DISUSUN OLEH:
KELOMPOK DUA(2)
PERBANKAN SYARIAH
STAIBR
Puji syukur atas kehadirat ALLAH SWT, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami telah menyelesaikan tugas makalah berbusana
muslim dan muslimah dengan lancar sesuai dengan ketentuan tugas ini.
Sibuhuan 2020
DAFTAR ISI
COVER................................................................................................................................ I
KATA PENGANTAR........................................................................................................... II
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Aurat......................................................................................................... 2
A. Kesimpulan................................................................................................................. 17
B. Saran............................................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 19
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu perbedaan sistem Islam dengan sistem Kapitalis adalah bahwa
sistem Kapitalis memandang persoalan sosial dan rumah tangga dianggap
sebagai masalah ekonomi, sedangkan sistem Islam masalah-masalah di atas
dibahas tersendiri dalam hukum-hukum seputar interaksi pria-wanita
(nizhâm al-ijtima’iyyah). Misalnya dalam sistem kapitalisme tidak ada
istilah zina jika laki-laki dan perempuan melakukan hubungan suami isteri
tanpa ikatan pernikahan asal dilakukan suka-sama suka atau saling
menguntungkan sebaliknya disebut pelecehan seksual dan pelakunya dapat
diajukan ke pengadilan jika seorang suami memaksa dilayani oleh seorang isteri
sementara isterinya menolak.
Karena itu dalam persoalan pakaian antara penganut sistem kapitalis dan
sistem Islam jelas perbeda. Dalam sistem kapitalis pakaian dianggap
sebagai salah satu ungkapan kepribadian, sebagai unsur penarik lawan
jenis dan karena itu memiliki nilai ekonomis. Bentuk tubuh seseorang
apalagi wanita sangat berpengaruh terhadap makna kebahagiaan dan masa,
depan.
A. Pengertian Aurat
Aurat diambil dari bahasa Arab, Aurah artinya “an naqsu” atau keaiban. Menurut
istilah fiqih, aurat adalah bagian tubuh seseorang yang wajib ditutupi dari pandangan. Dalam
islam, terdapat beberapa keadaan dimana masyarakat islam dibenarkan membuka aurat tetapi
hanya pada orang-orang tertentu (mahram) dan dalam keadaan tertentu (darurat).
Aurat adalah suatu angggota badan yang tidak boleh di tampakkan dan di perlihatkan
oleh lelaki atau perempuan kepada orang lain. Menutup aurat hukumnya wajib sebagaimana
kesepakatan para ulama berdasarkan firman Allâh swt: [an-Nûr/24:31]
َما ظَهَ َر ِم ْنهَا ۖ َو ْليَضْ ِر ْبنَ بِ ُخ ُم ِر ِه َّن َعلَ ٰى ظنَ فُرُو َجه َُّن َواَل يُ ْب ِدينَ ِزينَتَه َُّن ِإاَّل ْ َار ِه َّن َويَحْ ف ِ ص َ ت يَ ْغضُضْ نَ ِم ْن َأ ْب ِ َوقُلْ لِ ْل ُمْؤ ِمنَا
َْأ ْبنَا ِء بُعُولَتِ ِه َّن َأوْ ِإ ْخ َوانِ ِه َّن َأوْ بَنِي ِإ ْخ َوانِ ِه َّن َأوْين ِزينَتَه َُّن ِإاَّل لِبُعُولَتِ ِه َّن َأوْ آبَاِئ ِه َّن َأوْ آبَا ِء بُعُولَتِ ِه َّن َأوْ َأ ْبنَاِئ ِه َّن َأو•َ جُ يُوبِ ِه َّن ۖ َواَل يُ ْب ِد
ظهَرُوا َعلَ ٰى ْ َِّجا ِل َأ ِو الطِّ ْف ِل الَّ ِذينَ لَ ْم ي َ ت َأ ْي َمانُه َُّن َأ ِو التَّابِ ِعينَ َغي ِْر ُأولِي اِإْل رْ بَ ِة ِمنَ الر ْ بَنِي َأ َخ َواتِ ِه َّن َأوْ نِ َساِئ ِه َّن َأوْ َما َملَ َك
َت النِّ َسا ِء ۖ َواَل يَضْ ِر ْبنَ بَِأرْ ُجلِ ِه َّن لِيُ ْعلَ َم َما ي ُْخفِينَ ِم ْن ِزينَتِ ِه َّن ۚ َوتُوبُوا ِإلَى هَّللا ِ َج ِميعًا َأيُّهَ ْال ُمْؤ ِمنُونَ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُون ِ عَوْ َرا
Artinya : Katakanlah kepada orang laki–laki yang beriman, “Hendaklah mereka menahan
pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi
mereka, sesungguhnya Allâh maha mengatahui apa yang mereka perbuat.” Katakanlah kepada
wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara
kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa)
nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan
janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau
ayah suami mereka, atau putera–putera mereka, atau putera–putera suami mereka, atau
saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara laki-laki mereka, atau putera-
putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka
miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau
anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan
kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian
kepada Allâh, wahai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung”.
Dalam ayat ini, Allah Swt. berfirman kepada seluruh hamba-Nya yang mukminah agar
menjaga kehormatan diri mereka dengan cara menjaga pandangan, menjaga kemaluan, dan
menjaga aurat. Dengan menjaga ketiga hal tersebut, dipastikan kehormatan mukminah akan
terjaga. Ayat ini merupakan kelanjutan dari perintah Allah Swt. kepada hamba-Nya yang
mukmin untuk menjaga pandangan dan menjaga kemaluan. Ayat ini Allah Swt. khususkan
untuk hamba-Nya yang beriman, berikut penjelasannya.
Panah yang dimaksud adalah pandangan liar yang tidak menghargai kehormatan diri
sendiri dan orang lain. Zina mata adalah pandangan haram. Al-Qurān memerintahkan agar
menjaga pandangan ini agar tidak merusak keimanan karena mata adalah jendela hati. Jika
matanya banyak melihat maksiat yang dilarang, hasilnya akan langsung masuk ke hati dan
merusak hati. Dalam hal ketidaksengajaan memandang sesuatu yang haram, Rasulullah saw.
bersabda kepada Ali ra., “Wahai Ali, janganlah engkau mengikuti pandangan (pertama yang
tidak sengaja) dengan pandangan (berikutnya), karena bagi engkau pandangan yang pertama
dan tidak boleh bagimu pandangan yang terakhir (pandangan yang kedua)” (H.R. Abu Dawud
dan At-Tirmidzi, di-hasan-kan oleh Syaikh al-Albani).
Kedua, menjaga kemaluan. Orang yang tidak bisa menjaga kemaluannya pasti tidak
bisa menjaga pandangannya. Hal ini karena menjaga kemaluan tidak akan bisa dilakukan jika
seseorang tidak bisa menjaga pandangannya. Menjaga kemaluan dari zina adalah hal yang
sangat penting dalam menjaga kehormatan. Karena dengan terjerumusnya ke dalam zina,
bukan hanya harga dirinya yang rusak, orang terdekat di sekitarnya seperti orang tua, istri/
suami, dan anak akan ikut tercemar. “Dan, orang-orang yang memelihara kemaluannya.
Kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak-budak yang mereka miliki. Maka
sesungguhnya, mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang sebaliknya,
mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.” (Q.S. al-Ma’ārij/70:29-31)
Allah Swt. sangat melaknat orang yang berbuat zina, dan menyamaratakannya dengan
orang yang berbuat syirik dan membunuh. Sungguh, tiga perbuatan dosa besar yang amat
sangat dibenci oleh Allah Swt. Firman-Nya: “Dan, janganlah kalian mendekati zina.
Sesungguhnya, zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (Q.S.
alIsrā’/17:32).
Ketiga, menjaga batasan aurat yang telah dijelaskan dengan rinci dalam hadis-hadis
Nabi. Allah Swt. memerintahkan kepada setiap mukminah untuk menutup auratnya kepada
mereka yang bukan mahram, kecuali yang biasa tampak dengan memberikan penjelasan siapa
saja boleh melihat. Di antaranya adalah suami, mertua, saudara laki-laki, anaknya, saudara
perempuan, anaknya yang laki-laki, hamba sahaya, dan pelayan tua yang tidak ada hasrat
terhadap wanita.
Artinya : “Wahai anak adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid,
makan dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allâh tidak menyukai
orang-orang yang berlebihan”.
Sebab turunnya ayat ini sebagaimana yang di sebutkan dalam Shahîh Muslim dari
Ibnu Abbâs Radhiyallahu anhuma, beliau berkata:
ت هَ ِذ ِه اآْل يَةُ ُخ ُذوا ِزينَتَ ُك ْم ِع ْن َد ُك ِّل َم ْس ِج ٍد ِ َت ْال َمرْ َأةُ تَطُوفُ بِ ْالبَ ْي
ْ َت َو ِه َي عُرْ يَانَةٌ … فَنَ َزل ْ َكان
Dahulu para wanita tawaf di Ka’bah tanpa mengenakan busana … kemudian Allâh
menurunkan ayat : [HR. Muslim, no. 3028]
Artinya : “Hai anak adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid…”
Bahkan Allâh SWT memerintahkan kepada istri-istri nabi dan wanita beriman untuk
menutup aurat mereka sebagaimana firman-Nya : [al-Ahzâb/33:59]
َ ِك َونِ َسا ِء ْال ُمْؤ ِمنِينَ يُ ْدنِينَ َعلَ ْي ِه َّن ِم ْن َجاَل بِيبِ ِه َّن ۚ ٰ َذل
ُ ك َأ ْدن َٰى َأ ْن يُع َْر ْفنَ فَاَل يُْؤ َذي َ•ْن ۗ َو َكانَ هَّللا َ يَا َأيُّهَا النَّبِ ُّي قُلْ َأِل ْز َوا ِج
َ ِك َوبَنَات
َغفُورًا َر ِحي ًما
Artinya : “Wahai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-
isteri orang Mukmin, “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka !”
Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di
ganggu. dan Allâh adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
Kandungan Q.S. al-Ahzāb/33:59
Dalam ayat ini, Rasulullah saw. diperintahkan untuk menyampaikan kepada para
istrinya dan juga sekalian wanita mukminah termasuk anak-anak perempuan beliau untuk
memanjangkan jilbab mereka dengan maksud agar dikenali dan membedakan dengan
perempuan non mukminah. Hikmah lain adalah agar mereka tidak diganggu. Karena dengan
mengenakan jilbab, orang lain mengetahui bahwa dia adalah seorang mukminah yang baik.
Pesan al-Qur’ān ini datang menanggapi adanya gangguan kafir Quraisy terhadap
para mukminah terutama para istri Nabi Muhammad saw. yang menyamakan mereka dengan
budak. Karena pada masa itu, budak tidak mengenakan jilbab. Oleh karena itulah, dalam
rangka melindungi kehormatan dan kenyamanan para wanita, ayat ini diturunkan.
Islam begitu melindungi kepentingan perempuan dan memperhatikan kenyamanan
mereka dalam bersosialisasi. Banyak kasus terjadi karena seorang individu itu sendiri yang
tidak menyambut ajakan al-Qur’ān untuk berjilbab. Kita pun masih melihat di sekeliling kita,
mereka yang mengaku dirinya muslimah, masih tanpa malu mengumbar auratnya. Padahal
Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya rasa malu dan keimanan selalu bergandengan
kedua-duanya. Jika salah satunya diangkat, maka akan terangkat kedua-duanya.” (Hadis Sahih
berdasarkan syarah Syeikh Albani dalam kitab Adabul Mufrad)
Menutup aurat merupakan adab mulia yang diperintahkan dalam agama islam.
Bahkan, seseorang dilarang melihat aurat orang lain, karena hal tersebut dapat menimbulkan
kerusakan, dimana syariat menutup semua celah terjadinya kerusakan.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah seorang laki-laki melihat
aurat laki-laki lainnya. ….” (HR. Muslim, 338) Jumhur ulama mengatakan bahwa aurat laki-
laki ialah dari lutut hingga pusar.
Hendaknya seorang muslim meninggalkan pakaian mewah dan mahal. Hal ini dapat
menjauhkannya dari sifat sombong, dan menjadikannya dekat dengan orang-orang sederhana
dan miskin. Selain itu, Allah akan menjauhkannya dari sifat suka berfoya-foya, serta perasaan
iri dan dengki dari sesama muslim. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa meninggalkan suatu pakaian dengan niat tawadhu’ karena Allah, sementara ia
sanggup mengenakannya, maka Allah akan memanggilnya pada hari kiamat di hadapan
seluruh makhluk, lantas ia diperintahkan untuk memilih perhiasan iman mana saja yang ingin
ia pakai.” (HR. Ahmad, dan Tirmidzi, lihat Silsilatul Ahaadist ash-Shahiihah : 718)
Pakaian berwarna putih lebih baik dari pakaian berwarna lain, walaupun itu tidak
terlarang. Rasulullah SAW bersabda, “Pakailah pakaian berwarna putih, karena pakaian
berwana putih lebih suci dan lebih baik. Kafankanlah jenazah kalian dengan kain putih” (HR.
Ahmad, an-Nasaa’i, dan selain keduanya, lihat Shahiihul Jaami’ : 1235)
Hadis-hadis yang melarang isbal (bagi laki-laki) sangat banyak, bahkan mencapai
batas hadis mutawatir maknawi. Rasulullah SAW Bersabda : “Tiga macam orang yang pada
hari kiamat nanti Allah tidak akan mengajak bicara, tidak melihat mereka, tidak menyucikan
mereka, dan bagi mereka adzab yang pedih.” Kemudian beliau melanjutkan, “(Yaitu) musbil
(orang yang isbal), mannaan (orang yang mengungkit-ungkit pemberian), dan orang yang
melariskan barang dagangannya dengan sumpah palsu.” (HR. Abu Dawud, dan dishahihkan
oleh al-Albaaniy cacat dalam rawi)
Emas dan pakaian sutra haram dipakai oleh kaum laki-laki, tetapi boleh bagi kaum
wanita. Rasulullah Saw bersabda, “Emas dan sutra dihalalkan bagi kaum wanita dari umatku,
dan diharamkan bagi kaum laki-laki.” (HR. Ahmad dan Nasaa’i, lihat Shahiihul Jaami’ : 209)
8. Tidak Menyerupai Pakaian Orang Kafir
Diantara sikap yang seharusnya dimiliki seorang muslim ialah berusaha menyelisihi
setiap urusan orang-orang Yahudi, Nashrani, dan orang-orang Musyrik (hindu, budha, dan
selainnya). Penyelisihan ini mencakup juga penyelisihan dalam hal berpakaian.
Rasulullah SAW, “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan
mereka.” (HR. Abu Dawud, Syakh al-Albani mengatakan, “hasan shahiih” “perkataan Ali Bin
Abi Tholib”)
Disadari atau tidak, perkara ini telah tersebar di zaman sekarang ini. Kita banyak
mendapatkan sebagian pemuda yang menyerupai kaum wanita dalam berpakaian, berhias, dan
memilih warna. Padahal, perkara itu merupakan perkara yang dilaknat oleh Allah
Ta’ala. Rasulullah SAW bersabda, “Allah melaknat wanita yang menyerupai laki-laki, dan
laki-laki yang menyerupai wanita.” (HR. Bukhari 5885)
Seluruh tubuh wanita adalah aurat terkecuali wajah dan telapak tangan serta ujung jari-
jari tangannya saja. Pakaian yang panjang dan kerudung yang menjuntai sampai menutupi
dada adalah salah satu pakaian yang dianjurkan dalam Islam. Bahkan tidak jarang para wanita
memakai cadar untuk menutupi wajahnya dan hanya menyisakan bagian matanya saja yang
terbuka karena bagian wajah wanita pun dapat memicu timbulnya syahwat negatif pada laki-
laki yang intens memandangnya secara langsung dalam waktu yang lama.
Menggunakan pakaian yang longgar adalah salah satu upaya untuk menutup aurat
juga, karena menutup aurat tidak hanya soal menutupi bagian tubuhnya saja akan tetapi juga
menyamarkan lekuk tubuh sehingga lekuk tubuh kita tidak tercetak pada pakaian ketat yang
kita pakai. Untuk itu Islam mengharuskan wanita memakai pakaian yang longgar. Selain itu
dalam dunia kesehatan juga menganjurkan pakaian yang longgar agar kulit tubuh kita
memiliki ruang gerak yang leluasa serta ruang napas bagi kulit kita.
Pakaian yang syuhroh adalah pakaian yang terlalu menarik perhatian banyak orang,
baik itu terlalu mewah atau terlalu tidak layak pakai ataupun pakaian yang tidak
menyesuaikan dengan waktu dan tempat.
Dalam hal kesederhanaan pakaian dan penampilan, baik laki-laki maupun perempuan
sama-sama dianjurkan untuk menerapkannya. Karena pakaian yang terlalu mencolok akan
lebih menarik perhatian pandangan laki-laki serta menimbulkan ‘fitnh’ lain seperti rasa
minder, iri, dengki, sombong bahkan takabur baik pada pemakainya atau orang yang
melihatnya.
Islam sangat tegas dalam hal ini bahwa perempuan tidak diperkenankan mengenakan
pakaian atau berpenampilan seperti laki-laki, begitupun sebaliknya. Hal ini telah dijelaskan
dalam hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra “Rasulullah SAW akan melaknat pria
yang memakai pakaian wanita dan wanita yang memakai pakaian pria.”
Kamudian Ibnu Abbas ra juga berkata:
“Rasulullah melaknat kaum pria yang menyerupai kaum wanita dan kaum wanita yang
menyerupai kaum pria.” (HR. Bukhari)
Pakaian wanita muslim jelas akan sangat berbeda dengan pakaian mereka yang kafir
maupun beragama lain, pengaturan Islam dalam hal pakaian tidak hanya mengedepankan soal
fashion atau fungsi dari pakaian yang dikenakan oleh seseorang tapi lebih dari pada itu, yakni
aurat dan segala ‘fitnah’ yang mungkin bisa ditimbulkan dari tubuh seorang manusia.
Pakaian yang dihiasi dengan berbagai warna dan gambar tidak dianjurkan bagi wanita
muslimah telebih jika gambar tersebut adalah gambar makhluk hidup yang memiliki ruh
secara mutlak seperti binatang dan manusia. Selain itu gambar-gambar atau tulisan yang dapat
menimbulkan perpecahan dan perperangan juga tidak di perkenankan dalam Islam seperti
lambang parta politik atau tulisan yang mengandung unsur sara atau lainnya.
Tabarruj adalah perilaku buruk wanita yang justru menunjukkan apa yang harus
ditutupi dengan memanfatkan jilbab yang digunakannya dengan memperlihatkan mahkota,
perhiasan dan kecantikannya serta segala sesuatu yang ada dalam tubuhnya yang mestinya
ditutup di balik jilbabnya karena hal itu dapat menggoda kaum lelaki.
ار ِه َّن
ِ صَ ت يَ ْغضُضْ نَ ِم ْن َأ ْب
ِ َوقُلْ لِ ْل ُمْؤ ِمنَا
Dan mereka juga berdalil dengan qiyas: yaitu sebagaimana di haramkan para
lelaki melihat wanita seperti itu pula di haramkan para wanita melihat lelaki.
، َحتَّى َأ ُكونَ َأنَا الَّ ِذى َأ ْسَأ ُم، َوَأنَا َأ ْنظُ ُر ِإلَى ْال َحبَ َش ِة يَ ْل َعبُونَ فِى ْال َم ْس ِج ِد، صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَ ْستُ ُرنِى بِ ِردَاِئ ِه
َ ى ُ رَأي
َّ ِْت النَّب
يص ِة َعلَى اللَّه ِْوَ اريَ ِة ْال َح ِديثَ ِة ال ِّسنِّ ْال َح ِرِ فَا ْق ُدرُوا قَ ْد َر ْال َج
Aku melihat Nabi Saw menutupiku dengan pakaiannya, sementara aku melihat ke arah
orang-orang Habasyah yang sedang bermain di dalam Masjid sampai aku sendirilah
yang merasa puas. Karenanya, sebisa mungkin kalian bisa seperti gadis belia yang
suka bercanda.[HR. Al-Bukhâri, no.5236; Muslim, no.892 dan yang lainnya]
Suami adalah mahram wanita yang terjadi akibat pernikahan, dan tidak ada
perbedaan pendapat di kalangan para Ulama bahwasanya seorang suami atau istri
boleh melihat seluruh anggota tubuh pasangannya. Adapun hal ini berdasarkan
keumuman firman Allâh Swt [al-Ma’ârij/70:29-30]
َت َأ ْي َمانُهُ ْم فَِإنَّهُ ْم َغ ْي ُر َملُو ِمين
ْ ﴾ ِإاَّل َعلَ ٰى َأ ْز َوا ِج ِه ْم َأوْ َما َملَ َك٢٩﴿ َُوج ِه ْم َحافِظُون
ِ َوالَّ ِذينَ هُ ْم لِفُر
Diantara sebab mulianya seorang wanita adalah dengan menjaga auratnya dari
pandangan lelaki yang bukan mahramnya. Oleh kerena itu agama Islam memberikan
rambu-rambu batasan aurat wanita yang harus di tutup dan tidak boleh ditampakkan.
Para Ulama sepakat bahwa seluruh anggota tubuh wanita adalah aurat yang harus di
tutup, kecuali wajah dan telapak tangan yang masih diperselisihkanoleh para Ulama
tentang kewajiban menutupnya. Dalil tentang wajibnya seorang wanita menutup
auratnya di hadapan para lelaki yang bukan mahramnya adalah firman Allâh Swt: [al-
Ahzâb/33:59]
َ ِك َونِ َسا ِء ْال ُمْؤ ِمنِينَ يُ ْدنِينَ َعلَ ْي ِه َّن ِم ْن َجاَل بِيبِ ِه َّن ۚ ٰ َذل
ُ ك َأ ْدن َٰى َأ ْن يُع َْر ْفنَ فَاَل يُْؤ َذي َ•ْن ۗ َو َكانَ هَّللا َ يَا َأيُّهَا النَّبِ ُّي قُلْ َأِل ْز َوا ِج
َ ِك َوبَنَات
َغفُورًا َر ِحي ًما
Dahulu kaum lelaki dan wanita pada zaman Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
melakukan wudhu’ secara bersamaan [HR. Al-Bukhâri, no.193 dan yang lainnya]
Terjadi perbedaan pendapat di kalangan para Ulama tentang aurat wanita yang
wajib di tutup ketika berada di depan wanita lain. Ada dua pendapat yang masyhûr
dalam masalah ini :
• Sebagian ahli ilmu berpendapat bahwa aurat wanita di depan wanita lainnya sepertI
aurat lelaki dengan lelaki yaitu dari bawah pusar sampai lutut, dengan syarat aman dari
fitnah dan tidak menimbulkan syahwat bagi orang yang memandangnya.
• Batasan aurat wanita dengan wanita lain, adalah sama dengan batasan sama
mahramnya, yaitu boleh memperlihatkan bagian tubuh yang menjadi tempat perhiasan,
seperti rambut, leher, dada bagian atas, lengan tangan, kaki dan betis. Dalilnya adalah
keumuman ayat dalam surah an-Nûr, ayat ke-31.
Ada banyak manfaat yang didapat dari menutup aurat. Menutup aurat yang
baik adalah dengan menggunakan pakaian yang tidak memperlihatkan kulit bagian
aurat, bentuk tubuh yang menarik bagi lawan jenis, tidak tembus pandang, tidak
menarik perhatian, dan yang pasti nyaman dipakai. Untuk laki-laki menutup aurat dari
pusat sampai ke lutut. Sedangkan perempuan hanya boleh memperlihatkan wajah dan
telapak tangan.
Menutup aurat menghindarkan kita dari penyakit berbahaya, seperti kanker kulit, kulit
terbakar, kulit menjadi hitam, noda flek di kulit, dan sebagainya. Penyakit kulit, terutama
kanker kulit bisa timbul akibat sinar UV yang dipancarkan matahari. Sinar matahari yang
langsung menyebabkan kulit menjadi kering, kusam, rusak, gelap, dan timbul noda-noda
hitam. Oleh karena itu, dengan menutup aurat sinar matahari tidak langsung mengenai kulit,
melainkan diserap lebih dahulu oleh pakaian. Sehingga penyakit-penyakit bias dicegah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian penelitian yang penulis lakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan:
1. Menurut Yusuf Qaradhawi aurat adalah semua bagian tubuh seseorang yang sudah
baligh yang apabila dibuka atau diperlihatkan itu haram hukumnya. Batasannya
ialah seluruh tubuhnya kecuali muka dan kedua telapak tangannya. „Illat hukum
pendapat beliau berdasarkan nash surat Al-Ahzab ayat 59 (“yang demikian itu
supaya mereka lebih mudah dikenal, karena itu mereka tidak diganggu”). Perintah
itu memberikan „illat supaya mereka lebih mudah dikenal dan orang-orang fasik
enggan mengganggunya serta dipandang lebih terhormat, sehingga perempuan
mukminah lebih aman dalam aktivitasnya.
2. Menurut M. Quraish Shihab bagian-bagian badan yang tidak boleh terlihat,
dinamakan aurat. Mengenai batasan aurat perempuan beliau mengatakan Alquran
tidak menentukan secara jelas dan rinci batas-batas aurat. „Illat hukum berdasarkan
pemikiran beliau dalam memahami surat An-Nûr ayat 31, mengatakan tidak ada
batasan mengenai masalah aurat. Menurutnya jilbab adalah masalah khilafiyah,
ayat-ayat Alquran yang berbicara tentang pakaian wanita mengandung aneka
interpretasi dan Alquran tidak menyebut batas aurat. Perintah jilbab itu bersifat
anjuran dan bukan keharusan, serta lebih merupakan budaya lokal Arab daripada
kewajiban agama. Beliau mengatakan “Tidak menunjukkan batas aurat yang wajib
ditutup menurut hukum Islam, dan menyerahkan kepada masing-masing menurut
situasi, kondisi, dan kebutuhan.
B. Saran
1. Masalah hijab, sejatinya terkait erat dengan pilar-pilar Islam tentang masyarakat.
Jika aturan jilbab ini difungsikan dalam sistem perundangan masyarakat Islam
secara sempurna, kemudian di amati pengaruhnya masyarakat secara objektif,
maka hijablah satu-satunya solusi yang paling kapabel dan menjamin stabilitas
kehidupan masyarakat.
2. Jika ideal moral yang terkandung dalam hijab ini ditawarkan kepada dunia, dan
mereka kita mau merealisasikannya dalam kehidupan nyata secara murni dan
konsekuen, niscaya mereka akan segera meraih keselamatan.
3. Kaum perempuan hendaknya tetap istiqomah dalam menjalankan kewajiban
tersebut. Karena selain terhindar dari dosa, juga membuat ia lebih terhormat,
terjaga, dan terpelihara dari gangguan orang-orang yang berniat tidak baik.
4. Penulis mengharapkan ada yang mau melanjutkan penelitian terhadap hal-hal yang
tidak jarang menimbulkan kontroversi tidak berujung di masyarakat. Penelitian
yang dimaksud tentunya bukan bertujuan untuk melemahkan atau
mempertentangkan dua pendapat tersebut, melainkan untuk mengetahui pandangan
mana yang lebih relevan dalam kehidupan bermasyarakat. Banyak masalah yang
dianggap ringan lainnya yang perlu dianalisis lebih dalam. Dengan demikian
diharapkan akan melahirkan buah pemikiran yang lebih mencerahkan dan bijak
dalam menghadapi setiap perbedaan pendapat.
DAFTAR PUSTAKA
http://ariesjubed.multiply.com/journal/item/5?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal
%2Fitem
http://blog.re.or.id/hukum-berpakaian-muslimah.htm
http://media.isnet.org/islam/Qardhawi/Halal/202.html
Muhammad nasib ar-rifa’I, 1999, Ringkasan Ibnu Katsir II, Jakarta, Gema Insane
Press. http://nuri-amalia.blogspot.com/2011/11/etika-wanita-muslimah-dalam-surat-
nur.html