjutan untuk memastikan
hasil dari pemeriksaan leopold III. Tujuannya adalah apakah bagian terbawah
janin sudah memasuki pintu atas panggul atau belum, dan bila sudah masuk PAP,
berapa bagian yang telah masuk atau melewati PAP.
1. Pemeriksa menghadap ke arah kaki ibu, dengan posisi kaki ibu lurus
2. Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada lateral kiri dan kanan
uterus bawah, ujung-ujung jari tangan kiri dan kanan berada pada tepi atas
simfisis.
3. Temukan kedua ibu jari kiri dan kanan kemudian rapatkan semua jari-jari
tangan yang meraba dinding bawah uterus. Perhatikan sudut yang dibentuk.
(Konvergen = V kepala belum masuk PAP, Divergen = >< kepala sudah
masuk PAP)
4. Pindahkan ibu jari dan telunjuk tangan kiri pada bagian terbawah janin (bila
presentasi kepala, upayakan memegang bagian kepala didekat leher dan bila
presentasi bokong upayakan untuk memegang pinggang bayi)
5. Fiksasi bagian terbawah janin, kearah pintu atas panggul kemudian letakkan
jari-jari tangan kanan di antara tangan kiri dan simfisis sehingga bisa
diperkirakan seberapa jauh bagian terbawah janin masuk ke dalam pintu atas
panggul. Bila belum masuk, teraba balotemen kepala.
16
CSL Semester 4 Edisi Keenam
9) Penutup
Akhiri kunjungan antenatal dengan memberikan konseling kehamilan berupa
hasil pemeriksaan (keadaan ibu, janin dan kehamilannya), rencana tindak lanjut (apa
yang harus dilakukan ibu hamil) dan terapi jika ada. Jangan lupa mengingatkan kapan
bumil harus control kembali, mencatat semua data pada rekam medik dan mengakhiri
dan menutup pemeriksaan dengan baik.
H. Daftar Pustaka
• Berek, Jonathan. S, 2002. Novak’s Gynecology. 13 th edition. Lippincott
Williams & Wilkins
• Cunningham, F. Gary. Et al. 2001. Williams’ Obstetric 21st edition. The
McGraw Hill Companies.
• Anonim. Catatan Kuliah (CAKUL) Obgyn FKUI - Pemeriksaan Obstetri dan
Asuhan Antenatal
• Anonim, 2002. Buku Panduan Asuhan kesehatan Maternal. JNPKKR/POGI,
BKKBN, DEPKES dan JHPIEGO/STARH PROGRAM. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo-Bagian Obstetri
• Kementerian Kesehatan RI dan WHO. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di
Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
2013.
17
CSL Semester 4 Edisi Keenam
19
CSL Semester 4 Edisi Keenam
A. Tema Pembelajaran
Keterampilan Prosedural Asuhan Persalinan Normal (APN) : Kala I dan II
B. Tujuan
1. Mahasiswa mampu melakukan persiapan APN
• Memilih dan memeriksa alat dan bahan yang diperlukan termasuk
menyalakan lampu
• Simulasi memberikan salam dan melakukan anamnesis seperlunya
• Mempersiapkan klien (model) dalam posisi litotomi
• Simulasi mencuci kedua tangan dengan desinfektan, termasuk melepas
cincin, jam, dsb.
• Memakai sarung tangan secara aseptik
2. Mampu Melakukan prosedur APN Kala I dan II
• Melakukan manajemen kala 1 meliputi pemeriksaan abdomen (leopold) dan
pemeriksaan dalam
• Melakukan manajemen kala 2 meliputi memimpin meneran, melahirkan
kepala, bahu dan tubuh bayi
C. Level Kompetensi
Keterampilan : Normal Delivery Level Kompetensi
Attending woman in labour -1- -2- -3- -4-
Obstetric examination (assessment of cervix,
-1- -2- -3- -4-
dilatation, membranes, presentation of fetus, descent)
20
CSL Semester 4 Edisi Keenam
E. Skenario
MP (Melahirkan Pertama)
Tanggal 1 april 2009, Ny. Ame, 25 tahun, G1P0A0, HPHT 1 juli 2008 datang ke
rumah sakit dengan his yang teratur dan makin sering. Bloody show (+). Dari PL
didapatkan: KU baik, Vital sign( TD 130/80mmhg, nadi 88x/menit, RR 20x/m,T 37 oC),
janin tunggal, denyut jantung janin masih baik. Dilakukan evaluasi servik , didapatkan
pembukaan 4 cm, letak kepala, presentasi belakang kepala. Setelah sekitar 6 jam, sang
ibu terlihat mulai mengejan, perineum terlihat menonjol dan anus terbuka. Dilakukan
PD dengan hasil pembukaan sudah lengkap. Pimpin persalinan dengan prosedur Asuhan
Persalinan Normal.
21
CSL Semester 4 Edisi Keenam
4. Dokumentasi
5. Rujukan
B. Kala persalinan
Proses persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu;
1) Kala I : waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap
10cm (Dilatasi servik)
2) Kala II : kala pengeluaran janin, waktu uterus dengan kekuatan his ditambah
kekuatan mengedan mendorong janin keluar hingga lahir (Pengeluaran janin)
3) Kala III: waktu uintuk pelepasan dan pengeluaran plasenta
4) Kala IV: mulai dari lahirnya plasenta selama 1-2 jam
Kala I
In partu (partus mulai) ditandai dengan keluarnya lender bercampur darah
(bloody shows), karena serviks mulai dilatasi dan mendatar. Darah berasal dari
pecahnya pembuluh darah kapiler sekitar kanalis sevikalis karena pergeseran ketika
serviks mendatar dan terbuka. Selainitu juga terjadi His (kontraksi rahim) yang makin
teratur. His yang adekuat saat in partu antara lain :
• Lama kontraksi 30-50 menit
• Simetri
• Dominasi fundus
• Relaksasi optimal
• Interval 2-4 menit
• Intensitas cukup
Kala I dibagi 2 fase;
1. Fase laten, dimana dilatasi serviks berlangsung lambat; sampai pembukaan 3cm.
2. Fase aktif, mulai dari pembukaan 4 cm sampai 10 cm (lengkap).
Kala II
Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama, kira-
kira 2-3menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadi
tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa
meneran. Karena tekanan pada rectum, ibu merasa seperti mau BAB, dengan tanda
anus terbuka. Pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan
perineum meregang. Dengan his meneran yang terpimpin, akan lahirlah kepala, diikuti
oleh seluruh badan janin.
22
CSL Semester 4 Edisi Keenam
G. Prosedur
1. Anamnesis
➢ Identifikasi pasien
➢ Keluhan utama pasien datang
➢ Tanda-tanda in partu (bloody show, HIS teratur dan makin sering)
➢ Tanda-tanda kehamilan resiko tinggi :
• Usia : < 16 tahun/ > 35 tahun
• Interval terlalu dekat/jauh : < 2 athun/ > 10 tahun
• Paritas > P4 Grande Multi
• Riw. Obstetri buruk ; Sectio Caesaria (SC), Premture 2x, Abortus 3x,
Forcep, Ekstraksi vakum, Perdarahan Post Partum, dll
• Tinggi Badan (TB) < 145 cm
• Penyakit obstetri : penyakit yang timbul secara langsung karena
kehamilannya
• Penyulit Medis : Paru (TBC,Asma), SLE, Kelainan hematologi, CVD,
SSP (Epilepsi), Ginjal (SN,GNA), Diabetes Mellitus, dll
➢ Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT/ Last Menstrual Period)
➢ Taksiran Persalinan
➢ Riwayat Penyakit (sebelum dan selama kehamilan) termasuk alergi
➢ Riwayat Persalinan (Paritas)
2. Persiapan ibu
➢ Periksa umum; vital sigan
➢ Kosongkan kandung kemih
➢ Ganti pakaian yang longgar
23
CSL Semester 4 Edisi Keenam
b. Kala II
➢ Apabila pembukaan telah lengkap maka akan terlihat perineum menonjol,
vulva dan sfingter ani membuka, tampak bagian kepala janin di bukaan
introitus vagina
➢ Setelah pembukaan lengkap, pimpin untuk meneran apabila timbul dorongan
spontan untuk melakukan hal itu
➢ Tiap his kepala lebih maju, anus terbuka, perineum meregang. Tahan perineum
dgn tangan kanan beralaskan kain kassa atau doek steril agar tidak terjadi
ruptur perinea
➢ Lahirkan kepala dengan perasat Rietgen: bila perineum meregang dan menipis,
tangan kiri menekan bagian belakang kepala janin ke arah anus, tangan kanan
menahan perineum. Dengan ujung-ujung jari tangan kanan yang melalui kulit
perineum dicoba mengait dagu janin dan ditekan kearah simfisis pelan-pelan.
Secara berturut-turut lahirlah ubun-ubun kecil di bawah simfisis sebagai
hipomochlion, ubun-ubun besar, dahi, muka dan dagu.
➢ Usap muka janin dan periksa kalau ada lilitan tali pusat, kepala kemudian akan
melakukan putaran paksi luar (restitusi) kearah dimana
punggung janin berada.
➢ Pegang kepala janin dengan kedua tangan secara biparietal,
➢ Lahirkan bahu depan dengan menarik kepala kearah anus (bawah)
➢ Lahirkan bahu belakang dengan menarik pelan-pelan kearah simfisis (atas)
➢ Lahirkan badan , bokong dan kaki dengan melakukan Sangga-Susur
➢ Letakkan bayi dengan kepala lebih rendah, hisap lender dengan penghisap
lender
➢ Klem tali pusat pada 2 tempat 5 dan 10 cm dari umbilicus, gunting di
antaranya.
➢ Ujung talipusat bayi di ikat kuat dengan tali atau klem plastic sehingga tidak
ada perdarahan. Metode mengikat = “buku ketemu buku”
➢ Hangatkan bayi, keringkan, buang popok basah, selimuti dengan popok kering,
pasang topi dan letakkan diantara kedua payudara ibu untuk IMD jika APGAR
baik
24
CSL Semester 4 Edisi Keenam
H. Daftar Pustaka
▪ Anonim. 2008 : Buku Panduan Peserta Pelatihan Klinik : Asuhan Persalinan
Normal; Asuhan Esensial, Pencegahan dan Penanggulangan Segera
Komplikasi Persalinan dan Bayi Baru lahir. Jaringan Nasional Pelatihan
Klinik-Kesehatan Reproduksi (JNPK-KR). Depkes RI. Indonesia
▪ Anonim, 2002. Buku Panduan Asuhan kesehatan Maternal. JNPKKR/POGI,
BKKBN, DEPKES dan JHPIEGO/STARH PROGRAM. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo-Bagian Obstetri Ginekologi FKUI. Jakarta.
I. Evaluasi
25
CSL Semester 4 Edisi Keenam
dalam.
6. Masukkan oksitosin 10 U ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang
memakai sarung tangan DTT dan steril) (pastikan tidak terjadi kontaminasi pada
alat suntik).
26
CSL Semester 4 Edisi Keenam
28
CSL Semester 4 Edisi Keenam
Manajemen Aktif Kala III, Kala IV, Manual Plasenta dan Kompresi Bimanual
Oleh : dr. Oktadoni Saputra, dr. Exsa Hadibrata
A. Tema
Keterampilan Prosedural Manajemen Aktif Kala III, Manual Plasenta, Kompresi
Bimanual dan Kala IV
B. Tujuan
➢ Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Manajemen Aktif Kala III, Manual
Plasenta, Kompresi Bimanual dan Kala IV (tujuan/ kegunaan, manfaat, indikasi
dan komplikasi)
➢ Mahasiswa mampu melakukan procedural Manajemen Aktif Kala III
➢ Mahasiswa mampu melakukan procedural Manual Plasenta
➢ Mahasiswa mampu melakukan procedural Kompresi Bimanual
➢ Mahasiswa mampu melakukan procedural Kala IV
C. Level Kompetensi
Level Of Expected
Keterampilan/ Skills
Ability
Delivery of placenta -1- -2- -3- -4-
Examination of placenta and umbilical cord -1- -2- -3- -4-
Postpartum : examination fundal height, placenta: loose/
-1- -2- -3- -4-
retained
Manual removal of placenta -1- -2- -3- -4-
Episiotomy -1- -2- -3- -4-
Clamp cord/separation of placenta -1- -2- -3- -4-
Record APGAR -1- -2- -3- -4-
Measure/estimate loss of blood, after delivery -1- -2- -3- -4-
E. Skenario
Saat sedang bertugas jaga di sebuah RS, anda mendapat konsul dari kamar
bersalin seorang Grandemultigravida umur 38 tahun hamil anak ke 6. Saat anda datang
pasien sedang dalam kala III dan plasenta belum lahir sudah lebih dari 15 menit. Anda
29
CSL Semester 4 Edisi Keenam
melakukan Manajemen aktif kala III, Peregangan Tali PUsar Terkendali dan dorongan
dorso-kranial uterus setelah diberi dosis ulangan oksitosin 10 unit IM, kateterisasi uretra
dan stimulasi papilla mammae. Karena jaringan yang rapuh, tali pusar putus anda
melakukan manual plasenta. Setelah plasenta lahir, anda melakukan kompresi bimanual
eksternal dan internal karena adanya indikasi atonia uterus.
F.Dasar Teori
Kala III
Setelah bayi lahir, kontraksi uterus istirahat sebentar. Uterus teraba keras
dengan fundus uteri setinggi pusat dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2x
sebelumnya. Kemudian timbul his pelepasan dan pengeluaran plasenta. Dalam waktu 5-
10menit seluruh plasenta terlepas, terdorong ke dalam vagina dan akan lahir spontan
atau dengan sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri. Pengeluaran palsenta
disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 200cc.
Terjadinya pelepasan plasenta diakibatkan kontraksi rahim. Kontraksi rahim
akan mengurangi area plasenta, karena uterus bertambah kecil dan dindingnya
bertambah tebal beberapa cm. kontraksi akan menyebabkan bagian yang lemah dan
longgar dari plasenta pada dinding uterus terlepas, mula-mula sebagian kemudian
seluruhnya dan tinggal bebas dalam kavum uteri. Pengumpulan darah di belakang
plasenta juga membantu pelepasan plasenta yang dikenal dengan retroplasental
hematoma.
Cara lepasnya plasenta:
1. Menurut schultze: lepasnya seperti kita menutup payung (paling sering sekitar
80%). Yang lepas duluan adalah bagian tengah, lalu terjadi retroplasental
hematoma yang mendorong plasenta mula-mula bagian tengah, kemudian
seluruhnya.
2. Menurut Duncan: lepasnya plasenta mulai dari pinggir. Darah akan mengalir
keluar antara selaput ketuban.
Perasat-perasat untuk mengetahui lepasanya plasenta:
1. Perasat Kustner: letakkan tangan disertai tekanan di atas simfisis; tali pusat
ditegangkan, maka bila tali pusat masuk=belum lepas, diam atau maju+sudah
lepas
2. Perasat Klein: sewaktu ada his, fundus uteri kita dorong sedikit, bila tali pusat
kembali+ belum lepas, diam atau turun+ sudah lepas
3. Perasat Strassman: tegangkan tali pusat an ketok pada fundus uteri, bila tali pusat
bergetar = belum lepas.
Proses persalinan Kala III bisa berjalan secara sendiri/fisiologis, mengingat
kematian akibat perdarahan pasca persalinan akibat atonia uteri dan retensio plasenta
masih cukup tinggi sehingga disarankan dengan Manajemen Aktif Kala III.
30
CSL Semester 4 Edisi Keenam
Kala IV
Adalah kala pengawasan selama 1-2 jam setelah bayi dan plasenta lahir untuk
mengamati keadaan ibu terutama terhadap perdarahan postpartum
Manual Plasenta
Suatu tindakan procedural untuk mengeluarkan plasenta secara manual dengan
memasukkan tangan secara manual ke dalam cavum uteri.
Indikasi manual plasenta adalah retensio plasenta yaitu tertahannya atau belum
lahirnya plasenta hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir. (Wiknjosastro,
1999 & Abdul Bari S, 2001:178)
Plasenta normal biasanya menanamkan diri sampai batas atas lapisan
miometrium. Menurut tingkat perlekatannya retensio plasenta dibedakan menjadi :
➢ Plasenta adhesive, yang melekat pada desidua
endometrium lebih dalam. Kontraksi uterus kurang
kuat untuk melepaskan plasenta.
➢ Plasenta akreta parsial : vili khorialis tumbuh
menembus desidua endometrium sebagian sampai ke
miometrium.
➢ Plasenta akreta, implantasi vili khorialis tumbuh lebih
dalam dan menembus desidua endometrium sampai ke
miometrium.
➢ Plasenta inkreta, implantasi menembus hingga
miometrium
Gambar 3. Lokasi ➢ Plasenta perkreta, menembus sampai serosa atau
Implantasi Plasenta peritoneum dinding rahim
dan manifestasi
klinisnya)
31
CSL Semester 4 Edisi Keenam
Kompresi Bimanual
Adalah tindakan procedural dengan melakukan kompresi (tekanan) dengan
kedua tangan baik dari dalam maupun luar untuk penanganan perdarahan post partum
biasanya akibat Atonia uteri, yaitu keadaan dimana tonus/kontraksi uterus lemah/tidak
ada.
Perdarahan Post Partum adalah Perdarahan 500 ml atau lebih setelah selesainya
kala III persalinan. PPP bukanlah diagnosis melainkan gejala yang harus dicari
etiologinya. Penyebab perdarahan post partum ada 4T :
• Tonus ; atonia uteri
• Tissue ; retensio plasenta/ jaringan sisa plasenta
• Trauma ; robekan jalan lahir
• Thrombin ; gangguan perdarahan
Perdarahan Post partum dibagi 2 :
• PPP Dini/awal (early); atonia uteri, robekan jalan lahir, retensio plasenta,
gangguan perdarahan
• PPP Lanjut (late); 6-10 hari PP; Retensi sisa plasenta, infeksi, involusi
abnormal, episiotomy, perdarahan dari kanalis servikalis
Penanganan atonia uteri :
a) Umum :
• Kenali faktor resiko
Polihidramnion; Kehamilan kembar; Makrosomia; Persalinan lama; Persalinan
terlalu cepat; Persalinan dengan induksi; Infeksi intrapartum’ Paritas tinggi
• Tegakkan Diagnosis Kerja
• Pasang Infus, berikan uterotonika
• Pastikan plasenta lahir lengkap
• Bila perlu trnasfusi darah
• Uji pembekuan darah
b) Spesifik :
• Kompresi Bimanual Interna
• Kompresi Bimanual Eksterna
• Kompresi Aorta abdominalis
32
CSL Semester 4 Edisi Keenam
c) Di Rumah Sakit :
• Pemasangan tampon katether
• Ligasi arteri uterina dan ovarika
• Histerektomi
Prosedur pelaksanaan kompresi bimanual pada atonia uteri dapat dilihat pada bagian
prosedur.
G.Prosedur
Kala III
➢ Suntikkan oksitosin pada paha ibu
➢ Lahirkan plasenta dengan cara PTT (Peregangan Tali Pusat Terkendali)
33
CSL Semester 4 Edisi Keenam
Kala IV
➢ Kontraksi uterus; baik atau tidak dengan palpasi, lakukan massage
➢ Perdarahan: ada atau tidak, banyaknya
➢ Kosongkan kandung kemih
➢ Luka-luka; kalau ada, jahitannya baik atau tidak, ada perdarahan
➢ Periksa kelengkapan plasenta dan selaput ketuban
➢ Keadaan Umum ibu , vital sign tiap 15 menit dalam 1 jam pertama kemudian
tiap 30 menit untuk 1jam berikutnya
➢ Keadaan Umum bayi (Apgar Score)
Manual Plasenta
➢ Jelaskan kepada ibu tindakan yang akan dilakukan (Informed Consent)
➢ Lakukan persiapan alat, persiapan pasien dan penolong
➢ Posisikan pasien pada bed ginekologi dengan posisi litotomi
➢ Pasang Infus pada pasien
➢ Lakukan cuci tangan secara aseptic
➢ Pakai sarung tangan dengan prosedur aseptic
➢ Berikan anestesi pada pasien (analgesia per rectal propenid 1 tube)
➢ Lakukan kateterisasi
➢ Kenakan sarung tangan panjang sampai siku yang steril pada tangan kanan
➢ Jepit tali pusar 5-10 cm dari vulva, tegangkan sejajar lantai (PTT) dengan satu
tangan (kiri). Tidak diperbolehkan menarik tali pusar karena dapat putus.
➢ Masukkan tangan kanan ke dalam vagina secara obstetric menyusuri tepi
bawah tali pusar (lihat gambar diatas) sampai ke pangkal perlekatan tali
pusar.(Jika implantasi plasenta di korpus sebelah kanan/sulit dijangkau dengan
tangan kanan, keluarkann dan ulangi lagi prosedur seperti diatas dengan tangan
34
CSL Semester 4 Edisi Keenam
35
CSL Semester 4 Edisi Keenam
➢ Periksa kembali tanda vital ibu, pastikan uterus berkontraksi baik (bulat dank
eras)
➢ Berikan antibiotic profilaksis (Ampisilin 2 gr (IV), Sefazolin 1 gr (IV),
Metronidazol 500 mg per oral
➢ Observasi perdarahan pervaginam dan periksa vital signs setiap 15 menit pada
ja m pertama, setiap 30 menit pada jam kedua dan Cek kontraksi uterus
36
CSL Semester 4 Edisi Keenam
Daftar Pustaka
➢ Varney, Helen. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4 vol 2. Jakarta. EGC,
2008; 1170-1171
➢ JNPK-KR. Asuhan Pesalinan Normal –Asuhan Esensial Persalinan. Edisi
Revisi. Cetakan ke-3. Jakarta. JNPK-KR, 2007; 128-130
➢ Cunningham, Gary. Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta. EGC, 2006; 707-708
➢ Santoso, Budi Iman. Slide Kuliah : Perdarahan Post Partum. Diupload 20 april
2009. Didownload pada 15 maret 2011 pukul 11.08 dari :
http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/b2077c4740ec9d1e8066b09eaab0
9990e2e98506.pdf
➢ Anonim, Materi pelatihan : Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar. Di
download pada 15 maret 2011 pukul 11.11 dari :
http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/963c07503f3b5a28b95eabe77806
959c7cf0282a.pdf
Evaluasi
Cek List Latihan Kala III, Kala IV
Umpan
VIII. PENATALAKSANAAN AKTIF PERSALINAN KALA TIGA
Balik
34. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
35. Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis untuk
mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan
yang lain mendorong uterus ke arah belakang-atas (dorso-kranial) secara hati-
hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40
detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi
berikutnya dan ulangi prosedur di atas.
• Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota
keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu.
Mengeluarkan plasenta
37. Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas,
minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar
lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan
tekanan dorso-kranial)
• Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak 10-15
cm dari vulva dan lahirkan plasenta
• Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat:
1 Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM
2 Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh
3 Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
4 Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
5 Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau bila
37
CSL Semester 4 Edisi Keenam
47. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
49. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1
jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua
pascapersalinan
50. Periksa kembali bayi dan pantau setiap 15 menit untuk pastikan bahwa bayi
bernafas dengan baik (40-60 kali / menit) serta suhu tubuh normal (36,5-37,5
ºC)
• Jika bayi sulit bernafas, merintih atau retraksi diresusitasi dan segera
merujuk ke rumah sakit
• Jika bayi bernafas terlalu cepat, segera rujuk
• Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Kembalikan kulit ke
kulit dengan ibunya dan selimuti ibu dan bayi dengan selimut
Kebersihan dan Keamanan
51. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas perlatan setelah didekontaminasi
52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai
53. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban,
lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering
54. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga
untuk member ibu minuman dan makanan yang diinginkannya
55. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%
56. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikkan bagian
dalam ke luar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
57. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir
Dokumentasi
58. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan
asuhan kala IV
41
CSL Semester 4 Edisi Keenam
PARTOGRAF
dr. Dian Isti Angraini, M.P.H.
A. Tema
Keterampilan mengisi partograf.
B. Tujuan
➢ Mahasiswa mampu mendokumentasikan keadaan persalinan pasien dalam
lembar partograf
C. Level Kompetensi
Keterampilan/ Skills Level Of Expected Ability
Partograf -1- -2- -3- -4-
E. Skenario
Pada saat Anda sedang jaga klinik, datanglah pasien, Ny. W, 27 tahun, G1P0A0
hamil 40 minggu datang dengan keluhan keluar darah lendir sejak 4 jam yang lalu.
Ketika Anda melakukan VT, didapatkan pembukaan 2 jari. 4 jam kemudian ternyata
pembukaan sudah 3 cm. 10 jam kemudian pasien melahirkan bayi laki-laki.
Catatlah keadaan persalinan ibu dalam lembar partograf.
F. Dasar Teori
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan dan
informasi untuk membuat keputusan klinik. Tujuan utama dari penggunaan partograf
adalah:
42
CSL Semester 4 Edisi Keenam
43
CSL Semester 4 Edisi Keenam
b) Selama persalinan dan kelahiran bayi di semua tempat (rumah, puskesmas, klinik
bidan swasta, rumah sakit, dan lain-lain).
c) Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan persalinan
kepada ibu dan proses kelahiran bayinya (dokter spesialis obstetrik, bidan, dokter
umum, PPDS obgin dan mahasiswa kedokteran).
Menurut WHO (2000) dan Depkes (2004) cara pengisian partograf modifikasi
WHO atau yang dikenal dengan partograf APN meliputi :
A.Informasi tentang ibu
Identitas pasien; nama pasien, riwayat kehamilan, riwayat persalinan, nomor register
pasien, tanggal dan waktu kedatangan dalam "jam" mulai dirawat, waktu pecahnya
selaput ketuban. Selain itu juga mencatat waktu terjadinya pecah ketuban, pada
bagian atas partograf secara teliti.
B. Kondisi janin
(1) DJJ.
Hasil pemeriksaan DJJ setiap 30 menit atau lebih sering jika ada tanda-tanda
gawat janin. Setiap kotak menunjukkan waktu 30 menit. Skala angka di
sebelah kolom paling kiri menunjukkan DJJ. DJJ dicatat dengan memberi
tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang menunjukkan DJJ.
Kemudian hubungkan titik yang satu dengan titik lainnya dengan garis tidak
terputus;
(2) Warna dan adanya air ketuban,
Penilaian air ketuban setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, dan nilai
warna air ketuban jika selaput ketuban pecah. Mencatat temuan-temuan ke
dalam kotak yang sesuai di bawah lajur DJJ, menggunakan lambang-lambang
seperti berikut:
(a) U jika ketuban utuh atau belum pecah;
(b) J jika ketuban sudah pecah dan air ketuban jemih;
44
CSL Semester 4 Edisi Keenam
(c) M jika ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium;
(d) D jika ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah;
(e) K jika ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban atau "kering";
(3) Molase atau penyusupan tulang-tulang kepala janin, menggunakan lambang-
lambang berikut ini:
(a) 0 jika tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat
dipalpasi;
(b) 1 jika tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan;
(c) 2 jika tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi masih dapat
dipisahkan;
(d) 3 jika tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat
dipisahkan. Hasil pemeriksaan dicatat pada kotak yang sesuai di bawah lajur
air ketuban.
C. Kemajuan persalinan
Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan persalinan.
Angka 0-10 yang tertera di tepi kolom paling kiri adalah besarnya dilatasi serviks.
Setiap angka/kotak menunjukkan besarnya pembukaan serviks. Kotak yang satu
dengan kotak yang lain pada lajur di atasnya, menunjukkan penambahan dilatasi
sebesar 1 cm. Skala angka 1-5 menunjukkan seberapa jauh penurunan kepala janin.
Masing-masing kotak di bagian ini menyatakan waktu 30 menit. Kemajuan
persalinan meliputi:
(1) Pembukaan serviks, penilaian dan pencatatan pembukaan serviks dilakukan
setiap 4 jam atau lebih sering dilakukan jika ada tanda-tanda penyulit. Saat ibu
berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf hasil temuan dari setiap
pemeriksaan dengan simbol "X". Simbol ini harus ditulis di garis waktu yang
sesuai dengan lajur besarnya pembukaan serviks di garis waspada. Hubungkan
tanda "X" dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh atau tidak terputus.
45
CSL Semester 4 Edisi Keenam
(2) Pencatatan penurunan bagian terbawah atau presentasi janin, setiap kali
melakukan pemeriksaan dalam atau setiap 4 jam, atau lebih sering jika ada
tanda-tanda penyulit. Kata-kata "turunnya kepala" dan garis tidak terputus dari 0-
5, tertera di sisi yang sama dengan angka pembukaan serviks. Berikan tanda "--"
pada garis waktu yang sesuai. Hubungkan tanda " " dari setiap pemeriksaan
dengan garis tidak terputus.
(3) Garis waspada dan garis bertindak, garis waspada dimulai pada pembukaan
serviks 4 cm dan berakhir pada titik dimana pembukaan lengkap, diharapkan
terjadi laju pembukaan 1 cm per jam. Pencatatan selama fase aktif persalinan
harus dimulai di garis waspada.
D. Pencatatan jam dan waktu, meliputi:
(1) Waktu mulainya fase aktif persalinan, di bagian bawah pembukaan serviks dan
penurunan, tertera kotak-kotak yang diberi angka 1-16. Setiap kotak menyatakan
waktu satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan;
(2) Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan, dibawah lajur kotak untuk waktu
mulainya fase aktif, tertera kctak-kotak untuk mencatat waktu aktual saat
pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak menyatakan satu jam penuh dan berkaitan
dengan dua kotak waktu tiga puluh menit pada lajur kotak di atasnya atau lajur
kontraksi di bawahnya. Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan, catat
pembukaan serviks di garis waspada. Kemudian catat waktu aktual pemeriksaan
ini di kotak waktu yang sesuai.
E. Kontraksi uterus
(1) Frekuensi kontraksi dalam waktu 10 menit
Kontraksi uterus dicatat pada bawah lajur waktu yaitu ada lima lajur kotak
dengan tulisan "kontraksi per 10 menit" di sebelah luar kolom paling kiri. Setiap
kotak menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah
kontraksi daiam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik.
(2) lama kontraksi (dalam detik)
46
CSL Semester 4 Edisi Keenam
47
CSL Semester 4 Edisi Keenam
G. Prosedur
i. Persiapan alat yang dibutuhkan
ii. Mencatat data tentang ibu : nama, umur, gravida, para, abortus, no catatan
medik, tanggal dan waktu mulai dirawat, waktu pecahnya selaput ketuban
iii. Mencatat kondisi janin : DJJ, warna dan air ketuban, serta molase kepala janin
iv. Mencatat kemajuan persalinan : pembukaan serviks, penurunan bagian terbawah
atau presentasi janin, serta garis waspada dan garis bertindak
v. Mencatat jam dan waktu : waktu mulainya fase aktif persalinan, serta waktu
aktual saat pemeriksaan atau penilaian
vi. Mencatat Kontraksi uterus : frekuensi kontraksi dalam 10 menit, serta lamanya
kontraksi (dalam detik)
vii. Mencatat Obat-obatan dan cairan yang digunakan : oksitosin, serta obat-obatan
lainnya dan cairan IV yang diberikan
viii. Mencatat Kondisi ibu : nadi, tekanan darah dan suhu tubuh, serta urin (volume,
aseton atau protein)
48
CSL Semester 4 Edisi Keenam
ix. Mencatat asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya (rujukan, dll)
H.Daftar Pustaka
• JNPK-KR Depkes RI. 2008. Buku Acuan Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan
Normal. Revisi 5. Depkes RI. Jakarta.
I.TUGAS MAHASISWA
• Masing-masing mahasiswa mengerjakan atau membuat partograf sesuai
dengan skenario yang diberikan
49
CSL Semester 4 Edisi Keenam
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
• Mahasiswa mampu melakukan anamnesis nifas dengan baik dan benar
• Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan nifas dengan benar
D. SKENARIO
Seorang pasien perempuan P1A0 berumur 25 tahun, datang ke praktek Anda untuk
kontrol paska melahirkan seminggu yang lalu.
E. Dasar Teori
Masa nifas atau yang juga dikenal sebagai masa puerperium adalah masa
sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang
lamanya 6 minggu. Periode 6 minggu pasca persalinan, disebut juga masa involusi
(periode di mana sistem reproduksi wanita postpartum kembali kepada keadaannya
seperti sebelum hamil). Di masyarakat Indonesia, masa nifas (puerperium) berlangsung
kurang lebih selama 40 hari.
Pada masa nifas (peurperium) akan terjadi perubahan pada tubuh, dia
antaranya adalah :
50
CSL Semester 4 Edisi Keenam
1. Involusi Uterus
Kontraksi uterus meningkat setelah bayi keluar.
Hal ini menyebabkan iskemia pada lokasi perlekatan plasenta (placental site)
sehingga jaringan perlekatan antara plasenta dan dinding uterus nekrosis dan lepas.
Setelah placenta lahir, uterus merupakan alat keras karena kontraksi dan retraksi
otot-ototnya.
Pada awal setelah placenta keluar, ukuran uterus sekitar 1 jari di bawah pusat.
Selama 2 hari berikutnya, besarnya tidak seberapa berkurang, tetapi sesudah 2 hari,
uterus mengecil dengan cepat sehingga pada hari ke-10 tidak teraba lagi dari luar.
Setelah 6 minggu tercapai lagi ukurannya yang normal. Involusi terjadi karena
masing-masing sel menjadi lebih kecil yang diakibatkan oleh pengeluaran
sitoplasma yang berlebihan.
2. Involusi Tempat Placenta
Setelah persalinan, tempat placenta merupakan tempat dengan permukaan
kasar, tidak rata, dan kira-kira sebesar telapak tangan. Dengan cepat luka ini
mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2
cm.
3. Perubahan Pembuluh Darah Rahim
Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh-pembuluh darah yang
besar, tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah yang
banyak, maka arteri harus mengecil lagi dalam nifas. Orang menduga bahwa
pembuluh-pembuluh yang besar tersumbat karena perubahan-perubahan pada
dindingnya dan diganti oleh pembuluh-pembuluh yang lebih kecil.
4. Perubahan Pada Cervix dan Vagina
Beberapa hari setelah persalinan, ostium externum dapat dilalui oleh 2 jari,
pinggir-pinggirnya tidak rata tetapi retak-retak karena robekan dalam persalinan.
Pada akhir minggu pertama hanya dapat dilalui oleh 1 jari saja, dan lingkaran
retraksi berhubungan dengan bagian atas dari canalis cervicalis.
51
CSL Semester 4 Edisi Keenam
5. Saluran Kencing
Dinding kandung kencing memperlihatkan edema dan hiperemia. Kadang-
kadang edema dari trigonum menimbulkan obstruksi dari uretra sehingga terjadi
retensio urine. Kandung kencing dalam puerperium kurang sensitif dan kapasitasnya
bertambah, sehingga kandung kencing penuh atau sesudahnya masih tinggal urine
residual. Sisa urine ini dan trauma pada dinding kandung kencing waktu persalinan
memudahkan terjadinya infeksi. Dilatasi ureter dan pyelum, normal kembali dalam
waktu 2 minggu.
6. Laktasi
Masing-masing buah dada terdiri dari 15-24 lobi yang terletak radial dan
terpisah satu sama lain oleh jaringan lemak. Tiap lobus terdiri dari lobuli yang terdiri
pula dari acini. Acini ini menghasilkan air susu. Tiap lobulus mempunyai saluran
halus untuk mengalirkan air susu. Saluran-saluran halus ini bersatu menjadi satu
saluran untuk tiap lobus. Saluran ini disebut ductus lactiferosus yang memusat
menuju ke puting susu di mana masing-masing bermuara.
Keadaan buah dada pada 2 hari pertama nifas sama dengan keadaan dalam
kehamilan. Pada waktu ini buah dada belum mengandung susu, melainkan
colostrum yang dapat dikeluarkan dengan memijat areola mammae.
Masalah yang dapat timbul pada masa nifas anatar lain demam lebih dari 38oC
pada 2 hari berturut-turut pada 10 hari yang pertama postpartum. Demam ini biasanya
disebabkan infeksi nifas. Nadi yang cepat terdapat pada ibu yang nerveus, yang banyak
kehilangan darah, atau mengalami persalinan yang sulit.
His pengiring (royan) terutama terasa oleh multipara, karena rahimnya
berkontraksi dan berelaksasi, yang menimbulkan perasaan nyeri. His pengiring terutama
terasa waktu menyusukan anaknya. Biasanya setelah 48 jam postpartum tidak seberapa
mengganggu lagi. Primipara kurang diganggu oleh his pengiring, karena uterusnya
dalam kontraksi dan retraksi yang tonis.
52
CSL Semester 4 Edisi Keenam
53
CSL Semester 4 Edisi Keenam
F. PROSEDURAL
• Senyum, salam, sapa dan melakukan informed consent
• Anamnesis Nifas
1) Menanyakan identitas pasien : Nama, Umur, jenis kelamin, alamat lengkap,
pekerjaan, agama, dan suku bangsa
2) Menanyakan Riwayat Penyakit Sekarang
Menanyakan keluhan utama
3) Menanyakan mengenai riwayat persalinan, waktu, tempat, jenis persalinan,
penolong persalinan, tindakan dalam persalinan, episitomy, paritas
4) Menanyakan keluhan lain/penyerta : demam, pusing, sakit kepala hebat,
penglihatan kabur, kesedihan/depresi, ada gangguan tidur atau tidak
5) Menanyakan frekuensi BAB dan BAK
6) Menanyakan pengeluaran pervaginam (lochia), jenismya, warnanya, baunya,
jumlahnya
7) Menanyakan cara menyusui bayi dan laktasi (apakah bayi mau menyusu,
bagaimana pengeluaran ASI, apakah ada kesulitan menyusui, apakah ada
keluhan pada payudara, apakah puting susu lecet)
8) Bagaimana gizi ibu, makan teratur atau tidak, cukup gizi atau tidak
9) Menanyakan masalah kontrasepsi untuk mengatur jarak kelahiran
• Pemeriksaan Nifas
1) Pemeriksaan tanda-tanda vital
2) Pemeriksaan kepala : anemis atau tidak
3) Pemeriksaan payudara : puting (bentuknya, pengeluaran colostrum/ASI),
pembengkakan, luka/lecet, tanda radang atau benjolan.
4) Pemeriksaan abdominal secara umum dan memeriksa tinggi fundus uteri,
kontraksi uterus dan memeriksa apakah kandung kemih kosong/penuh
5) Pemeriksaan genitalia :
Perineum ( apakah ada edema dan hematoma)
Memeriksa luka jahitan episiotomy
54
CSL Semester 4 Edisi Keenam
G.DAFTAR PUSTAKA
• Cunningham, T Gary, Williams Obstetrics 22nd Edition.2005.USA.McGraw-
Hill Companies,Inc
• Sastrawinata, et all. editor. Ilmu Kesehatan Reproduksi : Obstetri Patologi
Edisi 2.2003.Jakarta EGC
• Anonim.2001. Buku Panduan skill Lab FK UGM. Yogyakarta
• Anonim.2006.Buku Panduan Skill Lab FK Unpad.Bandung
56
CSL Semester 4 Edisi Keenam
ANAMNESIS GINEKOLOGI
Oleh : dr. Dian Isti Angraini, M.P.H
A. TEMA
Keterampilan anamnesis ginekologi (kandungan)
B. TUJUAN
Tujuan Instruksional Umum
Setelah melakukan latihan keterampilan anamnesis ginekologi mahasiswa mampu
melaksanakan anamnesa pada wanita dengan keluhan ginekologi
Tujuan Instruksional Khusus :
• Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan ginekologi secara umum,
terutama melakukan anamnesis ginekologi dengan baik.
• Mahasiswa mampu membuat kesimpulan hasil anamnesis/ diagnosis.
• Mahasiswa mampu membuat prognosis dan rencana
D. SKENARIO
Nn. A berusia 22 tahun, datang dengan keluhan perdarahan haid yang berlangsung
selama 20 hari dengan jumlah darah haid 2x lipat dari biasanya. Hal ini telah dialami
selama 3 bulan terakhir. Lakukanlah anamnesis ginekologi kepada pasien.
57
CSL Semester 4 Edisi Keenam
E. DASAR TEORI
Ginekologi (secara harfiah berarti "ilmu mengenai wanita") adalah cabang
ilmu kedokteran yang khusus mempelajari penyakit-penyakit sistem reproduksi wanita
(rahim, vagina dan ovarium). Gangguan ginekologi meliputi gangguan haid, perdarahan
uterus abnormal, keputihan, endometriosis, penyakit radang panggul, bartolinitis,
mioma uteri, tumor ovarium neoplastik jinak, infertilitas, menopause dan lain
sebagainya.
Masalah ginekologis bisa timbul dengan berbagai gejala, di antaranya:
• Menstruasi banyak (menoragia)
• Tidak menstruasi (amenore)
• Sekret vagina
• Nyeri suprapubik
• Perdarahan per vaginam
• Masalah kontrasepsi
• Nyeri saat berhubungan seksual (dispareuni)
Hal-hal terkait anamnesis ginekologi:
1. Keluhan utama pasien datang dan lamanya diderita
2. Tanggal hari pertama haid terakhir (HPHT)
3. Data tentang siklus menstruasi dan menstruasi terakhir; regularitas dan panjang
siklus, lama, banyaknya dan bentuk darah menstruasi
4. Riwayat dismenorhea, Umur Menarche
5. Ada tidaknya perdarahan intermenstrual, Ada tidaknya pengeluaran discharge :
jenis, warna, banyaknya, bau dan saat keluarnya, Ada tidaknya pruritus/ gatal pada
vulva
6. Keluhan di daerah abdomen : Pembesaran, lokasiny, rasa tidak enak atau sakit
7. Riwayat dan lama perkawinan
8. Data tentang riwayat kehamilan dan persalinan
9. Keluhan yang berhubungan dengan coitus : libido, dispareunia dan orgasmus
58
CSL Semester 4 Edisi Keenam
F. PROSEDUR
1) Identitas Pasien
Identitas pasien merupakan bagian yang paling penting dalam anamnesis. Kesalahan
identifikasi pasien dapat berakibat fatal, baik secara medis, etika, maupun hukum.
Unsur-unsur yang terdapat pada identitas pasien adalah:
Nama
Umur
Alamat : ditulis secara lengkap
Pendidikan dan Pekerjaan
Agama dan suku bangsa
2) Keluhan Utama
Keluhan utama yaitu keluhan atau gejala yang menyebabkan pasien dibawa berobat.
Keluhan utama sangat dibutuhkan dalam mengumpulan informasi masalah.Bahkan
untuk pasien yang datang hanya untuk sekedar pemeriksaan rutin.
59
CSL Semester 4 Edisi Keenam
b. Tanyakan apakah keluhan yang dialami pasien ini bersifat sementara, kronis,
berulang, atau terus-menerus.Tanyakan pula apakah keluhan tersebut terkait
dengan siklus menstruasi.
c. Galilah informasi, apakah keluhan ini pertama kali terjadi atau sudah pernah
dialami sebelumnya.
d. Tanyakan karakteristik masalah, dan gejala yang terkait. Untuk kasus nyeri,
gali informasi tentang lokasi, tingkat keparahan nyeri, dan sifatnya (misalnya,
tajam, tumpul, seperti keram), faktor yang memperburuk, faktor yang
meringankan, dan apakah rasa sakit menjalar ke lokasi lain. Untuk kasus
perdarahan, gali informasi mencakup frekuensi, intensitas, dan durasi aliran,
dan apakah pasien mengalami kelelahan atau perasaan kepala yang melayang
e. Tanyakan sampai sejauh mana keluhan tersebut mengganggu aktivitas
keseharian pasien.
f. Apakah pasien pernahmendapatkan pengobatan untuk keluhan seperti ini
sebelumnya? Jika pernah, tanyakan kepada pasien untuk meminta
menceritakan pengobatan sebelumnya atau rekam medisnya.
g. Tanyakan pada pasien mengapa pasien baru berkonsultasi tentang masalahnya
pada saat ini. Apakah keluhan yang dirasakan pasien berubah atau bertambah
parah.
4. Riwayat Menstruasi
a. Kapan haid pertama (menarche). Pubertas pada wanita merupakan tanda awal
matangnya organ reproduksi dan mencakup serangkaian peristiwa yang terjadi
selama 2-4 tahun termasuk peningkatan tinggi badan, perkembangan payudara,
tumbuhnya rambut kemaluan (pubarche atau adrenarche), dan onset menstruasi
pertama kali (menarche). Umur rata-rata menarche adalah 12-13 tahun, dengan
rentang 9-17 tahun. Awalnya, siklus menstruasi biasanya anovulasi dan
menstruasi terjadi pada interval yang tidak teratur.
60
CSL Semester 4 Edisi Keenam
5. Perimenopuse/menopause
a) Pola Menstruasi. Pada akhir siklus reproduksi wanita, interval intermenstrual
biasanya menjadi sulit diprediksi. Seringkali interval yang lebih pendek dan
kemudian menjadi lebih bervariasi. Menopause didefinisikan sebagai tidak
61
CSL Semester 4 Edisi Keenam
adanya menstruasi selama 1 tahun. Pendarahan yang terjadi setelah fase ini
biasanya merupakan pendarahan yang abnormal. Usia rata-rata pada
penghentian menstruasi adalah 51 tahun, dengan kisaran dari 40 tahun ke 50-
an.
b) Gejala yang berhubungan. Beberapa gejala yang muncul berhubungan dengan
perubahan hormonal yang terjadi sekitar waktu menopause. Gejala vasomotor,
termasuk hot flushes dan berkeringat di malam hari, sering dilaporkan. Ingatan
yang melemah, gangguan tidur, dan sakit di leher, bahu, dan punggung
memiliki prevalensi yang sama. Vagina yang kering dan kesulitan
mendapatkan gairah seksual.
c) Terapi penggantian hormon. Dalam rangka untuk mengevaluasi pola
perdarahan pasien perimenopause atau menopause dan gejala yang
berhubungan, penting bagi kita untuk mengetahui apakah pasienmenggunakan
terapi penggantian hormone dari regimen estrogen, atau estrogen dan
progesterone. Selain itu, penting untuk mengetahui sediaan pbat pengganti
hormone tersebut, apakah berbentuk herbal, tablet, atau bahan olahan kedelai.
6. Kontrasepsi
a) Metode kontrasepsi saat ini. Jika pasien premenopause dan aktif secara seksual
dengan laki-laki, penting untuk bertanya tentang metode kontrasepsi saat ini,
apakah ia puas dengan metode ini atau ada keinginan untuk menggantinya
b) Metode kontrasepsi sebelumnya yang pernah digunakan. Sebuah daftar metode
kontrasepsi masa lalu harus diperoleh, termasuk kapan digunakannya,
komplikasi yang terkait dengan penggunaan kontrasepsi tersebut, dan mengapa
pasien menghentikan penggunaannya.
62
CSL Semester 4 Edisi Keenam
8. Riwayat Infeksi
Tanyakan mengenai riwayat penyakit menular seksual dan cara
penanganannya.
Riwayat mengalami vulvo-vaginitis atau bacterial vaginosis
Riwayat salphingo-oophorotis (Pelvic Inflamatory Desease)
9. Riwayat Kesuburan
❖ Penting untuk mengetahui riwayat kesuburan sebelumnya.Tanyakan apakah
ada gangguan fertilitas sebelumnya.Bila ada, tanyakan riwayat kesuburannya,
sebelum dan sesudah terapi.
63
CSL Semester 4 Edisi Keenam
64
CSL Semester 4 Edisi Keenam
65
CSL Semester 4 Edisi Keenam
dapat mengalami sembelit dan mungkin perlu menekan perineum agar bisa
buang air besar.
4) Vaginal Dicharge. Pasien harus ditanya tentang perubahan atau peningkatan
cairan vagina, dan jika ada, apakah disertai gatal di sekitar vulvo-vagina, rasa
terbakar dan bau tidak wajar.
5) Vagina kering. Kekeringan atau penurunan lubrikasi vagina dapat dikeluhkan
ketika tingkat estrogen rendah seperti pada saat postpartum danpada saat
menopause. Atau difiirkan adanya kemungkinan sindrom Sjögren.
6) Lesi vulva. Karakteristik lesi harus ditanyakan mulai dari perjalanan
pertumbuhan lesi, hingga besar dan dalam lesi. Dan apakah sudah menjadi
suatu lesi yang ulseratif.
7) Vulva terasa gatal atau terbakar. Pasien harus ditanya tentang gejala gatal di
vulva dan rasa terbakar, yang mungkin menjadi gejala vulvo-vaginitis,
dermatitis kontak, atau vestibulitis. Gejala ini juga dapat berhubungan dengan
kondisi seperti lichen simpleks, lichen sclerosus et atrophicus, neoplasia
intraepitel vulva, dan karsinoma vulva.
8) Disfungsi seksual. Gejala disfungsi seksual pada organ ginekologidapat dibagi
menjadi beberapa kategori seperti :kelainan gairah (libido menurun), nyeri
dengan hubungan seksual (dispareunia), dan ketidakmampuan untuk mencapai
orgasme (anorgasmia).
ii. Gejala-Gejala Saluran Kencing.
a) Gejala infeksi saluran kemih meliputi disuria, frekuensi kencing, urgensi
kemih, dan hematuria.
b) Gejala urolithiasis termasuk nyeri panggul dan hematuria.
c) Inkontinensia Urin. Inkontinensia urin dapat dialami dengan berbagai kondisi,
termasuk infeksi saluran kemih, kelainan kongenital, vesiko-atau fistula
uretero-vagina, sistokel atau cystourethrocele, ketidakstabilan detrusor, dan
berbagai kondisi neurologis. Penting diketahui kapan inkontinensia terjadi
66
CSL Semester 4 Edisi Keenam
(terus menerus, dengan kegiatan seperti batuk, bersin, atau berjalan, dalam
perjalanan ke kamar mandi, atau dengan rangsangan seperti menyalakan air
atau mendengar gemerincing kunci).
d) Retensi Urin. Ketidakmampuan untuk mengeluarkan urin mungkin disebabkan
oleh kompresi uretra (misalnya, oleh leiomyoma atau edema periurethral) atau
terjadi setelah prosedur bedah panggul. Pengosongan kandung kemih yang
tidak lengkap juga dapat terjadi pada pasien dengan sistokel.
iii. Gejala-Gejala Gastrointestinal
Pasien harus ditanya tentang gejala mual,muntah, konstipasi, diare berdarah,
dengan atau tanpa tinja, nyeri buang air besar dengan, dan inkontinensia tinja atau
flatus. Pasien dengan Irritable Bowel Syndromesering mengeluhkan konstipasi
atau bahkan diare yang berhubungan dengan kram perut.Inkontinensia tinja atau
flatus dapat dikeluhkan setelah luka pada sfingter anal selama persalinan, atau
pada fistula anal atau rektovaginal.
b. Payudara.
Pasien harus ditanya tentang adanya massa pada payudara, nyeri, dan riwayat
biopsi payudara. Ketika diketahui terdapat massa, tanyakan sudah berapa lama
munculnya, dan apakah ukurannya berubah sesuai siklus menstruasi. Discharge
payudara harus ditanyakan apakah pada satu sisi atau dua sisi, dan juga warna dischare
payudaranya. Galaktorea (keluarnya airsusu) dapat unilateral atau bilateral, dan
kemungkinan terjadi pada hiperprolaktinemia, hipotiroidisme, dan dengan penggunaan
obat-obatan tertentu, termasuk kontrasepsi oral. Discharge berdarah unilateral biasanya
terjadi pada intraductal papilloma. Sebuah Discharge kehijauan unilateral dapat terjadi
pada ektasia duktal.Nyeri ringan pada saat menstruasi adalah hal yang wajar, hal ini
terkait dengan proses hormonal. Nyeri lebih lama atau berat dapat dikaitkan dengan
adanya perubahan fibrokistik pada payudara.
67
CSL Semester 4 Edisi Keenam
A. DAFTAR PUSTAKA
B. TUGAS MAHASISWA
1) Masing-masing mahasiswa membuat anamnesis pasien dengan keluhan
ginekologi seperti keputihan (fluor albus), dismenorea, menorhagia,
metroragia, polimenorhagia, PUD, dll
2) Hasil anamnesis yang telah dibuat akan dijadikan bahan latihan pada
pertemuan kedua
68
CSL Semester 4 Edisi Keenam
4 Informed consent
ITEM PROSEDURAL
5 Menanyakan Identitas Pasien
6 Menanyakan keluhan utama dan tambahan
Menanyakan riwayat penyakit sekarang
KU pasien sekarang
keluhan baru (pertama kali) atau lama
keluhan bersifat kronis, berulang atau terus menerus
karakteristik masalah yang terkait misal :
- nyeri (lokasi, tingkat keparahan nyeri, dan sifatnya
(misalnya, tajam, tumpul, seperti keram), faktor yang
memperburuk, faktor yang meringankan, dan apakah
rasa sakit menjalar ke lokasi lain)
7
- pendarahan (warna, segar atau tidak, frekuensi,
intensitas, dan durasi aliran, dan apakah pasien
mengalami kelelahan atau perasaan kepala yang
melayang)
- benjolan (warna, bentuk, simetris atau tidaknya, batas,
sesuai warna sekitar, panas, nyeri, bisa digerakkan, dan
lainnya)
mengganggu aktivitas sehari-hari atau tidak
pengobatan sebelumnya dan hasilnya
Menanyakan riwayat menstruasi
▪ haid pertama (menarche)
8
▪ Haid Pertama Haid Terakhir (HPHT)
▪ Pola Menstruasi dan gejala yang terkait
Khusus pasien Perimenopause/menopause
• Pola menstruasi
• Gejala/keluhan yang berhubungan (hot flushes, berkeringat malam
9
hari, ingatan melemah, gangguan tidur, vagina kering dan libido
menurun)
• Adakah terapi penggantian homon
Menanyakan riwayat Kontrasepsi
10 Metode kontrasepsi saat ini
Metode kontrasepsi sebelumnya
Menanyakan riwayat Infeksi Ginekologis
11 PMS dan penanganannya
PID
Menanyakan riwayat Sitologi Cerviks dan Vagina (Pap Smear)
12 Sudah berapa kali periksa
Adakah riwayat pemeriksaan yang abnormal
Menggali informasi tentang riwayat Kesuburan (gangguan fertilitas
13 dan penanganannya), dan Riwayat aktivitas Seksual (penurunan
libido ataupun masalah
Menggali informasi tentang riwayat Kehamilan dan persalinan
14
Kehamilan intraunterin/ektopik
69
CSL Semester 4 Edisi Keenam
Abortus
Mola
Usia kehamilan
Cara persalinan
Komplikasi persalinan
Menggali informasi tentang riwayat penyakit dahulu, adanya
tindakan pembedahan terdahulu, konsumsi obat-obatan dan
15
alergibaik yang berhubungan maupun tidak berhubungan dengan
masalah ginekologi
Menanyakan riwayat pemeliharaan kesehatan dan kebiasaan sehari-
hari.
Penggunaan tembakau, alkohol, dan narkoba
16
Nutrisi (gizi seimbang, asupan kalsium, asam folat)
Olahraga
Imunisasi (TORCH, Vaksin HPV)
17 Menggali informasi mengenai aspek sosial pasien dan keluarganya.
ITEM PENALARAN KLINIS
Melakukan cross check (paraphrase atau pengulangan terhadap apa
18
yang dikatakan pasien)
Melakukan umpan balik (menanyakan hal-hal yang kurang jelas, atau
19
pertanyaan yang kurang jelas).
20 Mencatat semua hasil anamnesis
21 Menyimpulkan dan menginterpretasikan hasil anamnesis
ITEM PROFESIONALISME
22 Percaya diri, bersikap empati, tidak menginterogasi
23 Mengakhiri anamnesis dengan sikap yang baik
70
CSL Semester 4 Edisi Keenam
Pemeriksaan Ginekologi
Oleh : dr. Oktadoni Saputra, M.Med.Ed; dr. Dian Isti Angraini, M.P.H; dr. Fajriani D
1. Tema Pembelajaran
Keterampilan pemeriksaan ginekologi
2. Tujuan
1) Mahasiswa mampu melakukan inspeksi dan palpasi genitalia eksterna wanita
2) Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan spekulum yaitu inspeksi vagina
dan serviks
3) Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan bimanual yaitu palpasi vagina,
serviks, korpus uteri dan ovarium
4) Mahasiswa mampu melakukan (di bawah supervisi) pemeriksaan rektal wanita,
palpasi kantung douglas, uterus dan adneksa
5) Mahasiswa mampu melakukan (di bawah supervisi) pemeriksaan rekto-vaginal
3.Level Kompetensi
Keterampilan Level Kompetensi
Inspeksi dan palpasi genitalia eksterna wanita -1- -2- -3- -4-
Pemeriksaan spekulum : inspeksi vagina dan serviks -1- -2- -3- -4-
Pemeriksaan bimanual : palpasi vagina, serviks, korpus
-1- -2- -3- -4-
uteri dan ovarium
Pemeriksaan rektal wanita : palpasi kantung douglas,
-1- -2- -3- -4-
uterus dan adneksa
Pemeriksaan rektovaginal -1- -2- -3- -4-
71
CSL Semester 4 Edisi Keenam
5.Skenario
Keputihan
Seorang wanita, berusia 42 tahun, datang ke praktek dokter kandungan
dengan keluhan keputihan sejak 10 hari yang lalu. Keputihan yang dirasakan agak
encer, tidak gatal dan berbau amis. Keluhan ini sering dirasakan sejak 3 bulan
belakangan. Riwayat dan siklus haid normal, pemakaian kontrasepsi disangkal,
pemakaian sabun pembersih daerah kewanitaan (sabun sirih) (+) sejak beberapa bulan
terakhir. Pasien mengeluhkan nyeri saat berhubungan dan kadang-kadang flek-flek
darah di luar siklus haid. Dokter kemudian melakukan pemeriksaan
ginekologi/inspekulo,bimanual, vaginal swab untuk Pemeriksaan. Mikrobiologi dan
Ispeksi Visual Asetat (IVA) serta menyarankan pasien melakukan Pap Smear.
Pemeriksaan Pelvik
Pemeriksaan pelvic biasanya menimbulkan ketegangan pada pasien. Sebelum
dilakukan pemeriksaan harus dilakukan pendekatan yang baik pada pasien, agar pasien
bisa bekerja sama pada waktu diperiksa.
72
CSL Semester 4 Edisi Keenam
Pemeriksaan pelvic dikerjakan pada pasien yang berada dalam posisi litotomi.
Pasien diminta merebahkan sepenuhnya punggungnya secara santai (agar dinding perut
kendor), dan meletakkan dua kaki pada penyangga kaki (foot-rest) secara santai (agar
otot-otot daerah pelvic kendor), sedemikian rupa sehingga perineum ada tepat ditepi
meja periksa.
Pemeriksa menggunakan sarung tangan steril dengan ukuran yang sesuai. Cara
memakai sarung tangan harus mengikuti prosedur aseptik. Sebelum melakukan
pemeriksaan harus dilakukan toilet vulva dan vagina. Prosedur antiseptik ini dilakukan
dengan kasa atau kapas steril yang direndam dalam desinfektan yang tidak mengiritasi
(misalnya : larutan Lysol). Kapas steril tersebut disapukan pada vulva sampai sekitar
perineum dari arah medial ke lateral atau sentral ke perifer, dan penyapuan daerah anus
harus dilakukan paling akhir.
7.Prosedur
B. PEMERIKSAAN PELVIK
1. Inspeksi
Pengamatan dilakukan pada alat genital bagian luar (eksterna), khususnya
daerah vulva, dimulai dengan pengamatan secara keseluruhan tentang keadaan
atau hygiene daerah genital secara umum atau adanya kelainan yang mencolok.
Secara sistematik hal-hal yang diamati adalah :
1. Pertumbuhan dan pola pertumbuhan rambut pada pubes (maskulin atau
feminin) dan kelainan pada folikel rambut pubes
2. Keadaan kulit didaerah vulva (perlukaan, vesikel atau nodul, pruritus,
leukoplakia, tumor)
3. Keadaan klitoris (apakah ada pembesaran klitoris atau tidak)
4. Keadaan muara urethra (infeksi, karunkula, tumor)
5. Keadaan labium majus dan minus (simetrik atau tidak, perlukaan,
pembengkakan, atau penonjolan)
6. Keadaan perineum (pembengkakan, sikatriks atau bekas episiotomi,
pemendekan karena sisa persalinan atau adanya tumor) dan komisura posterior
(utuh atau sudah rupture)
7. Keadaan introitus vagina (apakah ada discharge yang mengalir dari liang
vagina)
73
CSL Semester 4 Edisi Keenam
2. Inspekulo
Pemeriksaan inspekulo dilakukan dengan menggunakan speculum dan hanya
dilakukan pada pasien yang sudah menikah dan sudah melakukan hubungan seksual.
Ada berbagai macam speculum, tetapi yang sering digunakan di klinik adalah speculum
Graves dan speculum
Sims.
Gambar 4.
Spekulum Spekulum Graves
Sims & Sims
Spekulum
Graves
74
CSL Semester 4 Edisi Keenam
75
CSL Semester 4 Edisi Keenam
76
CSL Semester 4 Edisi Keenam
Pemasangan speculum sudah dianggap benar jika serviks uteri terlihat dengan
jelas. Apabila visualisasi serviks uteri dan fornices vagina terhalang oleh akumulasi
discharge, maka vagina dibersihkan dengan larutan desinfektan atau salin. Sebelumnya
discharge harus diamati lebih jelas dan dicatat perihal banyaknya, jenis atau
konsistensinya, warna dan berbau atau tidak. Sesudah berhasil tampak dengan jelas,
serviks uteri dinilai secara cermat warna mukosanya (hipermis, anemis, livid) dan
adanya kelainan seperti erosi, ektropion, laserasi, sikatriks, granulasi, teleangiektasi,
pertumbuhan polips serta tumor.
Spekulum ditarik dan dilepas dengan perlahan-lahan sambil mengamati
dinding vagina. Keadaan vagina diamati dengan seksama, dan dicat warnanya, adanya
ptekie, varises, granulasi, ulserasi, perlukaan, fistula, penonjolan akibat kendornya
dinding vagina (kistokel, rektokel) dan adanya tumor.
C. Pemeriksaan Bimanual
Pemeriksaan bimanual (vaginal toucher, colok vagina) dikerjakan dengan cara:
1. Mengoles telunjuk dan jari tengah yang akan digunakan untuk memeriksa
dengan lubrikan atau desinfektan
2. Memasukkan jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan ke vagina (Tangan
pemeriksa masuk ke vagina sesuai dengan aksis vagina dan dikerjakan secara
perlahan-lahan dan sehalus mungkin)
3. Telapak tangan kiri berada di daerah suprapubik
4. Tangan yang ada di abdomen dimanfaatkan sepenuhnya untuk mengarahkan
organ mana yang diperiksa. (Posisi tangan kanan dan kiri pemeriksa ini bisa
terbalik tergantung kebiasaan pemeriksa)
5. Perabaan dilakukan mulai dari vagina hingga fornises, serviks uteri, uterus,
adneksa atau parametrium, dan keseluruhan rongga panggul.
6. Sesudah tangan pemeriksa ditarik dari vagina dilakukan perabaan pada daerah
luar genital (vulva dan sekitarnya).
7. Pemeriksaan harus dilakukan secara siatematik, untuk itu perabaan harus urut
dan tidak boleh ada yang terlewatkan.
Hal-hal yang harus dicatat dan diperhatikan pada pemeriksaan bimanual antara lain:
Vagina
➢ Ada tidaknya kelainan di daerah introitus Vagina (Kista/ Abses Bartholini)
➢ Ketegangan (kuatnya) dinding vagina
➢ Ada tidaknya sistokel atau rektokel
➢ Permukaan dan keadaan rugae (ulkus, tumor, fistula)
➢ Penonjolan fornix & cavum Douglasi
➢ Ada tidaknya kelainan kongenital ( atresia, stenosis, septum)
77
CSL Semester 4 Edisi Keenam
Serviks Uteri
➢ Permukaan (sikatriks, ulkus, tumor)
➢ Besar dan bentuk serviks uteri
➢ Konsistensi (kenyal, lunak, keras, tanda Hegar)
➢ Kanalis servikalis terbuka atau tertutup
➢ Mudah digerakkan (mobile) atau sukar digerakkansakit pada pergerakan (arah
pergerakan, slinger pain)
Uterus
➢ Bentuk uterus
➢ Ukuran atau dimensi uterus
➢ Posisi dan kedudukan uterus (anteversi, retroversi, antefleksi, tetrtifleksi,
sinistro, dekstroposisi)
➢ Konsistensi (kenyal, padat)
➢ Permukaan uterus (rata, berbenjol-benjol)
➢ Mobilitas uterus
➢ Ada tidaknya pertumbuhan tumor (bentuk, ukuran, konsistensi)
➢ Ada tidaknya kelainan bawaan
Parametrium
➢ Strutur adneksa ( tuba, ovarium)
➢ Ruang di parametrium (longgar, memendek)
➢ Ada tidaknya sakit pada perabaan
➢ Teraba masa tumor atau tidak (lokasi, ukuran, permukaan, konsistensi,
mobilitas, hubungan dengan alat sekitarnya)/
➢ Adanya infiltrasi keganasan
• Uterus retroversio fleksio, perabaan uterus agak sulit oleh karena pencekapan
uterus tak dapat berlangsung secara baik.
• Pasien obese, evaluasi uterus secara palpasi sulit dilakukan.
• Vesika urinaria yang terlampau penuh.
uterus melalui dinding rektal anterior. Normalnya, teraba licin, melingkar, tegas, dan
dapat digerakkan.
81
CSL Semester 4 Edisi Keenam
c. Knee-chest position
Posisi ini biasanya tidak/kurang menyenangkan bagi pasien.
d. Standing elbow-knee position
Posisi ini jarang digunakan.
8.Daftar Pustaka
Anonim. 2008 : Buku Panduan Peserta Pelatihan Klinik : Asuhan Persalinan Normal;
Asuhan Esensial, Pencegahan dan Penanggulangan Segera Komplikasi
Persalinan dan Bayi Baru lahir. Jaringan Nasional Pelatihan Klinik-Kesehatan
Reproduksi (JNPK-KR). Depkes RI. Indonesia
Anonim. 2005. Skills Lab Jilid 8 Tahun Akademik 2004/2005. Laboratorim
Keterampilan Medik. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
F. Gary Cunningham. Et al. 2001. Williams Obstetrics, 21st edition. McGraw-Hill
Professional.
Jonathan S. Berek .2002. Novak’s Gynecology, 13th edition. Lippincott Williams &
Wilikns.
Mansjoer, Arif. Et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Penerbit Media
Aesculapius. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
82
CSL Semester 4 Edisi Keenam
Moerdijat, Tonny S. dr. Sp.OG. et al. 2008. Menggulirkan Sistem Terbuka Pencegahan
Kanker Serviks di Indonesia. Disampaikan dalam Pertemuan Ilmiah Tahunan I
Himpunan Obstetri & Ginekologi Sosial Indonesia. Malang, April 2008.
Didownload dari :
http://www.rotaryd3400.org/campur/Pencegahan%20Kanker%20Serviks%20d
i%20Indonesia.pdf
Szilagy, PG. 2002. Bate’s guide to phsycal examination. McGraw-Hill.
Wilopo, S. 2010. Epidemiologi dan Pencegahan Kanker Leher Rahim. Center for
Reproductive Health, Department of Public Health, Faculty of Medicince
Gadjah Mada University. Didownload dari : http://chnrl.net/mkia-
kr/files/CaCervic-texfinal.pdf
9.Evaluasi
Check List Penilaian Keterampilan Pemeriksaan Ginekologi
No Prosedur/langkah klinik yang dinilai Umpan Balik
I Item Interaksi Dokter Pasien
1 Senyum, Salam, Sapa
2 Ajak Bicara/ Anamnesis kasus ginekologik (simulasi)
3 Informed Consent (Meminta persetujuan lisan)
II Item Prosedural
INSPEKULO
4 Periksa alat dan bahan yang diperlukan
5 Siapkan lampu periksa, menyalakan dan mengarahkannya
6 Siapkan model/Persilakan pasien tenang dalam posisi litotomi
7 Betulkan posisi ginekologi pasien/model (perineum tepat ditepi meja)
Simulasi mencuci kedua tangan dengan desinfektan, termasuk melepas cincin,
8
jam dsb.
9 Gunakan sarung tangan dengan cara aseptic
10 Lakukan simulasi toilet vulva dan sekitarnya secara lege artis
11 Pasang duk steril
12 Lakukan simulasi kateterisasi
13 Inspeksi daerah mons pubis, labium majus, vulva
14 Pilih spekulum dan atur sekrupnya
15 Oles spekulum dengan lubrikan atau desinfektan
16 Singkap labia majora dengan tangan dan arah yang benar
17 Pasang spekulum dgn tangan kanan dengan cara dan arah yang benar
18 Tampilkan serviks uteri dengan membuka spekulum
19 Kunci kedudukan speKulum
Catt : Jika ingin melakukan Pap Smear atau IVA langsung ke check list pap
smear atau IVA
20 Lakukan simulasi membersihkan rongga vagina dengan desinfektan
21 Periksa serviks uteri dan orifisium uteri eksternum
22 Amati dinding vagina dengan memutar spekulum 90° ke kiri dan ke kanan
PEMERIKSAAN BIMANUAL
23 Simulasi mengusap tangan dengan lubrikan/ desinfektan
24 Berdiri, mengambil sikap tangan kanan di vulva & tangan kiri di suprapubik
83
CSL Semester 4 Edisi Keenam
84
CSL Semester 4 Edisi Keenam
1.Tema Pembelajaran
Keterampilan pemeriksaan Pap Smear dan Inspeksi Visual dengan Asam
Asetat (IVA).
2.Tujuan
A. Mahasiswa mampu melakukan prosedur pemeriksaan Pap Smear
B. Mahasiswa mampu melakukan prosedur pemeriksaan Inspeksi Visual dengan
Asam Asetat dan mengintepretasikan hasilnya
3.Level Kompetensi
Keterampilan Level Of Expexcted Ability
Melakukan swab vagina -1- -2- -3- -4-
Duh (discharge) genital: bau, pH, pemeriksaan dengan -1- -2- -3- -4-
pewarnaan Gram, salin, dan KOH
Melakukan Pap’s smear -1- -2- -3- -4-
Melakukan IVA -1- -2- -3- -4-
85
CSL Semester 4 Edisi Keenam
5.Skenario
Keputihan
Seorang wanita, berusia 42 tahun, datang ke praktek dokter kandungan
dengan keluhan keputihan sejak 10 hari yang lalu. Keputihan yang dirasakan agak
encer, tidak gatal dan berbau amis. Keluhan ini sering dirasakan sejak 3 bulan
belakangan. Riwayat dan siklus haid normal, pemakaian kontrasepsi disangkal,
pemakaian sabun pembersih daerah kewanitaan (sabun sirih) (+) sejak beberapa bulan
terakhir. Pasien mengeluhkan nyeri saat berhubungan dan kadang-kadang flek-flek
darah di luar siklus haid. Dokter kemudian melakukan pemeriksaan
ginekologi/inspekulo,bimanual, vaginal swab untuk Pemeriksaan. Mikrobiologi dan
Ispeksi Visual Asetat (IVA) serta menyarankan pasien melakukan Pap Smear.
A.SWAB VAGINA
Swab vagina atau pemeriksaan apus vagina artinya mengambil sediaan seperti
lendir yang terdapat pada daerah vagina untuk diperiksa sel-sel yang terkandung di
dalamnya dengan menggunakan bantuan bawah mikroskop. Tujuan dilakukan swab
vagina :
1) Untuk mengambil High Vagina Swab yaitu contoh spesimen jika seseorang itu
mengalami discharge (keputihan) yang banyak/ abnormal dari vagina.
2) Untuk memeriksa kuman-kuman apakah yang ada didalam vagina dengan
menggunakan bantuan bawah mikroskop.
86
CSL Semester 4 Edisi Keenam
Meskipun banyak variasi warna, konsistensi, dan jumlah dari sekret vagina
bisa dikatakan suatu yang normal, tetapi perubahan itu selalu diinterpretasikan
penderita sebagai suatu infeksi, khususnya disebabkan oleh jamur. Beberapa
perempuan pun mempunyai sekret vagina yang banyak sekali. Dalam kondisi
normal, cairan yang keluar dari vagina mengandung sekret vagina, sel-sel vagina
yang terlepas dan mukus serviks, yang akan bervariasi karena umur, siklus
menstruasi, kehamilan, dan penggunaan pil KB.
Lingkungan vagina yang normal ditandai adanya suatu hubungan yang
dinamis antara Lactobacillus acidophilus dengan flora endogen lain, estrogen,
87
CSL Semester 4 Edisi Keenam
2) Vaginosis bakterialis
Vaginosis bakterialis merupakan kondisi vagina yang sering dialami oleh
wanita usia reproduktif. Vaginosis bakterialis mempunyai mikrobiologi yang
kompleks; dua organisme, Gardnerella vaginalis dan spesies Mobiluncus, adalah
spesies yang paling dikaitkan dengan proses penyakit (Brooks, 2007). Nama lain
dari vaginosis bakterialis adalah non specific vaginitis, Gardnerella vaginitis,
Corynebacterium vaginitis, Haemophilus vaginitis, non specific vaginosis, dan
anaerobic vaginosis.
Faktor risikonya adalah hubungan seksual pertama pada usia muda,
perokok, pasangan seksual yang banyak, penggunaan alat kontrasepsi intrauterin,
pembersih vagina, ras, dan aktivitas homoseks diperkirakan menjadi faktor resiko
vaginosis bakterialis. Flora campuran kuman anaerob dapat tumbuh secara
berlebihan sebagai akibat adanya peningkatan substrat, peningkatan pH, dan
hilangnya dominasi Lactobacillus yang berkhasiat menghambat pertumbuhan
kuman lain. Pada wanita normal dijumpai koloni strain Lactobacillus yang mampu
memproduksi H2O2, sedangkan pada penderita vaginosis bakterialis terjadi
penurunan jumlah populasi Lactobacillus secara menyeluruh, sementara populasi
yang masih tersisa tidak mampu menghasilkan H2O2.
Dengan meningkatnya pertumbuhan kuman, produksi senyawa amin oleh
kuman anaerob juga bertambah, yaitu karena adanya dekarboksilase mikrobial.
Senyawa amin dalam suasana pH vagina yang meningkat akan mudah menguap dan
menimbulkan bau amis. Poliamin asal bakteri bersamaan dengan asam organik yang
terdapat dalam vagina bersifat sitotoksik dan menyebabkan eksfoliasi epitel vagina.
Kumpulan eksfoliasi yang terkumpul membentuk sekret vagina. Dalam pH alkalis,
Gardnerella vaginalis melekat erat pada sel epitel vagina yang lepas dan
membentuk clue cells.
Pada wanita dengan vaginosis bakterialis, keluhan berupa adanya duh
tubuh vagina ringan, melekat pada dinding vagina, dan berbau amis. Bau lebih
menusuk setelah senggama dan darah menstruasi berbau abnormal. Dapat timbul
rasa gatal dan terbakar akibat iritasi pada vagina dan sekitarnya, serta kemerahan
dan edema pada vulva. Terdapat 50% kasus bersifat asimptomatik. Pada
pemeriksaan terdapat adanya duh tubuh vagina bertambah, warna abu-abu homogen,
berbau, dan jarang berbusa. Gejala peradangan umumnya tidak ada
88
CSL Semester 4 Edisi Keenam
B.PAP SMEAR
1. Definisi
Pada tahun 1924, George N Papanicolaou seorang ahli anatomi secara tidak
sengaja mengamati tingginya sel-sel abnormal pada sediaan yang diambil dari pasien
kanker serviks. Penggunaan materi seluler dari serviks dan vagina untuk diagnosis
kanker serviks ini kemudian dipublikasikan pada tahun 1928 dan selanjutnya tehnik
pengumpulan sel-sel dari vagina mengalami perbaikan dari penghapusan vagina,
spatula ayre, dan cytobrush. Apabila hasil pap smear abnormal, perlu dipastikan
melalui pemeriksaan histopatologi dengan melakukan biopsi.
Pap smear merupakan prosedur atau pemeriksaan sitologis yang dilakukan
untuk skrining perubahan sel, lesi pre kanker atau kanker pada leher rahim dengan
metode usapan (smear) lendir leher rahim pada objek gelas yang kemudian diperiksa
secara mikroskopik
3. Prosedur
1. Langkah pertama sama dengan langkah pada pemeriksaan ginekologi sampai
ke pemasangan spekulum. Pada pemeriksaan pap smear, spekulum tidak
diolesi dengan jelly maupun antiseptik.
89
CSL Semester 4 Edisi Keenam
4. Hasil
90
CSL Semester 4 Edisi Keenam
Sitologi Histologi
Sistem
Sistem WHO Sistem Bethesda Klasifikasi NIS
Papanicolaou
Klas I Normal Dalam batas normal -
Perubahan reaktif atau
Klas II Atipik perubahan reparatif : -
ASCUS
Klas III Displasia ringan Low-grade SILa NIS-1
Klas III Displasia sedang High-grade SIL NIS-2
Klas III Displasia berat High-grade SIL NIS-3
Klas IV Karsinoma in situ High-grade SIL NIS-3
Karsinoma sel Karsinoma sel
Klas V Karsinoma sel skuamosa
skuamosa invasif skuamosa
Klas V Adenokarsinoma Adenokarsinoma Adenokarsinoma
a
= Termasuk perubahan yang disebabkan oleh infeksi HPV
ASCUS = Atypical Squamous Cells of Undetermined Significance
SIL = Squamous Intraepithelial Lesion; NIS = Neoplasia Intraepithelial
91
CSL Semester 4 Edisi Keenam
Gambar 16. Hasil Pemeriksaan PAP SMEAR (staging derajat lesi prekanker)
92
CSL Semester 4 Edisi Keenam
3. Keuntungan/kelebihan
• Tehnik ini mudah, murah dan praktis
• Dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bukan dokter ginekologi, dapat
dilakukan oleh bidan dan dokter umum disetiap tempat pemeriksaan kesehatan
ibu.
• Alat-alat dan bahan yang dibutuhkan sangat sederhana
• Interpretasi hasil cepat dan mudah
• Sensitivitas dan spesifisitas baik untuk mendeteksi lesi prekanker
5. Prosedur
• Pemeriksaan IVA dilakukan setelah pemeriksaan ginekologi dengan inspekulo
sebelum pemeriksaan bimanual (periksa dalam)
• Setelah pemasangan spekulum dan serviks ditampilkan, oleskan larutan asam
asetat 3-5% pada regio Squamo-Columner Junction (SCJ) pada serviks
• Amati perubahan warna yang terjadi (setelah 20 detik)
93
CSL Semester 4 Edisi Keenam
(Negatif) (Positif)
Dicurigai Kanker
94
CSL Semester 4 Edisi Keenam
Daftar Pustaka
Anonim. 2008 : Buku Panduan Peserta Pelatihan Klinik : Asuhan Persalinan Normal;
Asuhan Esensial, Pencegahan dan Penanggulangan Segera Komplikasi
Persalinan dan Bayi Baru lahir. Jaringan Nasional Pelatihan Klinik-Kesehatan
Reproduksi (JNPK-KR). Depkes RI. Indonesia
Anonim. 2005. Skills Lab Jilid 8 Tahun Akademik 2004/2005. Laboratorim
Keterampilan Medik. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
F. Gary Cunningham. Et al. 2001. Williams Obstetrics, 21st edition. McGraw-Hill
Professional.
Jonathan S. Berek .2002. Novak’s Gynecology, 13th edition. Lippincott Williams &
Wilikns.
Mansjoer, Arif. Et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Penerbit Media
Aesculapius. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Moerdijat, Tonny S. dr. Sp.OG. et al. 2008. Menggulirkan Sistem Terbuka Pencegahan
Kanker Serviks di Indonesia. Disampaikan dalam Pertemuan Ilmiah Tahunan I
Himpunan Obstetri & Ginekologi Sosial Indonesia. Malang, April 2008.
Didownload dari :
http://www.rotaryd3400.org/campur/Pencegahan%20Kanker%20Serviks%20d
i%20Indonesia.pdf
Szilagy, Peter G. 2002. Bate’s guide to phsycal examination. McGraw-Hill.
Wilopo, Siswanto A. 2010. Epidemiologi dan Pencegahan Kanker Leher Rahim. Center
for Reproductive Health, Department of Public Health, Faculty of Medicince
Gadjah Mada University. Didownload dari : http://chnrl.net/mkia-
kr/files/CaCervic-texfinal.pdf
Evaluasi
Check List Penilaian Keterampilan Pemeriksaan Pap Smear dan IVA
No Prosedur/langkah klinik yang dinilai Umpan Balik
I Item Interaksi Dokter Pasien
1 Senyum, Salam, Sapa
2 Ajak Bicara/ Anamnesis kasus ginekologik (simulasi)
3 Informed Consent (Meminta persetujuan lisan)
II Item Prosedural
INSPEKULO
Meminta pasien untuk mengosongkan kandung kemih
4 Periksa alat dan bahan yang diperlukan
5 Siapkan lampu periksa, menyalakan dan mengarahkannya
6 Siapkan model/Persilakan pasien tenang dalam posisi litotomi
7 Betulkan posisi ginekologi pasien/model (perineum tepat ditepi meja)
8 Simulasi mencuci kedua tangan dengan desinfektan, termasuk melepas cincin, jam dsb.
9 Gunakan sarung tangan dengan cara aseptic
10 Lakukan simulasi toilet vulva dan sekitarnya secara lege artis
11 Pasang duk steril
95
CSL Semester 4 Edisi Keenam
96
CSL Semester 4 Edisi Keenam
KONSELING KONTRASEPSI
Oleh : dr.Dian Isti Angraini, M.P.H.
A. Tema
Keterampilan komunikasi interpersonal (KIP) atau konseling kontrasepsi.
B. Tujuan
➢ Mahasiswa mampu melakukan konseling kontrasepsi
C. Level Kompetensi
Keterampilan/ Skills Level Of Expected Ability
Konseling kontrasepsi -1- -2- -3- -4-
E. Skenario
Ketika anda sedang bertugas di poliklinik FK Unila, datanglah Ny. S,
35 tahun, didampingi oleh suaminya. Pasangan suami istri ini telah memiliki
anak 3 dan anak ke-3 berumur 2 bulan. Ny. S berkeinginan untuk
menggunakan alat kontrasepsi. Tetapi masih bingung mau memakai apa. Anda
sebagai dokter lalu melakukan konseling kontrasepsi.
F. Dasar Teori
1. Definisi
Konseling adalah proses pemberian informasi objektif dan lengkap,
dengan panduan keterampilan interpersonal, bertujuan untuk membantu seseorang
97
CSL Semester 4 Edisi Keenam
mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi dan menentukan
jalan keluar atau upaya untuk mengatasi masalah tersebut. Konseling merupakan
proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli (konselor) kepada
individu yang mengalami sesuatu masalah yang berakhir pada teratasinya masalah
yang dihadapi klien. Bantuan yang diberikan kepada individu yang sedang
mengalami hambatan, memecahkan sesuatu melalui pemahaman terhadap fakta,
harapan, kebutuhan dan perasaan-perasaan klien.
Kontrasepsi merupakan suatu cara atau metode yang bertujuan untuk
mencegah pembuahan sehingga tidak terjadi kehamilan. Negara berkembang
seperti Indonesia yang memiliki jumlah penduduk besar mendukung program
kontraspesi untuk mengendalikan pertumbuhan jumlah penduduk dan untuk
meningkatkan kesejahteraaan keluarga. Dalam hal ini pemerintah Indonesia
menyelenggarakan program Keluarga Berencana atau KB melalui pengaturan
kelahiran. Menurut BKKBN, konseling ber-KB merupakan proses pertukaran
informasi tentang KB dan interaksi positif antara klien-petugas untuk membantu
klien mengenali kebutuhannya, memilih solusi terbaik dan membuat keputusan
yang paling sesuai dengan kondisi yang sedang dihadapi klien.
2. Tujuan Konseling kontrasepsi
Konseling KB bertujuan membantu klien dalam hal:
a. Menyampaikan informasi dan pilihan pola reproduksi
b. Memilih metode KB yang diyakini
c. Menggunakan metode KB yang dipilih secara aman dan efektif
98
CSL Semester 4 Edisi Keenam
o Konseling dengan fungsi penyesuaian dalam hal ini merupakan upaya untuk
membantu klien mengalami perubahan biologis, psikologis, social, cultural,
dan lingkungan yang berkaitan dengan kesehatan.
o Konseling dengan fungsi perbaikan dilaksanakan ketika terjadi penyimpangan
perilaku klien atau pelayanan kesehatan dan lingkungan yang menyebabkan
terjadi masalah kesehatan sehingga diperlukan upaya perbaikan dengan
konseling.
o Konseling dengan fungsi pengembangan ditujukan untuk meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan serta peningkatan derajat kesehatan masyarakat
dengan upaya peningkatan peran serta masyarakat.
4. Prinsip Konseling KB
Prinsip konseling KB meliputi :
Percaya diri / confidentiality,
Tidak memaksa / voluntary choice,
Informed consent,
Hak klien / clien’t rights ,
Kewenangan / empowerment.
5. Keuntungan Konseling KB
Konseling KB yang diberikan pada klien memberikan keuntungan kepada
pelaksana kesehatan maupun penerima layanan KB. Adapun keuntungannya
adalah:
▪ Klien dapat memilih metode kontrasepsi yang sesuai dengan
kebutuhannya.
▪ Puas terhadap pilihannya dan mengurangi keluhan atau penyesalan.
▪ Cara dan lama penggunaan yang sesuai serta efektif.
▪ Membangun rasa saling percaya.
▪ Mengormati hak klien dan petugas.
▪ Menambah dukungan terhadap pelayanan KB.
99
CSL Semester 4 Edisi Keenam
100
CSL Semester 4 Edisi Keenam
101
CSL Semester 4 Edisi Keenam
102
CSL Semester 4 Edisi Keenam
103
CSL Semester 4 Edisi Keenam
G.Prosedur
1. Sapalah pasien atau keluarganya dengan ramah dan persilahkan duduk.
Perkenalkan diri anda, serta tanyakan keadaannya.
2. Tanyakan kepada pasien mengenai kontrasepsi yang diketahuinya dan yang
diinginkan
3. Berikan informasi mengenai jenis-jenis alat kontrasepsi, keuntungan dan
kerugiannya, pilihan yang bisa digunakan pasien, serta gambaran kontrasepsi
yang diinginkan pasien.
4. Bantulah pasien untuk memilih jenis kontrasepsi yang sesuai dengan keadaan
dan pilihan pasien. Bila berbeda berikan lagi informasi yang dibutuhkan
pasien. Beri dukungan pasien untuk memilih jenis kontrasepsi yang akan
diagunakan.
5. Bila sudah ditentukan jenis kontrasepsi yang akan digunakan, berikan
penjelasan mengenai cara pemakaiannya.
6. Rencanakan kunjungan ulang kapan pasien akan dilakukan pemasangan alat
kontrasepsi, pemberian alat kontrasepsi atau pemilihan jenis kontrasepsi bila
pada pertemuan ini belum ditetapkan pilihan jenis kontrasepsi.
104
CSL Semester 4 Edisi Keenam
H.Daftar Pustaka
• Depkes RI. 2009. Buku Saku Pencegahan Kanker Leher Rahim & Kanker
Payudara. Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular Direktorat
Jendreal PP & PL. Jakarta.
• Google photo search. www.google.com.
105
CSL Semester 4 Edisi Keenam
A. Tema pembelajaran
Keterampilan prosedural Pemasangan dan Pencabutan Alat Kontrasepsi Dalam
Rahim (AKDR)/ IUD
B. Level Kompetensi
Keterampilan/ Skills Level of expected ability
Advise about contraception -1- -2- -3- -4-
Insertion I.U.D -1- -2- -3- -4-
C. Tujuan
1. Mahasiswa mampu melakukan pemasangan IUD
2. Mahasiswa mampu melakukan pencabutan IUD
106
CSL Semester 4 Edisi Keenam
E. Skenario
AKDR
Ny. Ayudi, usia 28 tahun, P4A0 datang ke praktek saudara untuk berkonsultasi
tentang metode KB. Ny. Ayudi ingin menggunakan KB AKDR dikarenakan belum
ingin punya anak lagi untuk beberapa tahun kedepan tetapi belum mau di tubektomi.
Anda kemudian melakukan konseling KB serta menjelaskan jenis-jenis AKDR yang
mungkin dapat dipergunakan dan melakukan pemasangan AKDR pada Ny. Ayudi
Menurunkan motilitas
sperma melalui
kavum uteri
Kelebihan :
107
CSL Semester 4 Edisi Keenam
➢ Efektivitasnya tinggi: 0,6-0,81 kehamilan per 100 wanita dalam tahun pertama
penggunaan (Copper T 380A)
➢ Segera efektif dan efek sampingnya sedikit
➢ Metode jangka-panjang (perlindungan sampai 10 tahun jika menggunakan
Copper T 380A)
➢ Tidak mengganggu proses sanggama
➢ Kesuburan cepat pulih setelah AKDR dilepas
➢ Tidak mengganggu produksi ASI
➢ Bila tak ada masalah setelah kunjungan ulang awal, tidak perlu kembali ke
klinik jika tak ada masalah
➢ Dapat disediakan oleh petugas kesehatan terlatih
➢ Tidak mahal (CuT380A)
➢ Mengurangi kram akibat menstruasi (hanya yang mengandung progestin)
➢ Mengurangi darah menstruasi (hanya yang mengandung progestin)
➢ Mengurangi insidensi kehamilan ektopik (kecuali Progestasert)
Keterbatasan:
➢ Perlu pemeriksaan ginekologi dan penapisan PMS sebelum pakai
➢ Insersi dan pencabutan dilakukan oleh petugas terlatih
➢ Perlu deteksi benang AKDR (setelah menstruasi) jika terjadi kram, perdarahan
bercak atau nyeri
➢ Meningkatkan jumlah perdarahan dan kram menstruasi dalam beberapa bulan
pertama (terutama CuT)
➢ Kemungkinan terjadi ekspulsi spontan
➢ Walaupun jarang (< 1/1000 kasus), dapat terjadi perforasi saat insersi AKDR
➢ Tidak mencegah semua kehamilan ektopik (khususnya Progestasert)
➢ Dapat meningkatkan risiko PRP/PID dan yang berlanjut dengan infertilitas bila
pasangannya risiko tinggi PMS (misalnya: HBV, HIV/ AIDS)
AKDR sesuai untuk wanita usia reproduksi yang:
➢ Ingin kontrasepsi efektifitas dan jangka panjang
➢ Sedang memberikan ASI
➢ Pascapersalinan dan tidak memberikan ASI
➢ Pascakeguguran
➢ Risiko rendah terhadap PMS
➢ Pelupa/tidak ingat untuk minum pil setiap hari
➢ Tidak suka/tidak boleh pakai kontrasepsi hormon
➢ Membutuhkan kontrasepsi darurat
108
CSL Semester 4 Edisi Keenam
G. PROSEDUR
1. PEMASANGAN AKDR:
Pemeriksaan panggul
7. Pastikan pasien sudah mengosongkan kandung kemihnya dan mencuci area genitalia
dengan menggunakan sabun dan air.
8. Cuci tangan dengan air bersih mengalir dan sabun, keringkan dengan kain bersih.
110
CSL Semester 4 Edisi Keenam
112
CSL Semester 4 Edisi Keenam
Tindakan pascapemasangan
42. Rendam seluruh peralatan yang sudah dipakai dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit untuk dekontaminasi
43. Buang bahan-bahan yang sudah tidak dipakai lagi (kasa, sarung tangan sekali pakai)
ke tempat yang sudah disediakan
44. Celupkan kedua tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin
0,5%, bersihkan cemaran pada sarung tangan, buka secara terbalik dan rendam
dalam klorin 0,5%
45. Cuci tangan dengan air dan sabun
46. Pastikan klien tidak mengalami kram hebat dan amati selama 15 menit sebelum
memperbolehkan pasien pulang
Konseling pascapemasangan
47. Ajarkan pasien bagaimana cara memeriksa sendiri benang AKDR dan kapan harus
dilakukan
48. Jelaskan pada pasien apa yang harus dilakukan bila mengalami efek samping
49. Beritahu kapan pasien harus datang kembali ke klinik untuk kontrol
50. Ingatkan kembali masa pemakaian AKDR Cu T 380A adalah 10 tahun
113
CSL Semester 4 Edisi Keenam
51. Yakinkan pasien bahwa ia dapat datang ke klinik setiap saat bila memerlukan
konsultasi, pemeriksaan medik atau bila menginginkan AKDR tersebut dicabut
52. Minta pasien untuk mengulangi kembali penjelasan yang telah diberikan
53. Lengkapi rekam medik dan kartu AKDR untuk pasien
2. PENCABUTAN AKDR:
Konseling pra pencabutan
1. Sapa klien dengan ramah dan perkenalkan diri Anda
2. Tanyakan tujuan dari kunjungannya
3. Tanyakan apa alasannya ingin mencabut AKDR tersebut dan jawab semua
pertanyaannya
4. Tanyakan tujuan reproduksi (KB) selanjutnya (apakah klien ingin mengatur jarak
kelahiran atau ingin membatasi jumlah anaknya)
5. Jelaskan proses pencabutan AKDR dan apa yang akan klien rasakan pada saat
proses pencabutan dan setelah pencabutan
Prosedur pencabutan
11. Lakukan pemeriksaan bimanual:
• Pastikan gerakan serviks bebas
• Tentukan besar dan posisi uterus
• Pastikan tidak ada infeksi atau tumor pada adneksa
12. Pasang spekulum vagina untuk melihat serviks
13. Usap vagina dan serviks dengan larutan antiseptik 2 sampai 3 kali
14. Jepit benang yang dekat serviks dengan klem
15. Tarik keluar benang secara mantap tetapi hati-hati untuk mengeluarkan AKDR
16. Tunjukkan AKDR tersebut pada klien, kemudian rendam dalam klorin 0,5%
17. Keluarkan spekulum dengan hati-hati
114
CSL Semester 4 Edisi Keenam
20. Celupkan kedua tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin
0,5%, kemudian lepaskan dalam keadaan terbalik dan rendam dalam larutan klorin
tersebut.
21. Cuci tangan dengan air dan sabun
22. Amati selama 5 menit sebelum memperbolehkan klien pulang
H. Daftar Pustaka
I. Evaluasi
Cek List Latihan Pemasangan AKDR/IUD pada Model Uterus
Umpan
No Prosedur/langkah klinik yang dinilai
Balik
I Item Interaksi Dokter Pasien
Konseling Pra Pemasangan
1 Senyum, salam dan sapa
2 Tanyakan tujuan reproduksi dan alasan penggunaan AKDR
Pastikan klien memahami efek samping, alasan memilih dan kekhawatiran terkait
3
dengan AKDR
Lakukan seleksi klien (anamnesis) secara cermat untuk memastikan tidak ada masalah
4
kesehatan untuk menggunakan AKDR
115
CSL Semester 4 Edisi Keenam
• Pegang kedua ujung lengan AKDR dan dorong tabung inserter sampai ke pangkal
lengan sehingga lengan akan melipat
• Setelah lengan melipat sampai menyentuh tabung inserter, tarik tabung inserter
dari bawah lipatan lengan
• Angkat sedikit tabung inserter, dorong dan putar untuk memasukkan lengan
AKDR
II Item Prosedural
25 Pakai sarung tangan DTT yang baru
26 Pasang spekulum vagina untuk melihat serviks
27 Usap vagina dan serviks dengan larutan antiseptik 2 sampai 3 kali
28 Jepit serviks dengan tenakulum secara hati-hati (takik pertama) pada arah pukul 11
29 Masukkan sonde uterus dengan teknik “tidak menyentuh” (no touch technique)
30 Tentukan posisi dan kedalaman kavum uteri dan keluarkan sonde
Ukur kedalaman kavum uteri pada tabung inserter yang masih berada di dalam
31 kemasan sterilnya dengan menggeser leher biru pada tabung inserter, kemudian buka
seluruh plastik penutup kemasan
Angkat tabung AKDR dari kemasannya tanpa menyentuh permukaan yang tidak steril,
32
hati-hati jangan sampai pendorongnya terdorong.
Pegang tabung AKDR dengan leher biru dalam posisi horizontal (sejajar lengan
AKDR). Sementara melakukan tarikan hati-hati pada tenakulum, masukkan tabung
33
inserter ke dalam uterus sampai leher biru menyentuh serviks atau sampai terasa
adanya tahanan.
34 Pegang serta tahan tenakulum dan pendorong dengan satu tangan
Lepaskan lengan AKDR dengan menggunakan teknik withdrawal yaitu menarik
35
keluar tabung inserter sampai pangkal pendorong dengan tetap menahan pendorong
Keluarkan pendorong, kemudian tabung inserter didorong kembali ke serviks sampai
36
leher biru menyentuh serviks atau terasa adanya tahanan
Keluarkan sebagian dari tabung inserter dan gunting benang AKDR kurang lebih 1-2
37
cm
38 Keluarkan seluruh tabung inserter, buang ke tempat sampah terkontaminasi
39 Lepaskan tenakulum dengan hati-hati, rendam dalam larutan klorin 0,5%
Periksa serviks dan bila ada perdarahan dari tempat bekas jepitan tenakulum, tekan
40
dengan kasa selama 30-60 detik
41 Keluarkan spekulum dengan hati-hati, rendam dalam larutan klorin 0,5%
Tindakan Pasca Pemasangan
Rendam seluruh peralatan yang sudah dipakai dalam larutan klorin 0,5% selama 10
42
menit untuk dekontaminasi
Buang bahan-bahan yang sudah tidak dipakai lagi (kasa, sarung tangan sekali pakai) ke
43
tempat yang sudah disediakan
Celupkan kedua tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin
44 0,5%, bersihkan cemaran pada sarung tangan, buka secara terbalik dan rendam dalam
klorin 0,5%
45 Cuci tangan dengan air dan sabun
III Item Profesionalisme
Pastikan klien tidak mengalami kram hebat dan amati selama 15 menit sebelum
46
memperbolehkan klien pulang
Ajarkan klien bagaimana cara memeriksa sendiri benang AKDR dan kapan harus
47
dilakukan
48 Jelaskan pada klien apa yang harus dilakukan bila mengalami efek samping
49 Beritahu kapan klien harus datang kembali ke klinik untuk kontrol
50 Ingatkan kembali masa pemakaian AKDR Cu T 380A adalah 10 tahun
117
CSL Semester 4 Edisi Keenam
Yakinkan klien bahwa ia dapat datang ke klinik setiap saat bila memerlukan
51
konsultasi, pemeriksaan medik atau bila menginginkan AKDR tersebut dicabut
52 Minta klien untuk mengulangi kembali penjelasan yang telah diberikan
53 Lengkapi rekam medik dan kartu AKDR untuk klien
54 Percaya diri, minimal error
Umpan Balik
No Prosedur/langkah klinik yang dinilai
I Item Interaksi Dokter Pasien
1 Sapa klien dengan ramah dan perkenalkan diri Anda
Tanyakan tujuan dari kunjungannya, apa alasannya ingin mencabut AKDR tersebut dan
2 tujuan reproduksi (KB) selanjutnya (apakah klien ingin mengatur jarak kelahiran atau
ingin membatasi jumlah anaknya)
Jelaskan proses pencabutan AKDR dan apa yang akan klien rasakan pada saat proses
3
pencabutan dan setelah pencabutan
4 Informed Consent (Meminta persetujuan lisan)
Tindakan Pra Pencabutan
Pastikan klien sudah mengosongkan kandung kencingnya dan mencuci area genitalia
5
dengan menggunakan sabun dan air
6 Bantu klien naik ke meja pemeriksaan
7 Cuci tangan dengan air dan sabun, keringkan dengan kain bersih
8 Pakai sarung tangan DTT yang baru
Atur penempatan peralatan dan bahan-bahan yang akan dipakai dalam wadah steril atau
9
DTT
II Prosedur Pencabutan
Lakukan pemeriksaan bimanual:
• Pastikan gerakan serviks bebas
10
• Tentukan besar dan posisi uterus
• Pastikan tidak ada infeksi atau tumor pada adneksa
11 Pasang spekulum vagina untuk melihat serviks
12 Usap vagina dan serviks dengan larutan antiseptik 2 sampai 3kali
13 Jepit benang yang dekat serviks dengan klem
14 Tarik keluar benang secara mantap tetapi hati-hati untuk mengeluarkan AKDR
15 Tunjukkan AKDR tersebut pada klien, kemudian rendam dalam klorin 0,5%
16 Keluarkan spekulum dengan hati-hati
Tindakan Pasca Pencabutan
Rendam semua peralatan yang sudah dipakai dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
17
untuk dekontaminasi
Buang bahan-bahan yang sudah tidak dipakai lagi (kasa, sarung tangan sekali pakai) ke
18
tempat yang sudah disediakan.
Celupkan kedua tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%,
19
kemudian lepaskan dalam keadaan terbalik dan rendam dalam larutan klorin tersebut.
20 Cuci tangan dengan air dan sabun
21 Amati selama 5 menit sebelum memperbolehkan klien pulang
Konseling Pasca Pencabutan
118
CSL Semester 4 Edisi Keenam
Diskusikan apa yang harus dilakukan bila klien mengalami masalah (misalnya perdarahan
22
yang lama atau rasa nyeri pada perut/panggul)
Ulangi kembali keterangan tentang pilihan kontrasepsi yang tersedia dan risiko
23 keuntungan dari masing-masing alat kontrasepsi bila klien ingin tetap mengatur jarak
kelahiran atau ingin membatasi jumlah anaknya
Bantu klien untuk menentukan alat kontrasepsi sementara sampai dapat memutuskan alat
24
kontrasepsi baru yang akan dipakai
III Item Profesionalisme
27 Percaya diri
28 Buat rekam medik tentang pencabutan AKDR
119
CSL Semester 4 Edisi Keenam
A. Tema Pembelajaran
Keterampilan Pemasangan dan pencabutan alat kontrasepsi implan ini
merupakan salah satu keterampilan klinis yang diharapkan agar mahasiswa mampu
melakukan prosedural pemasangan dan pencabutan implan secara baik dan benar
kepada para akseptor Keluarga Berencana.
B. Tujuan
Pemasangan Implan
• Mahasiswa mampu mempersiapkan pemasangan implan
• Mahasiswa mampu melakukan prosedur pemasangan implan
• Mampu menempatkan kembali alat-alat sesudah dipakai
Pencabutan implan
• Mahasiswa mampu mempersiapkan pencabutan implan
• Mampu melaksanakan pencabutan implan
C. Level Kompetensi
Level Kompetensi
No Kompetensi
SKDI Target Capaian
1 Pemasangan dan Pencabutan Implan 4 4
120
CSL Semester 4 Edisi Keenam
E. Skenario
Ny. Implan, usia 30 tahun, P 4A0 datang ke praktek saudara untuk
berkonsultasi tentang metode KB. Setelah anda memberikaan konseling mengenai
alat kontrasepsi, Ny. Implan ingin menggunakan KB Susuk dikarenakan belum
ingin punya anak lagi untuk beberapa tahun kedepan tetapi belum mau di tubektomi
dan menolak untuk dipasang IUD karena takut efek sampingnya setelah mendengar
cerita dari teman-temannya. Anda kemudian menjelaskan lebih mendalami tentang
implan dan melakukan pemasangannya pada Ny. Implan.
(BKKBN) sedang menggalakkan pemasangan implan 2 plus dan implant 2 fin yang
terdiri dari satu paket alat pemasangan implant dan sudah tersedia di pasaran atau
di sarana kesehatan milik pemerintah.
Indikasi kontra pemasangan susuk KB adalah seperti indikasi kontra
kontrasepsi progestrogen lainnya, yaitu didapatkan atau dicurigai ada kehamilan,
penyakit hati yang akut, ikterus, perdarahan uterus abnormal yang tidak diketahui
penyebabnya, penyakit tromboembolik atau tromboflebitis, penyakit vaskuler otak
atau kelainan pembuluh darah koroner jantung, dan keganasan payudara. Indikasi
kontra yang lain adalah menyangkut adanya kelainan-kelainan pada kulit yang
dipasangi misalnya adanya peradangan (abses) dan sikatriks.
Saat pemasangan yang terbaik dilakukan pada saat menstruasi dan dapat
juga dilakukan 5-7 hari sesudah menstruasi selesai, agar terhindar dari resiko
kehamilan. Pascapersalinan (3-4 minggu), bila tidak menyusukan bayinya,
Pascakeguguran (segera atau dalam 7 hari pertama), atau yang sedang menyusukan
bayinya secara eksklusif ( di pasang lebih dari 6 minggu pascapersalinan dan
sebelum 6 bulan pascapersalinan).
Alat yang digunakan adalah Trokar dan set bedah minor yang lain. Alat
yang digunakan harus steril dan dengan prosedur yang aseptik. Trokar adalah
piranti utama untuk pemasangan susuk KB, yaitu suatu alat yang berbentuk seperti
jarum dengan diameter sedikit lebih besar dari diameter tabung silastik dan
didalamnya dilengkapi dengan suatu pendorong. Adapun prosedur pemasangan dan
pencabutan dapat dilihat pada item prosedural berikut.
122
CSL Semester 4 Edisi Keenam
G. Prosedur
1. Pemasangan Implan
Ketrampilan Klinik Dan Konseling Memasang Implan-2
Konseling Pra Pemasangan
5. Sapa klien dengan ramah dan hangat
6. Tanyakan tujuan reproduksi dan alasan penggunaan Implan 2
7. Pastikan klien calon pengguna yang sesuai untuk Implan 2
8. Pastikan klien memahami efek samping, alasan memilih dan kekhawatiran
terkait dengan Implan 2
9. Jelaskan proses dan apa yang dirasakan klien selama dan setelah pemasangan
Implan 2
123
CSL Semester 4 Edisi Keenam
28. Tarik pendorong keluar, masukkan kapsul kedua dan dorong dengan
pendorong ke ujung trokar hingga terasa tahanan
29. Tarik trokar ke arah pangkal pendorong untuk menempatkan kapsul 2 di
subdermal
30. Tahan kapsul pada tempatnya, tarik trokar dan pendorong (bersamaan) hingga
keluar seluruhnya melalui luka
31. Periksa kembali kedua kapsul telah terpasang di subdermal pada posisi yang
telah direncanakan
2. Pencabutan Implan
Ketrampilan Klinik Dan Konseling Pencabutan Implan-2
Konseling Pra Pencabutan
1. Sapa klien dengan ramah dan hangat
2. Tanyakan alasan klien untuk mencabut Implan-2 dan rencana KB selanjutnya
3. Jelaskan proses pencabutan Implan-2 dan rencana pasang ulang atau kondisi
setelah pencabutan
Tindakan pencabutan implan-2
Persiapan
4. Pastikan klien telah mencuci lengannya sebersih mungkin
5. Atur posisi lengan, tentukan lokasi kapsul dan tempat insisi
6. Pastikan ketersediaan instrumen steril atau DTT
Tindakan pra pencabutan
7. Cuci dan keringkan tangan
8. Pakai sarung tangan steril atau DTT
9. Usapkan larutan antiseptik di area insisi dan pasang doek steril
124
CSL Semester 4 Edisi Keenam
125
CSL Semester 4 Edisi Keenam
H. Daftar Pustaka
126
CSL Semester 4 Edisi Keenam
Evaluasi
peralatan
III Item Penalaran Klinis
Pastikan kapsul telah terpasang dengan benar serta mampu menghentikan
25
perdarahan (hemostasis)
IV Item Profesionalisme
Terangkan obat-obatan yang harus diminum, ingatkan kembali akseptor tentang
26
metode implan ( masa kerja, efek samping dll)
27 Berikan nasehat untuk perawatan luka setelah pemasangan implan
28 Lakukan pencatatan pada kartu yang telah disediakan
128
CSL Semester 4 Edisi Keenam
IV Item Profesionalisme
25 Tunjukkan semua kapsul yang telah terangkat kepada akseptor
26 Tuliskan resep dan menerangkan obat-obatan yang harus diminum
27 Berikan nasehat untuk perawatan luka
28 Lakukan pencatatan pada kartu yang telah disediakan
129
CSL Semester 4 Edisi Keenam
A.Tema
- Pemeriksaan Fisik Payudara
- Keterampilan melatih pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)
B.Tujuan
➢ Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik payudara : inspeksi, palpasi,
dan pemeriksaan ketiak
➢ Mahasiswa mampu melatih pemeriksaan SADARI
C.Level Kompetensi
Keterampilan/ Skills Level Of Expected Ability
Pemeriksaan Fisik Payudara -1- -2- -3- -4-
Melatih Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) -1- -2- -3- -4-
130
CSL Semester 4 Edisi Keenam
E.Skenario
Nn. Sadariana berusia 41 tahun, datang ke praktek Anda dengan keluhan
benjolan di payudara kanan sebesar kelereng. Dari anamnesis didapatkan bahwa kakak
kandungnya 1 tahun yang lalu meninggal dunia karena penyakit kanker payudara.
Setelah melakukan anamnesis secara lengkap, Anda lalu meminta ijin untuk melakukan
pemeriksaan fisik payudara dan merencakan untuk memperagakan serta melatih cara
pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).
F.Dasar Teori
131
CSL Semester 4 Edisi Keenam
132
CSL Semester 4 Edisi Keenam
Ekor aksillar (the axillary tail) dari jaringan payudara terletak sampai lipatan aksilla
anterior. Alternatif lainnya, temuan dapat dilokasikan berpedoman dengan arah jarum
jam (misalnya arah jam 3), dan jaraknya dinyatakan dalam satuan sentimeter dari puting
susu.
133
CSL Semester 4 Edisi Keenam
Palpasi payudara dilakukan secara menyeluruh, meliputi area segi empat yang
membentang mulai dari klavikula sampai lipatan inframammary (bra line), dari linea
midsternalis sampai linea aksilaris posterior, serta daerah ekor dari payudara (tail of
135
CSL Semester 4 Edisi Keenam
breast), dan ketiak (aksila). Pemeriksaan palpasi payudara dapat memakan waktu 5-10
menit untuk masing-masing payudara. Ketika melakukan palpasi payudara, gunakan
bagian volar distal dari jari kedua, tiga dan empat pemeriksa. Palpasi dilakukan secara
sistematik, dan menyeluruh, terutama pada daerah lateral atas dan subareola, yang
merupakan tempat tersering ditemukannya lesi. Palpasi dimulai dari payudara yang
sehat terlebih dahulu.
Gambar 7. Titik dan Garis Pedoman Palpasi dan Jari yang Digunakan Untuk
Palpasi Payudara
136
CSL Semester 4 Edisi Keenam
jauh lebih dalam pada payudara yang besar. Pemeriksaan palpasi haruslah meliputi
keseluruhan payudara, termasuk bagian perifer, ekor (tail), maupun aksila.
138
CSL Semester 4 Edisi Keenam
139
CSL Semester 4 Edisi Keenam
140
CSL Semester 4 Edisi Keenam
141
CSL Semester 4 Edisi Keenam
142
CSL Semester 4 Edisi Keenam
143
CSL Semester 4 Edisi Keenam
d. Berdiri tegak di depan cermin dengan tangan disamping kanan dan kiri.
Miringkan badan ke kanan dan kiri untuk melihat perubahan pada
payudara.
144
CSL Semester 4 Edisi Keenam
145
CSL Semester 4 Edisi Keenam
Letakkan tangan kanan ke samping dan merasakan ketiak dengan teliti, apakah
teraba benjolan abnormal atau tidak.
147
CSL Semester 4 Edisi Keenam
148
CSL Semester 4 Edisi Keenam
G.Prosedur
1. Sapalah pasien atau keluarganya dengan ramah dan persilahkan duduk.
Perkenalkan diri anda, serta tanyakan keadaannya.
2. Berikan informasi umum pada pasien atau keluarganya tentang pemeriksaan
fisik yang akan dilakukan, tujuan dan manfaatnya untuk pasien. Berikan
jaminan pada pasien atau keluarganya tentang kerahasian hasil pemeriksaan
fisik yang dilakukan. Jelaskan pada pasien tentang hak pasien atau
keluarganya misalnya tentang hak untuk menolak pemeriksaan fisik.
3. Mintalah persetujuan pasien untuk pemeriksaan fisik (inform consent)
4. Cuci tangan, persiapan alat, persiapan pasien dan pemeriksa. Pemeriksaan
dilakukan di tempat ruangan yang tertutup, tenang dan cahaya yang cukup
terang serta ditemani oleh seorang perawat wanita.
5. Pemeriksaan Fisik Payudara
A. Inspeksi
1) Inspeksi dilakukan pada 4 posisi lengan di samping (arms at sides),
lengan diangkat ke atas (arms over head), tangan menekan melawan
pinggul (hands pressed againt hips), dan bersandar ke depan pada
kursi (leaning forward).
2) Inspeksilah penampakan dari kulit, meliputi warna, penebalan kulit,
atau adanya pembesaran pori-pori kulit sehingga tampak seperti kulit
jeruk (peau d’ orange).
3) Ukuran dan kesimetrisan payudara. Perbedaan dalam ukuran
payudara, dan ukuran areola mammae, biasa ditemukan, dan normal.
4) Kontour payudara. Carilah adanya kelainan-kelainan seperti massa,
lekukan ke dalam (dimpling), atau pendataran (flattening).
5) Karakteristik dari puting susu, meliputi warna (merah muda, coklat
muda, coklat kehitaman), ukuran dan bentuk (inversi, atau depresi ke
149
CSL Semester 4 Edisi Keenam
150
CSL Semester 4 Edisi Keenam
151
CSL Semester 4 Edisi Keenam
152
CSL Semester 4 Edisi Keenam
H.Daftar Pustaka
• Depkes RI. 2009. Buku Saku Pencegahan Kanker Leher Rahim & Kanker
Payudara. Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular Direktorat Jendreal
PP & PL. Jakarta.
• Google photo search. www.google.com.
153
CSL Semester 4 Edisi Keenam
155
CSL Semester 4 Edisi Keenam
156
CSL Semester 4 Edisi Keenam
luar biasa.
47 Buatlah sekurang-kurangnya tiga putaran kecil sampai ke puting
payudara.
48 Lakukan sebanyak 2 kali. Sekali dengan tekanan ringan dan sekali dengan
tekanan kuat. Jangan lupa periksa bagian bawah areola mammae.
Pemeriksaan Cairan Di Puting Payudara.
49 Menggunakan kedua tangan, kemudian tekan payudara untuk melihat
adanya cairan abnormal dari puting payudara.
Memeriksa Ketiak.
50 Letakkan tangan kanan ke samping dan merasakan ketiak dengan teliti,
apakah teraba benjolan abnormal atau tidak.
III PROFESIONALISME
51 Tunjukkan sikap percaya diri
52 Tunjukkan sikap menghormati pasien
53 Tutup, memberikan salam serta mencatat pada medical record
157
CSL Semester 4 Edisi Keenam
A. Tema Pembelajaran
Keterampilan Prosedur Resusitasi pada Bayi Baru Lahir (Neonatus)
B. Tujuan
a. Tujuan Instruksional Umum
✓ Mahasiswa mampu melakukan prosedur Resusitasi Bayi Baru Lahir
pada model
b. Tujuan Instruksional Khusus
✓ Mahasiswa mampu melakukan penilaian awal (initial assessment) pada
bayi baru lahir yang memerlukan tindakan resusitasi
✓ Mahasiswa mampu melakukan persiapan resusitasi bayi baru lahir
meliputi persiapan keluarga pasien (informed consent), persiapan alat
dan tempat resusitasi, persiapan diri penolong
✓ Mahasiswa mampu melakukan prosedur langkah awal resusitasi dengan
runtut dan benar.
✓ Mahasiswa mampu melakukan prosedur ventilasi tekanan positif (VTP)
dengan benar
✓ Mahasiswa mampu melakukan prosedur pijat jantung bayi dengan benar
✓ Mahasiswa mampu melakukan prosedur evaluasi serta mengambil
keputusan klinik dengan baik dan benar
✓ Mahasiswa mampu melakukan prosedur pasca resusitasi
C. Level Kompetensi
Keterampilan Level of expected Ability
Therapeutic skills, examinations and operation of the child
Intubation -1- -2- -3- -4-
Resuscitation -1- -2- -3- -4-
Accident and emergency in Surgery : Skills List
Mouth-to-mouth/ nose resuscitation -1- -2- -3- -4-
Mask ventilation -1- -2- -3- -4-
158
CSL Semester 4 Edisi Keenam
E. Skenario
Ny. Risti G1P0A0 melahirkan anak pertama, ketuban sudah pecah sejak 12
jam SMRS. Bayi lahir di bidan per vaginam, bayi tidak menangis, nafas megap-megap.
Anda dokter jaga yang bertugas di rumah sakit tersebut dimintai bantuan oleh Bidan
tersebut untuk resusitasi bayi baru lahir.
F. Dasar Teori
1. Latar Belakang
Secara global di dunia, penyebab kematian bayi baru lahir antara lain Infeksi
(32%), Asfiksia (29%), Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)/prematuritas (24%),
Cacat Bawaan (10%) serta lain-lain (5%). Asfiksia menjadi penyebab kematian
terbanyak ke 2 didunia. Diperkirakan 3% (3,6 juta) dari 120 juta BBL mengalami
asfiksia dan sekitar 1 juta diantaranya meninggal dunia.
Di Indonesia asfiksia juga menjadi penyebab kematian bayi terbanyak kedua
setelah BBLR. Asfiksia seyogyanya bisa ditekan jika tenaga kesehatan yang membantu
persalinan dapat menatalaksananya dengan tepat dan benar. Resusitasi pada bayi baru
lahir seharusnya sudah harus diketahui oleh tenaga kesehatan yang membantu
persalinan termasuk dokter umum. Bahkan di luar negeri Resusitasi kardiopulmonal
tidak hanya diwajibkan bagi tenaga kesehatan bahkan tenaga non-kesehatanpun yang
bertugas di pelayanan publik harus mengetahuinya.
Asfiksia pada bayi baru lahir merupakan suatu kegawatdaruratan medis.
Kadang kala dapat diprediksi sebelum kelahiran namun tidak jarang ditemukan setelah
kelahiran bayi. Kegagalan sirkulasi dalam waktu 3-4 menit dapat menyebabkan
kerusakan permanen pada otak yang akhirnya berujung pada kematian. “Time saving is
life saving”, Waktu adalah nyawa. Oleh karena itu, resusitasi yang cepat dan tepat
sangat diperlukan untuk menyelamatkan nyawa sang bayi.
2. Pengertian
Resusitasi merupakan suatu prosedur kegawatdaruratan medis yang dilakukan
untuk mencegah suatu episode henti nafas (respiratory arrest) dan/atau henti jantung
(cardiac arrest) yang dapat menyebabkan kematian biologis untuk mengembalikan
fungsi pernafasan dan/atau sirkulasi tersebut sehingga memungkinkan untuk hidup
normal selanjutnya bila kedua fungsi tersebut bekerja kembali. Istilah lain resusitasi
antara lain : reanimasi, Resusitasi Jantung Paru (RJP), Resusitasi Jantung Paru Otak
(RJPO), Resusitasi kardiopulmonal (RKP).
159
CSL Semester 4 Edisi Keenam
Bayi Baru Lahir (newborn) adalah bayi yang baru dilahirkan sampai dengan
beberapa jam setelah kelahiran, Neonatus (periode neonatal) adalah bayi yang berumur
1-28 hari dan Bayi (Infant) adalah Bayi dari umur 1 bulan (28 hari) sampai dengan 1
tahun.
Resusitasi Bayi Baru Lahir adalah Resusitasi yang dilakukan pada bayi baru
lahir yang mengalami kesulitan/kegagalan bernafas (asfiksia). Istilah lain juga dikenaal
sebagai resusitasi neonatus.
3. Indikasi
A. Ventilasi Tekanan Positif (VTP)
1. Apnea; Grasping Respiration
Pada bayi baru lahir, indikasi tersering resusitasi adalah akibat asfiksia.
Asfiksia merupakan kegagalan untuk memulai & melanjutkan pernafasan pada BBL
sehingga Bayi tidak bernafas secara spontan & teratur. Bayi biasanya tidak menangis,
tidak bergerak aktif dan kulit bayi terlihat kebiruan (sianosis). Pada awal kelahiran
sirkulasi bayi masih mengandung O2 dari sirkulasi maternal, namun dalam beberapa
menit jika bayi tidak bernafas atau bernafas tidak adekuat (megap-megap) maka akan
terjadi terjadi kegagalan sirkulasi. Dalam 3-4 menit kegagalan sirkulasi dapat
menyebabkan kerusakan otak permanen dan akhirnya menyebabkan kematian.
Jika bayi tidak bernafas (apnea)/bernafas megap-megap (grasping respiration)
kenali sebagai suatu gejala asfiksia sehingga memerlukan resusitasi dengan segera.
2. Denyut Jantung < 100 kali per menit
Pada bayi dengan denyut jantung (DJ) < 100 kali per menit juga langsung
dilakukan ventilasi. Yang digunakan adalah Ambu bag/balon-sungkup dengan atau
tanpa reservoir.
3. Sianosis yang menetap setelah pemberian oksigen aliran bebas
Jika bayi bernafas, DJ>100 tetapi sianosis dianjurkan memberikan oksigen aliran bebas.
Tetapi jika masih menetap setelah diobservasi ±90 detik maka lakukan VTP.
(Selengkapnya lihat prosedur/tabel skema resusitasi BBL)
B. Kompresi Dada
Kompresi dada tidak selalu dilakukan dalam prosedur resusitasi jika ventilasi
dapat dilakukan dengan baik. Kompresi dada dilakukan jika :
• Denyut Jantung Bayi < 60 kali permenit (setelah minimal 30 detik (1 siklus)
ventilasi yang adekuat)
• Denyut Jantung Bayi 60-80 kali per menit tetapi tidak ada peningkatan
4. Tujuan Resusitasi
Tujuan dilakukan resusitasi adalah untuk mencapai ventilasi adekuat, O 2 dan
Curah Jantung yang cukup untuk menyalurkan O2 ke otak, jantung, dan alat vital
lainnya sehingga mencegah kegagalan respirasi dan atau sirkulasi, serta kematian
biologis.
160
CSL Semester 4 Edisi Keenam
5. Fase-fase Resusitasi
Resusitasi jantung paru otak dibagi menjadi 3 fase diantaranya :
G. PROSEDUR
Prosedur resusitasi meliputi Persiapan, Resusitasi dan Post Resusitasi.
Ventilasi efektif merupakan kunci keberhasilan tindakan resusitasi.
161
CSL Semester 4 Edisi Keenam
162
CSL Semester 4 Edisi Keenam
2) Persiapan
a. Persiapan keluarga
Sebelum melakukan pertolongan persalinan sebaiknya dibicarakan dengan
keluarga mengenai kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi pada ibu dan bayi
dan persiapan persalinan. Serta penolong persalinan harus jeli mengantisipasi
kemungkinan bayi yang memerlukan resusitasi seperti yang sudah dijelaskan
163
CSL Semester 4 Edisi Keenam
sebelumnya. Untuk itu diperlukan suatu komunikasi yang baik penolong dengan pasien
sangat diperlukan untuk menggali anamnesis riwayat obstetric pasien.
Lakukan Informed-consent pada ibu dan pihak keluarga, Beritahu dan jelaskan
pada ibu dan keluarga bahwa kemungkinan bayi mengalami masalah sehingga perlu
dilakukan tindakan resusitasi, Minta ibu dan keluarga memahami upaya ini dan minta
mereka ikut membantu serta meminta persetujuan lisan.
b. Persiapan tempat resusitasi :
• Ruangan yang terang, hangat dan dilengkapi dengan jam dinding
• Meja resusitasi yang datar rata dan keras
• Pemancar panas atau lampu 60 watt yang berjarak 60 cm dari bayi
• Kain bersih, kering, hangat 3 buah :
o 1 untuk mengeringkan bayi kemudian dibuang
o 1 alasnya kemudian untuk menyelimuti bayi
o 1 yang terakhir untuk ganjal bahu saat memposisikan kepala sedikit
ekstensi
164
CSL Semester 4 Edisi Keenam
• Sungkup yang efektif disesuaikan dengan ukuran bayi. Jenis sungkup ada 2 ;
sungkup bundar dan anatomis (lihat gambar sebelumnya. Sungkup harus
menutupi mulut, hidung dan dagu serta tidak boleh bocor. Ukuran sungkup
bayi :
o Ukuran 1 = untuk bayi dengan berat normal
o Ukuran 0 = untuk bayi dengan berat < 2500 gram
• Alat penghisap lendir bayi; kateter De Lee atau suction kecil
d. Persiapan Penolong
Persiapan diri dimaksudkan untuk melindungi diri dari kemungkinan infeksi
dengan cara : Memakai alat pelindung diri pada persalinan (celemek plastic, sepatu
tertutup); Lepaskan perhiasan, cincin, jam tangan sebelum cuci tangan; Cuci tangan
menurut WHO dengan air mengalir dan sabun atau dengan campuran alcohol dan
gliserin; Keringkan dengan lap bersih; Selanjutnya gunakan sarung tangan DTT/ Steril
sebelum menolong persalinan secara aseptic.
Jika jawaban “YA” lanjut ke langkah resusitasi pada asfiksia bayi baru lahir
Perawatan Rutin :
• Pastikan bayi tetap hangat
• Keringkan bayi
• Lanjutkan observasi pernafasan, laju denyut jantung, dan tonus otot
Jika jawaban “TIDAK” lanjut ke langkah resusitasi pada asfiksia bayi baru lahir
Langkah Awal
3. Bersihkan Jalan Nafas Hisap Lendir Bayi. Bersihkan jalan nafas dengan
menghisap lendir bayi menggunakan penghisap lender De Lee. Mulai dari
mulut dulu baru hidung, pada mulut sedalam < 5 cm dan hidung bayi sedalam
< 3 cm. Jika terdapat mekoneum, lihat bagan air ketuban bercampur
mekoneum. Gunakan kateter penghisap 12 F atau 14 F.
Catt :
• Ingat Mulut (Mouth) dulu baru Hidung (Nose)
• M dulu baru N
166
CSL Semester 4 Edisi Keenam
Gambar 28. Langkah Awal (initial step) & Stimulasi pada BBL
(Sumber : Textbook of Neonatal Resuscitation 5th ed. 2006)
HASIL
Bila bayi “BERNAFAS SPONTAN” Nilai apakah ada distres pernafasan atau tidak
167
CSL Semester 4 Edisi Keenam
5) Ventilasi
Jika setelah penilaian langkah awal bayi memerlukan ventilasi (lihat Indikasi
VTP diatas) maka Ventilasi Tekanan Positif (VTP) dilakukan dengan Ambu-bag jika
bayi tidak bernafas atau Denyut Jantung < 100x/menit, Ventilasi dengan oksigen aliran
bebas jika DJ > 100x/menit tetapi bayi sianosis.
O2 mask held close to the baby’s O2 delivered by tubing held in cupped hand
face to give close to 100% O2 over baby’s face
Frekuensi VTP
Frekuensi Ventilasi 40-60 kali permenit. Atau 20 kali dalam 30 detik. Tekanan awal 30-
40 cm H2O. Irama memberikan pompaan pada VTP adalah 2 pompaan dalam 3 detik,
sebagai berikut :
Gambar 30. Frekuensi & Koordinasi (Irama) VTP dan Kompresi dada
(Sumber : Resusitasi Bayi Baru Lahir untuk Bidan. 2009)
Cara memegang dan posisi sungkup pada wajah adalah sebagai berikut :
168
CSL Semester 4 Edisi Keenam
Posisi penolong harus melihat ke dada bayi. Ventilasi yang efektif ditunjukkan dengan
naiknya dinding dada bayi bilateral, bayi bernafas dan DJ adekuat >100x/menit dan
warna kulit bayi merah muda.
6) Evaluasi
Evaluasi yang dilihat pada resusitasi bayi meliputi : Usaha Nafas, Denyut
Jantung dan Warna Kulit. Setelah ventilasi 30 detik maka dilakukan evaluasi terhadap
ketiga hal di atas.
• Jika setelah 30 detik pertama ventilasi bayi menangis kuat, tidak sianosis DJ>
100x/menit dan bergerak aktif maka hentikan VTP, selimuti bayi dan serahkan
kepada ibunya untuk IMD dan perawatan observasi.
• Jika setelah 30 detik pertama bayi belum bernafas spontan atau megap-megap,
DJ >100x/menit dan sianosis maka lanjutkan tindakan ventilasi
• JIKA SETELAH 30 DETIK LDJ TETAP < 100X/MENIT NILAI
PENGEMBANGAN DADA
• Bila dada tidak mengembang adekuat evaluasi :
Posisi kepala bayi
169
CSL Semester 4 Edisi Keenam
7) Kompresi dada/jantung
Kompresi Jantung dan VTP dilakukan dengan 2 orang penolong. Kompresi
dilakukan jika setelah penilaian terhadap ventilasi setelah 30 detik, Denyut Jantung (DJ)
Bayi < 60x/menit, dan atau 60-80 kali per menit tetapi tidak ada perbaikan/peningkatan
maka selain VTP berikan Kompresi dada (Pijat Jantung Luar) pada bayi.
Ada 2 cara teknik melakukan kompresi jantung pada bayi :
1. Teknik 2 jari, dengan menggunakan telunjuk dan jari tengah penolong
2. Teknik ibu jari. Dengan menggunakan kedua ibu jari tangan penolong
sedangkan jari-jari lainnya melingkari dada menjadi alas penyangga resusitasi
sebagaimana gambar berikut.
Teknik pertama dapat dilakukan oleh satu penolong dengan posisi jari
diletakkan dan tidak boleh diangkat dari lokasi kompresi dada, ventilasi diberikan
dengan tiupan ke sungkup. Sedangkan pada anak yang lebih besar teknik kompresi
dapat menggunakan satu tangan dengan menggunakan tumit salah satu telapak tangan
atau dengan dua tangan seperti pada dewasa.
Lokasi 1/3 bawah tulang sternum. Berbeda pada dewasa, posisi ventrikel bayi lebih
tinggi.
Frekuensi dan Irama Kompresi dada harus terkoordinasi dengan VTP sebagai
berikut : Satu siklus terdiri dari 3 kompresi dada dan 1 VTP dilakukan selama 2 detik
(Rasio 3:1). Sehingga dalam satu menit ada 30 kali ventilasi dan 90 kali pijat jantung
170
CSL Semester 4 Edisi Keenam
Irama :
Satu-Dua-Tiga-Pompa-Satu-Dua-Tiga-Pompa…dst.
171
CSL Semester 4 Edisi Keenam
• Bila resusitasi tidak berhasil : melakukan konseling pada ibu dan keluarga,
member petunjuk perawatan payudara serta melakukan pencatatan dan
pelaporan kasus
• Dekontaminasi seluruh peralatan
H. DAFTAR PUSTAKA
Anonim (Statewide Maternity and Neonatal Clinical Guidelines Program ), 2009.
Neonatal resuscitation, Queensland Government. URL
http://www.health.qld.gov.au/cpic/documents/mguide_NeonatResv4.pdf
Anonim. 2006. The New NRP Algorithm. NRP 2006 – Western Canada Launch.
Vancouver, BC. Didownload dari :
http://www.rcpals.com/downloads/2007files/march/march18/Neonatal_Resus
citation_update.ppt
Anonim. 2008 : Buku Panduan Peserta Pelatihan Klinik : Asuhan Persalinan Normal;
Asuhan Esensial, Pencegahan dan Penanggulangan Segera Komplikasi
Persalinan dan Bayi Baru lahir. Jaringan Nasional Pelatihan Klinik-
Kesehatan Reproduksi (JNPK-KR). Depkes RI. Indonesia
Kattwinkel, J. 2006. Textbook of Neonatal Resuscitation 5th ed. The American Academy
of Paediatrics. Didownload dari :
http://dc161.4shared.com/download/gB6K5IST/AAP_Neonatal_Resuscitaion
_Text.pdf?tsid=20100817-072042-243637b9
Kosim, M. Sholeh. 2005. Buku Panduan : Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir untuk
Dokter, Perawat, Bidan di Rumah Sakit Rujukan Dasar. MNH-JHPIEGO-
IDAI UKK Perinatologi-Depkes RI.
Kukreja, Sudeep, M.D. 2005. Neonatal Resuscitation. Associate Director, NICU
Children’s Hospital of Orange County Orange, CA 92868
Lily Rundjan. 2006. Resusitasi Jantung Paru pada Neonatus. Divisi Neonatologi.
Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM. Jakarta. Indonesia
Lutfia Haksari, Ekawaty. 2009. Resusitasi Bayi Baru Lahir untuk Bidan. Bagian
Perinatologi FK-UGM-RSUP Dr. Sardjito. Yogyakarta.
Murphy, Patti MD. FRCPC. 2007. NRP_2006_presentation : Department of
Anesthesiology University of Ottawa. February 14 th, 2007. Didownload dari :
http://www.ottawa-anesthesia.org/rounds/.ppt
Pusponegoro, Hardiono D. et.al. 2004. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak.
Edisi I 2004. : Asfiksia Neonatorum. Badan Penerbit IDAI. Jakarta.
Saugstad, Ola Didrik. 2007. New guidelines for newborn resuscitation. Acta Pædiatrica
2007 96, pp. 333–337. Didownload dari :
http://www.nacerlatinoamericano.org/_Archivos/_Menu-
principal/08_Guias/reanimaci%F3n%20neonatal.pdf
Siahaan, Oloan SM. 1992. Resusitasi Jantung, Paru, dan Otak. Cermin Dunia
Kedokteran, Edisi Khusus No. 80, 1992 hal 129-137
172
CSL Semester 4 Edisi Keenam
I. Evaluasi
Cek List OSCE CSL Resusitasi Neonatus
Umpan Balik
No Aspek yang dinilai
1 Melakukan komunikasi interpersonal & informed-consent
2 Melakukan persiapan alat, tempat resusitasi dan persiapan diri
penolong dengan baik
3 Melakukan penilaian sepintas (initial assessment) dengan benar
4 Melakukan prosedur langkah awal dengan runtut, benar dan tepat
waktu
5 Menghisap Lendir Bayi dengan alat dan cara yang benar
6 Mengeringkan dan Stimulasi (rangsang taktil ) pada bayi dengan benar
serta mereposisikan kembali bayi dilanjutkan penilaian terhadap
assesmen awal : nilai usaha nafas, warna kulit dan denyut jantung bayi
7 Memberikan ventilasi tekanan positif dengan benar
8 Melakukan evaluasi terhadap usaha nafas, denyut jantung dan warna
kulit
9 Melakukan VTP dan Kompresi dada secara terkoordinasi dengan
frekuensi dan irama yang benar
10 Melakukan evaluasi kembali dan memberikan injeksi epinefrin per
tracheal atau iv
11 Melakukan tindakan pasca resusitasi secara dengan baik dan benar
12 Melakukan prosedur resusitasi dengan professional
174
CSL Semester 4 Edisi Keenam
175
CSL Semester 4 Edisi Keenam
A. TEMA :
Keterampilan Komunikasi Anamnesis Penyakit Genitourinaria
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Tujuan instruksional umum
Mahasiswa mampu melakukan anamnesis penyakit genitourinaria dengan baik
dan benar
2. Tujuan instruksional khusus
• Mahasiswa dapat mengawali dan mengakhiri anamnesis secara urut
• Mahasiswa mengucapkan salam pembuka di awal dan penutup di akhir
• Mahasiswa dapat menggali informasi dengan detail, namun relevan dengan
permasalahan terutama masalah penyakit hematoimunologi
• Mahasiswa dapat menunjukkan penampilan yang baik
• Mahasiswa dapat menjaga suasana proses anamnesis yang baik
• Mahasiswa dapat memahami dan menggunakan bahasa yang dipahami
responden
• Mahasiswa dapat menghindari sikap interogasi
• Mahasiswa dapat melakukan cross check
• Mahasiswa dapat bersikap netral
• Mahasiswa dapat melaksanakan umpan balik
• Mahasiswa dapat mencatat hasil anamnesis dengan jelas serta
menyimpulkan hasil anamnesis.
D. SKENARIO
Seorang pasien laki - laki berumur 67 tahun, datang ke praktek anda dengan susah
buang air kecil sejak 1 bulan terakhir. Lakukan anamnesis pada pasien tersebut.
176
CSL Semester 4 Edisi Keenam
E. DASAR TEORI
177
CSL Semester 4 Edisi Keenam
178
CSL Semester 4 Edisi Keenam
b. Keluhan miksi
Keluhan yang dirasakan oleh pasien pada saat miksi meliputi Lower urinary
tract symptoms (LUTS) dan inkontinentia urine. LUTS menjadi keluhan kira-
kira 40 % orang tua. Gejalanya dibagi menjadi 2 yaitu gejala iritatif dan gejala
obstruksi. Gejala LUTS dapat kita jumpai pada penyakit Benign Prostattic
Hyperplasia (BPH), kelemahan otot detrusor, infeksi saluran kencing (ISK),
prostatitis, batu pada saluran kencing, keganasan prostat atau keganasan bulu-
buli, penyakit neurologik (multiple sklerosis, spinal cord injury, cauda equina
syndrome).
Berikut akan dijelaskan keluhan yang dirasakan pasien pada saat miksi, yaitu:
• Terminal dribbling : miksi diakhiri dengan perasaan masih terasa ada sisa
urine di dalam buli (BAK tidak puas) dengan masih keluar tetesan –
tetesan urine
• Enuresis : ketidakmampuan menahan miksi
Inkontinensia urine
Inkontinensia urine adalah ketidakmampuan seseorang untuk menahan miksi
yang keluar dari buli –buli baik disadari maupun tidak disadari.
180
CSL Semester 4 Edisi Keenam
d. Massa
Pasien mungkin memberitahu adanya massa yang terlihat dan teraba pada perut
bagian atas yang mungkin menunjukkan tumor ginjal, hidronefrosis, atau
polikistik ginjal. Pembesaran kelenjar limfe pada leher mungkin menunjukkan
adanya metastase tumor dari prostat atau testis. Benjolan pada selangkangan
dapat menandakan adanya penyebaran tumor dari penis atau limfadenitis,
chancroid, sifilis, atau limfogranuloma venerum. Keluhan massa pada skrotum
dan isinya meliputi buah zakar membesar, terdapat bentukan berkelok kelok
seperti cacing di dalam kantong (varikokel), atau buah zakar yang tidak berada
di dalam kantong skrotum (kriptorkismus). Pembesaran pada buah zakar
mungkin disebabkan oleh tumor testis, hidrokel, spermatokel, hematokel atau
hernia skrotalis.
f. Luka yang terdapat pada glans penis atau leher penis mungkin menunjukkan
adanya luka sifilis, chancroid, herpes simpleks, atau karsinoma sel skuamosa.
Tampak kelainan berupa kutil pada penis.
F. PROSEDUR
Anamnesis yang baik akan terdiri dari identitas, keluhan utama, riwayat penyakit
sekarang, riwayat penyakit dahulu, anamnesis sistem, riwayat penyakit dalam
keluarga, dan riwayat pribadi.
1. Identitas Pasien
Identitas pasien merupakan bagian yang paling penting dalam anamnesis.
Identitas diperlukan untuk memastikan bahwa pasien yang dihadapi adalah
181
CSL Semester 4 Edisi Keenam
memang benar pasien yang dimaksud, selain itu juga diperlukan untuk data
penelitian , asuransi, dan lain sebagainya.
Identitas meliputi:
• Nama lengkap pasien
• Umur atau tanggal lahir
• Jenis kelamin
• Alamat
• Pendidikan
• Pekerjaan
• Suku bangsa
• Agama.
Usia dan jenis kelamin penting ditanyakan untuk kerentanan penyakit yang
berkaitan dengan usia dan jenis kelamin tertentu, contohnya BPH. Riwayat
pekerjaan juga penting untuk menganalisis risiko penyakit. Misalnya supir,
mempunyai risiko terkena penyakit batu karena duduk secara statis dan dalam
waktu yang lama.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama yaitu keluhan atau gejala yang dirasakan pasien yang
membawanya pergi ke dokter untuk berobat. Keluhan utama sangat dibutuhkan
dalam mengumpulan informasi masalah. Bahkan untuk pasien yang datang
hanya untuk sekedar pemeriksaan rutin. Perlu diketahui bahwa keluhan utama
tidak selalu keluhan yang pertama disampaikan oleh orangtua pasien; hal ini
terutama pada orangtua yang pendidikannya rendah, yang kurang dapat
mengemukakan esensi masalah.
182
CSL Semester 4 Edisi Keenam
183
CSL Semester 4 Edisi Keenam
6. Riwayat pribadi
Riwayat pribadi meliputi data-data sosial, ekonomi, pendidikan, dan kebiasaan.
Kebiasaan pasien yang juga harus ditanyakan adalah riwayat merokok,
minuman alkohol, dan penyalahgunaan obat-obat terlarang ( Narkoba).
Merokok juga bisa menjadi faktor risiko BPH. Nokturia dapat terjadi tanpa
adanya penyakit pada orang yang minum dalam jumlah cairan yang berlebihan
di malam hari, minum kopi dan minuman beralkohol.
Bila ada indikasi, riwayat perkawinan dan kebiasaan seksualnya harus
ditanyakan. Kebiasaan berganti-ganti pasangan bila mencurigai terjadi infeksi
saluran kencing. Diet sehari-hari bagaimana, bila mencurigai batu ginjal kita
dapat memperkirakan jenis batu tersebut. Aktifitas dan olahraga juga
ditanyakan untuk faktor risiko penyakit batu.
G. DAFTAR PUSTAKA
• Anonim.2001. Buku Panduan skill Lab FK UGM. Yogyakarta
• Anonim.2007.Buku Panduan Skill Lab FK Unpad.Bandung
• Datta, Mirpuri.2003.Crassh Course Renal and Urinary Systems.London
• Purnomo, Basuki B. 2007. Dasar- Dasar Urologi Edisi Kedua. CV.Sagung
seto : Jakarta
• Sudoyo, Aru W, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I dan Jilid II.
Ilmu Penyakit Dalam FKUI: Jakarta
H. TUGAS MAHASISWA
1) Masing-masing mahasiswa membuat anamnesis pasien dengan keluhan
penyakit yang berhubungan dengan sistem genitourinaria misalnya BPH,
184
CSL Semester 4 Edisi Keenam
infeksi saluran kemih, GNAPS, batu saluran kemih, gonorhoe, tumor buli-buli,
ca prostat, dll.
2) Anamnesis yang telah dibuat akan menjadi sumber latihan anamnesis pada
pertemuan kedua
186
CSL Semester 4 Edisi Keenam
A. Tema Pembelajaran
Keterampilan pemeriksaan fisik sistem urogenital pria, pemeriksaan colok dubur
dan pengambilan spesimen uretra
B. Tujuan
Setelah mempelajari CSL ini, diharapkan mahasiswa mampu melakukan:
• persiapan sebelum melakukan pemeriksaan fisik urogenital pria
• pemeriksaan fisik ginjal
• pemeriksaan fisik suprapubik
• pemeriksaan fisik penis
• fisik skrotum dan isinya
• pemeriksaan colok dubur
• pengambilan spesimen uretra
C. Level Kompetensi
No Jenis Kompetensi Level Kompetensi
1 Inspection of penis 1 2 3 4
2 Inspection and palpation of scrotum 1 2 3 4
3 Palpation of penis, testes, epididymis spermatic duct 1 2 3 4
4 Transillumination of scrotum 1 2 3 4
Palpation (abdominal wall, kidney, colon, liver, spleen,
5 1 2 3 4
aorta, rigidity)
6 Rectal Examination 1 2 3 4
7 Palpation Of Prostate 1 2 3 4
8 Milking urethra 1 2 3 4
187
CSL Semester 4 Edisi Keenam
E. Skenario
Saat Anda sedang jaga di klinik Unila, datanglah pasien untuk berobat
dengan anda. Pasien pertama, laki-laki, 70 tahun, mengeluh susah BAB sejak 1
minggu yang lalu. Anda lalu melakukan pemeriksaan fisik sistem urogenita pria
dan colok dubur untuk menegakkan diagnosa pada pasien ini. Pasien kedua, laki-
laki berusia 35 tahun datang dengan keluhan BAK bernanah sejak 2 hari yang lalu.
Anda lalu melakukakan prosedur pengambilan spesimen uretra dengan metode
milking untuk menegakkan diagnosa.
188
CSL Semester 4 Edisi Keenam
F. Dasar Teori
189
CSL Semester 4 Edisi Keenam
2. Pemeriksaan buli-buli
Pada pemeriksaan buli-buli diperhatikan adanya benjolan/massa atau
jaringan parut bekas irisan operasi di suprasimfisis. Massa di daerah
suprasimfisis mungkin merupakan tumor ganas buli-buli yang terisi penuh dari
suatu retensi urune. Dengan palpasi dan perkusi dapat ditentukan batas atas
buli-buli.
190
CSL Semester 4 Edisi Keenam
skrotum dengan cahaya terang. Jika isi skrotum tampak menerawang berarti
cairan kistus dikatakan sebagai transluminasi positif atau diafanoskopi positif.
5. Pemeriksaan neurologi
Pemeriksaan neurologi ditujukan untu mencari kemungkinan adanya
kelainan neurologik yang mengakibatkan kelainan pada sistem urogenitalia.
Seperti pada lesi motor neuron atau lesi saraf perifer yang merupakan
penyebab buli-buli nerogen.
191
CSL Semester 4 Edisi Keenam
Gambar 2. Posisi pemeriksaan colok dubur : a. Posisi litotomi, b. Posisi left lateral
decubitus, c & d. Posisi knee chest, e & f posisi membeungkuk
Pada wanita yang sudah berkeluarga selain pemeriksaan colok dubur, perlu
juga diperiksa colok vagina guna melihat kemungkinan adanya kelainan di dalam alat
kelamin wanita, antara lain : massa di serviks, darah di vagina, atau massa di buli-buli.
Indikasi dilakukannya colok dubur antara lain
a. Retentio urine
b. Aliran urine berkurang, nocturia, urine menetes (dribbling)
c. Pemeriksaan untuk menilai traktus gastrointestinalis (Rectal Toucher)
Pada Hipertophy prostat benigna (BPH) biasanya pembesarannya bilateral, teraba
elastis seperti karet dan permukaan mukosa rectum licin. Pada carcinoma teraba
benjolan seperti batu dan bernodul-nodul, dan pembesaran unilateral. Pada prostatitis
akut kelenjar membesar dan terba lunak, tegang dan sangat sensitif terhadap tekanan
(nyeri tekan).
tampak duh tubuh agar dilakukan teknik milking. Teknik milking merupakan suatu cara
pengambilan spesimen/ sekret uretra dengan cara melakukan pengurutan uretra mulai
dari pangkal penis ke arah muara uretra. Setelah itu baru dilakukan pengolesan duh
tubuh pada objek glass untuk dilakukan pemeriksaan. Bila duh tubuh masih belum
terlihat setelah dilakukan teknik milking, maka pasien dianjurkan untuk tidak kencing
sekurang-kurangnya 3 jam sebelum diperiksa. Dalam pelaksanaan prosedur milking
sebaiknya pemeriksa didampingi oleh seorang tenaga kesehatan lain. Sebelum
melakukan pengambilan spesimen duh tubuh uretra, lakukan dahulu pemeriksaan fisik
terhadap pasien. Kemudian beri penjelasan lebih dulu kepada pasien mengenai tindakan
yang akan dilakukan.
• Pada saat melakukan pemeriksaan fisik genitalia dan sekitarnya, pemeriksa harus
selalu menggunakan sarung tangan. Jangan lupa mencuci tangan sebelum dan
sesudah memeriksa.
• Pasien harus membuka pakaian dalamnya agar dapat dilakukan pemeriksaan
genitalia (pada keadaan tertentu, kadang–kadang pasien harus membuka seluruh
pakaiannya secara bertahap).
• Pemeriksaan pasien laki-laki dapat dilakukan sambil duduk/ berdiri.
• Hal – hal yang harus dilakukan pada pemeriksaan fisik yaitu:
❖ Perhatikan daerah penis, dari pangkal sampai ujung, serta daerah skrotum
❖ Perhatikan adakah duh tubuh, pembengkakan, luka/lecet atau lesi lain
❖ Lakukan inspeksi dan palpasi pada daerah genitalia, perineum, anus dan
sekitarnya.
❖ Jangan lupa memeriksa daerah inguinal untuk mengetahui pembesaran kelenjar
getah bening setempat (regional)
• Bilamana tersedia fasilitas laboratorium, sekaligus dilakukan pengambilan bahan
pemeriksaan.
• Pada pasien pria dengan gejala duh tubuh genitalia disarankan untuk tidak berkemih
selama 1 jam (3 jam lebih baik) sebelum pemeriksaan.
G. PROSEDUR
1. Sapalah pasien atau keluarganya dengan ramah dan persilahkan duduk.
Perkenalkan diri anda, serta tanyakan keadaannya.
2. Berikan informasi umum pada pasien atau keluarganya tentang pemeriksaan
fisik yang akan dilakukan, tujuan dan manfaatnya untuk pasien. Berikan
jaminan pada pasien atau keluarganya tentang kerahasian hasil pemeriksaan
193
CSL Semester 4 Edisi Keenam
fisik yang dilakukan. Jelaskan pada pasien tentang hak pasien atau keluarganya
misalnya tentang hak untuk menolak pemeriksaan fisik.
3. Mintalah persetujuan pasien untuk pemeriksaan fisik (inform consent)
4. Cuci tangan, persiapan alat, persiapan pasien dan pemeriksa. Pemeriksaan
dilakukan di tempat ruangan yang tenang dan cahaya yang cukup terang.
Perawat sebaiknya mendamping dokter selama pemeriksaan. Pemeriksa berdiri
di samping kanan pasien.
5. Pemeriksaan Perut
A. Pemeriksaan regio costo-vertebralis
Pemeriksaan dapat dengan duduk, tapi yang paling baik dan biasa
dilakukan adalah dalam posisi baring terlentang (Supine position), dilihat
dari depan dan belakang
Inspeksi :
Perhatikan tanda radang hebat, trauma (luka lecet/gores), benjolan di
RCV/lateral abdomen yg ikut gerak nafas(tumor).
Palpasi :
a. Pemeriksaan posisi baring, 1 tangan di costo-vertebralis dan satu tangan
didepan dinding perut. Pemeriksaan dalam keadaan inspirasi dan
ekspirasi. Ginjal kanan lebih rendah, kadang teraba "ballotement" pada
inspirasi maksimal.
b.Periksa adanya nyeri saat palpasi dan konsistensi ginjal
Perkusi
a. Dilakukan di daerah costo-vertebralis (lat dinding perut). Lihat
perluasan dan progresifisitas daerah pekak (dullness) dinding lateral
abdomen.(perdarahan pd kasus trauma ginjal)
b. Perdarahan retroperitoneal pekak pada perkusi tidak berubah dgn
perubahan posisi, jika intraperitoneal pekak berpindah sesuai dengan
perubahan posisi
194
CSL Semester 4 Edisi Keenam
Auskultasi
Pemeriksaan dengan steteskop : terdengar suara bising (systolic bruit) bila
ada stenosis atau aneurysma arteri renalis
Transilluminasi
Terutama anak< 1thn dgn massa besar di supra pubis atau RCV Gunakan
senter pada sisi massa di kamar gelap.
Tes transluminasi (+) → kista ginjal atau hydronefrosis dgn cairan
transparant. Transluminasi tes (+) seperti pada hydrocele
195
CSL Semester 4 Edisi Keenam
196
CSL Semester 4 Edisi Keenam
https://online.epocrates.com
c. Bila sudah disirkumsisi, perhatikan ;
• Glans penis
Periksa apakah ada Herpes progenitalis (Virus Herpes tipe 2), Radang
glans penis : balanitis
• Meatus uretra
o irritasi kronis pada meatus → Erythro-plasma of Queyrat
o Condyloma acuminata = verruca acuminata
o Urethral discharge. Cairan yang keluar dari meatus urethra :
Nanah (urethritis), darah (ruptura urethra, corpus alienum,
batu, tumor urethra)
o Sulcus coronarius
Chancroid ( infeksi basil Ducrey ), scar ( sifilis primer),
tumor (ca. penis), Condylomata acuminata
• Letak meatus uretra
197
CSL Semester 4 Edisi Keenam
Epispadia: meatus
urethra terletak di
dorsum penis.
Fistel urethra akibat peri urethritis atau trauma.
• Hypoplasia of the penis (micro penis) adalah penis yang tidak
berkembang (tetap kecil)
• Curvatura penis : hypospadia penis akan bengkok kearah ventral
(chordae)
Palpasi :
Diraba seluruh penis mulai dari preputium,glans dan batang penis serta
urethra.
o Phymosis teraba massa lunak atau keras dibawah preputium pada glans
penis atau sulcus caronarius.
o Uretra spt tali dan pancaran kencing kurang → striktur uretra.
o Teraba batu pada fossa navicularis glandis dan peno-scrotalis
198
CSL Semester 4 Edisi Keenam
199
CSL Semester 4 Edisi Keenam
200
CSL Semester 4 Edisi Keenam
G. Doronglah telunjuk menuju jam 12, dan rasakan alur median yang
memisahkan 2 kelenjar prostat, teruskan sampai mencapai bagian
teratas prostat (pole atas) saat alur median menghilang. Bila telunjuk
diteruskan ke atas, maka di tiap sisi midline dapat dicapai vesica
seminalis yang dalam keadaan normal tidak teraba.
H. Nilailah permukaan prostat (halus atau bernodul), konsistensinya
(kenyal, keras, halus), bentuknya, ukurannya (normal, membesar,
atrofi), sensitifitas terhadap tekanan (nyeri atau tidak), mobilitas atau
terfiksasi.
I. Setelah selesai, keluarkan jari dan berilah pasien tissue untuk
membersihkan dirinya.
13) Bila tidak tampak duh tubuh, dapat dilakukan teknik milking terlebih
dahulu dengan cara melakukan pengurutan uretra mulai dari pangkal
penis ke arah muara uretra sampai keluar cairan sekretnya. Bila masih
belum terlihat, dianjurkan untuk tidak kencing sekurang-kurangnya 3 jam
sebelum diperiksa.
14) Minta pasien untuk memakai celananya kembali.
15) Sampel siap diperiksa.
16) Lepas handschoen, buang pada tempat sampah medis, cuci tangan WHO
kembali.
H. Daftar Pustaka
a. Purnomo B, Basuki. 2007. Dasar-Dasar Urologi. FK Unibraw : CV Sagung
Seto.
b. Emil A, Tanagho et all. Smith’s General Urology 16th Edition. Mc Graw-Hill,
2004
c. Degown RL and Brown DD : DeGowin’s Diagnostic Examination, 7th
edition.McGraw-Hill, 2000
d. Swartz MH : Textbook of Physical Diagnosis, Hystory and Examination, 5th
edition, Elsevier, 2006
e. https://online.epocrates.com/data_dx/reg/765/img/765-2-iline.gif
Ceklist Pemeriksaan
Umpan
No Aspek Penilaian
Balik
I INTERPERSONAL
1 Senyum, salam dan sapa
2 Informed consent
II PROSEDURAL
3 Persiapan alat, cuci tangan WHO, pasang handscoen
A PEMERIKSAAN PERUT
A.1 Pemeriksaan regio costovertebralis
4 Inspeksi
5 Palpasi
6 Perkusi
7 Auskultasi
8 Transluminasi
A.2 Pemeriksaan Suprapubis
9 Inspeksi
10 Palpasi
11 Perkusi
202
CSL Semester 4 Edisi Keenam
203
CSL Semester 4 Edisi Keenam
204
CSL Semester 4 Edisi Keenam
2. Level Kompetensi
No Jenis Kompetensi Level Kompetensi
1 Urethral catheterization in male 1 2 3 4
2 Urethral catheterization in female 1 2 3 4
3 Clean intermitten chatheterization (Neuropathic blader) 1 2 3 4
4 Suprapubic punction 1 2 3 4
3. Tujuan
• Mahasiswa mampu memasang kateter uretra melalui prosedur yang baik
dan benar
• Mahasiswa mampu melepas kateter uretra melalui prosedur yang baik dan
benar
• Mahasiswa mampu melakukan punksi suprapubik
205
CSL Semester 4 Edisi Keenam
5. Skenario
“ Retensio Urine”
Seorang kakek usia 65 tahun, datang ke UGD dengan keluhan “Retensio
Urine”. Dari anamnesis didapatkan gejala Obstruktif {hesitancy, intermittency,
pancaran urine kecil dan melemah, perasaan tidak puas (tersisa) setelah kencing,
double voiding (terasa ingin kencing lagi dalam waktu < 2 jam setelah kencing
sebelumnya), straining dan post-void dribbling} dan gejala Irritative (urgency,
frequency, dan nocturia). Pada pemeriksaan didapatkan bulging dan nyeri tekan
pada region suprapubik. Anda memikirkan kemungkinan retensio urine e.c Benign
Prostatic Hyperplasia (BPH)/Lower Urinary Tract Symptoms (LUTS) kemudian
melakukan prosedur pemasangan kateter uretra dan Skoring IPSS untuk
tatalaksana lebih lanjut serta merencakan prosedur punksi suprapubik apabila
prosedur pertama gagal.
6. Dasar Teori
KATETER URETRA
Kateter uretra merupakan suatu alat kesehatan berbentuk pipa terbuat dari
bahan lunak (lateks, silicon) maupun bahan keras (logam) yang digunakan untuk
mengeluarkan air kencing dari kandung kencing untuk berbagai tujuan.
206
CSL Semester 4 Edisi Keenam
207
CSL Semester 4 Edisi Keenam
Ukuran Kateter
Skala yang dipakai adalah Franch (F) dimana 1 Fr = 0,33 mm atau 1 mm = 3
Fr. Pada dewasa yang sering dipakai adalah 16 F atau 18 F. Kateter 18 Fr artinya
diameter luarnya 6 mm
208
CSL Semester 4 Edisi Keenam
diperhatikan seperti halnya membuang sampah medis, sampah tajam ataupun sampah
biasa baik itu sisa plastic kateter, kasa, sarung tanagn, urin, dll harus pada tempatnya
yang sesuai untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial.
2. Lubrikasi
Lubrikasi yang adekuat merupakan salah satu prinsip dalam pemasangan
kateter uretra. Lubrikasi sangat diperlukan, selain untuk mempermudah tindakan,
mencegah terjadinya cedera mukosa yang kemudian dapat menyebabkan stricture uretra
juga dapat mengembangkan uretra itu sendiri khususnya pada laki-laki. Untuk laki-laki,
digunakan jeli 5-10 cc yang dimasukkan kedalam uretra dengan spuit tanpa jarum.
Sedangkan untuk wanita karena uretranya pendek, lubrikasi cukup dioleskan pada
kateter saja. Untuk saat ini dipasaran sudah tersedia jeli yang juga mengandung bahan
anestetika local yang dapat mengurangi rasa nyeri saat pemasangan kateter.
3. Keamanan
Keamanan harus diperhatikan baik pada pemasangan maupun pelepasan
kateter. Kateter uretra dianjurkan dipasang oleh dokter atau tenaga medis terlatih
dibawah pengawasan dokter. Memasukkan kateter juga harus perlahan-lahan untuk
mencegah cedera pada mukosa uretra. Mengembangkan balon keteter harus tepat
setelah kateter masuk kandung kencing. Tidak dibenarkan mengembangkan balon
sebelum ujung kateter masuk ke kandung kencing karena hal ini dapat menyebabkan
rupture uretra. Begitu juga sebaliknya, melepas kateterpun harus dipastikan balon
kateter sudah benar-benar kemps/ dikosongkan dari air atau udara. Pemasangan kateter
logam masih seringa dilakukan pada wanita di bagian kebidanan, namun pada laki-laki
sudah jarang sekali digunakan dan akan sangat berbeda cara pemasangannya dengan
kateter lunak seperti Foley kateter.
209
CSL Semester 4 Edisi Keenam
4. Anatomi Urethra
a. Uretra laki-laki
210
CSL Semester 4 Edisi Keenam
211
CSL Semester 4 Edisi Keenam
PUNKSI SUPRAPUBIK
Punksi supra pubis biasanya dilakukan untuk pengambilan contoh urine agar
tidak terkontaminasi, disamping itu dapat juga digunakan sebagai diversi urine
sementara waktu bila pasien retensi dan pemasangan kateter uretra gagal sedang kan
sarana maupun prasarana untuk melakukan sistostomi terbuka atau dengan trokar tidak
ada apalagi tersedianya set perkutan sistostomi..Walaupun tidak begitu menyakitkan
tetapi tidak menyenangkan bagi pasien. Sebelum melakukan punksi pasien harus
banyak minum dulu agar buli-bulinya penuh.Biasanya pada laki-laki teraba puncak buli-
bulinya yang penuh karena tonus ototnya relatif lebih kuat, sedangkan pada wanita
kadang walaupun sudah penuh buli-bulinya masih tidak teraba. Punksi supra pubis
biasanya dilakukan pada garis tengah diantara umbilikus dan simpisis pubis, punksinya
kira-kira 2 inci diatas simpisis. Punksi buli tidak dilakukan pada tumor buli, kontracted
bladder dan hematuri yang belum jelas sebabnya.
212
CSL Semester 4 Edisi Keenam
7. Prosedur
TUGAS : mahasiswa diberikan tugas untuk mencari dan melihat video cara
pemasangan kateter uretra pada wanita, dan diberikan kepada PJ blok CSL pada
pertemuan ke-2.
213
CSL Semester 4 Edisi Keenam
214
CSL Semester 4 Edisi Keenam
215
CSL Semester 4 Edisi Keenam
216
CSL Semester 4 Edisi Keenam
3. PUNKSI SUPRAPUBIK
a) Operator mencuci tangan dengan sabun terlebih dahulu pada air kran mengalir
b) Operator memakai hand schoen secara aseptik.
c) Lakukan desinfeksi secukupnya dengan memakai bahan anti septik yang
tidakmenimbulkan iritasi pada kulit antara simpisis dengan umbilikus.
d) Lalu daerah yang akan dipunksi ditutupi dengan doek steril.
e) Pada garis tengah , anatesi kulit sekitar 5cm, pada anak tidak lebih dari
setengahnya di atas simpisis pubis. Langkah ini merupakan pilihan pada pasien
anak, mengingat langkah berikutnya akan menimbulkan rasa nyeri
f) Dilakukan punksi dg spuit atau spinal needle( garis tengah antara simpisis
pubis dan umbilikus,biasanya 2 inci diatas simpisis pubis) tegak lurus dengan
daerah punksi terus didorong masuk kebuli-buli ditandai dengan keluarnya
urine dari lubang jarum. Biasanya jarum akan menyentuh veika setelah
terdorong sepanjang 5 cm pada orang dewasa
g) Kemudian dilakukan aspirasi melalui jarum. Jika belum didapatka urin ,
dorong lagi jarum, sambil mengaspirasi .
8. Daftar Pustaka
▪ Emil A. Tanagho, MD & Jack W. McAninch, MD, FACS. 2008. Smith’s
General Urology. 17th Edition. A Lange Medical Book. Mc-Graw Hill. New
York. USA
▪ Anonim, 2011. Kursus Penyegar dan Penambah Ilmu Kedokteran (KPPIK) FK
UI. 11-13 Maret 2011. Unit CME-CPD FK UI. Jakarta. Indonesia
217
CSL Semester 4 Edisi Keenam
Check List Pemasangan Kateter Uretra (Foley Catheter) Menetap dan Punksi
Suprapubik
219
CSL Semester 4 Edisi Keenam
SIRKUMSISI
dr. Oktadoni Saputra
1) Tema Pembelajaran
Keterampilan prosedural Sirkumsisi
2) Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa mampu melakukan prosedur sirkumsisi dengan baik dan benar
meliputi :
1. Evaluasi indikasi dan kontraindikasi
2. Informed consent tepat, baik dan benar
3. Prinsip asepsis dan antisepsis
4. Anesthesia yang tepat dan adekuat
5. Preputium release dan pembersihan smegma
6. Dorsumsisi
7. Sirkumsisi
8. Frenuloplasty
9. Wound closure dan dressing
3) Level Kompetensi
No Jenis Kompetensi Level Kompetensi
1 Circumcision 1 2 3 4
2 Dorsumcircumcision 1 2 3 4
220
CSL Semester 4 Edisi Keenam
5) Skenario
Seorang anak laki-laki kelas 5 SD diantar oleh kedua orang tuanya ke
puskesmas tempat saudara bekerja karena ingin disunat. Sang anak malu sering
diejek teman-temannya karena belum sunat. Sang ibu juga menceritakan
bahwa sang anak sering mengalami bengkak dan sakit di ujung kemaluannya.
Dari pemeriksaan anda mendapatkan phimosis tanpa disertai adanya tanda-
tanda balanitis. Anda menanyakan hal-hal menyangkut kontraindikasi
sirkumsisi dan merencanakan prosedur sirkumsisi pada sang anak.
221
CSL Semester 4 Edisi Keenam
6) Dasar Teori
a. Pengertian
Sirkumsisi adalah tindakan bedah untuk membuang sebagian atau
seluruh preputium penis yaitu bagian kulit yang menutupi glans penis untuk
tujuan tertentu.
b. Indikasi
▪ Kepercayaan/agama
▪ Budaya/ sosiokultural/ keinginan pasien/orang tua pasien
▪ Medis :
• Fimosis
• Parafimosis
• Infeksi berulang pada preputium/balanitis
c. Kontra indikasi
Absolute :
▪ Kelainan/anomaly pada penis:
o Hypospadias, epispadias
o Chordae, curved penis
o Concealed or buried penis
o Micropenis
o Webbed penis
▪ Prematuritas pada neonatus
▪ Ambiguous genitalia
Relatif :
▪ Hemofilia (pada penderita hemophilia, sirkumsisi tetap bisa dilakukan
dengan pemberian kofaktor VIII dan IX secara intra vena, 1 jam sebelum
sampai dengan 1-21 jam sesudah tindakan)
222
CSL Semester 4 Edisi Keenam
Alat terbaru yang sedang banyak diapakai di pasaran adalah Smart klamp®.
Alat ini diapakai untuk sirkumsisi dengan tetap memperhatikan prosedur-prosedur
223
CSL Semester 4 Edisi Keenam
sirkumsisi yang lain seperti : A dan antisepsis, anestesi, memaparkan glans, memasang
tube diatas glans, mengembalikan prputium, mengklamp preputium, memotong
preputium dan meninggalkan klamp selama beberapa hari sampai terjadi penyembuhan.
Kelebihan alat ini adalah meminimalisasi perdarahan serta estetika yang baik namun
memerlukan alat khusus dan harganya masih cukup mahal.
224
CSL Semester 4 Edisi Keenam
225
CSL Semester 4 Edisi Keenam
bagian frenulum ini daerah yang persarafannya yang banyak dan diyakini mempunyai
peranan dalam proses orgasme saat kopulasi). Kelebihan teknik ini sebagai berikut :
▪ Visualisasi baik
▪ Presisi tepat
▪ Kontrol perdarahan cukup mudah
▪ Hampir tidak ada tresiko terpotongnya glans
▪ Kosmetik baik
Walaupun demikian, kekurangan teknik ini adalah membutuhkan waktu
tindakan yang lebih lama. Adapun prosedur tindakan sirkumsisi ini dapat dilihat pada
bagian prosedur.
7) Prosedur
a) Evaluasi indikasi dan kontraindikasi
▪ Pastikan indikasi untuk dilakukan sirkumsisi
▪ Tanyakan kemungkinan kontra indikasi; hipospadia, balanitis, gangguan
perdarahan, riw. alergi obat/bahan anestetika
b) Informed consent tepat, baik dan benar
▪ Jelaskan prosedur sirkumsisi yang akan dilakukan, pilihan teknik dan yang
akan dilakukan, tujuan, manfaat, resiko dan efek samping tindakan/prosedur
sirkumsisi
▪ Minta persetujuan tindakan secara tertulis kepada orang tua anak
▪ Binalah sambung rasa dengan anak yang akan disunat. Dalam hal ini, penting
dilakukan hubungan dr-pasien yang baik dengan anak serta menciptakan
kondisi yang menguatkan mental sang anak dan tidak membuat anak takut.
Ajarkan hal-hal yang perlu dilakukan atau dihindari oleh sang anak dan berikan
support yang baik.
226
CSL Semester 4 Edisi Keenam
c) Persiapan
▪ Mulailah dengan mencuci tangan dengan sabun dan antiseptic secara WHO
kemudian keringkan dengan handuk/lap pribadi
▪ Tanyakan/ mintalah jika anak ingin kencing dan membersihkan daerah
genitalnya.
▪ Cek dan persiapkan kelengkapan alat dan bahan yang diperlukan. Patahkan
obat anestetika local, bukalah plastic spuit, jarum dan benang jahit yang akan
dipakai dan jatuhkan ketempat alat bedah minor yang steril. Persiapkan plester
dan kassa yang diperlukan, serta tuangkan betadine/ bahan antiseptic pada kom
yang akan dipakai.
▪ Pasanglah sarung tangan steril secara aseptic pada tangan dominan, masukkan
bahan obat kedalam spuit dengan metode steril (sarung tangan sebelah) dan
lanjutkan memasang handschoen steril yang sebelahnya. Gantilah jarum spuit
dengan jarum dengan ukuran yang lebih kecil missal 27 Gaus.
d) Prinsip asepsis dan antisepsis
▪ Lakukan asepsis dan antisepsis daerah pembedahan dengan povidone iodine.
Mulailah dari daerah glans atau preputium jika fimosis. Teruskan ke korpus
penis, scrotum dan daerah perineum secara sentral perifer. Tindakan dapat
diulangi beberapa kali sampai dirasa cukup. Daerah atas bisa mencapai
simphisis pubis bagian bawah sampai ke perineum. Terakhir, ulangi prosedur
dengan menggunakan alcohol 70% atau saline fisiologis untuk menghilangkan
sisa lemak atau membersihkan warna povidone iodine dan mencegah
perlengketan.
▪ Pasanglah kain doek steril
e) Anesthesia yang tepat dan adekuat
227
CSL Semester 4 Edisi Keenam
▪ Lakukan anestesi blok (ring block) pada nervus dorsalis penis tepat pada
pangkal penis atas dengan menginjeksikan jarum pada garis medial dibawah
smphysis pubis secara tegak lurus sampai menembus fascia buck (seperti
menembus kertas), yakinkan dan beri support anak untuk lebih kooperatif.
▪ Aspirasi sebelum melakukan suntikan, jika tidak teraspirasi darah, injeksikan
lidokain sekitar 1-2 cc tergantung besar kecilnya penis.
▪ Tarik jarum tanpa mengeluarkannya kemudian arahkan ke kanan dan kekiri
secara bergantian, aspirasi dan injeksikan masing-masing ± 0,5 cc untuk setiap
sisi
▪ Tambahkan anestesi infiltrasi di lapisan subkutis ventral penis masing-masing
0,5 cc untuk setiap sisi
f) Preputium release dan pembersihan smegma
▪ Cek apakah anestesi sudah optimal dengan melakukan jepitan di daerah
frenulum
▪ Buka glans penis sampai sulcus corona penis terpapar.
▪ Jika terdapat fimosis/ perlengketan buka secara tumpul preputium dengan
mosquito serta bersihkan secara tumpul dengan klem atau kassa steril kering
sampai glans dan corona penis terpapar. Jika banayak terdapat smegma,
bersihkan dengan larutan sublimat
228
CSL Semester 4 Edisi Keenam
g) Dorsumsisi
▪ Dengan klem arteri lurus tentukan dosal preputium (jam 12) dengan menarik
arah yang berlawanan dari frenulum. Pasangkan klem arteri sampai ± 2 mm
didepan corona penis.
▪ Jepit/klem sesaat ±30 detik untuk mengurangi perdarahan dan sebagai penanda
dorsumsisi
▪ Guntinglah dengan gunting jaringan tepat pada alur yang terbentuk tersebut
Gambar 6. Dorsumsisi
h) Sirkumsisi
▪ Lanjutkan pemotongan preputium secara melingkar masing-masing sisi dengan
cara sebagai berikut :
o Klem dengan klem arteri lurus pada tempat dorsumsisi (jam 12) sebagai
jepitan kendali
o Identifikasi daerah frenulum dan klem dengan klem arteri lurus (sekitar
30 detik) pada daerah frenulum salah satu sisi membentuk huruf V
kemudian gunting dengan gunting jaringan
o Lanjutkan mengklem secara melingkar ke arah jam 12 tadi dengan klem
arteri bengkok beberapa saat dan lakukan pengguntingan.
o Lakukan 2 urutan prosedur di atas pada sisi sebelahnya.
▪ Di daerah frenulum, guntingan mengarah ke depan seperti huruf V untuk
menyisakan bagian frenulum yang cukup untuk dilakukan frenuloplasty.
▪ Pastikan dilakukan pengkleman terlebih dahulu sebelum melakukan
pengguntingan
229
CSL Semester 4 Edisi Keenam
i) Frenuloplasty
▪ Jepit bagian frenulum (jam 6) yang tersisa tadi sesuai dengan ukuran yang
cukup untuk frenuloplasty
▪ Lakukan penjahitan daerah frenulum dengan jahitan angka 8 atau angka 0
▪ Potong sisa frenulum yang berlebih, pastikan sisa mukosa di daerah frenulum
±0,5 cm dan seimbang
j) Wound closure
▪ Lakukan control perdarahan dengan melakukan ligasi pada vena.
▪ Jika sudah tidak didapatkan perdarahan, lakukan penjahitan mukosa dengan
kulit satu persatu untuk setiap sisi sampai seluruh bagian tertutup.
▪ Jika dirasakan jahitan sudah cukup, bersihkan daerah operasi dengan povidone
iodine
k) Dressing dan penutupan Luka
▪ Berikan salep antibiotic/kloramfenikol atau dibalut dengan supratule pada
tempat jahitan
▪ Balut dengan kassa mengarah ke atas seperti pita sebagaimana terlihat pada
gambar :
8) Daftar Pustaka
▪ Saleh, F. 2011. Circumcision. Materi Dry Workshop Circumcision. Kursus
Penyegar dan Penambah Ilmu Kedokteran (KPPIK) FK UI. 11-13 Maret 2011.
Unit CME-CPD FK UI. Jakarta. Indonesia
230
CSL Semester 4 Edisi Keenam
231
CSL Semester 4 Edisi Keenam
frenulum
18 Buka secara tumpul glans penis sampai sulcus corona penis terpapar.
19 Jika banayak terdapat smegma, bersihkan dengan larutan sublimat
Dorsumsisi
20 Jepit dorsal preputium (jam 12) dengan klem arteri lurus sampai ± 2 mm
didepan corona penis.
21 Jepit/klem sesaat ±30 detik untuk mengurangi perdarahan dan sebagai
penanda dorsumsisi
22 Guntinglah dengan gunting jaringan tepat pada alur yang terbentuk
tersebut
Sirkumsisi
23 Jepit (30 detik) daerah frenulum satu sisi membentuk huruf V lanjutkan
dengan pemotongan
24 Teruskan penjepitan melingkar ke arah jam 12 dengan klem arteri
bengkok lanjutkan dengan pemotongan
25 Lakukan kedua tindakan di atas untuk sisi sebelahnya
Frenuloplasty
26 Jepit bagian frenulum (arah jam 6)
27 Lakukan penjahitan daerah frenulum dengan jahitan angka 8 atau angka
0
28 Potong sisa frenulum yang berlebih, pastikan sisa mukosa di daerah
frenulum ±0,5 cm dan seimbang
Hecting dan Penjahitan Luka
29 Lakukan control perdarahan dengan melakukan ligasi pada vena.
30 Lakukan penjahitan mukosa dengan kulit satu persatu untuk setiap sisi
sampai seluruh bagian tertutup
31 Bersihkan daerah operasi dengan povidone iodine
Dressing dan Pembalutan Luka
32 Berikan salep antibiotic/kloramfenikol atau dibalut dengan supratule
pada tempat jahitan
33 Tutup luka dengan kassa steril seperti pita dan diplester/fiksasi
PROFESIONALISME
34 Percaya diri, Minimal error
35 Bekerja dengan memperhatikan kaidah sterilitas
232
CSL Semester 4 Edisi Keenam
J. TEMA :
Keterampilan Komunikasi Anamnesis Penyakit Hematoimunologi
K. TUJUAN PEMBELAJARAN
4. Tujuan instruksional umum
Mahasiswa mampu melakukan anamnesis penyakit hematoimunologi dengan
baik dan benar
5. Tujuan instruksional khusus
• Mahasiswa dapat mengawali dan mengakhiri anamnesis secara urut
• Mahasiswa mengucapkan salam pembuka di awal dan penutup di akhir
• Mahasiswa dapat menggali informasi dengan detail, namun relevan dengan
permasalahan terutama masalah penyakit hematoimunologi
• Mahasiswa dapat menunjukkan penampilan yang baik
• Mahasiswa dapat menjaga suasana proses anamnesis yang baik
• Mahasiswa dapat memahami dan menggunakan bahasa yang dipahami
responden
• Mahasiswa dapat menghindari sikap interogasi
• Mahasiswa dapat melakukan cross check
• Mahasiswa dapat bersikap netral
• Mahasiswa dapat melaksanakan umpan balik
• Mahasiswa dapat mencatat hasil anamnesis dengan jelas serta
menyimpulkan hasil anamnesis.
233
CSL Semester 4 Edisi Keenam
M. SKENARIO
Seorang pasien perempuan berumur 15 tahun, datang ke praktek anda dengan
keluhan badan lemah, lesu, cepat lelah serta mata berkunang-kunang sejak 2
minggu yang lalu. Lakukan anamnesis pada pasien tersebut.
N. DASAR TEORI
234
CSL Semester 4 Edisi Keenam
pasien datang dengan rasa kepercayaan. Bila anamnesis dilakukan dengan baik maka
lebih kurang 70% diagnosis penyakit sudah dapat ditegakkan.
Berikut akan kita bahas beberapa keluhan yang disebabkan oleh penyakit
hematoimunologi, sehingga diharapkan dengan teknik anamnesis yang baik dapat
membantu dalam menegakkan diagnosis penyakit hematoimunologi:
1. Gejala sistemik, berupa:
- Berat badan menurun 10% dalam waktu 6 bulan
- Demam tinggi 380C selama ±1minggu tanpa sebab yang jelas
- Keringat malam
- Pembesaran kelenjar getah bening
2. Anemia. Gejala anemia dapat digolongkan menjadi tiga jenis gejala, yaitu:
• Gejala umum anemia.
Gejala umum anemia, disebut juga sebagai sindrom anemia terdiri dari rasa
lemah, lesu, cepat lelah, telinga mendenging (tinitus), mata berkunang-
kunang, kaki terasa dingin sesak napas, dan dispepsia.
• Gejala khas masing-masing anemia. Gejala ini khas untuk masing-masing
jenis anemia. Sebagai contoh:
❖ anemia defisiensi besi : disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis
angularis, dan kuku sendok (koilonychia)
❖ anemia megaloblastik : glositis, gangguan neurologik pada defisiensi
vitamin B12
❖ anemia hemolitik : ikterus, splenomegali, dan hepatomegali
❖ anemia aplastik : perdarahan dan tanda – tanda infeksi
• Gejala penyakit dasar
Gejala yang timbul akibat penyakit dasar yang menyebabkan anemia sangat
bervariasi tergantung dari penyebab anemia tersebut. Misalnya gejala
akibat infeksi cacing tambang : sakit perut, pembengkakan parotis dan
warna kuning pada telapak tangan. Pada kasus tertentu sering gejala
235
CSL Semester 4 Edisi Keenam
O. PROSEDUR
Anamnesis yang baik akan terdiri dari identitas, keluhan utama, riwayat penyakit
sekarang, riwayat penyakit dahulu, anamnesis sistem, riwayat penyakit dalam
keluarga, dan riwayat pribadi.
7. Identitas Pasien
Identitas pasien merupakan bagian yang paling penting dalam anamnesis.
Kesalahan identifikasi pasien dapat berakibat fatal, baik secara medis, etika,
maupun hukum. Identitas diperlukan untuk memastikan bahwa pasien yang
dihadapi adalah memang benar pasien yang dimaksud, selain itu juga
diperlukan untuk data penelitian , asuransi, dan lain sebagainya.
Identitas meliputi:
• Nama lengkap pasien
• Umur atau tanggal lahir
• Jenis kelamin
• Golongan darah
• Alamat
• Pendidikan
• Pekerjaan
• Suku bangsa
• Agama.
Dalam penyakit hematoimunologi, anamnesis mengenai usia, jenis kelamin,
ketinggian tempat tinggal penting untung ditanyakan. Karena hal – hal tersebut
menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi variasi kadar hemoglobin dan
eritrosit suatu pasien.
236
CSL Semester 4 Edisi Keenam
8. Keluhan Utama
Keluhan utama yaitu keluhan atau gejala yang dirasakan pasien yang
membawanya pergi ke dokter untuk berobat. Keluhan utama sangat dibutuhkan
dalam mengumpulan informasi masalah. Bahkan untuk pasien yang datang
hanya untuk sekedar pemeriksaan rutin. Perlu diketahui bahwa keluhan utama
tidak selalu keluhan yang pertama disampaikan oleh orangtua pasien; hal ini
terutama pada orangtua yang pendidikannya rendah, yang kurang dapat
mengemukakan esensi masalah.
9. Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat perjalan penyakit merupakan cerita yang kronologis, terinci dan jelas
mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhan utama, sampai
pasien datang berobat. Pasien diminta menceritakan gejala-gejala yang muncul
dengan kata-katanya sendiri. Informasi tambahan tentang keluhan pasien dapat
diperoleh dengan mengajukan pertanyaan yang spesifik. Riwayat perjalanan
penyakit disusun dalam bahasa Indonesia yang baik sesuai dengan apa yang
diceritakan pasien, tidak boleh menggunakan bahasa kedokteran, apalagi
melakukan interpretasi dari apa yang dikatakan oleh pasien. Dalam
mewawancarai pasien gunakanlah kalimat terbuka (kata tanya apa, mengapa,
bagaimana, bilamana), bukan kalimat tertutup/ kata tanya yang mendesak
sehingga pasien hanya dapat ya dan tidak, kecuali bila akan memperjelas
sesuatu yang kurang jelas.
Dalam melakukan anamnesis , harus diusahakan mendapatkan data-data
sebagai berikut:
13. Waktu dan lama keluhan berlangsung
14. Sifat dan beratnya serangan, misalnya mendadak, perlahan-lahan, terus-
menerus, hilang timbul, cenderung bertambah berat atau berkurang
15. Lokalisasi dan penyebarannya, menetap, menjalar, atau berpindah-pindah
237
CSL Semester 4 Edisi Keenam
16. Hubungan dengan waktu, misalnya pagi lebih sakit daripada siang dan
sore, atau terus-menerus tidak mengenal waktu
17. Hubungannya dengan aktifitas, misalnya bertambah berat jika melakukan
aktifitas, atau bertambah ringan jika beristirahat.
18. Keluhan-keluhan lain yang menyertai serangan, misalnya keluhan yang
mendahului serangan, atau keluahan lain yang bersamaan dengan serangan
19. Apakah keluhan pertama kali atau sudah berulang
20. Faktor risiko dan pencetus serangan , termasuk faktor-faktor yang
memperberat atau meringankan serangan.
Berikut adalah beberapa faktor resiko penyakit hematoimunologi antara lain:
• Riwayat penggunaan obat (misalnya : fenilbutazon, senyawa sulfur,
antikonvulsan, NSAID, dll)
• Riwayat terpapar bahan-bahan toksik seperti radiasi, obat-obatan atau
senyawa kimia tertentu (ex : benzena)
• Asupan nutrisi tidak adekuat : vegetarian, diet yang tidak seimbang
(sering pada peminum alkohol, usia belasan tahun, beberapa bayi),
makanan banyak serat, rendah vitamin C dan rendah daging,dll.
• Keperluan yang meningkat : kehamilan, bayi, prematuritas, anak
dalam masa pertumbuhan, keganasan peningkatan hematopoiesis
(anemia hemolitik kronik), hemolisis, dan lain sebagainya
• Malabsorbsi : akibat neoplasma, obat-obatan (fenitoin, kolkisin,
neomisin, dll), enteritis, gastrektomi, dan lain sebagainya.
• Adanya perdarahan menahun yang dapat berasal dari:
❖ saluran cerna : akibat tukak peptik, pemakaian salisilat atau
NSAID, infeksi cacing tambang dll
❖ saluran genitalia perempuan : menorrhagia atau metrorhagia
❖ saluran kemih : hematuria
❖ saluran napas : hempotoe
238
CSL Semester 4 Edisi Keenam
21. Apakah ada saudara sedarah , atau teman-teman dekat yang menderita
keluhan yang sama
22. Perkembangan penyakit, kemungkinan telah terjadi komplikasi atau gejala
sisa
23. Upaya yang sudah dilakukan untuk mengurangi keluhan dan bagaimana
hasilnya, jenis-jenis obat yang telah diminum oleh pasien, juga tidakan
medis yang dilakukan (riwayat pengobatan kuratif maupun preventif)
Setelah semua data terkumpul, usahakan untuk membuat diagnosis sementara
dan diagnosis diferensial.
10. Riwayat penyakit dahulu
Bertujuan untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan adanya hubungan
penyakit yang pernah diderita dengan penyakit sekarang. Tanyakan pula
apakah pasien pernah mengalami kecelakaan, operasi, riwayat alergi obat dan
makanan. Obat -obatan yang pernah diminum oleh pasien juga harus
ditanyakan, termasuk pengobatan dengan steroid, kontrasepsi, transfusi,
kemoterapi, dan riwayat imunisasi. Bila pasien pernah melakukan berbagai
pemeriksaan medis, maka harus dicatat dengan seksama, termasuk hasilnya.
11. Riwayat penyakit dalam keluarga
Penting untuk mencari kemungkinan penyakit herediter, familial , atau
penyakit infeksi. Pada penyakit kongenital perlu ditanya juga riwayat
kehamilan dan kelahiran.
12. Riwayat pribadi
Riwayat pribadi meliputi data-data sosial, ekonomi, pendidikan, dan kebiasaan.
Perlu juga ditanyakan apakah pasien mengalami kesulitan dalam kehidupan
sehari-hari seperti masalah keuangan, pekerjaan dan sebagainya. Kebiasaan
pasien yang juga harus ditanyakan adalah riwayat merokok, minuman alkohol,
dan penyalahgunaan obat-obat terlarang (Narkoba). Bila ada indikasi, riwayat
perkawinan dan kebiasaan seksualnya harus ditanyakan. Anamnesis juga
239
CSL Semester 4 Edisi Keenam
P. DAFTAR PUSTAKA
• Anonim. 2001. Buku Panduan Skill Lab FK UGM. Yogyakarta
• Sudoyo, Aru W, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I dan Jilid II.
Ilmu Penyakit Dalam FKUI: Jakarta
Q. TUGAS MAHASISWA
1) Masing-masing mahasiswa membuat anamnesis pasien dengan keluhan
penyakit yang berhubungan dengan sistem hematoimunologi seperti
anemia, alergi obat, reaksi hipersensitivitas, kejadian ikutan paska
imunisasi (KIPI), dll.
240
CSL Semester 4 Edisi Keenam
Informed
4 • menjelaskan kepentingan penggalian informasi yang
benar tentang sakit pasien
Consent
5 • Meminta waktu & ijin untuk melakukan alloanamnesis
jika diperlukan
ITEM PROSEDURAL
Menanyakan identitas pasien :
Nama , Umur , jenis kelamin (dicatat saja tidak perlu
ditanyakan), golongan darah, alamat lengkap, pekerjaan, agama
6 dan suku bangsa
Pastikan menggali identitas tidak terkesan interogasi
tidak harus berurutan dicari lengkap, boleh diselang-seling saat
anamnesis berlangsung
Menanyakan Riwayat Penyakit Sekarang
a. Menanyakan keluhan utama
7
Cross cek, dan Pastikan Keluhan Utama
8 b. Menanyakan keluhan lain/ tambahan
c. Menggali informasi tentang riwayat penyakit sekarang
• waktu dan lama
• sifat
• lokalisasi dan penyebaran
• hubungan dengan waktu dan aktifitas
9 • keluhan yang mendahului dan menyertai serangan
• keluhan muncul pertama kali/ sudah berulang
• faktor resiko dan pencetus serangan
• riwayat keluarga dengan keluhan yang sama
• perkembangan penyakit
• upaya pengobatan & hasilnya
242
CSL Semester 4 Edisi Keenam
1. Tema Pembelajaran
Keterampilan pemeriksaan limfe/ kelenjar getah bening (KGB)
2. Tujuan
1. Mahasiswa mampu melakukan persiapan pemeriksaan kelenjar getah bening
2. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan kelenjar getah bening
3. Level Kompetensi
5. Skenario
Seorang anak usia 7 tahun datang dengan keluhan lemas dan pucat. Keluahan
sudah dirasakan sejak 2 bulan yang lalu. Keluhan disertai dengan demam yang
tidak teralu tinggi, nafsu makan berkurang yang menyebabkan berat badan
berkurang. Keluhan mual dirasakan dan merasa perut terdapat benjolan. Pasien
juga mengeluhkan sering memar bila terbentur sesuatu. Bial menggosok gigi
pasien mengeluhkan gusi sering berdarah. Pasien juga mersakan ada benjolan d
leher, ketiak, dan selangkangan. Pasien belum pernah berobat. Keluhan serupa
tidak ada pada keluarga pasien
243
CSL Semester 4 Edisi Keenam
Kelenjar getah bening adalah bagian dari sistem pertahanan tubuh kita. Tubuh
kita memiliki kurang lebih sekitar 600 kelenjar getah bening, namun hanya didaerah
submandibular (bagian bawah rahang bawah; sub: bawah;mandibula:rahang bawah),
ketiak atau lipat paha yang teraba normal pada orang sehat. Terbungkus kapsul fibrosa
yang berisi kumpulan sel-sel pembentuk pertahanan tubuh dan merupakan tempat
penyaringan antigen (protein asing) dari pembuluh-pembuluh getah bening yang
melewatinya. Pembuluh-pembuluh limfe akan mengalir ke KGB sehingga dari lokasi
KGB akan diketahui aliran pembuluh limfe yang melewatinya.
Oleh karena dilewati oleh aliran pembuluh getah bening yang dapat membawa
antigen (mikroba, zat asing) dan memiliki sel pertahanan tubuh maka apabila ada
antigen yang menginfeksi maka kelenjar getah bening dapat menghasilkan sel-sel
pertahanan tubuh yang lebih banyak untuk mengatasi antigen tersebut sehingga kelenjar
getah bening membesar. Pembesaran kelenjar getah bening dapat berasal dari
penambahan sel-sel pertahanan tubuh yang berasal dari KBG itu sendiri seperti limfosit,
244
CSL Semester 4 Edisi Keenam
sel plasma, monosit dan histiosit,atau karena datangnya sel-sel peradangan (neutrofil)
untuk mengatasi infeksi di kelenjar getah bening (limfadenitis), infiltrasi (masuknya)
sel-sel ganas atau timbunan dari penyakit metabolit makrofag (gaucher disease).
Dengan mengetahui lokasi pembesaran KGB maka kita dapat mengerahkan kepada
lokasi kemungkinan terjadinya infeksi atau penyebab pembesaran KGB.
Saluran Limfe
Terdapat dua batang saluran limfe utama, ductus thoracicus dan batang saluran
kanan. Ductus thoracicus bermula sebagai reseptakulum khili atau sisterna khili di
depan vertebra lumbalis. Kemudian berjalan ke atas melalui abdomen dan thorax
menyimpang ke sebelah kiri kolumna vertebralis, kemudian bersatu dengan vena-vena
besar di sebelah bawah kiri leher dan menuangkan isinya ke dalam vena-vena itu.
Ductus thoracicus mengumpulkan limfe dari semua bagian tubuh, kecuali dari bagian
yang menyalurkan limfenya ke ductus limfe kanan (batang saluran kanan).
Ductus limfe kanan ialah saluran yang jauh lebih kecil dan mengumpulkan limfe dari
sebelah kanan kepala dan leher, lengan kanan dan dada sebelah kanan, dan menuangkan
isinya ke dalam vena yang berada di sebelah bawah kanan leher.
Sewaktu suatu infeksi pembuluh limfe dan kelenjar dapat meradang, yang tampak pada
pembengkakan kelenjar yang sakit atau lipat paha dalam hal sebuah jari tangan atau jari
kaki terkena infeksi.
245
CSL Semester 4 Edisi Keenam
Fungsi
1. Mengembalikan cairan dan protein dari jaringan ke dalam sirkulasi darah.
2. Mengangkut limfosit dari kelenjar limfe ke sirkulasi darah.
3. Untuk membawa lemak yang sudah dibuat emulsi dari usus ke sirkulasi darah.
Saluran limfe yang melaksanakan fungsi ini ialah saluran lakteal.
4. Kelenjar limfe menyaring dan menghancurkan mikroorganisme untuk
menghindarkan penyebaran organisme itu dari tempat masuknya ke dalam
jaringan, ke bagian lain tubuh.
246
CSL Semester 4 Edisi Keenam
5. Apabila ada infeksi, kelenjar limfe menghasilkan zat anti (antibodi) untuk
melindungi tubuh terhadap kelanjutan infeksi.
7. Prosedur
Pemeriksaan Kelenjar Getah Bening :
1. Lakukan informed consent
2. Cuci tangan WHO
3. Minta pasien untuk berhadapan dengan pemeriksa
4. Area kepala dan leher
a. Inspeksi daerah leher
b. Palpasi menggunakan bantalan dari jari telunjuk dan jari tengah
dengan gerakan memutar secara lembut, minta pasien untuk rileks.
Palpasi secara sistematis/berurutan:
i. Preauricular
ii. Posterior auricular
iii. Occipital
iv. Tonsilar
v. Submandibular
vi. Submental
vii. Superficial servical
viii. Posterior servikal, parotid
ix. Deep servikal
x. Supraclavicular
c. Rasakan ukuran, bentuk, batas, mobility, konsistensi dan nyeri
5. Area lengan
a. Inspeksi kedua lengan pasien, nilai dari ujung jari hingga bahu
1. Minta pasien untuk mengangkat kedua lengannya ke arah depan
2. Nilai ukuran, kesimetrisan dan lihat apakah ada pembengkakan
247
CSL Semester 4 Edisi Keenam
248
CSL Semester 4 Edisi Keenam
249
CSL Semester 4 Edisi Keenam
8. Daftar Pustaka
Anonim. 2007. Skills Lab Jilid 8 Tahun Akademik 2007/2008. Clinical Skill’s
Laboratory. Universitas Padjadjaran. Bandung.
Ikatan Dokter Indonesia. 2017. Panduan Keterampilan Klinis bagi Dokter di
Fasilitas Kesehatan Primer. Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia:
Jakarta.
Lymphatic Drainage in Body. Akses from :
http://www.australiancolonhealth.com.2Fmanual-lymphatic-drainage.
Szilagy, Peter G. 2002. Bate’s guide to phsycal examination. McGraw-Hill.
9. Evaluasi
251
CSL Semester 4 Edisi Keenam
A. TEMA
Keterampilan prosedural insisi abses bartolini (marsupialisasi)
B. TUJUAN
- Mahasiswa mengetahui indikasi, tujuan dan mampu melakukan prosedur insisi
abses bartolini
D. SKENARIO
E. DASAR TEORI
Kista adalah kantung yang berisi cairan atau bahan semisolid yang terbentuk di
bawah kulit atau di suatu tempat di dalam tubuh. Kista kelenjar Bartholin terjadi ketika
kelenjar ini menjadi tersumbat. Kelenjar Bartolini bisa tersumbat karena berbagai
alasan, seperti infeksi, peradangan atau iritasi jangka panjang. Apabila saluran kelenjar
ini mengalami infeksi maka saluran kelenjar ini akan melekat satu sama lain dan
252
CSL Semester 4 Edisi Keenam
menyebabkan timbulnya sumbatan. Cairan yang dihasilkan oleh kelenjar ini kemudian
terakumulasi, menyebabkan kelenjar membengkak dan membentuk suatu kista. Suatu
abses terjadi bila kista menjadi terinfeksi. Kelenjar ini mengeluarkan lendir untuk
memberikan pelumasan vagina. kelenjar Bartolini mengeluarkan jumlah lendir yang
relatif sedikit sekitar satu atau dua tetes cairan tepat sebelum seorang wanita orgasme.
Tetesan cairan pernah dipercaya menjadi begitu penting untuk pelumas vagina, tetapi
penelitian dari Masters dan Johnson menunjukkan bahwa pelumas vagina berasal dari
bagian vagina lebih dalam. Cairan mungkin sedikit membasahi permukaan labia vagina,
sehingga kontak dengan daerah sensitif menjadi lebih nyaman bagi wanita.
Kista Bartolini berkembang ketika saluran keluar dari kelenjar Bartolini
tersumbat. Cairan yang dihasilkan oleh kelenjar kemudian terakumulasi, menyebabkan
kelenjar membengkak dan membentuk suatu kista. Suatu abses terjadi bila kista menjadi
terinfeksi. Abses Bartolini dapat disebabkan oleh sejumlah bakteri. Ini termasuk
organisme yang menyebabkan penyakit menular seksual seperti Klamidia dan Gonore
serta bakteri yang biasanya ditemukan di saluran pencernaan, seperti Escherichia coli.
Umumnya abses ini melibatkan lebih dari satu jenis organisme. Obstruksi distal saluran
Bartolini bisa mengakibatkan retensi cairan, dengan dihasilkannya dilatasi dari duktus
dan pembentukan kista. Kista dapat terinfeksi, dan abses dapat berkembang dalam
kelenjar. Kista Bartolini tidak selalu harus terjadi sebelum abses kelenjar. Kelenjar
Bartolini adalah abses polimikrobial. Meskipun Neisseria gonorrhoeae adalah
mikroorganisme aerobik yang dominan mengisolasi, bakteri anaerob adalah patogen
yang paling umum. Chlamydia trachomatis juga mungkin menjadi organisme kausatif.
Namun, kista saluran Bartolini dan abses kelenjar tidak lagi dianggap sebagai bagian
eksklusif dari infeksi menular seksual. Selain itu operasi vulvovaginal adalah penyebab
umum kista dan abses tersebut.
253
CSL Semester 4 Edisi Keenam
Bartholin sangat sering terinfeksi dan dapat membentuk kista atau abses pada wanita
usia reproduksi. Kista dan abses bartholin seringkali dibedakan secara klinis.
Kista Bartholin terbentuk ketika ostium dari duktus tersumbat, sehingga
menyebabkan distensi dari kelenjar dan tuba yang berisi cairan.Sumbatan ini biasanya
merupakan akibat sekunder dari peradangan nonspesifik atau trauma. Kista bartholin
dengan diameter 1-3 cms eringkali asimptomatik. Sedangkan kistayang berukuran lebih
besar, kadang menyebabkan nyeri dan dispareunia. Abses Bartholin merupakan akibat
dari infeksi primer dari kelenjar, atau kista yang terinfeksi. Pasien dengan abses
Bartholin umumnya mengeluhkan nyeri vulva yang akut dan bertambah secara cepat
dan progresif. Abses kelenjar Bartholin disebakan oleh polymicrobial.
Pasien dengan kista dapat memberi gejala berupa pembengkakan labial tanpa
disertai nyeri. Pasien dengan abses dapat memberikan gejala sebagai berikut:
• Nyeri yang akut disertai pembengkakan labial unilateral.
• Dispareunia
• Nyeri pada waktu berjalan dan duduk
• Nyeri yang mendadak mereda, diikuti dengan timbulnya discharge ( sangat
mungkin menandakan adanya ruptur spontan dari abses)
Tindakan penatalaksanaan abses bartolini salah satunya dengan melakukan
insisi abses bartolini (marsupialisasi). Marsupialisasi merupakan suatu insisi vertikal
pada bagian tengah kista. Setelah dilakukan persiapan yang steril dan pemberian
anestesi lokal, dinding kista dijepit dengan dua hemostat kecil. Lalu dibuat insisi
vertikal pada vestibular melewati bagian tengah kista dan bagian luar dari hymenal
ring. Insisi dapat dibuat sepanjang 1.5 hingga 3cm, bergantung pada besarnya kista.
Setelah kista diinsisi, isi rongga akan keluar. Rongga ini dapat diirigasi dengan larutan
saline, dan lokulasi dapat dirusak dengan hemostat. Dinding kista ini lalu dieversikan
dan ditempelkan pada dindung vestibular mukosa dengan jahitan interrupted
menggunakan benang absorbable 2 -0.18 Sitz bath dianjurkan pada hari pertama setelah
prosedur dilakukan. Kekambuhan kista Bartholin setelah prosedur marsupialisasi
adalah sekitar 5-10 %.
F. PROSEDUR
9) Dinding kista dieversikan dan ditempelkan pada dinding mukosa vestibuler dengan
jahitan interrupted menggunakan benang absorbable 2-0
G. DAFTAR PUSTAKA
255
CSL Semester 4 Edisi Keenam
A. TEMA
Keterampilan prosedural episiotomi, ruptur perineum dan penjahitan luka
B. TUJUAN
- Mahasiswa mengetahui indikasi, tujuan dan mampu melakukan prosedur ruptur
perineum dan penjahitannya
- Mahasiswa mengetahui indikasi, tujuan dan mampu melakukan prosedur
episiotomi dan penjahitannya
D. SKENARIO
Seorang wanita, berusia 38 tahun G1P0A0 hamil 39 minggu datang ke klinik Unila
dengan keluhan mules-mules dan keluar darah lendir. Dokter melakukan anamnesa
dan pemeriksaan fisik serta segera mempersiapkan proses persalinan. Karena janin
besar dan ibu adalah primigravida, maka Anda merencanakan melakukan
episiotomi.
E. DASAR TEORI
RUPTUR PERINEUM
Perineum adalah wilayah pelvic outlet diujung diafragma pelvic (levator ani).
Batasannya dibentuk oleh pubic rami di depan ligament sacro tuberos di belakang.
Pelvic outletnya dibagi oleh garis melintang yang menghubungkan bagian depan ischial
tuberosities ke dalam segitiga urogenital dan sebuah segitiga belakang anal.
Segitiga urogenital
Otot-otot diwilayah ini dikelompokkan ke dalam kelompok superfisial
(dangkal) dan dalam bergantung pada membran perineal. Bagian bulbospongiosus,
perineal melintang dangkal dan otot ischiocavernosus terletak dalam bagian terpisah
yang superfisial. Otot bulbospongiosus melingkari vagina dan masuk melalui bagian
depan corpora cavernosa clitoridis. Di bagian belakang, sebagian serabutnya mungkin
menyatu dengan otot contralateral superfisial transverse perineal (otot yang melintang
contralateral dipermukaan perineal) juga dengan cincin otot anus (sfingter). Kelenjar
bartholini merupakan struktur berbentuk kacang polong dan bagian duktusnya
256
CSL Semester 4 Edisi Keenam
Segitiga anal
Wilayah ini mencakup otot luar anus dan lubang ischiorectal.4
Badan perineal
Bagian perineal merupakan wilayah fibromuskular (berotot serabut) antara
vagina dan kanal anus. Pada dataran saggita berbentuk segitiga. Pada sudut segitiganya
terdapat ruang rectovaginal dan dasarnya dibentuk oleh kulit perineal antara bagian
belakang fouchette vulva dan anus. Dalam bagian perineal terdapat lapisan otot fiber
bulbospongiosus, dataran perineal melintang dan otot cincin anus bagian luar.
Diatas bagian ini terdapat otot dubur membujur dan serat tengah otot pubo
rectalis, karena itu sandaran panggul dan juga sebagian hiatus urogenitalis antara otot
levator ani bergantung pada keseluruhan badan perineal. Bagi ahli kesehatan ibu dan
anak, istilah perineum merujuk sebagian besar pada wilayah fibromuskular antara
vagina dan kanal anus.
Anatomi anorektum
Anorektum merupakan bagian yang paling jauh dari traktus gastrointestinalis
dan terdiri dari dua bagian yaitu kanal anus dan rektum. Kanal anus berukuran 3,5 cm
dan terletak dibawah persambungan anorektal yang dibentuk oleh otot puborectalis.
Otot cincin anus terdiri dari tiga bagian (subcutaneus / bawah kulit), superfisial
(permukaan) dan bagian profunda (dalam) dan tidak bisa dipisahkan dari permukaan
puborectalis. Cincin otot anus bagian dalam merupakan lanjutan menebalnya otot halus
yang melingkar. Bagian ini dipisahkan dari bagian luar cincin otot anus oleh otot
penyambung yang membujur rektum.
257
CSL Semester 4 Edisi Keenam
258
CSL Semester 4 Edisi Keenam
Robekan mukosa rectum tanpa robekan sfingter ani sangat jarang dan tidak termasuk
dalam klasifikasi diatas.
259
CSL Semester 4 Edisi Keenam
Jenis Episiotomi
Sayatan episiotomi umumnya menggunakan gunting khusus, tetapi dapat juga sayatan
dilakukan dengan pisau. Berdasarkan lokasi sayatan maka dikenal 4 jenis episiotomi
yaitu:
a. Episiotomi medialis.
Sayatan dimulai pada garis tengah komissura posterior lurus ke bawah tetapi tidak
sampai mengenai serabut sfingter ani.
Keuntungan dari episiotomi medialis ini adalah:
perdarahan yang timbul dari luka episiotomi lebih sedikit oleh karena merupakan
daerah yang relatif sedikit mengandung pembuluh darah.
sayatan bersifat simetris dan anatomis sehingga penjahitan kembali lebih mudah
dan penyembuhan lebih memuaskan.
Kerugiannya adalah dapat terjadi ruptur perinei tingkat III inkomplet (laserasi
m.sfingter ani) atau komplet (laserasi dinding rektum).
b. Episiotomi mediolateralis
Sayatan disini dimulai dari bagian belakang introitus vagina menuju ke arah
belakang dan samping. Arah sayatan dapat dilakukan ke arah kanan ataupun kiri,
tergantung pada kebiasaan orang yang melakukannya. Panjang sayatan kira-kira 4
260
CSL Semester 4 Edisi Keenam
cm. Sayatan disini sengaja dilakukan menjauhi otot sfingter ani untuk mencegah
ruptura perinei tingkat III. Perdarahan luka lebih banyak oleh karena melibatkan
daerah yang banyak pembuluh darahnya. Otot-otot perineum terpotong sehingga
penjahitan luka lebih sukar. Penjahitan dilakukan sedemikian rupa sehingga
setelah penjahitan selesai hasilnya harus simetris.
c. Episiotomi lateralis
Sayatan disini dilakukan ke arah lateral mulai dari kira-kira jam 3 atau 9 menurut
arah jarum jam. Jenis episiotomi ini sekarang tidak dilakukan lagi, oleh karena
banyak menimbulkan komplikasi. Luka sayatan dapat melebar ke arah dimana
terdapat pembuluh darah pudendal interna, sehingga dapat menimbulkan perdarahan
yang banyak. Selain itu parut yang terjadi dapat menimbulkan rasa nyeri yang
mengganggu penderita.
d. Insisi Schuchardt.
Jenis ini merupakan variasi dari episiotomi mediolateralis, tetapi sayatannya
melengkung ke arah bawah lateral, melingkari rektum, serta sayatannya lebih lebar.
perluasan luka episiotomi yang tidak terkontrol selama pemasangan cunam. Pada
persalinan letak sungsang, episiotomi sebaiknya dilakukan sebelum bokong lahir,
dengan demikian luasnya episiotomi dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
262
CSL Semester 4 Edisi Keenam
F.PROSEDUR
1) Persiapan
• Bantu ibu mengambil posisi litotomi.
• Tempatkan handuk atau kain bersih di bawah bokong ibu.
• Hidupkan lampu sorot.
263
CSL Semester 4 Edisi Keenam
264
CSL Semester 4 Edisi Keenam
265
CSL Semester 4 Edisi Keenam
266
CSL Semester 4 Edisi Keenam
b. USG 3 Dimensi
Dengan alat USG ini maka ada tambahan 1 bidang gambar lagi yang disebut koronal.
Gambar yang tampil mirip seperti aslinya. Permukaan suatu benda (dalam hal ini tubuh
267
CSL Semester 4 Edisi Keenam
janin) dapat dilihat dengan jelas. Begitupun keadaan janin dari posisi yang berbeda. Ini
dimungkinkan karena gambarnya dapat diputar (bukan janinnya yang diputar).
c. USG 4 Dimensi
Sebetulnya USG 4 Dimensi ini hanya istilah untuk USG 3 dimensi yang dapat bergerak
(live 3D). Kalau gambar yang diambil dari USG 3 Dimensi statis, sementara pada USG
4 Dimensi, gambar janinnya dapat “bergerak”. Jadi pasien dapat melihat lebih jelas dan
membayangkan keadaan janin di dalam rahim. USG 4D adalah hasil penyempurnaan
dari USG 3D. Menggunakan empat dimensi yakni lebar, panjang, kedalaman plus gerak
(dimensi waktu). Sehingga hasilnya lebih detail dan akurat, karena bisa melihat bentuk
janin secara yang nyata. Bahkan mancung atau peseknya hidung janin pun bisa
diketahui. Alat ini dikembangkan pada tahun 1992 oleh seorang peneliti, Kazunori
Baba dari Institute of Medical Electronics, Universitas Tokyo.
d. USG Doppler
Pemeriksaan USG yang mengutamakan pengukuran aliran darah terutama aliran tali
pusat. Alat ini digunakan untuk menilai keadaan/kesejahteraan janin. Penilaian
kesejahteraan janin ini meliputi:
1) Gerak napas janin (minimal 2x/10 menit).
2) Tonus (gerak janin).
3) Indeks cairan ketuban (normalnya 10-20 cm).
4) Doppler arteri umbilikalis.
268
CSL Semester 4 Edisi Keenam
Kontraindikasi
hingga saat ini tidak dikenal adanya kontraindikasi pemeriksaan USG dalam kehamilan.
269
CSL Semester 4 Edisi Keenam
270
CSL Semester 4 Edisi Keenam
REFERENSI
Bone, E. 2001. Bioteknologi dan Bioetika. Kanisius. Yogyakarta.
Rasad, Sjahriar. 2005. Toraks. Dalam: Radiologi Diagnostik. Edisi Kedua. Fakultas
Kesehatan Universitas Indonesia
Suririnah. 2008. Buku Pintar Kehamilan dan Persalinan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama
Sastrawinata, Sulaiman. 2004. Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obstetri Patologi. Jakarta:
EGC
http://atem.weblog.com/2008/12/Ultrasonografy-1.html
http://navy102.wordpress.com/2008/10/07/usg-ultra-sonography/
http://cyberwoman.cbn.net.id/cbprtl/Cyberwoman/detail.aspx?x=Mother+And+Baby&y
=Cyberwoman%7C0%7C0%7C8%7C819
http://www.balipost.co.id/BaliPostcetak/2008/5/18/kel2.html
https://dwirahayu011.wordpress.com/2013/06/04/usg-ultrasonography/
271