Austin Riesen (1947) membesarkan bayi-bayi simpanse disuatu situasi yang gelap pekat hingga
usianya mencapai dua tahun, saat mereka akhirnya dikeluarkan dari kegelapan dan simpanse itu
bertingkah seperti buta tetapi selama beberapa minggu kemudian simpanse mulai melihat dan
pada akhirnya berprilaku sebagai simpanse yang yang dibesarkan secara normal.
Sehingga Hebb menyimpulkan bahwa orang dewasa yang dipelajari Von senden dan simpanse
yang diteliti Riesen telah belajar untuk melihat karena banyak studi lain yang juga mendukung
kesimpulan bahwa dengan membatasi pengalaman sebelumnya seseorang bisa mencampuri
perkembangan intelektual dan perceptual bahkan persesi tentang rasa sakit, sebuah fenomena
yang sangat penting bagi kelangsungan hidup kita mungkin membutuhkan sesuatu yang harus
dipelajari. Didalam studi laboratorium Hebb (Melzack dan Thompson, 1956) menunjukkan
bahwa anjing yang dibesarkan dalam isolasi parsial tampak kurang mengenal rasa sakit dan
kurang agresif dibandingkan anjing yang dibesarkan secara normal.
Setelah beberapa waktu kemudian tikus-tikus itu dikembalikan lagi ke laboratorium dan
dibandingkan dengan kelompok yang pertama maka ditemukan bahwa kinerja tikus piaraan yang
dibesarkan dalam lingkungan yang kaya lebih baik dalam memecahkan jalur teka-teki ketimbang
tikus yang dibesarkan disangkar laboratorium.
3. Kumpulan sel
Kumpulan sel adalah paket neurologis yang saling terkait yang dapat diaktifkan oleh stimulasi
eksternal atau internal atau kombinasi keduanya. Ketika suatu kumpulan sel aktif kita
mengaktifkan pemikiran tentang kejadian yang dipresentasikan oleh kumpulan tersebut yang
menurut Hebb kumpulan sel adalah basis neurologis dari ide atau pemikiran.
4. Sekuensi Fase
Teori Belajar Donald Olding Hebb – Phase sequence (sekuensi fase) adalah serangkaian
aktifitas kumpulan yang terintegrasi secara temporal, ia sama dengan arus pemikiran. Menurut
Hebb ada dua jenis belajar yang diantaranya adalah pertama melibatkan pembentukan kumpulan
sel secara perlahan dimasa awal kehidupan dan mungkin dapat dijelaskan dengan salah satu teori
belajar S-R, jenis belajar ini adalah asosiasionisme langsung demikian juga perkembangan
sekuensi fase dapat dijelaskan dengan terminology asoiasionisme yaitu objek atau kejadian yang
saling berkaitan dalam lingkungan menjadi terkait dilevel neorologis setelah kumpulan sel dan
urutan fase berkembang, proses belajar selanjutnya lebih kognitif dan dapat terjadi lebih
cepat[10].
Jadi, Hebb berpendapat bahwa variable yang mempengaruhi belajar anak-anak yang
mempengaruhi orang dewasa adalah variable yang berbeda-beda, proses belajarnya anak akan
menjadi kerangkan asal untuk proses belajar selanjutnya seperti belajar bahasa bisa terjadi
dengan lambat yang memungkinkan membutuhkan pembentukan jutaan kumpulan sel dan urutan
fase akan tetapi setelah bahasa dikuasai maka individu dapat menatanya dengan secara kreatif
sehingga Hebb berkata bahwa pertama-tama terbentuknya sebuah blok banguan pengetahuan dan
kemudian datanglah wawasan dan kreatifitas yang menjadi salah satu cirri proses belajar orang
dewasa.
Hebb percaya bahwa fungsi petunjuk dari suatu stimulus memberikan efek secara penuh yang
disediakan oleh system penaktifan reticular. Ketika level kewasapadaan ini terlalu rendah
informasi sensoris yang ditransmisikan keotak tidak dapat digunakan demikian pula jika level
kewaspadaan terlalu tinggi maka akan terlalu banyak informasi yang dikirim kekorteks dan
akibatnya adalah kebingungan, respon yang berkonflik dan prilaku yang tidak relevan.
Jadi diperlukan level kewaspadaan yang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah agar
pelaksanaan fungsi dari kortikal itu menjadi optimal dan menghasilkan kinerja yang maksimal.
Teori kewaspadaan dan penguatan dalam Teori Belajar Donald Olding Hebb
Menurut Hebb jika level kewaspadaan ini terlalu tinggi akan menurunkannya dan juga
menguatkannya dan ketika level kewaspadaan terlalu rendah akan menaikkannya dan
menguatkannya[11].
1. Deprivasi Sensoris
Pengalaman sensoris bukan hanya perlu perkembangan neurofisiologis yang tepat, tetapi juga
perlu untuk menjaga fungsi normal. Dengan kata lain setelah kejadian yang konsisten dalam
kehidupan seseorang direpresentasikan secara neurofisiologis dalam bentuk kumpulan sel urutan
fase, mereka mendapat dukungan dari kejadian dilingkungan.
Jika kejadian indrawi yang biasanya terjadi dalam kehidupan seseorang mendadak tidak terjadi
lagi, maka akibatnya adalah munculnya kewaspadaan ekstrem dan menggelisahkan yang
dirasakan sebagai stress, takut atau perasaan disorientasi. Jadi kejadian lingkungan yang
konsisten bukan hanya menimbulkan sirkuit neurologis tertentu akan tetapi kejadian yang sama
juga pasti mengkonfirmasi sirkuit itu.
2. Sifat rasa takut
Hebb menjelaskan mengenai rasa takut ini sebagai banuan terhadap sifat traumatis dari deprifasi
sensoris. Orang dewasa akan memiliki kumpulan-kumpulan sel dan urutan fase yang mungkin
akan diaktifkan oleh stimulasi eksternal, stimulasi internal atau kombinasi keduanya selama
deprifasi sensoris, tidak ada dukungan sensoris bagi aktifitas neurol yang ada sehingga berbagai
macam sirkuit neurol diaktifkan namun tidak diikuti oleh kejadian sensoris yang biasanya
mengiringinya. Dalam keadaan ini tidak mengejutkan jika subjek mengalami disorientasi dan
ketakutan.
Mishkin dan rekannya melakukan bahwa pasien dengan gangguan ini menunjukkan memori
deklaratif yang utuh tetapi terganggu dalam konsolidasi memori procedural yaitu memori untuk
tugas-tugas motor yang komplek seperti meyusun balok teka-teki, atau membolak balik gambar.
Secara spesifik belajar terdiri dari perubahan dalam respon sel menerima terhadap
neorotransmiter yang dilepaskan oleh sel pengirim. Contoh sederhananya adalah kita bisa
membayangkan sebuah sel penerima yang belum belajar yang tidak menghasilkan sendiri potensi
aksinya dalam merespon neorotrasmiter dari sel pengirim. Kita belajar ketika sel penerima mulai
menghasilkan potensi aksi yang reliable dalam merespon aktifitas sel pengirim.
Hebb menunjukkan bahwa aktifitas dari suatu sel dalam kontinuitas dengan sel lainnya mungkin
mengubah hubungan antar mereka namun dia hanya bisa memperkirakan tentang proses yang
terlibat didalamnya.
Teori Belajar Donald Olding Hebb – Jenis belajar kedua menurut Hebb lebih dapat dijelaskan
dengan prinsip Gestalt ketimbang jenis prinsip asosiasionistik. Setelah kumpulan sel dan
sekuensi fase berkembang pada masa kecil maka proses belajar selanjutnya biasanya berupa
penataan ulang yang dengan kata lain setelah blok banguan terbentuk blok itu dapat diatur
kembali menjadi berbagai macam bentuk sehingga tugas guru hanyalah membantu mereka untuk
memahami apa yang sudah mereka pelajari dengan cara yang kreatif. Disamping itu karakteristik
fisik lingkungan belajar juga sangat pentig menurut Hebb.
DAFTAR PUSTAKA
BR. Hergenhahn & Matthew H. Olson, Theories Of Learnning edisi ke tujuh, Jakarta: Kencana,
2010.
Mohammad asrori, Psikologi Pembelajaran, Bandung: CV Wacana Prima, 2018.
Wina sanjaya, Pedagogig- ilmu dan aplikasi pendidikan, ilmu pendidikan teoritis: Bagian II,
Jakarta: Imtima,2017.