Anda di halaman 1dari 75

RAHASIA

LAPORAN PENELITIAN

UJI COBA EFEKTIVITAS LETHAL OVITRAP UNTUK


PENGENDALIAN VEKTOR DEMAM BERDARAH
DENGUE DI KOTA SALATIGA

Aryani Pujiyanti, SKM, MPH, dkk

BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN


VEKTOR DAN RESERVOIR PENYAKIT
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
2019
SK PENELITIAN

ii
iii
SUSUNAN TIM PENELITI

No Keahlian / Kedudukan
Nama Uraian Tugas
. Kesarjanaan dalam Tim
Kesehatan
Aryani Pujiyanti, Ketua Bertanggung jawab atas
1. Masyarakat/
SKM, MPH Pelaksana pelaksanaan penelitian
S2

Dr. Wiwik Kesehatan Membantu pelaksanaan


2. Trapsilowati, Masyarakat/ Peneliti penelitian dalam aspek
SKM, M.Kes S3 epidemiologi dan
pengelolaan data
Membantu pelaksanaan
Riyani
penelitian dalam aspek
3. Setyaningsih, Biologi /S2 Peneliti
entomologi dan
S.Si, M.Sc
pengelolaan data
Membantu pelaksanaan
Kesehatan
Mujiyanto, S.Si, penelitian aspek sosial,
4. Masyarakat/ Peneliti
MPH epidemiologi dan
S2
pengelolaan data
Membantu pelaksanaan
penelitian aspek sosial,
Kesehatan epidemiologi, dan
Wening
5. Masyarakat/ Peneliti pengelolaan data.
Widjajanti, SKM
S1
Membantu peneliti dalam
administrasi penelitian
Membantu pelaksanaan
Kesehatan
Lulus Susanti, penelitian aspek sosial,
6. Masyarakat/ Peneliti
SKM, MPH epidemiologi, dan
S2
pengelolaan data
Kesehatan Membantu pelaksanaan
K. Sekar Negari, penelitian, survey dan
7. Masyarakat/ Teknisi
SKM entry data
S1
Kesehatan Membantu pelaksanaan
8. Arif Suryo Lingkungan/ Teknisi penelitian, survey dan
D3 entry data
Membantu pelaksanaan
Hetti Nur
9. SMU Teknisi penelitian, survey dan
Triutami
entry data

iv
PERSETUJUAN ETIK

v
vi
PERSETUJUAN ATASAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :

Ketua Panitia Pembina Ilmiah (PPI) dan Kepala Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga
menyatakan bahwa laporan penelitian “UJICOBA EFEKTIVITAS LETHAL
OVITRAP UNTUK PENGENDALIAN VEKTOR DEMAM BERDARAH
DENGUE DI KOTA SALATIGA” telah dapat disetujui sesuai ketentuan yang
berlaku.

Salatiga, ................................

Menyetujui
Ketua Panitia Pembina Ilmiah Ketua Pelaksana

Dr.Ristiyanto, M.Kes Aryani Pujiyanti, SKM, MPH


NIP. 196207291989101001 NIP. 198105072006042002

Kepala
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Vektor dan Reservoir Penyakit

Joko Waluyo, BSc., ST., Dipl.EIA., MSc.PH


NIP.196110211986031002

vii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat yang diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Penelitian
dengan Judul uji coba efektivitas lethal ovitrap untuk pengendalian vektor demam
berdarah dengue di Kota Salatiga. Penelitian ini bertolak dari pengembangan model
alat lethal ovitrap yang sebelumnya digunakan untuk sistem surveilans vektor,
bertambah fungsi sebagai alat pengendali nyamuk vektor DBD. Hasil uji coba
diharapkan dapat menyusun model alat lethal ovitrap yang sederhana dan
memungkinkan masyarakat untuk membuat sendiri dengan menggunakan biaya
produksi yang murah.
Laporan penelitian berisi tentang gambaran hasil uji coba alat di lapangan yang
ditinjau dari sisi entomologi dan sisi sosial berupa penerimaan masyarakat terhadap
aplikasi alat tersebut di lapangan. Kami mengucapkan banyak terima kasih terhadap
semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan penelitian yaitu Kepala Badan
Litbangkes dan Kepala B2P2VRP yang senantiasa memberikan arahan, Kepala
Dinas Kesehatan Kota Salatiga beserta staf, Kepala Puskesmas Sidorejo Lor beserta
staf, Kepala Kelurahan Pulutan beserta staf, teman-teman Tim peneliti, seluruh
kader maupun masyarakat Kelurahan Pulutan yang mendukung kegiatan penelitian
dari awal hingga akhir.
Kami berharap laporan penelitian ini dapat memberi manfaat terutama dalam
pelaksanaan kegiatan pencegahan DBD di Indonesia. Kami menyadari adanya
sejumlah keterbatasan di dalam penelitian, untuk itu kami menerima masukan
maupun saran terhadap peningkatan kualitas laporan ini.

Salatiga, 31 Desember 2019

Tim peneliti

viii
RINGKASAN EKSEKUTIF

Lethal ovitrap adalah alat perangkap telur vektor Demam Berdarah Dengue
(DBD) terbuat dari bejana plastik yang telah ditambahkan larvasida (temephos
dosis 1 ppm) agar dapat membunuh telur dan jentik nyamuk yang terperangkap di
dalamnya. Bentuk lethal ovitrap sederhana, mudah dibuat dan memerlukan biaya
produksi yang murah sehingga memungkinkan masyarakat untuk secara mandiri
membuat dan memasang alat ini di rumah masing-masing. Penelitian ini merupakan
tahap awal uji coba penerapan alat lethal ovitrap di masyarakat. Penelitian
dilakukan di kelurahan endemis DBD, Kota Salatiga. Tujuan penelitian untuk
mengukur efektivitas alat terhadap indeks entomologi vektor dan penerimaan
masyarakat terhadap aplikasi lethal ovitrap yang digabungkan dengan pelaksanaan
PSN 3M plus. Penelitian ini bermanfaat sebagai masukan alternatif metode untuk
penurunan indeks entomologi vektor DBD di masyarakat.
Jenis penelitian adalah penelitian intervensi (kuasi eksperimen) dengan
rancangan non equivalent control group design. Lokasi penelitian adalah di
Kelurahan Pulutan, Kota Salatiga. Waktu pelaksanaan penelitian adalah bulan
Januari hingga Desember tahun 2019. Secara purposif diambil 2 wilayah RW untuk
menjadi lokasi perlakuan dan lokasi kontrol. Daerah perlakuan melaksanakan
kegiatan PSN dengan tambahan alat lethal ovitrap, sedangkan daerah kontrol
melakukan kegiatan PSN dengan aplikasi alat non lethal ovitrap. Jumlah sampel
rumah minimal adalah 100 rumah di tiap RW. Sejumlah 400 alat lethal ovitrap dan
400 alat non lethal ovitrap diletakan pada 200 rumah di Kelurahan Pulutan.
Pengamatan data entomologi dilakukan setiap minggu oleh tim peneliti dan kader
kelurahan siaga. Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk melihat indeks
entomologi meliputi house index, container index, breteau index, dan egg density
index. Wawancara masyarakat juga dilakukan untuk mengukur tingkat pengetahuan
dan penerimaan masyarakat terhadap kegiatan intervensi yang dilakukan.
Hasil penelitian menunjukan aplikasi PSN 3M dengan kombinasi alat lethal
ovitrap efektif menurunkan house index, container index, breteau index dan egg
density index di lokasi penelitian. Aplikasi PSN 3M dengan kombinasi alat non
lethal ovitrap efektif menurunkan house index, container index dan breteau index

ix
di lokasi penelitian. Penerimaan masyarakat terhadap implementasi PSN 3M plus
lethal ovitrap cukup baik dan mendukung aplikasi PSN 3M plus lethal ovitrap.
Ovitrap index untuk ovitrap dengan atraktan maupun tanpa atraktan hampir sama,
namun indeks kepadatan telur ovitrap pada ovitrap dengan tambahan atraktan lebih
tinggi daripada ovitrap tanpa atraktan.Aplikasi PSN dengan lethal ovitrap di daerah
intervensi menghasilkan peningkatan nilai ABJ sebesar 46,15%, sedangkan aplikasi
PSN dengan non lethal ovitrap di daerah kontrol menghasilkan peningkatan ABJ
sebesar 3,12%. Indeks kepadatan telur di daerah intervensi cenderung mengalami
penurunan, sedangkan di daerah kontrol berfluktuatif.
Masukan dari penelitian ini adalah masyarakat menerima dengan baik
penggunaan PSN 3M plus lethal ovitrap di lapangan namun perlu dibekali cara
pembuatan dan penggunaan yang benar. Tokoh masyarakat atau kader berperan
dalam memberikan penyuluhan tentang PSN untuk penyegaran materi PSN kepada
masyarakat. Penyelenggaraan PSN secara serentak dan menyeluruh sebelum
diterapkan alat lethal ovitrap di lapangan.

x
ABSTRAK
Fungsi alat ovitrap sebagai surveilans vektor DBD dapat dikembangkan untuk alat
pengendali jentik nyamuk. Tujuan penelitian adalah untuk untuk mengukur
efektivitas alat terhadap indeks entomologi vektor dan penerimaan masyarakat
terhadap aplikasi lethal ovitrap yang digabungkan dengan pelaksanaan PSN 3M
plus. Penelitian dengan rancangan kuasi eksperimen dilaksanakan di Kelurahan
Pulutan, Kota Salatiga, Jawa Tengah, pada Januari – Desember 2019. Sejumlah 400
alat lethal ovitrap dan 400 alat non lethal ovitrap diletakan pada 200 rumah di
Kelurahan Pulutan. Pengamatan data entomologi dilakukan setiap minggu oleh tim
peneliti dan kader kelurahan siaga. Hasil penelitian menunjukan aplikasi alat
mampu meningkatkan angka bebas jentik, namun aplikasi ovitrap tidak dapat
terlepas dari pelaksanaan PSN di setiap keluarga. Ovitrap index untuk ovitrap
dengan atraktan maupun tanpa atraktan hampir sama, namun indeks kepadatan telur
ovitrap pada ovitrap dengan tambahan atraktan lebih tinggi daripada ovitrap tanpa
atraktan. Aplikasi PSN dengan lethal ovitrap di daerah intervensi menghasilkan
peningkatan nilai ABJ sebesar 46,15%, sedangkan aplikasi PSN dengan non lethal
ovitrap di daerah kontrol menghasilkan peningkatan ABJ sebesar 3,12%. Indeks
kepadatan telur di daerah intervensi cenderung mengalami penurunan, sedangkan
di daerah kontrol berfluktuatif. Aplikasi PSN dengan lethal ovitrap efektif
memperbaiki indeks entomologi, bila dibandingkan sebelum dan sesudah
perlakuan. Saran yang diberikan agar masyarakat menerima dengan baik
penggunaan PSN 3M plus kombinasi lethal ovitrap di lapangan namun perlu
dibekali cara pembuatan dan penggunaan yang benar. Penyelenggaraan PSN secara
serentak dan menyeluruh sebelum diterapkan alat lethal ovitrap di lapangan.

Kata kunci: ovitrap, angka bebas jentik, lethal, PSN

xi
DAFTAR ISI

SK Penelitian....................................................................................................... ii
Susunan tim peneliti ........................................................................................... iv
Persetujuan etik ................................................................................................... v
Persetujuan atasan ............................................................................................. vii
Kata pengantar ................................................................................................. viii
Ringkasan eksekutif ........................................................................................... ix
Abstrak ............................................................................................................... xi
Daftar isi ............................................................................................................ xii
Daftar tabel ....................................................................................................... xiii
Daftar gambar................................................................................................... xiv
Daftar lampiran ................................................................................................ xvi
I. Pendahuluan ................................................................................................ 1
A. Latar belakang....................................................................................... 1
B. Perumusan masalah............................................................................... 3
C. Tujuan penelitian .................................................................................. 4
D. Manfaat penelitian ................................................................................ 4
II. Tinjauan Pustaka ......................................................................................... 5
A. Vektor Demam Berdarah Dengue......................................................... 5
B. Metode pengendalian vektor DBD ....................................................... 5
C. Ovitrap .................................................................................................. 6
III. Metode ......................................................................................................... 7
IV. Hasil .......................................................................................................... 18
V. Pembahasan ............................................................................................... 37
VI. Kesimpulan dan Saran ............................................................................... 41
A. Kesimpulan ......................................................................................... 41
B. Saran ................................................................................................... 41
VII. Daftar Pustaka ........................................................................................... 42
Lampiran ........................................................................................................... 46

xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Data jumlah kasus infeksi dengue berdasarkan jenis kelamin dan kelurahan
di Kota Salatiga tahun 2019 .....................................................................21
Tabel 2.Hasil paired t test indeks entomologi di wilayah intervensi di Kelurahan
Pulutan Tahun 2019 ................................................................................ 23
Tabel 3.Hasil paired t test indeks entomologi di wilayah kontrol di Kelurahan
Pulutan Tahun 2019 ................................................................................ 25
Tabel 4. Perbandingan angka bebas jentik sebelum dan sesudah implementasi alat
di Kelurahan Pulutan Tahun 2019 .......................................................... 27
Tabel 5.Perbandingan Container index dan Breteau index sebelum dan sesudah
implementasi alat di Kelurahan Pulutan Tahun 2019 ............................. 29
Tabel 6. Kepadatan larva di di Kelurahan Pulutan Tahun 2019 ........................... 30
Tabel 7. Hasil analisis independent t test pada data entomologi di Kelurahan Pulutan
Tahun 2019 ............................................................................................. 30
Tabel 8. Karakteristik demografi responden saat sosialisasi penelitian di Kelurahan
Pulutan Tahun 2019 ................................................................................ 32
Tabel 9. Karakteristik demografi responden wawancara “Penerimaan Masyarakat
terhadap implementasi ovitrap” di Kelurahan Pulutan Tahun 2019 ....... 34

xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka teori................................................................................... 7
Gambar 2. Kerangka konsep................................................................................ 8
Gambar 3. Komponen ovitrap ........................................................................... 13
Gambar 4. Komponen alat lethal ovitrap .......................................................... 13
Gambar 5. Posisi penempatan ovitrap di rumah responden .............................. 13
Gambar 6. Distribusi penduduk di Kelurahan Pulutan berdasarkan tingkat
pendidikan tahun 2018 ..................................................................... 19
Gambar 7. Distribusi penduduk di Kelurahan Pulutan berdasarkan Jenis
Pekerjaan tahun 2018 ....................................................................... 19
Gambar 8. Jumlah kasus DBD di Kota Salatiga berdasarkan bulan Tahun 2019
......................................................................................................... 20
Gambar 9. Pengamatan telur Aedes spp pada kertas saring............................... 22
Gambar 10. Gambaran persentase house index, ovitrap index dan egg density index
di daerah intervensi di Kelurahan Pulutan tahun 2019 .................... 22
Gambar 11. Gambaran persentase house index, ovitrap index dan egg density index
di daerah kontrol di Kelurahan Pulutan tahun 2019 ........................ 24
Gambar 12. Gambaran ovitrap index pada alat lethal ovitrap dengan atraktan dan
tanpa atraktan ................................................................................... 25
Gambar 13. Gambaran Egg density index pada alat lethal ovitrap dengan atraktan
dan tanpa atraktan ............................................................................ 26
Gambar 14. Angka bebas jentik di daerah perlakuan dan dan daerah kontrol pada
saat sebelum dan sesudah implementasi tahun 2019 ....................... 26
Gambar 15. Nilai Container index di daerah perlakuan dan dan daerah kontrol
pada saat sebelum dan sesudah implementasi tahun 2019 .............. 27
Gambar 16. Nilai Breteau index di daerah perlakuan dan dan daerah kontrol pada
saat sebelum dan sesudah implementasi tahun 2019 ....................... 28
Gambar 17. Nilai Egg density index dan Breteau index di daerah perlakuan tahun
2019 ................................................................................................. 28
Gambar 18. Nilai Egg density index dan Breteau index di daerah kontrol tahun 2019
......................................................................................................... 29

xiv
Gambar 19. Pengetahuan responden terhadap komponen alat ovitrap di Kelurahan
Pulutan tahun 2019 .......................................................................... 33
Gambar 20. Pengetahuan responden terhadap cara pemasangan alat ovitrap di
Kelurahan Pulutan tahun 2019 ......................................................... 33
Gambar 21. Penerimaan responden di daerah intervensi terhadap implementasi
lethal ovitrap di Kelurahan Pulutan tahun 2019 .............................. 35
Gambar 22. Penerimaan responden di daerah kontrol terhadap implementasi lethal
ovitrap di Kelurahan Pulutan tahun 2019 ........................................ 35
Gambar 23. Peta pemasangan lethal ovitrap di RW intervensi Kelurahan Pulutan,
tahun 2019 ........................................................................................ 53
Gambar 24. Peta pemasangan lethal ovitrap di RW kontrol Kelurahan Pulutan,
tahun 2019 ........................................................................................ 54
Gambar 25. Sosialisasi kegiatan penelitian di Kelurahan Pulutan ...................... 55
Gambar 26. Proses pemantauan jentik di Kelurahan Pulutan tahun 2019 ........... 55
Gambar 27. Proses pemasangan alat ovitrap di Kelurahan Pulutan, tahun 2019 56
Gambar 28. Alat ovitrap yang dipasang di rumah responden di Kelurahan Pulutan
tahun 2019 ........................................................................................ 56
Gambar 29. Proses identifikasi dan perhitungan telur Aedes spp pada kertas saring
......................................................................................................... 57
Gambar 30. Telur Aedes spp yang melekat pada kertas saring ........................... 57
Gambar 31. Proses pengamatan dan penggantian kertas saring ovitrap di
Kelurahan Pulutan, tahun 2019 ........................................................ 58
Gambar 32. Sosialisasi hasil penelitian di Kelurahan Pulutan, tahun 2019 ........ 58
Gambar 33. Peserta sosialisasi hasil penelitian kelurahan Pulutan tahun 2019... 59

xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Naskah penjelasan dan informed consent ......................................... 46
Lampiran 2. Kuesioner persepsi masyarakat ........................................................ 48
Lampiran 3. Formulir pemeriksaan ovitrap .......................................................... 49
Lampiran 4. Form pemantauan jentik ................................................................... 51
Lampiran 5. Peta wilayah Kelurahan Pulutan ....................................................... 52
Lampiran 6. Peta lokasi pemasangan ovitrap ........................................................ 53
Lampiran 7. Dokumentasi kegiatan ...................................................................... 55

xvi
I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Jumlah penderita DBD di Kota Salatiga pada periode 2012 – 2015


cenderung berfluktuatif. Jumlah kasus DBD tahun 2012 adalah 13 kasus, tahun
2013 sebanyak 61 kasus, tahun 2014 turun sebanyak 9 kasus, tahun 2015
meningkat menjadi 26 kasus dan tahun 2016 meningkat 2 kali lipat menjadi 68
kasus.1,2 Dinas Kesehatan Kota Salatiga telah melakukan berbagai langkah
untuk pengendalian vektor DBD antara lain promosi gerakan Pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN) 3M (Menutup, mengubur dan menguras), larvasidasi,
Fogging focus/ULV setelah dilakukan penyelidikan epidemiologi namun belum
mampu untuk memperbaiki angka bebas jentik di atas 95%.
Pengendalian vektor DBD merupakan cara utama untuk pencegahan DBD
karena saat ini obat dan vaksin untuk DBD belum tersedia. Menurut
Kementerian Kesehatan, pengendalian vektor dilaksanakan dengan melibatkan
masyarakat untuk berperan serta meningkatkan dan melindungi kesehatannya
melalui peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan serta pengembangan
lingkungan sehat.3 Bentuk peran serta masyarakat dalam pengendalian DBD
yang efektif adalah mewujudkan perilaku hidup bersih dan sehat, salah satunya
melalui kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan kegiatan 3M Plus
(Menguras, Menutup, Mengubur atau mengelola barang bekas). Salah satu
tujuan dalam PSN 3M Plus adalah mengurangi penularan DBD dengan
mengendalikan populasi vektor agar ABJ mencapai 95%.4
Keberadaan jentik Aedes spp merupakan indikator terdapatnya populasi
nyamuk Ae.aegypti di suatu wilayah.5,6 Oviposition trap atau ovitrap adalah alat
perangkap telur nyamuk terbuat dari bahan kaleng, plastik, gelas ataupun bambu
yang diisi air, diletakkan pada tempat-tempat tertentu dan digunakan untuk
mendeteksi keberadaaan nyamuk Aedes dan juga untuk pemberantasan
larvanya.3 Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan di Indonesia
aplikasi modifikasi ovitrap berhasil menurunkan kepadatan nyamuk vektor
secara signifikan meskipun pada skala kecil.7,8

1
Secara umum ovitrap tersusun dari 3 bagian yaitu bejana penampung air, air
dengan bahan sebagai atraktan, dan tempat perlekatan telur nyamuk (kain atau
kertas saring). Selain sebagai alat pendeteksi telur nyamuk, ovitrap dapat
berfungsi pula untuk mengendalikan vektor. Ovitrap dapat dimodifikasi dengan
penambahan insektisida temephos 1 ppm di dalam air sehingga bersifat lethal
yaitu mampu membunuh jentik nyamuk yang menetas di dalam ovitrap.
Menurut WHO, cara penggunaan lethal ovitrap sangat sederhana dan alat
tersebut dapat efektif apabila diterapkan dalam jumlah yang cukup banyak serta
sesuai kondisi spesifik wilayah perlakuan.6 Beberapa studi juga menyebutkan
pemasangan ovitrap dalam skala kecil (100 rumah) ternyata mampu
memberikan hasil dengan efektivitas tinggi terhadap jumlah populasi nyamuk
pada wilayah yang terbatas.9,10
Lethal ovitrap ada 2 jenis yaitu yang menggunakan insektisida dan non
insektisida. Lethal ovitrap non insektisida bekerja secara fisik atau mekanik
untuk dapat membunuh nyamuk vektor, sehingga konstruksi alat lebih rumit,
dan bahan serta cara pembuatan lebih kompleks.11,12 Alat lethal ovitrap dengan
insektisida lebih sederhana namun bahan aktif yang terlaporkan telah digunakan
untuk mematikan vektor di dalamnya cukup mahal dan sulit terjangkau oleh
masyarakat awam, seperti larutan tembaga sulfat (CuSo4) dosis 10 ppm dan
sipermetrin.10,13
Ovitrap umumnya digunakan untuk surveilans vektor DBD, tetapi selain
sebagai alat deteksi populasi vektor, ovitrap juga dapat berfungsi sebagai alat
pengendali jentik nyamuk. 4,14–16 Lethal ovitrap merupakan salah satu alternatif
upaya pengendalian vektor DBD untuk menurunkan populasi nyamuk, namun
selama ini bahan lethal yang digunakan untuk mematikan jentik umumnya
cukup mahal dan sulit dijangkau ketersediaanya oleh masyarakat.8,10,15
Penelitian ini mengembangkan bentuk lethal ovitrap yang sederhana dan
memungkinkan masyarakat untuk membuat sendiri menggunakan biaya
produksi yang murah. Lethal ovitrap yang dimaksud adalah ovitrap dengan
penambahan temephos sebanyak 1 ppm di dalam air atraktan. Ovitrap dibuat dari
bejana plastik berukuran 1.250 ml. Ember dipilih sebagai modifikasi ovitrap
karena berdasarkan hasil Riset Khusus Vektora bahan rumah tangga dari plastik

2
adalah salah satu alat rumah tangga yang menjadi tempat dominan ditemukannya
jentik Ae. aegypti.17 Aplikasi lethal ovitrap dengan temephos sebagai pelengkap
kegiatan PSN 3M plus diharapkan dapat efektif mengendalikan jumlah populasi
vektor DBD di masyarakat sehingga perlu dilakukan uji coba alat secara
langsung di masyarakat. Indikator entomologi yang diukur untuk mengetahui
kepadatan populasi nyamuk vektor dan mengukur tingkat risiko penularan DBD
di suatu wilayah adalah house index, container index, bretau index dan ovitrap
index.5,6

B. Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan permasalahan penelitian


adalah:
1. Bagaimana gambaran indikator entomologi sebelum dan sesudah
implementasi PSN 3M plus lethal ovitrap di Kota Salatiga.
2. Bagaimana gambaran indikator entomologi sebelum dan sesudah
implementasi PSN 3M plus non lethal ovitrap di Kota Salatiga.
3. Bagaimana penerimaan masyarakat terhadap implementasi PSN 3M plus
lethal ovitrap.
4. Bagaimana perbandingan indikator entomologi di daerah perlakuan dan
daerah kontrol pada saat sebelum dan sesudah implementasi PSN 3M
plus lethal ovitrap.

3
C. Tujuan penelitian

a. Tujuan Umum
Tujuan penelitian adalah mengukur efektivitas aplikasi PSN 3 M Plus
lethal ovitrap terhadap indeks entomologi dan penerimaan masyarakat
terhadap aplikasi PSN 3M plus lethal ovitrap.
b. Tujuan Khusus
1. Mengukur indikator entomologi sebelum dan sesudah implementasi
PSN 3M plus lethal ovitrap.
2. Mengukur indikator entomologi sebelum dan sesudah implementasi
PSN 3M plus non lethal ovitrap.
3. Mengukur penerimaan masyarakat terhadap implementasi PSN 3M
plus lethal ovitrap.
4. Mengukur perbandingan ovitrap index antara lethal ovitrap dengan
atraktan dan lethal ovitrap non atraktan
5. Mengukur perbandingan indikator entomologi di daerah perlakuan dan
daerah kontrol pada saat sebelum dan sesudah implementasi PSN 3M
plus lethal ovitrap.

D. Manfaat penelitian

Penelitian ini bermanfaat sebagai masukan alternatif metode untuk


perbaikan indeks entomologi vektor DBD di masyarakat.

4
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Vektor Demam Berdarah Dengue

Vektor DBD adalah nyamuk yang dapat menularkan, memindahkan


dan/atau menjadi sumber penular DBD. Ada 3 jenis spesies nyamuk yang
menjadi vektor DBD di Indonesia yaitu Ae.aegypti (vektor utama),
Ae.albopictus dan Ae.scutellaris.4 Perkembangan nyamuk Aedes spp
mengalami metamorfosis yang sempurna yaitu stadium telur, larva, pupa dan
nyamuk dewasa. Waktu perkembangan stadium telur hingga menjadi nyamuk
antara 9 – 10 hari. Tempat perkembangan stadium pra dewasa nyamuk Aedes
spp terbagi menjadi habitat alami dan habitat buatan. Habitat alami yang
menjadi tempat perindukan Aedes spp adalah lubang pohon, lubang batu,
pelepah daun, potongan bambu dan tempurung kelapa. Sebagian besar nyamuk
Ae.aegypti ditemukan di tempat penampungan air buatan manusia seperti
tampungan air bersih keluarga, alat-alat rumah tangga, perlengkapan hewan
peliharaan dan sampah atau barang bekas yang dapat berpotensi menampung
air hujan.

B. Metode pengendalian vektor DBD

Menurut Kemenkes, upaya pengendalian vektor dapat dilakukan


dengan upaya meminimalkan habitat perkembangbiakan vektor, menurunkan
kepadatan dan umur vektor, mengurangi kontak vektor dengan manusia serta
memutus rantai transmisi penularan penyakit. 4
Metode pengendalian vektor DBD yang dapat dilakukan antara lain:
1. Pengendalian stadium dewasa
Pengendalian nyamuk dewasa secara fisik menggunakan pakaian
pelindung atau pemasangan kassa anti nyamuk sedangkan secara biologi
menggunakan teknik rekayasa genetika. Pengendalian kimiawi stadium
dewasa oleh program umumnya menggunakan insektisida. Insektisida yang
umum digunakan adalah dari golongan organophosphat dan pyrethroid.
Metode untuk aplikasi insektisida pada serangga dewasa adalah dengan
thermal fogging atau ultra low volume (ULV).

5
2. Pengendalian stadium pra dewasa
a. Metode pengendalian secara fisik/mekanik
Metode pengendalian fisik/mekanik untuk vektor DBD dikenal
dengan istilah PSN 3M plus. Kegiatan 3M yang dilakukan meliputi
menguras penampungan air, menutup rapat penampungan air,
mengubur atau mendaur ulang barang bekas. Kegiatan plus lainnya
adalah menggunakan larvasida, ikan, kawat anti nyamuk, dan
insektisida rumah tangga. Pemberantasan sarang nyamuk dengan PSN
3M plus berhasil jika dilakukan secara serentak, rutin minimal setiap
minggu dan berkesinambungan.
b. Metode pengendalian biologi
Pengendalian stadium pra dewasa dengan menggunakan musuh
alami dari serangga, yaitu pemangsa jentik seperti ikan, jentik
Toxorrhyncites spp, Mesocyclops spp, parasit cacing Romanomermis
iyengari dan bakteri Bacillus thuringiensis.
c. Metode pengendalian kimiawi
Pengendalian kimiawi yang biasa digunakan untuk stadium pra
dewasa Aedes spp adalah dengan menggunakan larvasida temephos
dan Insect Growth Regulator (IGR).
d. Metode pengendalian terpadu
Metode pengendalian terpadu adalah metode yang
menggunakan perpaduan metode fisik, biologi dan kimia.

C. Ovitrap
Ovitrap adalah suatu alat penampung air yang terbuat dari bahan
kaleng, plastik, gelas ataupun bambu untuk mendeteksi keberadaan nyamuk
3
Aedes dan juga untuk pengendalian stadium larva. Komponen ovitrap
secara umum adalah kontainer penampung air, air sebagai atraktan serangga
dan kertas saring. Perbedaan ovitrap dengan lethal ovitrap adalah
penambahan zat pembunuh serangga di dalam komponen ovitrap, sehingga
selain digunakan untuk pemantauan kepadatan populasi juga digunakan
untuk membunuh jentik nyamuk.

6
III. METODE

A. Kerangka teori

Pengendalian Kassa anti nyamuk


fisik Pakaian panjang
Pengendalian
stadium Pengendalian Rekayasa genetik
biologi
dewasa

Pengendalian
Pengendalian Thermal fogging
kimiawi ULV
vektor

Pengendalian PSN 3M plus


fisik
Pengendalian
stadium pra Predator
Pengendalian Bakteri
dewasa biologi Parasit

Pengendalian Temephos
Insect growth regulator
kimiawi

Gambar 1. Kerangka teori

7
Pre test
B. Kerangka konsep
a.Indeks entomologi
- House index
- Container index
- Breteau index
- Ovitrap index
- ABJ
b.Survei pengetahuan
masyarakat
Daerah perlakuan

Penerapan PSN 3M Plus Post test


dengan lethal ovitrap a. Indeks entomologi
- House index
- Container index
- Breteau index
- Ovitrap index
- ABJ
b.Survei Penerimaan
masyarakat

Pre test
a.Indeks entomologi
- House index
- Container index
- Breteau index
- Ovitrap index
- ABJ
Daerah Kontrol b.Survei pengetahuan
masyarakat

Penerapan PSN 3M Plus Post test


dengan non lethal ovitrap a. Indeks entomologi
- House index
- Container index
- Breteau index
- Ovitrap index
- ABJ
b. Survei Penerimaan
masyarakat
-

Gambar 2. Kerangka konsep

8
C. Hipotesis

Hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:


 Ha: aplikasi lethal ovitrap mampu memperbaiki indeks entomologi vektor
DBD.
Ho: aplikasi lethal ovitrap tidak mampu memperbaiki indeks entomologi
vektor DBD.
 Ha: ada perbedaan indeks entomologi di daerah perlakuan dengan daerah
kontrol.
Ho: Tidak ada perbedaan indeks entomologi di daerah perlakuan dengan
daerah kontrol.

D. Definisi operasional

Skala
Variabel Definisi
Pengukuran
Non lethal ovitrap Alat perangkap telur nyamuk vektor -
Ovitrap DBD yang terdiri dari 3 bagian yaitu
bejana penampung air, air dengan
bahan atraktan, dan kain sebagai
tempat perlekatan telur nyamuk.

Lethal ovitrap Alat perangkap telur nyamuk vektor -


DBD yang terdiri dari 3 bagian yaitu
bejana penampung air, air yang telah
ditambahkan larvasida (temephos dosis
1 ppm) dan kertas saring sebagai
tempat perlekatan telur nyamuk.

House index (HI) Persentase dari rasio jumlah rumah Rasio


yang ditemukan jentik dengan jumlah
rumah yang diperiksa.

Container index (CI) Persentase dari rasio jumlah tempat Rasio


penampungan air yang ditemukan
jentik dengan jumlah penampungan air
yang diperiksa.

Breteau index (BI) Jumlah penampungan air yang Rasio


ditemukan jentik dalam 100
rumah/bangunan.

9
Ovitrap index (OI) Rasio dari jumlah ovitrap yang Rasio
terdapat telur nyamuk dari seluruh
jumlah ovitrap yang diperiksa.

Egg density index Rasio dari jumlah seluruh telur yang Rasio
(EDI) terperangkap di dalam ovitrap dari
seluruh ovitrap yang positif telur.

Atraktan Zat yang mampu menarik dan -


menstimulasi nyamuk betina untuk
masuk dan bertelur di dalam ovitrap.

Pengetahuan Skor pemahaman masyarakat tentang Rasio


masyarakat materi PSN dan ovitrap yang diperoleh
dari hasil wawancara.

Penerimaan Pendapat masyarakat yang diperoleh Rasio


masyarakat dari hasil wawancara tentang dukungan
terhadap penerapan PSN 3M plus
disertai lethal ovitrap maupun non
lethal ovitrap untuk pengendalian
vektor DBD.
E. Tempat dan waktu

Lokasi penelitian adalah di Kelurahan Pulutan, Kecamatan Sidorejo, Kota


Salatiga. Kelurahan Pulutan dipilih sebagai lokasi karena berdasarkan
informasi dari DKK Salatiga, kelurahan tersbeut merupakan wilayah sporadis
dan terdapat kasus DBD dalam kurun waktu 1 tahun terakhir. Waktu
pelaksanaan penelitian adalah bulan Januari hingga Desember tahun 2019.

F. Jenis dan rancangan penelitian

Jenis penelitian adalah penelitian intervensi (kuasi eksperimen).


Rancangan penelitian adalah non equivalent control group design.

G. Populasi, sampel dan cara pengambilan sampel

Populasi dalam penelitian adalah seluruh keluarga di kelurahan sporadis


DBD di Kota Salatiga. Sampel adalah seluruh keluarga yang bertempat tinggal
di 2 RW di kelurahan menjadi lokasi penelitian. Jumlah sampel rumah minimal
adalah 100 rumah tiap RW.

10
Cara pengambilan sampel penelitian diuraikan sebagai berikut:
Penentuan sampel intervensi
1. Secara purposif dipilih satu kelurahan sporadis DBD di Kota Salatiga yang
dilaporkan terdapat kasus DBD pada kurun waktu 1 tahun terakhir. Pada
kelurahan yang terpilih, dipilih 2 wilayah RW untuk menjadi lokasi
penelitian (1 RW sebagai wilayah perlakuan dan 1 RW sebagai wilayah
kontrol).
2. Setiap RW dipilih 2 RT untuk menjadi lokasi penelitian dengan perkiraan
jumlah rumah di kedua RT adalah 100 rumah.
3. Seluruh keluarga yang berdomisili di RT terpilih, ditetapkan sebagai sasaran
aplikasi PSN 3M plus lethal ovitrap (wilayah perlakuan) maupun aplikasi
PSN 3M plus dengan non lethal ovitrap (wilayah kontrol).
4. Jumlah ovitrap yang dipasang pada masing-masing rumah adalah 4 ovitrap.
Dua ovitrap dipasang di dalam rumah dan 2 ovitrap dipasang di luar rumah.

Pengambilan sampel wawancara masyarakat


Sampel wawancara masyarakat dilakukan pada keluarga dari rumah yang
mengaplikasikan ovitrap. Setiap keluarga diambil 1 orang anggota keluarga
sebagai responden wawancara dengan kriteria sebagai berikut: bersedia
mengikuti kegiatan penelitian, berusia minimal 17 tahun dan mampu
berkomunikasi dengan baik.

H. Bahan dan prosedur pengumpulan data

1. Survei jentik
Bahan dan alat : form pemantauan jentik, pipet jentik,tabung plastik, senter,
alat tulis.
Cara :
Kegiatan pemantauan jentik dilakukan setiap minggu yaitu 3 kali
sebelum intervensi dan 14 minggu selama intervensi. Pemantauan jentik
dilakukan di 2 RT baik di wilayah perlakuan maupun wilayah kontrol. Tim
peneliti didampingi oleh kader melakukan pengamatan pada ovitrap yang
dipasang dan semua tempat penampungan air di rumah responden yang

11
berpotensi sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes . Pengamatan
keberadaan jentik/pupa nyamuk dilakukan di dalam maupun di luar rumah
di setiap penampungan air dengan menggunakan senter. Pada kegiatan
pengamatan jentik minggu 1 dilakukan dengan metode single larvae method
untuk mengetahui dominasi spesies larva nyamuk di lokasi penelian,
sedangkan pengamatan minggu 2 hingga 14 menggunakan metode visual
method. Hasil pengamatan dicatat di dalam form pemantauan jentik.

2. Pembuatan lethal ovitrap dari bahan ember plastik


Bahan dan alat:
ember plastik warna hitam ukuran 1.250 ml, gelas ukur, air rendaman
jerami, kertas saring bentuk persegi ukuran 5x45 cm
Cara:
Ember diberi lubang di kanan dan kiri dengan tinggi lubang 2 cm dari
mulut ember (Gambar 3). Sebanyak 4 buah ember disiapkan. Dua buah
ember diisi air sebanyak 900 ml, sedangkan 2 ember lainnya diisi dengan
air rendaman jerami sebagai atraktan nyamuk sebanyak 1.000 ml. Nomor
sampel dan keterangan letak ovitrap (dalam/luar) dituliskan pada stiker
sampel dan ditempelkan di permukaan luar ovitrap.
Sebagian kertas saring dibasahi dengan air. Kertas saring ditempelkan di
bagian dalam dinding kontainer. Kantong plastik berisi temephos
ditambahkan di dalam ovitrap.

12
Kertas saring

ember ovitrap
bercat hitam
lubang

Air + atraktan

Temephos

Gambar 4. Komponen alat


Gambar 3. Komponen ovitrap lethal ovitrap

Ovitrap diletakkan sebanyak 4 buah di setiap rumah yaitu 2 di dalam dan


2 di luar rumah. Ovitrap di dalam rumah terdiri dari 1 ovitrap dengan air
rendaman jerami dan 1 ovitrap dengan air tanpa atraktan, demikian pula
ovitrap di luar rumah (Gambar 5).

Dalam Luar
rumah rumah

Keterangan gambar:
Ovitrap tanpa atraktan

Ovitrap dengan atraktan

Gambar 5. Posisi penempatan ovitrap di rumah responden

13
3. Pembuatan air rendaman jerami
Bahan dan alat : jerami, air, ember dengan tutup
Jerami padi kering tanpa dicuci ditimbang seberat 1 kg. Jerami kemudian
direndam dalam 10 liter air selama 7 hari dalam wadah tertutup, tetapi masih
ada udara sisa di atasnya (aerob). Air rendaman disaring terlebih dahulu
sebelum diaplikasikan ke lapangan. Air rendaman jerami dapat digunakan
hingga maksimal 90 hari.18

4. Persiapan temephos
Bahan dan alat: kantong plastik, larvasida dengan kandungan temephos 1%,
neraca timbangan.
Cara: Larvasida yang mengandung temephos 1% ditimbang sebanyak 0,1
gram untuk dilarutkan dalam 1.000 ml air. Setiap hasil penimbangan
dimasukkan ke dalam kantong plastik terpisah.

5. Sosialisasi kegiatan di masyarakat tentang DBD dan pencegahannya


Bahan dan alat : LCD, laptop, PPT sosialisasi lethal ovitrap
Cara:
Tim peneliti memberikan penyuluhan tentang DBD dan
pencegahannya serta memaparkan kegiatan yang akan dilakukan kepada
masyarakat RW di lokasi penelitian berdasarkan protokol. Tim peneliti
didampingi oleh DKK, Puskesmas dan staf kelurahan saat melakukan
kegiatan sosialisasi. Masyarakat dapat berdiskusi dengan tim peneliti untuk
konfirmasi atau klarifikasi kegiatan penelitian.

6. Aplikasi PSN 3M dengan ovitrap


Bahan dan alat : non lethal ovitrap, lethal ovitrap, pensil, pipet plastik, stiker
nomor sampel, air
Cara:
 Daerah perlakuan:
Setiap ovitrap diperiksa dan dipastikan telah ada
keterangan nomor sampel dan letak ovitrap (dalam/luar), kondisi

14
ovitrap bersih, tidak ada telur maupun jentik/pupa nyamuk sebelum
ovitrap ditempatkan di rumah responden dan jumlah air di dalam
ovitrap sejumlah 1.000 ml. Khusus ovitrap yang diberi atraktan
volume larutan atraktan yang diberikan adalah 100 ml sedangkan
volume air biasa adalah 1.000 ml. Lethal ovitrap diletakkan 2 buah
di dalam rumah/bangunan dan 2 buah di luar rumah/bangunan (1
buah lethal ovitrap dengaan atraktan dan 1 buah lethal ovitrap non
atraktan). Ovitrap ditempatkan di bagian sudut rumah/bangunan
yang agar tidak tumpah jika tersentuh anak-anak atau hewan
peliharaan. Tim peneliti menginformasikan kepada pemilik rumah
tempat ovitrap diletakkan dan keterangan bahwa ovitrap akan
diamati oleh tim peneliti setiap minggunya.
 Daerah kontrol
Non lethal ovitrap diletakkan 2 buah di dalam rumah/bangunan dan
2 buah di luar rumah/bangunan (1 buah ovitrap dengaan atraktan
dan 1 buah ovitrap non atraktan). Setiap ovitrap dipastikan telah ada
keterangan nomor sampel dan letak ovitrap (dalam/luar), kondisi
ovitrap bersih, tidak ada telur maupun jentik/pupa nyamuk sebelum
ovitrap ditempatkan di rumah responden dan jumlah air di dalam
ovitrap sejumlah 1.000 ml/ cukup untuk menjangkau sisi bawah
kertas saring. Ovitrap ditempatkan di bagian sudut rumah/bangunan
yang agar tidak tumpah jika tersentuh anak-anak atau hewan
peliharaan. Tim peneliti menginformasikan kepada pemilik rumah
tempat ovitrap diletakkan dan ovitrap akan diamati oleh tim peneliti
setiap minggunya.

7. Monitoring penerapan ovitrap di masyarakat


Bahan dan alat: senter, pipet jentik, form pemantauan jentik, pensil, tapas,
kertas saring, air.
Cara:
Monitoring ovitrap dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan
pemantauan jentik di lokasi penelitian setiap minggunya (hari ke-7 setelah

15
aplikasi). Setiap ovitrap diamati keberadaan telur, jentik atau pupa nyamuk.
Khusus untuk daerah kontrol, pengamatan keberadaan jentik di dalam
ovitrap juga dilakukan pada hari ke-3. Hasil pengamatan dicatat di dalam
form pemantauan jentik. Apabila ada ovitrap yang rusak atau bocor, ovitrap
diganti dengan yang baru. Non lethal ovitrap yang telah diamati dibersihkan
dengan tapas dan dilakukan penggantian air/air jerami, sedangkan untuk
lethal ovitrap cukup dilakukan penambahan air/air jerami.
Ovitrap yang telah dibersihkan diisi dengan air kembali hingga 1.000
ml. Khusus untuk lethal ovitrap, tambahkan temephos sebanyak 1 ppm di
dalam air. Ovitrap diberi keterangan label sampel dan diletakkan kertas
saring yang telah dibasahi air di dalam ovitrap. Ovitrap diletakkan di dalam
dan di luar rumah/bangunan.

8. Penerimaan masyarakat terhadap alat


Bahan dan alat: kuesioner penerimaan masyarakat, pensil, clipboard
Cara:
Pengumpulan data menggunakan wawancara terstruktur
menggunakan kuesioner. Tim wawancara menjelaskan tujuan wawancara
dengan panduan naskah penjelasan dan meminta kesediaan responden untuk
diwawancarai secara sukarela dengan meminta untuk menandatangani
informed consent. Kuesioner berisi pertanyaan pengetahuan responden
terhadap PSN dan ovitrap serta dukungan responden terhadap penerapan
PSN 3M plus disertai lethal ovitrap maupun non lethal ovitrap untuk
pengendalian vektor DBD. Waktu wawancara setiap responden sekitar 15
menit.

I. Pengolahan dan analisis data

Data hasil pengamatan lapangan dan wawancara masyarakat di-entry


menggunakan komputer. Data ditabulasi dan dilakukan proses cleaning data
sebelum data dianalisis. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan analisis
bivariat. Analisis bivariat menggunakan uji beda berpasangan (paired t-test)
untuk melihat perbandingan rerata indeks entomologi sebelum dan sesudah
perlakuan, serta uji beda sampel bebas (independent t-test) untuk
16
membandingkan rerata ovitrap index pada ovitrap dengan atrraktan dan non
atraktan serta rerata indeks entomologi di wilayah perlakuan dan kontrol .

J. Pertimbangan izin penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan setelah mendapat persetujuan dari


Panitia Pembina Ilmiah (PPI) dan Kepala B2P2VRP. Perizinan operasional di
lapangan akan diajukan kepada Badan Kesbangpolinmas Provinsi Jawa
Tengah dan Kota Salatiga.

K. Pertimbangan etik

Penelitian mengumpulkan data primer yaitu kepadatan jentik nyamuk,


observasi lingkungan dan wawancara masyarakat sehingga diakukan
persetujuan etik penelitian kepada Komisi Etik Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan R.I.

17
IV. HASIL

A. Gambaran umum lokasi penelitian

Kelurahan Pulutan terletak di wilayah Kecamatan Sidorejo, Kota


Salatiga, Provinsi Jawa Tengah. Kelurahan Pulutan memiliki ketinggian ±
2.540 m dari permukaan laut, beriklim tropis dengan hawa yang sejuk. Batas
wilayah Kelurahan Pulutan sebelah utara adalah Kelurahan Blotongan,
sedangkan sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Sidorejo Lor. Batas
wilayah sebelah selatan adalah dengan Kelurahan Kecandran, Kecamatan.
Sidomukti dan batas sebelah barat adalah Desa Candirejo dan Desa Jombor,
Kecamatan. Tuntang, Kabupaten Semarang.19
Kelurahan Pulutan mempunyai luas wilayah 232,595 Ha. Sejumlah
56,58% lahan dimanfaatkan sebagai tanah sawah, sedangkan 41,10% adalah
tanah pekarangan/perumahan. Jumlah Rukun Warga (RW) di Kelurahan
Pulutan adalah 5 RW dan jumlah Rukun Tetangga (RT) adalah 20 RT.
Kelurahan Pulutan beriklim tropis dengan 2 pergantian musim yaitu musim
penghujan dan musim kemarau. Musim penghujan terjadi pada Bulan
November hingga April, sedangkan sedang musim kemarau terjadi antara
Bulan Mei sampai dengan Oktober. Musim hujan terjadi dalam kurun waktu
130-160 hari/tahun dengan curah hujan rata-rata 2.583 mm/tahun. Suhu udara
terendah rata-rata 23 derajat celcius pada bulan September-Oktober dan suhu
udara tertinggi rata-rata 32 derajat celcius pada bulan Agustus.
Jumlah penduduk di Kelurahan Pulutan adalah 4.501 jiwa. Proporsi
penduduk perempuan sebesar 50,21% sedangkan penduduk laki-laki adalah
49,79%. Mayoritas penduduk beragama Islam (89%), 8% beragama Kristen
dan 3% beragama Katolik. Gambaran tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan
penduduk disajiakan di Gambar 6 dan 7. Tingkat pendidikan sebagian besar
penduduk adalah tamat SD dan Tamat SLTA (Gambar 6), sedangkan
berdasarkan jenis pekerjaan, sebanyak 22,27% penduduk adalah karyawan non
pemerintah dan 20,16% masuk kategori penduduk belum/tidak bekerja
(Gambar 7). 19

18
8,11% 16,65% Tidak/belum sekolah
Tidak Tamat SD
23,85%
10,46% Tamat SD
Tamat SLTP
Tamat SLTA
15,31% 25,62% Tamat Perguruan Tinggi

Gambar 6. Distribusi penduduk di Kelurahan Pulutan berdasarkan tingkat


pendidikan tahun 2018

2,19% 1,78% 1,41% 0,82%


Buruh
3,13%
4,17% Belum/tidak bekerja
Pelajar/mahasiswa
22,27%
Mengurus rumah tangga

12,74% Karyawan non pemerintah


Wiraswasta
PNS/TNI/POLRI
13,35% 20,16%
Perdagangan
Jasa
17,97% Petani/Pekebun/Peternak
Pensiunan

Gambar 7. Distribusi penduduk di Kelurahan Pulutan berdasarkan Jenis Pekerjaan


tahun 2018

Kelurahan Pulutan memiliki organisasi sosial untuk sektor kesehatan


yaitu Forum Kelurahan Siaga. Forum Kelurahan Siaga diharapkan menjadi
wadah untuk menggerakkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya
kesehatan terutama di dalam pelaksanaan Pola Hidup Sehat. Kegiatan Forum
Kelurahan Siaga antara lain Rapat Koordinasi Kader Kesehatan Rutin setiap
bulan, Posbindu Wilayah untuk pemantauan Penyakit Tidak Menular (PTM),

19
Pengelolaan Sampah rumah tangga melalui Bank Sampah dan Pemberdayaan
Karang Taruna, kunjungan Rumah untuk Suspect TB, Pemantauan jentik di
tiap rumah setiap 1 minggu satu kali, monitoring STOP BABS dan Jamban,
sosialisasi tentang KB dan melaksanakan Survey Masyarakat Desa (SMD) dan
Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) untuk peningkatan pembangunan
Kesehatan Kelurahan Pulutan. 19

B. Gambaran kasus DBD di lokasi penelitian tahun 2019

Gambaran kasus DBD di Kota Salatiga Tahun 2019 ditunjukkan di


Gambar 8 dan Tabel 1. Berdasarkan Tabel 1 Jumlah kasus infeksi dengue yang
terlaporkan pada tahun 2019 adalah sebanyak 283 kasus. Kelurahan dengan
laporan kasus infeksi dengue tertinggi adalah Kelurahan Dukuh (41 kasus),
Tegalrejo (33 kasus) dan Sidorejo Lor (30 kasus). Jumlah kasus DBD dan DSS
sebanyak 47 kasus dan sebagian besar (60% atau 28 kasus) pada kelompok
laki-laki. Incidence rate DBD di Kota Salatiga tahun 2019 adalah 25 kasus
/100.000 penduduk dengan case fatality rate sebanyak 2,13%. Tren kasus DBD
menurun dari bulan Januari hingga Desember. Jumlah kasus tertinggi
dilaporkan pada bulan Januari sebanyak 26 kasus (Gambar 8).20

30 26
25

20

15
10
10 6
5 1 1 1 1 1
0 0 0 0
0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Jumlah kasus

Gambar 8. Jumlah kasus DBD di Kota Salatiga berdasarkan bulan Tahun


2019

20
Tabel 1. Data jumlah kasus infeksi dengue berdasarkan jenis kelamin dan
kelurahan di Kota Salatiga tahun 2019
DD DBD DSS Total Jumlah
Desa/ Kelurahan
L P L P L P L P kasus
Blotongan 3 8 2 1 0 0 5 9 14
Sidorejo lor 10 14 4 2 0 0 14 16 30
Salatiga 7 9 2 1 0 0 9 10 19
Bugel 3 2 1 1 0 0 4 3 7
Kauman kidul 2 0 0 0 0 0 2 0 2
Pulutan 0 4 0 0 0 0 0 4 4
Kutowinangun kidul 3 2 0 1 0 0 3 3 6
Gendongan 4 3 0 0 0 0 4 3 7
Sidorejo kidul 2 3 1 1 0 0 3 4 7
Kalibening 0 1 0 0 0 0 0 1 1
Tingkir lor 3 6 1 0 0 0 4 6 10
Tingkir tengah 6 4 1 0 1 0 8 4 12
Kutowinangun lor 9 7 3 1 0 0 12 8 20
Noborejo 2 3 0 1 0 0 2 4 6
Ledok 3 9 1 1 0 0 4 10 14
Tegalrejo 14 15 2 2 0 0 16 17 33
Kumpulrejo 1 2 0 0 0 0 1 2 3
Randuacir 4 4 1 2 0 0 5 6 11
Cebongan 4 1 0 0 0 0 4 1 5
Kecandran 2 4 0 0 0 0 2 4 6
Dukuh 11 22 4 3 0 1 15 26 41
Mangunsari 10 8 2 0 1 0 13 8 21
Kalicacing 0 2 1 1 0 0 1 3 4
Total 103 133 26 18 2 1 131 152 283
DD = Demam Dengue DSS= Dengue Shock Syndrome
DBD = Demam Berdarah Dengue L=laki-laki P=Perempuan
Sumber : 20
Jumlah kasus infeksi dengue di lokasi penelitian (Kelurahan Pulutan)
terlaporkan sebanyak 4 kasus yang masuk sebagai kategori demam dengue.
Laporan kasus DD di Kelurahan Pulutan terjadi pada bulan Januari (2 kasus),
Februari (1 kasus) dan April (1 kasus). Tidak ada laporan kasus DBD maupun
DSS di Kelurahan Pulutan pada tahun 2019 (Tabel 1). 20

C. Indikator entomologi sebelum dan sesudah implementasi PSN 3M plus


lethal ovitrap

Hasil pengamatan di bawah mikroskop menunjukan telur yang melekat


di kertas saring di dalam alat ovitrap berasal dari nyamuk Aedes spp (Gambar

21
9). Jumlah telur Aedes spp yang diperoleh dari wilayah intervensi sejumlah
103.998 butir, sedangkan telur pada wilayah kontrol sejumlah 57.056 butir.

Gambar 9. Pengamatan telur Aedes spp pada kertas saring

Daerah intervensi merupakan wilayah yang menjadi lokasi aplikasi alat


lethal ovitrap. Pada ovitrap dengan penambahan larvasida tidak ditemukan
adanya larva dan pupa selama 3 bulan aplikasi. Gambaran indikator entomologi
di daerah intervensi yang diukur sebelum dan sesudah aplikasi dapat dilihat
pada Gambar 10.

100,00
90,00
80,00
70,00
60,00
50,00
40,00
30,00
20,00
10,00
-
Ags- Ags- Ags- Ags- Sep- Sep- Sep- Sep- Okt- Okt- Okt- Okt-
Apr Mei Jul-1 Jul-2 Jul-3 Jul-4
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
House Index 36,2 15,6 4,90 1,96 1,96 2,94 1,96 1,96 4,90 1,96 7,84 9,80 3,92 5,88 5,88 4,90 - 6,86
Ovitrap index 18,5 43,0 36,0 30,0 46,2 39,0 29,2 33,2 35,2 26,7 14,2 46,5 33,2 17,7 28,0 36,7 19,0
Egg Density Index 60,3 71,3 73,7 55,3 48,8 41,8 54,4 37,9 59,6 66,9 44,9 59,8 52,8 52,7 45,9 55,3 44,8

Pre implementasi Implementasi

Gambar 10. Gambaran persentase house index, ovitrap index dan egg density
index di daerah intervensi di Kelurahan Pulutan tahun 2019

22
Berdasarkan Gambar 10, house index di daerah intervensi selama 18
minggu pemantauan mengalami penurunan. House index semula adalah
36,27%, menurun menjadi 6,86% di akhir pemantauan. Nilai ovitrap index dan
Egg density index per ovitrap di lokasi intervensi juga berfluktuasi. Nilai
Ovitrap index dan egg density index pada 1 bulan pertama pemasangan
mengalami penurunan. Nilai OI dan EDI meningkat pada minggu ke-7 setelah
pemasangan, dan cenderung menurun hingga munggu terakhir pengamatan.
Nilai OI sebelum pemasangan lethal ovitrap lebih tinggi daripada OI pada
akhir penelitian. Kepadatan telur per ovitrap paling rendah setelah 2 bulan
pemasangan alat (14,25).

Tabel 2.Hasil paired t test indeks entomologi di wilayah intervensi di Kelurahan


Pulutan Tahun 2019
Waktu Rerata p value
Variabel Mean SD SD
pemantauan Selisih (α= 0,05)
Rumah Sebelum 0,36 0,48 -0,11 0,70 0,09
positif Sesudah 0,48 0,50
jentik
Kontainer Sebelum 0,47 0,74 0,42 0,80 0,00*
positif Sesudah 0,05 0,26
jentik
Jumlah Sebelum 21,87 46,15 21,12 46,08 0,00*
telur per Sesudah 0,75 1,02
ovitrap

Hasil analisis statistik indeks entomologi untuk wilayah intervensi


disajikan pada Tabel 2. Analisis uji t berpasangan menunjukan ada penurunan
yang signifikan antara jumlah kontainer positif jentik di wilayah intervensi,
diukur sebelum dan sesudah perlakuan dengan nilai p<0,05. Jumlah telur
nyamuk juga mengalami penurunan yang signifikan antara pengukuran
sebelum dan sesudah pemasangan alat.

23
D. Indikator entomologi sebelum dan sesudah implementasi PSN 3M plus
non lethal ovitrap

Daerah kontrol menjadi lokasi untuk penerapan aplikasi alat non lethal
ovitrap. Gambaran house index, ovitrap index dan egg density index di wilayah
kontrol sebelum dan sesudah implementasi dapat dilihat pada Gambar 11.

100,00
90,00
80,00
70,00
60,00
50,00
40,00
30,00
20,00
10,00
-
Ags- Ags- Ags- Ags- Sep- Sep- Sep- Sep- Okt- Okt- Okt- Okt-
Apr Mei Jul-1 Jul-2 Jul-3 Jul-4
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
House Index 4,00 4,00 - 4,00 4,00 3,00 1,00 3,00 1,00 - - 2,00 3,00 3,00 3,00 - 2,00 1,00
Ovitrap index 20,5 17,0 19,5 22,50 14,75 10,75 24,75 13,75 14,00 17,00 18,25 21,50 28,50 21,00 21,75 10,75 36,50
Egg Density Index 39,41 37,74 48,15 26,50 35,44 33,65 21,33 56,56 46,09 63,29 38,75 44,73 73,86 58,92 51,61 72,49 45,18

Pre implementasi Implementasi

Gambar 11. Gambaran persentase house index, ovitrap index dan egg density
index di daerah kontrol di Kelurahan Pulutan tahun 2019

Menurut Gambar 11, ovitrap index di daerah kontrol mengalami


peningkatan bila dibandingkan sebelum pemasangan alat ovitrap. House index
dari awal hingga akhir penelitian di lokasi kontrol juga menurun dari 4,00 %
menjadi 1,00%. Ovitrap index dan egg density index cenderung meningkat
setelah aplikasi alat, bila dibandingkan nilai OI dan EDI sebelum aplikasi.
Hasil analisis statistik indeks entomologi untuk wilayah intervensi
disajikan pada Tabel 3. Jumlah telur nyamuk juga mengalami penurunan yang
signifikan (p value<0,05) antara pengukuran sebelum dan sesudah pemasangan
alat, sedangkan jumlah container yang positif jentik juga mengalami
penurunan, namun secara statistik tidak menunjukan beda yang nyata (p value
>0,05)

24
Tabel 3.Hasil paired t test indeks entomologi di wilayah kontrol di Kelurahan
Pulutan Tahun 2019
Waktu Rerata p value
Variabel Mean SD SD
pemantauan Selisih (α= 0,05)
Rumah Sebelum 0,04 0,19 -0,64 0,52 0,00*
positif Sesudah 0,68 0,47
jentik
Kontainer Sebelum 0,05 0,21 0,42 0,01 0,78
positif Sesudah 0,04 0,28
jentik
Jumlah Sebelum 16,16 0,20 14,70 29,43 0,00*
telur per Sesudah 1,46 0,47
ovitrap

E. Perbandingan ovitrap index antara lethal ovitrap dengan atraktan dan


lethal ovitrap non atraktan

Gambar 12 menunjukan perbandingan ovitrap index pada alat lethal


ovitrap dengan atau tanpa penambahan atraktan, sedangkan Gambar 13
menyajikan Egg density index. Pemasangan ovitrap non atraktan dimulai pada
bulan Juli minggu ke-2, sehingga perbandingan ovitrap index antara alat
dnegan penambahan atraktan dan non atraktan dianalisis mulai pada bulan Juli
minggu 3. Pada Gambar 12 dapat diketahui bahwa nilai ovitrap index hampir
sama baik untuk ovitrap dengan atraktan maupun tanpa atraktan.
60,00

50,00

40,00

30,00

20,00

10,00

-
Ags- Ags- Ags- Ags- Sep- Sep- Sep- Sep- Okt- Okt- Okt- Okt-
Mei Jun Jul-1 Jul-3 Jul-4
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
attraktan 13,5 51,0 15,5 7,75 25,5 11,0 6,00 8,25 9,75 6,25 3,75 14,2 9,50 4,75 8,25 25,5 5,00
non attraktan - - - 11,5 11,5 8,50 7,75 9,00 9,25 8,00 4,00 13,7 7,00 4,50 6,75 25,5 5,50

Gambar 12. Gambaran ovitrap index pada alat lethal ovitrap dengan atraktan dan
tanpa atraktan

25
Menurut Gambar 13, Indeks kepadatan telur ovitrap dengan atraktan
lebih tinggi daripada indeks kepadatan telur pada ovitrap tanpa atraktan,
kecuali pada minggu 2 September dan minggu ke-3 Oktober.
100,00
90,00
80,00
70,00
60,00
50,00
40,00
30,00
20,00
10,00
-
Ags- Ags- Ags- Ags- Sep- Sep- Sep- Sep- Okt- Okt- Okt- Okt-
Mei Jun Jul-1 Jul-3 Jul-4
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
attraktan 72,5 91,9 81,5 62,4 72,8 36,6 52,3 39,8 63,8 74,2 31,5 52,5 42,4 50,0 37,4 27,7 48,0
non attraktan - - - 77,0 31,8 33,0 41,4 33,8 55,0 55,6 60,1 42,1 37,0 31,1 37,8 52,3 29,3

Gambar 13. Gambaran Egg density index pada alat lethal ovitrap dengan
atraktan dan tanpa atraktan
F. Perbandingan indikator entomologi di daerah perlakuan dan daerah
kontrol pada saat sebelum dan sesudah implementasi PSN 3M plus
lethal ovitrap

Gambar 14 dan Tabel 4 menunjukan perbandingan angka bebas jentik


sebelum dan sesudah implementasi alat di Kelurahan Pulutan Tahun 2019.

100,00
90,00
80,00
70,00
60,00
50,00
Ags- Ags- Ags- Ags- Sep- Sep- Sep- Sep- Okt- Okt- Okt- Okt-
Apr Mei juni Jul-1 Jul-2 Jul-3 Jul-4
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
intervensi 63, 84, 80, 95, 98, 98, 97, 98, 98, 95, 98, 92, 90, 96, 94, 94, 95, 100 93,
kontrol 96, 96, 97, 100 96, 96, 97, 99, 97, 99, 100 100 98, 97, 97, 97, 100 98, 99,

intervensi kontrol

Pre implementasi Implementasi

Gambar 14. Angka bebas jentik di daerah perlakuan dan dan daerah kontrol pada
saat sebelum dan sesudah implementasi tahun 2019

26
Tabel 4. Perbandingan angka bebas jentik sebelum dan sesudah implementasi alat
di Kelurahan Pulutan Tahun 2019
ABJ (%) ABJ (%)
Waktu
Daerah perlakuan Daerah kontrol
Pra - implementasi 63,73 96,0
Implementasi 93,14 99,0
Selisih 29,41 3,0
% selisih + 46,15 +3,12

Pada Gambar 14, kedua lokasi penelitian mengalami peningkatan ABJ,


bila dibandingkan sebelum dan sesudah aplikasi. Berdasarkan Tabel 4, nilai
ABJ di daerah kontrol sebelum dan sesudah implementasi lebih tinggi dari pada
daerah intervensi, namun daerah perlakuan mengalami kenaikan nilai ABJ
sebesar 46,15% setelah alat ovitrap dipasang wilayah tersebut sedangkan
daerah kontrol mengalami peningkatan nilai ABJ sebesar 3,12%.
25,00

20,00

15,00

10,00

5,00

0,00
Apr Mei Jun Jul-1 Jul-2 Jul-3 Jul-4 Ags-1 Ags-2 Ags-3 Ags-4 Sep-1 Sep-2 Sep-3 Sep-4 Okt-1 Okt-2 Okt-3 Okt-4
intervensi 20,08 6,62 7,51 6,85 2,71 1,43 1,77 0,97 0,79 3,85 1,92 4,10 9,09 3,23 1,61 2,20 3,35 4,26 2,08
kontrol 2,76 2,65 1,49 0,00 0,00 2,02 0,81 0,39 1,38 1,17 0,00 0,00 0,82 4,19 1,75 2,58 0,00 1,43 2,29

Pre implementasi Implementasi

Gambar 15. Nilai Container index di daerah perlakuan dan dan daerah kontrol
pada saat sebelum dan sesudah implementasi tahun 2019

27
50,00
45,00
40,00
35,00
30,00
25,00
20,00
15,00
10,00
5,00
0,00
Sep- Sep- Sep- Sep-
Apr Mei Jun Jul-1 Jul-2 Jul-3 Jul-4 Ags-1 Ags-2 Ags-3 Ags-4 Okt-1 Okt-2 Okt-3 Okt-4
1 2 3 4
intervensi 47,06 20,59 30,39 14,71 7,84 2,94 3,92 1,96 1,96 5,88 0,98 7,84 18,63 7,84 3,92 5,88 8,82 9,80 4,90
kontrol 6,00 6,00 3,00 0,00 0,00 5,00 3,00 1,00 3,00 2,00 0,00 0,00 2,00 8,00 3,00 5,00 0,00 1,00 4,00

Pre implementasi Implementasi

Gambar 16. Nilai Breteau index di daerah perlakuan dan dan daerah kontrol pada
saat sebelum dan sesudah implementasi tahun 2019

100,00
90,00
80,00 71,3573,75
66,98
70,00 60,30 59,60 59,83
55,33 54,48 52,8552,70 55,30
60,00
47,06 48,82 45,90
44,93 44,84
50,00 41,81
37,92
40,00
30,00 20,59 18,63
20,00 14,71
7,84 7,84 7,84 8,82 9,80
10,00 2,94 3,92 1,96 1,96 5,88 0,98 3,92 5,88 4,90

Egg Density Index Breteau Index

Gambar 17. Nilai Egg density index dan Breteau index di daerah perlakuan tahun
2019

28
100,00

90,00

80,00 73,86 72,49


70,00 63,29
56,56 58,92
60,00 51,61
48,15 46,09
50,00 44,73 45,18
39,4137,74 38,75
40,00 35,4433,65
26,50
30,00 21,33
20,00
6,00 6,00 8,00
10,00 5,00 3,00 3,00 5,00 4,00
0,00 0,00 1,00 3,00 2,00 0,00 0,00 2,00 0,00 1,00
0,00

Egg Density Index Breteau Index

Gambar 18. Nilai Egg density index dan Breteau index di daerah kontrol tahun
2019
Nilai container index dan breteau index ditunjukan pada Gambar
15hingga 18. Nilai Container index dan Breteau index di kedua lokasi pada
waktu pengamatan bulan April hingga Agustus cenderung menurun (Gambar
15-16), CI dan BI mulai meningkat di awal September, namun menurun
kembali hingga akhir pemantauan di bulan Oktober. Penurunan CI maupun BI
di daerah perlakuan lebih banyak bila dibandingkan daerah kontrol. Indek
kepadatan telur di alat lethal ovitrap cenderung menurun, sedangkan di alat
ovitrap berfluktuatif (Gambar 17 dan 18).

Tabel 5.Perbandingan Container index dan Breteau index sebelum dan sesudah
implementasi alat di Kelurahan Pulutan Tahun 2019
Daerah perlakuan Daerah kontrol
Waktu
CI (%) BI (%) CI (%) BI (%)
Pra - 20,08 47,06 2,76 6,00
implementasi
Implementasi 2,08 4,90 2,29 4,00
Selisih 18,00 42,16 0,47 2,00
% selisih 89,64 89,58 17,02 33,33

29
Tabel 5 menunjukan perbandingan nilai CI dan BI di lokasi penelitian.
Selisih nilai CI sebelum dan sesudah implementasi di daerah perlakuan
(89,64%) lebih besar dari pada selisih nilai CI di daerah kontrol (17,02%).
Demikian pula untuk nilai BI, selisih BI sebelum dan sesudah aplikasi di daerah
perlakuan sebesar 89,58% sedangkan di daerah kontrol sebesar 33,33%.

Tabel 6. Kepadatan larva di di Kelurahan Pulutan Tahun 2019


Sebelum Sesudah
Lokasi
HI CI BI DF HI CI BI DF
Daerah perlakuan 36,27 20,08 47,06 5 6,86 2,08 4,90 2
Daerah kontrol 4,00 2,76 6,00 1 1,00 2,29 4,00 1

Keterangan:
DF= Density figure. DF<1: risiko rendah, DF 1-5:risiko menengah, DF>5:
risiko tinggi

Berdasarkan Tabel 6, sebelum dilakukannya intervensi, daerah


perlakuan masuk dalam kategori risiko menengah dengan nilai density figure
sebesar 5, kemudian setelah mendapatkan intervensi, nilai density figure turun
menjadi 1. Density figure untuk di daerah kontrol tidak berubah baik sebelum
dan sesudah intervensi yaitu nilai DF=1.

Tabel 7. Hasil analisis independent t test pada data entomologi di Kelurahan


Pulutan Tahun 2019
Variabel Waktu p value
Lokasi Rerata SD
pengamatan α = 0,05
Rumah Sebelum Daerah intervensi 0,36 0,48 0,00
positif jentik aplikasi Daerah kontrol 0,04 0,19
Sesudah Daerah intervensi 0,48 0,50 0,00
aplikasi Daerah kontrol 0,68 0,47
Kontainer Sebelum Daerah intervensi 0,47 0,74 0,00
positif jentik aplikasi Daerah kontrol 0,05 0,21
Sesudah Daerah intervensi 0,05 0,25 0,81
aplikasi Daerah kontrol 0,04 0,28
Jumlah telur Sebelum Daerah intervensi 21,87 46,15 0,30
per ovitrap aplikasi Daerah kontrol 16,16 29,32
Sesudah Daerah intervensi 0,75 1,02 0,00
aplikasi Daerah kontrol 1,46 1,22

30
Tabel 7 menyajikan hasil statistik uji beda untuk wilayah perlakuan dan
wilayah kontrol terhadap data indeks kepadatan telur. Hasil uji t pada
pengamatan variabel sebelum aplikasi, menunjukan terdapat perbedaan
signifikan (p value <0,05) pada rerata jumlah rumah positif jentik dan rerata
jumlah kontainer yang positif jentik antara kedua wilayah tersebut. Uji statistik
pada pemantauan sesudah aplikasi diketahui terdapat perbedaan yang nyata (p
value <0,05) pada rerata jumlah rumah positif jentik dan rerata jumlah telur
per ovitrap di lokasi intervensi dan lokasi kontrol.
Pemantauan sebelum aplikasi di daerah intervensi diketahui rerata
jumlah rumah positif jentik, jumlah container positif jentik dan jumlah telur per
ovitrap lebih banyak daripada daerah kontrol. Pemantauan data setelah
intervensi menunjukan rerata rumah positif jentik dan jumlah container positif
jentik setelah aplikasi di daerah intervensi lebih rendah dari pada daerah
kontrol, namun rerata jumlah telur di daerah kontrol lebih tinggi dari pada
daerah intervensi.

G. Pengetahuan masyarakat terhadap implementasi PSN 3M plus lethal


ovitrap

Tabel 8 menunjukan karakteristik responden yang menjadi peserta


sosialisasi. Responden yang hadir di wilayah intervensi lebih banyak dari pada
di wilayah kontrol. Sebagian responden adalah perempuan dengan latar
belakang pendidikan paling banyak adalah tamat SD. Pekerjaan buruh dan ibu
rumah tangga adalah pekerjaan responden yang memiliki persentase paling
tinggi baik di wilayah intervensi maupun kontrol (Tabel 8). Rerata usia
responden juga hampir sama di kedua wilayah, yaitu 49,05 tahun daerah
intervensi dan 48, 22 tahun di daerah kontrol.

31
Tabel 8. Karakteristik demografi responden saat sosialisasi penelitian di
Kelurahan Pulutan Tahun 2019
Intervensi Kontrol
Variabel (N=61) (N=46)
n % n %
Jenis kelamin Laki-laki 31 50,82 19 41,30
Perempuan 30 49,18 27 58,70

Tingkat pendidikan Tidak sekolah 1 1,6 3 6,52


Tidak lulus SD 0 0,0 7 15,22
Tamat SD 33 54,1 20 43,48
Tamat SMP 10 16,4 3 6,52
Tamat SMA 14 23,0 8 17,39
Tamat PT 3 4,9 5 10,87

Pekerjaan Buruh 21 45,65 19 31,15


Ibu rumah tangga 17 36,96 16 26,23
Pedagang 1 2,17 0 0
Swasta 4 8,70 8 13,11
tidak bekerja 3 6,52 9 14,75
PNS 0 0,00 2 3,28
wiraswasta 0 0,00 3 4,92
Pelajar dan mahasiswa 0 0,00 2 3,28
Petani 0 0,00 2 3,28

Umur Nilai minimal 20 24,00


Nilai maksimal 82 80,00
Rerata 49,05 48,22
Standar Deviasi 13,10 12,66

Gambar 19 menunjukan tingkat pengetahuan responden terhadap


komponen alat lethal ovitrap beserta fungsinya. Sebagian besar responden
mengetahui warna dasar alat adalah hitam, fungsi kertas saring dan fungsi air
pada alat ovitrap. Responden memiliki pengetahuan yang rendah tentang
bagian alat yang lebih detil dan fungsi temephos pada alat lethal ovitrap.

32
100 90,2
73,9 73,970,5
80
60,957,4
60 45,9
37 39,1
40 24,6
20

0
warna dasar Bagian alat fungsi kertas fungsi air fungsi
temephos

Intervensi Kontrol

Gambar 19. Pengetahuan responden terhadap komponen alat ovitrap di Kelurahan


Pulutan tahun 2019

86,9
90 82,6 80,4
80
70
60
50 43,5

40
26,2
30
17,4
20 11,5
6,6
10
0
di bawah gelap ada naungan diisi air 2/3

Intervensi Kontrol

Gambar 20. Pengetahuan responden terhadap cara pemasangan alat ovitrap di


Kelurahan Pulutan tahun 2019

Pengetahuan responden tentang cara pemasangan alat lebih banyak


diketahui pada responden yang berdomisili di wilayah intervensi (Gambar 20).
Mayoritas pengetahuan yang telah diketahui oleh responden adalah bahwa
ovitrap diletakan di tempat yang ada naungan. Pengetahuan tentang volume air
yang ditambahkan di dalam alat perlu mendapat peningkatan.

33
H. Penerimaan masyarakat terhadap implementasi PSN 3M plus lethal
ovitrap

Karakteristik responden yang mengikuti survei penerimaan masyarakat


tentang alat ovitrap dapat dilihat pada Tabel 9. Kelompok responden
perempuan lebih banyak dari pada responden laki-laki. Pendidikan terbanyak
yang dimiliki oleh responden adalah tamat SD, sedangkan pekerjaan terbanyak
adalah ibu rumah tangga. Rerata umur responden di daerah intervensi adalah
43,68 tahun sedangkan di daerah kontrol adalah 44,12 tahun.

Tabel 9. Karakteristik demografi responden wawancara “Penerimaan Masyarakat


terhadap implementasi ovitrap” di Kelurahan Pulutan Tahun 2019
Intervensi Kontrol
Variabel
n % n %
Jenis Kelamin Laki-laki 21 21,43 21 21,43
Perempuan 77 78,57 77 78,57
Tingkat Tidak sekolah 0 0 4 5,13
Pendidikan Tidak tamat SD 1 1,02 1 1,28
Tamat SD 41 41,84 30 38,46
Tamat SMP 23 23,47 16 20,51
Tamat SMA 30 30,61 18 23,08
Tamat PT 3 3,06 9 11,54
Pekerjaan Wiraswasta 11 11,22 9 11,54
Buruh 15 15,31 18 23,08
Ibu rumah tangga 59 60,20 37 47,44
Pelajar/mahasiswa 1 1,02 2 2,56
Pedagang 3 3,06 3 3,85
Swasta 8 8,16 6 7,69
Tidak bekerja 1 1,02 1 1,02
Pensiun 0 0,00 1 1,28
Petani 0 0,00 1 1,28
Umur Nilai minimal 19 18
Nilai maksimal 77 82
Rerata 43,68 44,12
Standar deviasi 14,09 13,22

34
100,0
90,0 85,7
79,6 77,6 79,6 77,6
80,0 73,5
70,0 64,3
60,0
50,0
40,0 33,7
30,0 25,5
19,4 17,3
20,0 15,3 14,3 11,2
4,1 7,1
10,0 0,0 1,0 1,0 2,0 2,0
0,0
PSN langkah Ovitrap cara cara merakit ovitrap bersedia mampu
utama cegah efektif cegah penggunaan ovitrap lama efektif pasang membuat
DBD DBD ovitrap rumit kurangi ovitrap per ovitrap
jumlah rumah
nyamuk

Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Tidak Ada Jawaban

Gambar 21. Penerimaan responden di daerah intervensi terhadap implementasi


lethal ovitrap di Kelurahan Pulutan tahun 2019
100,0
90,0
80,0 73,1
70,5
70,0 65,4 66,7 66,7 64,1
60,0
51,3
50,0
40,0 33,3 35,9
29,5 30,8
30,0 25,6 26,9
20,5
20,0
5,0 6,4 6,4 5,1 7,7
10,0 3,8 3,8 2,60,0
0,01,3 0,0 0,0 0,0
0,0
PSN langkah Ovitrap cara cara merakit ovitrap bersedia mampu
utama cegah efektif cegah penggunaan ovitrap lama efektif pasang membuat
DBD DBD ovitrap rumit kurangi ovitrap per ovitrap
jumlah rumah
nyamuk

Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Tidak Ada Jawaban

Gambar 22. Penerimaan responden di daerah kontrol terhadap implementasi lethal


ovitrap di Kelurahan Pulutan tahun 2019

Menurut Gambar 21 dan 22, sebagian besar responden di daerah


intervensi maupun di daerah kontrol menyetujui penggunaan alat lethal ovitrap
yang dikombinasikan dengan PSN. Efektifitas alat untuk mengurangi jumlah
nyamuk juga mendapat respon yang positif sebesar 77,6%. Sebagian besar
35
(64,3%) responden tidak setuju terhadap kemandirian membuat alat secara
swadaya (mampu membuat ovitrap sendiri) karena mereka belum memiliki
pengetahuan tentang pembuatan komponen alat secara terperinci.

36
V. PEMBAHASAN

Alat lethal ovitrap maupun non lethal ovitrap mampu menarik nyamuk Aedes
spp betina untuk masuk ke dalam alat dan bertelur, hal tersebut dibuktikan dengan
hasil identifikasi telur Aedes spp yang ditemukan pada kertas saring. Aedes spp
memiliki perilaku meletakan telur pada dinding penampungan air. 21 Kertas saring
di dalam alat melekat di dinding ovitrap, sepertiga kertas saring tercelup di dalam
air, sedangkan sisanya di atas permukaan air. Ukuran kertas saring yang digunakan
adalah 5x45 cm. Ukuran ini cukup efektif untuk menarik nyamuk untuk bertelur.
Ukuran tersebut berbeda dengan hasil penelitian tentang komponen ovitrap yang
dilakukan di Yogyakarta yang menyebutkan nyamuk tertarik untuk bertelur dengan
ketinggian 7 cm dari permukaan air. 22
Ovitrap index pada alat lethal ovitrap dengan dan tanpa atraktan memiliki
nilai hampir sama, akan tetapi penambahan atraktan meningkatkan jumlah telur
yang terperangkap di dalam alat lethal ovitrap. Alat lethal ovitrap mengandung
bahan aktif temephos yang beraroma spesifik yang memungkinkan menghambat
nyamuk masuk ke dalam perangkap. Penambahan atraktan dapat mendominasi bau
temephos, sehingga nyamuk tetap terpancing untuk bertelur di dalam lethal ovitrap.
Air rendaman jerami secara alami mengandung amonia, karbondioksida, asam
23
laktat, octenol, dan asam lemak. Amonia dan karbondioksida adalah salah satu
unsur kimia yang menjadi ketertarikan nyamuk untuk mencari inang.24,25 Beberapa
studi menunjukan dengan penambahan air jerami sebagai atraktan, jumlah telur
yang terperangkap di dalam ovitrap lebih tinggi daripada ovitrap tanpa atraktan.
8,26,27

Lokasi intervensi memiliki kepadatan populasi jentik lebih tinggi daripada


lokasi kontrol. Pemantauan di awal penelitian menunjukan persentase rumah yang
positif jentik (House index /HI) sebesar 36, 27%, container index 20,08% dan
breteau index sebesar 47,06%, sedangkan di lokasi kontrol HI sebesar 4,0%,
container index 2,76, dan breteau index sebesar 6,00%. Nilai density figure untuk
daerah intervensi adalah 5, sedangkan daerah kontrol adalah 1. Aplikasi lethal
ovitrap mampu memperbaiki indeks entomologi vektor DBD di lokasi penelitian.
Penurunan signifikan terjadi pada jumlah kontainer yang positif jentik dan jumlah

37
telur nyamuk pada tiap perangkap. Hasil pemantauan data entomologi setelah
adanya intervensi diketahui bahwa nilai density figure di lokasi intervensi turun dari
5 menjadi 1, sedangkan density figure untuk di daerah kontrol tidak berubah baik
sebelum dan sesudah intervensi yaitu nilai DF=1. Hal tersebut membuktikan bahwa
penggunaan lethal ovitrap efektif menurunkan populasi nyamuk dan menurunkan
risiko untuk penularan DBD. Hasil serupa ditemukan pada penelitian yang
dilakukan di Kota Malang bahwa penerapan ovitrap dalam waktu 4 bulan dapat
menurunkan angka kepadatan jentik Ae. aegypti yang ditandai dengan menurunnya
HI, BI, CI, dan indeks kepadatan telur.28
Perbandingan efektifitas alat lethal ovitrap dan non lethal ovitrap dapat
dilihat pada indeks kepadatan telur yang ada di masing-masing perangkap. Selama
3 bulan aplikasi, daerah intervensi menunjukan indeks kepadatan telur yang
cenderung menurun dari 60,30 telur/perangkap menjadi 44,84 telur/perangkap.
Kepadatan telur di daerah kontrol cenderung mengalami kenaikan dari pemantauan
awal sebesar 39,4 telur/perangkap menjadi 45,1 telur/perangkap saat pemantauan
akhir. Hasil tersebut menunjukan secara bertahap alat lethal ovitrap mampu
menurunkan kepadatan telur nyamuk lebih baik daripada alat non lethal ovitrap.
Berdasarkan uji statistik pengamatan variabel sebelum aplikasi, menunjukan
perbedaan signifikan (p value <0,05) pada rerata jumlah rumah positif jentik dan
rerata jumlah kontainer yang positif jentik antara kedua wilayah tersebut. Uji
statistik pada pemantauan sesudah aplikasi juga diketahui terdapat perbedaan yang
nyata (p value <0,05) pada rata-rata jumlah rumah positif jentik dan rata-rata
jumlah telur per ovitrap di lokasi intervensi dan lokasi kontrol. Pemantauan awal
data entomologi di daerah kontrol lebih baik daripada daerah intervensi, namun
setelah aplikasi daerah intervensi mampu memperbaiki nilai data entomologi
sehingga kepadatan vektor lebih rendah daripada daerah kontrol.
Penerapan aplikasi lethal ovitrap tidak dapat terlepas dari pelaksanaan PSN
di masyarakat. Nilai Breteau index yang menurun berturut-turut dalam 3 minggu,
akan diikuti penurunan nilai indeks kepadatan telur sebaliknya jika nilai BI
berfluktuatif, indeks kepadatan telur akan cenderung meningkat pada minggu
berikutnya. Breteau index adalah indikator untuk mengukur jumlah penampungan
air yang positif dalam 100 rumah. Kondisi ini menunjukan perilaku PSN di

38
masyarakat belum optimal. Prinsip kerja lethal ovitrap adalah membunuh jentik
yang akan menjadi bakal nyamuk secara bertahap. Pengurangan populasi jentik,
akan mengurangi jumlah nyamuk dewasa. Keberadaan kontainer yang positif jentik
menambah jumlah populasi nyamuk di lingkungan penelitian, sehingga
meningkatkan jumlah nyamuk bertelur di dalam perangkap. Alat lethal ovitrap
tidak dapat diterapkan sebagai single method untuk pengendalian vektor DBD.
Penelitian di Puerto Rico menunjukan kombinasi alat lethal ovitrap dengan metode
pengendalian vektor DBD lainnya lebih efektif dan cepat dalam mengurangi jumlah
populasi jentik nyamuk.29 Penelitian Johnson et al (2017) merekomendasikan untuk
melakukan PSN secara serentak untuk mengurangi tempat perindukan Aedes spp
sebelum menerapkan intervensi ovitrap agar dapat membatasi daya saing kontainer
rumah tangga dengan ovitrap.30
Selama aplikasi yang dimulai dari bulan Juli hingga Oktober 2019, tidak
dilaporkan adanya kasus maupun suspek DBD di lokasi penelitian. Menurut DKK
Salatiga, kasus DBD terjadi pada awal tahun yaitu bulan Januari hingga April saat
sebelum aplikasi diterapkan. Menurut data BMKG, curah hujan di wilayah
penelitian pada bulan Januari hingga minggu ke-3 cukup tinggi antara 39-211 mm,
sedangkan curah hujan terendah (0 mm) terjadi pada akhir Mei hingga minggu 1
September.31 Curah hujan dan kelembaban berkorelasi positif dengan kejadian
demam berdarah dengue karena menjadi salah satu faktor penyebab meningkatnya
populasi nyamuk.32 Menurut Kemenkes, ovitrap berguna untuk deteksi dini dari
infestasi baru di daerah yang telah melakukan upaya pengendalian vektor DBD
sebelumnya. Survey ovitrap terutama dilakukan di daerah dengan kepadatan
33
populasi rendah. Pelaksanaan kegiatan PSN dengan lethal ovitrap sebagai nilai
plus, direkomendasikan dilakukan pada saat jumlah kasus rendah dan sebelum
musim penghujan tiba sebagai tindakan antisipasi terjadinya peningkatan kasus. Di
wilayah penelitian, bulan Juli-Oktober merupakan waktu curah hujan terendah
sehingga aplikasi alat telah sesuai dengan kondisi jumlah populasi nyamuk yang
rendah salah satunya karena tempat perindukan nyamuk di luar rumah sangat
terbatas akibat tidak adanya genangan air hujan.
Hasil wawancara survei persepsi masyarakat menunjukan sebagian besar
responden di daerah intervensi maupun di daerah kontrol menyetujui penggunaan

39
alat ovitrap di lokasi penelitian. Ovitrap sebagai alat pengendalian populasi nyamuk
merupakan metode baru yang dikenal oleh masyarakat. Hasil penelitian diketahui
responden telah mengenal komponen alat ovitrap meliputi warna dan fungsi
masing-masing komponen, namun belum mengetahui cara yang benar penggunaan
alat dan fungsi sekunder ovitrap sebagai pengendali jentik nyamuk. Hasil tersebut
sesuai dengan penelitian di Filipina yang menyebutkan mayoritas responden
memiliki pengetahuan tinggi tentang deskripsi alat namun pengetahuan tentang
ovitrap sebagai alat pengendali jentik nyamuk masih rendah. 34
Hasil penelitian diketahui bahwa masyarakat di lokasi penelitian menerima
alat tersebut dengan baik dan memberikan dukungan positif terhadap aplikasi alat
yang disinergikan dengan gerakan PSN di masyarakat. Kegiatan monitoring ovitrap
di lokasi penelitian merupakan hasil kerjasama antara tim peneliti, kelurahan, kader,
serta staf kesehatan dari dinas kesehatan dan puskesmas.Proses uji coba alat di
lapangan melibatkan masyarakat dari awal kegiatan hingga akhir pengumpulan data
sehingga masyarakat memberikan dukungan positif dalam aplikasi lapangan dan
rasa kepemilikan program pengendalian. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian di
Surabaya bahwa dukungan dari tokoh masyarakat sangat terkait dengan perilaku
3M Plus.35 Pemerintah diharapkan lebih melibatkan, memberdayakan, dan
mendorong tokoh masyarakat untuk aktif dalam pencegahan demam berdarah
dengue terutama dalam promosi kesehatan tentang PSN di masyarakat.Proses
partisipatif berbasis masyarakat sangat penting untuk pengembangan inovasi baru.
Proses partisipasi dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan meningkatkan
perhatian akan masalah kesehatan di lapangan sehingga dapat memberikan hasil
kegiatan pengendalian vektor yang efektif. 36

40
VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Aplikasi PSN 3M dengan kombinasi alat lethal ovitrap efektif menurunkan


house index, container index, breteau index dan egg density index di lokasi
penelitian.
2. Aplikasi PSN 3M dengan kombinasi alat non lethal ovitrap efektif
menurunkan house index, container index dan breteau index di lokasi
penelitian.
3. Penerimaan masyarakat terhadap implementasi PSN 3M plus lethal ovitrap
cukup baik dan mendukung aplikasi PSN 3M plus lethal ovitrap.
4. Ovitrap index untuk ovitrap dengan atraktan maupun tanpa atraktan hampir
sama, namun Indeks kepadatan telur ovitrap pada ovitrap dengan tambahan
atraktan lebih tinggi daripada ovitrap tanpa atraktan.
5. Aplikasi PSN dengan lethal ovitrap di daerah intervensi menghasilkan
peningkatan nilai ABJ sebesar 46,15%, sedangkan aplikasi PSN dengan non
lethal ovitrap di daerah kontrol menghasilkan peningkatan ABJ sebesar
3,12%. Indeks kepadatan telur di daerah intervensi cenderung mengalami
penurunan, sedangkan di daerah kontrol berfluktuatif.

B. Saran

1. Masyarakat menerima dengan baik penggunaan PSN 3M plus lethal ovitrap


di lapangan namun perlu dibekali cara pembuatan dan penggunaan yang
benar.
2. Tokoh masyarakat atau kader berperan dalam memberikan penyuluhan
tentang PSN untuk penyegaran materi PSN kepada masyarakat.
3. Penyelenggaraan PSN secara serentak dan menyeluruh sebelum diterapkan
alat lethal ovitrap di lapangan.

41
VII. DAFTAR PUSTAKA
1. Dinas Kesehatan Kota Salatiga. Profil Kesehatan Kota Salatiga tahun 2015.
Salatiga: Dinas Kesehatan Kota Salatiga; 2016.
2. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah. Vol. 3511351. Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah;
2016.
3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor: 374/Menkes/PER/III/2010 tentang
Pengendalian Vektor. Indonesia; 2010.
4. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
Pedoman pengendalian demam berdarah dengue di Indonesia. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2015.
5. Sunaryo, Pramestuti N. Surveilans Aedes aegypti di Daerah Endemis
Demam Berdarah Dengue. J Kesehat Masy Nas. 2014;8(8):423–9.
6. World Health Organization. Dengue: guidelines for diagnosis, treatment,
prevention and control. Special Programme for Research and Training in
Tropical Diseases. Geneva: WHO, Regional Office for South-East Asia;
2009. 147 p.
7. Ramadhani T, Wahyudi BF. Pengaruh penggunaan lethal ovitrap terhadap
populasi nyamuk Aedes sp sebagai vektor demam berdarah dengue. Balaba.
2013;9(21–26):21–6.
8. Salim M, Satoto TBT. Uji efektifitas atraktan pada Lethal Ovitrap terhadap
jumlah dan daya tetas telur nyamuk Aedes aegypti. Bul Penelit Kesehat.
2015;43(3):147–54.
9. Perich M, Kardec A, Braga I, Portal I, Burge R, Zeichner B, et al. Field
evaluation of a lethal ovitrap against dengue vectors in Brazil. Med Vet
Entomol. 2003;17:205–10.
10. Sholichah Z, Ramadhani T, Ustiawan A. Efikasi insektisida berbahan aktif
cypermetrin dengan metode lethal ovitrap terhadap Aedes aegypti di
laboratorium. Balaba. 2010;6(02):26–7.
11. de Santos EMM, de Melo-Santos MA V, de Oliveira CMF, Correira JC, de
Albuquerque CMR. Sticky traps made from disposable plastic bottles as a

42
monitoring tool for Aedes aegypti populations. Int Pest Control.
2012;54(6):305.
12. Chadee DD, Ritchie SA. Efficacy of sticky and standard ovitraps for Aedes
aegypti in Trinidad, West Indies. J Vector Ecol. 2010;35(2):395–400.
13. Reza M, Yamamoto DS, Matsuoka H. Larvicidal and ovipositional
preference test of copper solution for mosquitoes. Med Entomol Zool
[Internet]. 2014;65(3):147–50. Available from:
https://www.jstage.jst.go.jp/article/mez/65/3/65_147/_article
14. Farida A, Ahmad AH, Hadi UK, Hambal M, Fahrimal Y, Shafitri R. Ovitrap
use in epidemiology study of Aedes aegypti and Aedes albopictus in Kuta
Alam sub-district Banda Aceh, Indonesia. Annu Int Conf Syiah Kuala Univ.
2011;1(1):213–6.
15. Prasetyo A. Penggunaan lethal ovitrap dengan berbagai jenis attractant untuk
pengendalian nyamuk Aedes sp. J Penelit Kesehat Suara Forikes.
2016;VII:143–8.
16. Umniyati SR, Sutomo AH, Laksana BE. Penggunaan otosidal ovitrap untuk
pengendalian nyamuk vektor penyakit demam berdarah dengue. J Lemb
Pengabdi Kpd masyarakat-Universitas Gadjah Mada. 2004;18:37–41.
17. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit.
Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit (Rikhus Vektora). Laporan
Provinsi Jawa Tengah. Kota Salatiga: Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan; 2015.
18. Alfiantya PF, Baskoro AD, Zuhriyah L. Pengaruh Variasi Lama
Penyimpanan Air Rendaman Jerami Padi terhadap Jumlah Telur Nyamuk
Aedes aegypti di Ovitrap Model Kepanjen. Glob Med Heal Commun.
2018;6(1):57–62.
19. Kharis A. Laporan Pertanggungjawaban Lurah Pulutan Tahun 2018. Kota
Salatiga: Kelurahan Pulutan; 2018.
20. Dinas Kesehatan Kota Salatiga. Laporan Data Kasus DBD Kota Salatiga
Tahun 2019. Kota Salatiga; 2019.
21. Brady E, Brady OJ, Hay SI. The Global Expansion of Dengue : How Aedes
aegypti Mosquitoes Enabled the First Pandemic Arbovirus. Annu Rev

43
Entomol. 2019;65(1):1–18.
22. Yanti TS. Efektivitas Ketinggian Kain Strimin pada Modifikasi Larvitrap
terhadap Daya Jebak Larva Aedes sp. Poltekes Kemenkes Yogyakarta; 2019.
23. Rahayu S. Uji Kefektifan Atraktan oryza sativa, capsicum annum,
trachisperum roxburgianum pada Trapping nyamuk Aedes Aegypti. e-
journal Undip [Internet]. 2015; Available from: http://ejournal-
s1.undim.ac.id/index.php
24. Mcbride CS. Minireview Genes and Odors Underlying the Recent Evolution
of Mosquito Preference for Humans. Curr Biol [Internet]. 2016;26(1):R41–
6. Available from: http://dx.doi.org/10.1016/j.cub.2015.11.032
25. Duvall LB, Mcbride CS. Mosquito Host-Seeking Regulation : Targets for
Behavioral Control. Trends Parasitol [Internet]. 2016;35(9):R41–6.
Available from: http://dx.doi.org/10.1016/j.cub.2015.11.032
26. Ariani PL, Widana INS. Pengaruh air rendaman jerami pada ovitrap terhadap
jumlah telur nyamuk demam berdarah (. Emasains. 2016;V(Maret):8–12.
27. Dwinata I, Baskoro T, Indriani C. Autocidal ovitrap atraktan rendaman
jerami sebagai alternatif pengendalian vektor DBD. Media KesehatMasy
Indones. 2015;11(2):125–31.
28. Zuhriyah L, TS TB, Kusnanto H. Efektifitas Modifikasi Ovitrap Model
Kepanjen untuk Menurunkan Angka Kepadatan Larva Aedes aegypti di
Malang. J Kedokt Brawijaya [Internet]. 2016;29(2):157–64. Available from:
http://jkb.ub.ac.id/index.php/jkb/article/view/1247
29. Barrera R, Amador M, Acevedo V, Caban B, Felix G, Mackay AJ. Use of
the CDC Autocidal Gravid Ovitrap to Control and Prevent Outbreaks of
Aedes aegypti (Diptera: Culicidae). J Med Entomol [Internet].
2014;51(1):145–54. Available from: https://academic.oup.com/jme/article-
lookup/doi/10.1603/ME13096
30. Johnson BJ, Ritchie SA, Fonseca DM. The State of the Art of Lethal
Oviposition Trap-Based Mass Interventions for Arboviral Control. Insects.
2017;8(5):1–16.
31. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. Stasiun Klimatologi
Semarang. Informasi suhu udara rata-rata, kelembapan udara rata-rata, dan

44
jumlah curah hujan dasarian lokasi: SMPK Getas Kabupaten Semarang
tahun 2019. Kota Semarang; 2019.
32. Choi S, Tang N, Rusli M, Lestari P. Climate Variability and Dengue
Hemorrhagic Fever in Surabaya , East Java , Indonesia. Preprints.
2019;2019020161(February).
33. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. Pedoman survei
entomologi demam berdarah dengue dan kunci identifikasi nyamuk Aedes.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit; 2017.
34. Felizardo JCR, Labo GCC, Valdez LGM, Villacorta JE, Gregorio ER.
Knowledge, attitudes, perceptions and practices related to ovicidal-larvicidal
traps for dengue control among households in one barangay in quezon city.
Acta Med Philipp. 2014;48(3):66–71.
35. Kusuma AL, Ferry E, Makhfudli, Marah HEM, Ekapuja AG. Social Support
and its Correlation with “3M Plus” Behavior in the Prevention of Dengue
Hemorrhagic Fever. Indian J Public Heal Res Dev. 2019;10(8):2681–5.
36. Paz-Soldan VA, Yukich J, Soonthorndhada A, Giron M, Apperson CS,
Ponnusamy L, et al. Design and testing of novel lethal ovitrap to reduce
populations of Aedes mosquitoes: Community-based participatory research
between industry, academia and communities in Peru and Thailand. PLoS
One. 2016;11(8):1–20.

45
LAMPIRAN
Lampiran 1. Naskah penjelasan dan informed consent
NASKAH PENJELASAN PENELITIAN
Bapak/Ibu/Sdr yang terhormat, kami akan melakukan penelitian dengan judul “Uji Coba
Efektivitas Lethal ovitrap untuk Pengendalian Vektor Demam Berdarah Dengue Di Kota
Salatiga”. Tujuan penelitian adalah mengukur efektivitas aplikasi PSN 3M Plus lethal
ovitrap terhadap indeks entomologi serta penerimaan masyarakat terhadap aplikasi
tersebut. Kegiatan yang kami lakukan adalah:
1. Pemasangan perangkap telur (ovitrap) dan pemantauan jentik di rumah Bpk/ibu/sdr
dan lingkungan sekitarnya. Kegiatan ini bertujuan untuk mengukur indikator
entomologi vektor DBD.
2. Wawancara masyarakat
Tujuan kegiatan adalah mengukur penerimaan masyarakat terhadap pelaksanaan PSN
3M plus lethal ovitrap.

Manfaat
Hasil penelitian dapat menjadi salah satu alternatif metode menurunkan jumlah populasi
nyamuk vektor DBD. Penurunan jumlah populasi nyamuk vektor dapat menurunkan risiko
keluarga Bapak/ibu/Sdr untuk terkena penularan DBD. Dengan mengikuti kegiatan
penelitian bapak/ibu/Sdr. mendapat refreshing pengetahuan tentang upaya pencegahan
DBD yang dapat diterapkan di keluarga.

Kerahasiaan
Nama Bapak/Ibu/Sdr dan semua jawaban/tanggapan Bapak/Ibu/Sdr akan dirahasiakan.
Kalaupun dikaji kembali oleh lembaga kesehatan pemerintah, Bapak/Ibu/Sdr hanya dikenal
dengan sebuah inisial / nomor saja dan tidak akan diketahui siapa yang turut atau tidak turut
dalam mengambil bagian dalam penelitian ini.

Pertanyaan-pertanyaan
Bila ada pertanyaan mengenai penelitian ini atau mengenai hak-hak Bapak/Ibu, Bapak/Ibu
dapat menghubungi Aryani Pujiyanti, SKM, MPH dengan alamat Jl. Hasanudin No.123
Salatiga dengan nomor telepon (0298)327096, fax.(0298)322604.

Partisipasi Sukarela
Bapak/Ibu/Sdr tidak dapat dan tidak akan dipaksa untuk ikut serta dalam penelitian.
Bapak/Ibu/Sdr dapat mengundurkan diri sewaktu-waktu tanpa sanksi apapun dan berhak
sewaktu-waktu untuk menolak melanjutkan partisipasi tanpa perlu memberikan alasan.
Bila Bapak/Ibu/Sdr memutuskan untuk berhenti berpartisipasi, tak seorang pun boleh
memaksa Bapak/Ibu/Sdr untuk berubah pikiran. Para peneliti dapat memutuskan bahwa
Bapak/Ibu/Sdr tidak boleh lagi ikut serta dalam penelitian ini, terlepas dari keinginan
Bapak/Ibu/Sdr untuk tetap berpartisipasi atau tidak. Keputusan ini diambil dengan selalu
memperhatikan hal yang terbaik bagi Bapak/Ibu/Sdr.

Insentif
Bpk/ibu/sdr berhak mendapat 1 unit alat lethal ovitrap yang dipasang di rumah Bpk/ibu/Sdr
setelah kegiatan penelitian selesai dilakukan.
Peneliti

46
INFORMED CONSENT

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama : ………………………………………
Umur : ………………………………………
Jenis Kelamin : ………………………………………
Pendidikan Terakhir : ………………………………………
Alamat : ………………………………………

Menerangkan bahwa saya bersedia dan menyetujui atas kemauan sendiri


menjadi nara sumber/informan dalam kegiatan penelitian ini, setelah kami
membaca / dibacakan mengenai penjelasan peran saya dalam penelitian dengan
judul “UJI COBA EFEKTIVITAS LETHAL OVITRAP UNTUK
PENGENDALIAN VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA
SALATIGA”, yang dilakukan oleh :

Nama : Aryani Pujiyanti, SKM, MPH


NIP : 198105072006042002
Instansi : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan
Reservoir Penyakit Salatiga
Alamat : Jl. Hasanudin No. 123 Salatiga.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya agar dapat
dipergunakan seperlunya.

Salatiga,………………....…2019
Mengetahui,
Saksi Responden

(…………………………..) (…………………………..)

47
Lampiran 2. Kuesioner persepsi masyarakat

48
49
Lampiran 3. Formulir pemeriksaan ovitrap

50
Lampiran 4. Form pemantauan jentik

51
Lampiran 5. Peta wilayah Kelurahan Pulutan

PETA WILAYAH KELURAHAN PULUTAN

52
Lampiran 6. Peta lokasi pemasangan ovitrap

Gambar 23. Peta pemasangan lethal ovitrap di RW intervensi Kelurahan Pulutan, tahun 2019

53
Gambar 24. Peta pemasangan lethal ovitrap di RW kontrol Kelurahan Pulutan,
tahun 2019

54
Lampiran 7. Dokumentasi kegiatan

Gambar 25. Sosialisasi kegiatan penelitian di Kelurahan Pulutan

Gambar 26. Proses pemantauan jentik di Kelurahan Pulutan tahun 2019

55
Gambar 27. Proses pemasangan alat ovitrap di Kelurahan Pulutan, tahun 2019

Gambar 28. Alat ovitrap yang dipasang di rumah responden di Kelurahan Pulutan
tahun 2019

56
Gambar 29. Proses identifikasi dan perhitungan telur Aedes spp pada kertas saring

Gambar 30. Telur Aedes spp yang melekat pada kertas saring

57
Gambar 31. Proses pengamatan dan penggantian kertas saring ovitrap di
Kelurahan Pulutan, tahun 2019

Gambar 32. Sosialisasi hasil penelitian di Kelurahan Pulutan, tahun 2019

58
Gambar 33. Peserta sosialisasi hasil penelitian kelurahan Pulutan tahun 2019

59

Anda mungkin juga menyukai