Anda di halaman 1dari 3

Dwi Ardian (530074386)

DISKUSI 10

Kepuasan kerja bagi individu dalam suatu organisasi sangat penting, apa jadinya bila
individu tersebut tidak mendapatkan kepuasan kerja.

Menurut Anda, bagaimana dampak dari tidak tercapainya kepuasan kerja?

Jawaban:
Kepuasan kerja merupakan sikap umum terhadap pekerjaan seseorang yang menunjukkan jumlah
apresiasi yang diterima karyawan dibandingkan dengan harapan yang diyakini seharusnya
diterima (Robbin, 2003). Menurut Greenberg dan Baron (2003) kepuasan kerja merupakan sikap
positif atau negatif yang dilakukan individu terhadap pekerjaan mereka. Ada pun menurut
Gibson (2000), kepuasan kerja adalah sikap yang dimiliki pekerja tentang pekerjaan mereka
(Materi Dr. Ikhwan, 2021).
Kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan sikap atau perasaan seseorang terhadap pekerjaan.
Hal ini mengindikasikan bahwa kepuasan kerja sangat bergantung terhadap perspesi seseorang
terhadap pekerjaannya. Yang juga berarti bahwa kepuasan kerja bisa berbeda antarindividu
(Dariyo, 2001).
Kepuasan kerja menurut Greenberg dan Baron (1997) dalam Dariyo (2001) meliputi beberapa
unsur, meliputi sebagai berikut.
a. Komponen evaluatif, merupakan dasar perasaan atau emosi yang menilai sesuatu objek.
b. Komponen kognitif, merupakan unsusr kecerdasan intelektual untuk mengetahui suatu
objek (mengidentifikasi objek).
c. Komponen perilaku, merupakan respons individu dalam melakukan tindakan terhadap
apa yang dialami atau dirasakan.

Gambar. Komponen dalam sikap kerja (Greenberg dan Baron, 1997)


Mengenal dan mempelajari seputar kepuasan kerja sangat penting karena sangat berhubungan
dengan produktivitas kerja karyawan dan juga kinerja perusahaan atau organisasi. Banyak
penelitian yang mengungkapkan bahwa kepuasan kerja memiliki peranan besar dalam
meningkatkan produktivitas kerja, di antaranya penelitian Almigo (2004) yang berkesimpulan
bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara kepuasan kerja dengan produktivitas kerja,
semakin tinggi kepuasan kerja maka produktivitas kerja juga semakin tinggi pula.
Ada lima karakteristik penting yang memengaruhi kepuasan kerja menurut Smith dalam Almigo
(2004), yaitu sebagai berikut.
a. Jenis pekerjaan,
b. Upah atau gaji, merupakan kompensasi yang diterima pekerja yang bisa dilihat dan
dirasakan secara nyata.
c. Pengawasan kerja, merupakan kemampuan pengawasan dalam mendukung pekerjaan.
d. Kesempatan promosi, yaitu kesempatan untuk menapaki karier lebih tinggi.
e. Rekan kerja, merupakan parner atau teman dalam bekerja yang saling mendukung
mewujudkan tujuan perusahaan.
Selain lima karakteristik di atas masih banyak lagi yang memengaruhi kepuasan kerja.
Sebagaimana yang dikemukakan Dhania (2010) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa stres
kerja dan beban kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan kerja. Hal tersebut
didukung pula penelitian Yo & Sury (2015) yang berkesimpulan sama.
Hal lain yang cukup berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan menurut Bahri & Nisa
(2017) adalah pengembangan karier dan motivasi kerja. Pengembangan karir merupakan proses
dan kegiatan dalam rangka mempersiapkan sesorang karyawan menduduki jabatan dalam
organisasi. Menurut Siagian (2007) pengembangan karir adalah perubahan yang dilakukan oleh
seseorang dalam rangka mencapai suatu jabatan tertentu dalam perusahaan (Bahri & Nisa, 2017).
Ada pun motivasi kerja merupakan suatu daya pendorong dalam rangka seseorang agar mau
berbuat atau bekerja dengan menggunakan segala kemampuan yang dimiliki dalam mencapai
kinerja yang optimum. Heidjrachman & Husnan (2002) dalam Bahri & Nisa (2017)
mengemukakan bahwa motivasi kerja dapat meningkat dengan gaji yang baik, pekerjaan yang
aman, rekan kerja yang kompak, dan penghargaan terhadap pekerjaan.
Maslow (1993) menyatakan bahwa tercapainya kepuasan seseorang terhadap sesuatu bukan
berarti berhentinya keinginan. Setelah seseorang mendapatkan kepuasan tersebut, maka akan
timbul keinginan-keinginan lain yang lebih tinggi untuk dapat dipuaskan. Menurut Maslow
keinginan- keinginan yang baru timbul tersebut disertai dengan tingkat frustasi yang lebih tinggi
pula, sejalan dengan kegelisahan dan ketidakpuasan lama yang sama.
Dari apa yang dikemukakan Maslow diatas jelas menggambarkan bahwa tidak ada ukuran yang
pasti mengenai terpuaskan atau tidak terpuaskannya sesuatu pada diri seseorang. Ini dipengaruhi
oleh dua hal yang saling berkaitan. Pertama, dikarenakan kebutuhan dan tingkat kepuasan setiap
orang yang berbeda-beda. Kedua, karena ternyata dibalik kepuasan yang dirasa telah didapatkan
oleh seseorang, tersembunyi pula rasa ketidakpuasan yang mengindikasikan adanya kepuasan
yang lain yang lebih tinggi dan belum terpenuhi. Meskipun kepuasan dan ketidakpuasan pada
diri seseorang itu tidak memiliki ukuran yang cukup jelas, namun beberapa pendapat di bawah
ini menyebutkan dampak positif dan negatif kepuasan/ketidakpuasan terhadap pekerjaan
seseorang.
Strauss dan Sayles (1981) memandang kepuasan kerja itu penting bagi pemenuhan kebutuhan
aktualisasi diri seseorang. Menurutnya seseorang yang kepuasan kerjanya tidak terpenuhi tidak
pernah mencapai kematangan psikologis, bahkan dapat menyebabkan frustasi.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dampak jika kepuasan kerja tidak
tercapai maka akan membuat kinerja individu dan perusahaan juga tidak baik. Katika kinerja
tidak bisa optimal maka tujuan serta sasaran yang ingin dicapai tidak akan bisa terwujudkan.
Menurut Handoko dalam Hidayatullah (2009) bahwa kepuasan kerja sangat penting dipenuhi
agar apa yang menjadi sasaran kerja atau tujuan perusahaan bisa tercapai. Permasalahan awal
yang bisa dideteksi jika tidak terpenuhi kepuasan kerja adalah tingkat kehadiran menurun,
semangat kerja berkurang, meningkatnya keluhan serta masalah karyawan. (*)

Rujukan:
Almigo, N. (2004). Hubungan Antara Kepuasan Kerja dengan Produktivitas Kerja Karyawan.
Jurnal PSYCHE Vol. 1 No. 1, 50-61.
Bahri, S., & Nisa, Y. C. (2017). Pengaruh Pengembangan Karir dan Motivasi Kerja terhadap
Kepuasan Kerja Karyawan. Jurnal Ilmiah Manajemen dan Bisnis Vol. 18 No. 1, 9-15.
Dariyo, A. (2001). Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Grasindo.
Dhania, D. R. (2010). Pengaruh Stres Kerja, Beban Kerja terhadap Kepuasan Kerja. Jurnal
Psikologi Universitas Muria Kudus Vol. 1 No. 1, 15-23.
Hidayatullah, D. (2009, Januari 27). Dampak dari Kepuasan dan Ketidakpuasan Kerja.
Retrieved from Danhid: http://danhid.blogspot.com/2009/01/dampak-dari-kepuasan-dan-
ketidakpuasan.html, diakses pada 6 Desember pukul 21.39 WITA
Materi Dr. Ikhwan. (2021). Kepuasan Kerja. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Yo, P. M., & Surya, I. B. (2015). Pengaruh Beban Kerja terhadap Kepuasan Kerja dengan Stres
Kerja sebagai Variabel Mediasi. E-Jurnal Manajemen Unud Vol. 4 No. 5, 1149-1165.

Anda mungkin juga menyukai