NIM : L011181309
ASISTEN : ERMYSUARI
Mengertahui,
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, karena atas berkat dan kasih
penyertaanya sehingga laporan yang berjudul “Analisis Kesesuaian Ekowisata
Snorkeling di Pulau Samalona Kota Makassar”pada Mata Kuliah Ekowisata Laut
dapat terselesaikan.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada asisten yang telah
memberikan arahan dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan laporan
akhir ini. Ucapan terima kasih juga kepada teman-teman kelompok sesama
praktikan yang telah bekerja sama dalam melakukan praktikum serta bantuan dalam
pembuatan laporan lengkap.
Sebagai penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kesalahan-kesalahan
dalam penulisan laporan ini. Untuk itu kritik dan saran kepada penulis sangat di
perlukan demi perbaikan dan penulisan yang lebih baik.
Abraham B. Budimansyah
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................... 2
DAFTAR ISI........................................................................................................................... 3
DAFTAR TABEL..................................................................................................................... 4
DAFTAR GAMBAR................................................................................................................ 5
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................................6
I. PENDAHULUAN............................................................................................................. 7
A. Latar Belakang......................................................................................................... 7
B. Rumusan Masalah...................................................................................................8
C. Tujuan Dan Kegunaan.............................................................................................8
II. TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................9
A. Wisata Snorkeling....................................................................................................9
B. PotensiWisataSnorkeling.........................................................................................9
C. SBE (Scenic Beauty Elimination)...........................................................................10
D. DampakAktivitasWisata..........................................................................................12
III. METODE PENELITIAN.............................................................................................15
A. Waktu Dan Tempat................................................................................................15
B. Alat Dan Bahan......................................................................................................15
C. ProsedurPenelitian.................................................................................................17
IV. HASIL........................................................................................................................ 23
A. Gambaran Umum Lokasi.............................................................................................23
B. Perhitungan Parameter................................................................................................23
C. Hasil Pengukuran IKW.................................................................................................25
D. Scenic Beauty Estimation (SBE)..................................................................................26
E. Pasang Surut............................................................................................................... 26
V. PEMBAHASAN.......................................................................................................... 28
VI. PENUTUP................................................................................................................. 28
A. Kesimpulan............................................................................................................ 28
B. Saran..................................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. 29
LAMPIRAN........................................................................................................................... 31
A. Lampiran Data............................................................................................................. 31
B. Lampiran Dokumentasi................................................................................................34
DAFTAR TABEL
Gambar 2. Ilustrasi dalam pengambilan data dengan metode Transek Foto Bawah
Air (UPT) (COREMAP-CTI, 2014)..............................................................................19
A. Lampiran Data
B. Lampiran Dokumentasi
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bidang kelautan memiliki sumberdayahati dan sumberdaya non hayati seperti sektor
jasa kelautan, perikanan, pertambangan laut, industri maritim, dan perhubungan laut. Sektor
tersebut dapat menjadi salah satu andalan ekowisata Indonesia. Dengan melandaskan pada
aspek eksplorasi, konservasi, dan pengelolaan secara terpadu, Salah satu aspek
pembangunan pada bidang ekowisata diharapkan mampu mewujudkan pengelolaan
ekosistem secara berkelanjutan adalah melalui pengembangan ekowisata (Fandeli, 2000).
Ekowisata mulai mengarah pada pelestarian lingkungan dan ekologis yang sering disebut
dengan ekowisata di era globalisasi ini. Sehingga perlu digali dan dikembangkan guna
menjadikan wisatawan sadar dan peduli akan lingkungan. Ekowisata di suatu daerah
memiliki banyak manfaat, baik dalam segi ekonomi, ekologi, maupun sosial budaya
(Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia, 2002).
Pengembangan industri wisata dijadikan sebagai salah satu strategi yang dipakai oleh
pemerintah bahkan swasta untuk mempromosikan wilayah tertentu sebagai daerah tujuan
wisata guna meningkatkan perekonomian dan kesempatan kerja. Upaya pengembangan
wisata terkait potensi pasar kedepan dimana World Tourism Organization (WTO)
memperkirakan bahwa pada tahun 2020 akan terjadi peningkatan sebesar 1.561,1 juta
orang dengan pertumbuhan tertinggi di Asia-Pasifik sebesar 6,5% (Budhyana, 2008).
Wilayah pesisir dan laut yang dapat dikembangkan menjadi kawasan wisata berupa
pemandangan pantai yang indah dan keaslian lingkungan seperti kehidupan di bawah air.
Pengembangan pantai sebagai tempat ekowisata merupakan jasa lingkungan dari alokasi
sumberdaya yang cenderung akan memberikan manfaat pada kepuasan batin seseorang
dikarenakan mengandung nilai estetika tertentu (Ali, 2004). Berdasarkan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi sehingga memudahkan wisatawan menentukan destinasi
wisatanya dengan model pengembangan ekowisata alam yang bertanggung jawab di
daerah yang di tujuanya. Selain untuk menikmati keindahan alam juga melibatkan unsur
pendidikan dan dukungan terhadap usaha konservasi serta secara terbuka maupun yang
belum dikenal secara terbuka. Kegiatan ekowisata diharapkan berdampak positif terhadap
kelestarian lingkungan dan meningkatkan perekonomian masyarakat lokal.
Terumbu karang memiliki peran penting baik dari aspek ekologi dan ekonomi.Terumbu
karang memiliki peren sebagai tempat biotalaut mencari makan serta tempat
tinggal.Supriharyono (2000) menyatakan Terumbu karang memiliki produktivitas yang tinggi,
hal ini memungkinkan terumbu karang dapat menjadi tempat pemijahan, pengasuhan, dan
mencari makan kebanyakan biota laut.Riyantini (2008) menyatakan Terumbu karang adalah
bentang alam yang melindungi pelabuhan dan pantai dari hantaman ombak.Suharsono
(2010) menyatakan bahwa Terumbu karang juga dapat berfungsi sebagai daerah rekreasi
Pantai dan wisata bahari.
Pulau Samalona merupakan sebuah destinasi pulau potensial untuk dijadikan objek
wisata karena mengingat letak geografisnya berada tidak jauh dari pusat Kota Makassar
(6,8 km) sehingga memudahkan wisatawan untuk berkunjung ke destinasi tersebut, dilihat
juga keindahan alam yang begitu besar maka untuk pemanfaatan dan pengelolaan potensi
Ekowisata yang ada di pantai Samalona perlu dilakukan praktiklapang terkait Analisis
Kesesuaian Ekowisata Snorkeling di Pulau Samalona, Kota Makassar.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada praktikum ini yaitu :
1. Bagaimana menganalisis objek wisata di Pulau Samalona.
2. Bagaimana mengamati objek wisata pantai dengan mengukur parameter kesesuaian
wisata pantai di Pulau Samalona.
3. Bagaimana mengidentifikasi penilaian objek daya tarik wisata menggunakan metode
SBE.
A. Wisata Snorkeling
Terumbu karang memiliki peran penting baik dari aspek ekologi dan ekonomi.Terumbu
karang memiliki peren sebagai tempat biota laut mencari makan serta tempat tinggal.
Supriharyono (2000) menyatakan Terumbu karang memiliki produktivitas yang tinggi, hal ini
memungkinkan terumbu karang dapat menjadi tempat pemijahan, pengasuhan, dan mencari
makan kebanyakan biota laut.Riyantini (2008) menyatakan Terumbu karang adalah bentang
alam yang melindungi pelabuhan dan pantai dari hantaman ombak.Suharsono (2010)
menyatakan bahwa Terumbu karang juga dapat berfungsi sebagai daerah rekreasi Pantai
dan wisata bahari.
Wisata bahari merupakan wisata lingkungan (eco-tourism) yang berlandaskan daya
tarik bahari di lokasi atau kawasan yang didominasi perairan dan kelautan (Yulius et al,.
2014).Kegiatan wisata bahari yang secara langsung menggunakan terumbu karang sebagai
objeknya adalah menyelam, snorkelling dan berenang (Sulistiyowati 2017). Salah satu
kegiatan pariwisata yang menjadi daya tarik wisatawan selain selam adalah kegiatan
snorkeling. Aktivitas snorkeling umumnya dilakukan diatas permukaan yang ingin melihat
dan penasaran dengan keindahan terumbu karangnya (Ariadno et al 2003).
Aktivitas wisata snorkeling merupakan suatu bentuk pemanfaatan sumber daya alam
yang mengandalkan jasa alam untuk kepuasan (Yulianda, et al 2010). Dalam wisata
snorkeling pemberi jasa utama adalah ekosistem terumbu karang dengan segala
keindahannya, keasliannya dan keberagamannya. Wisata snorkeling mempunyai efek
seperti pedang bermata dua. Penghasilan dari akomodasi wisata snorkeling merupakan nilai
ekonomis yang dapat diperoleh masyarakat (Reid,et al , 2011), tetapi aktivitas wisata itu
sendiri memberikan tekanan pada ekosistem terumbu karang (Streekstra, 2015).
Keberadaan sektor wisata pantai dan snorkeling memberikan kontribusi sebesar 70,12%
terhadap pendapatan masyarakat di pulau pulau destinasi Indonesia.
Scenic Beauty Estimation atau SBE merupakan uji statistik yang dipergunakan untuk
menilai (assess) dan menganalisis kualitas keindahan pemandangan (view) pada suatu
bentang alam/lansekap. Uji ini dilakukan dengan memberikan kuesioner yang berisi
dokumentasi (biasanya melalui media fotografi) keindahan pemandangan pada suatu
lansekap, yang kemudian dipresentasikan kepada responden dan dinilai secara numerik.
Hasil uji akan memberikan suatu gambaran kualitas keindahan (tinggi, sedang, dan rendah)
pemandangan lansekap. Studi ini dilakukan di Kebun Raya Bogor untuk menilai dan
menganalisis kualitas keindahan konfigurasi tegakan-tegakan vegetasi di dalamnya dengan
menggunakan metode Scenic Beauty Estimation (SBE). Hasil studi menunjukkan nilai SBE
tertinggi yaitu 107 pada pemandangan lansekap 20, yaitu pemandangan yang berkesan
membentuk ruang yang nyaman dan teduh, serta berkesan mengarahkan para pengunjung
untuk melewatinya. Nilai SBE terendah yaitu -15 pada pemandangan lansekap 7, dengan
karakteristik pemandangan yang menunjukkan pola penanaman pohon yang rapat dan
padatnya daun menyebabkan kesan lembab dan gelap. Oleh karena itu, perlu dilakukan
penanganan pengelolaan yang lebih baik, terutama pada area-area yang memiliki nilai SBE
rendah sehingga konsep kebun raya sebagai area konservasi, pendidikan, dan penelitian
tetap seimbang dengan preferensi dan kepuasan pengunjung di dalamnya. (Hidayat, 2009)
Menurut Daniel dan Boster (1976) dalam Firdha (2013) memperkenalkan penilaian
dan evaluasi untuk kualitas estetika dilakukan dengan menerapkan metode Scenic Beauty
Estimation (SBE).Penerapanmetode SBE terdiri dari tiga langkah utama, yaitu: (1)
pengambilan foto lanskap, (2) presentasi slide foto, dan (3) analisis data.
Penilaian yang dilakukan oleh responden kemudian akan diubah menjadi sebuah
nilai dengan menggunakan formulasi sebagai berikut (Firdha. 2013) :
Zij=(Rij-Ȓ)/2
Keterangan:
Zij= Standar penilaian untuk nilai respon ke i oleh responden j
Ȓ = Nilai rata-rata dari semua nilai oleh responden j
Rij = Nilai i dari responden j
Sj = Standar deviasi dari seluruh nilai oleh responden j
Kemudian dilakukan tahapan analisis terhadap data yang diperoleh dari tahap
presentasi slide. Analisa data ditujukan untuk mendapatkan nilai SBE yaitu indeks kuantitas
pendugaan keindahan suatu lanskap. Tiap peringkat nilai akan dihitung frekuensi kumulatif,
peluang kumulatif, nilai Z, dan nilai Z rata-rata. Kemudian ditentukan satu nilai Z dari foto
lanskap tertentu sebagai standar (nilai Z yang paling mendekati nol). Nilai SBE
diformulasikan sebagai berikut (Daniel danBoster. 1976, dalamFirdha. 2013) :
SBEx = (ZLx – ZLs) x 100
Keterangan:
SBEx = Nilai SE lanskap ke x
ZLx= Nilai rata-rata Z lanskap ke x
ZLs= Nilai rata-rata Z lanskap standar
Menurut Daniel dan Boster (1976) dalam Firdha (2013) berdasarkan nilai SBE yang
diperoleh, setiap objek dikelompokkan menjadi kualitas estetika rendah, kualitas estetika
sedang, dan kualitas estetika tinggi yaitu kualitas estetika rendah memiliki nilai SBE < -20,
kualitas estetika sedang apabila memiliki nilai SBE antara -20 sampai 20, dank ualitas
estetika tinggi apabila nilai SBE >20.
Menurut John M. Bryden (1973) dalam Abdurrachmat dan E. Maryani (1998:79) yang
menyebutkan suatu penyelenggaraan kegiatan pariwisata dan obyek wisata dapat
memberikan setidaknya ada 5 butir dampak positif, adapun dampak positif tersebut yaitu:
a. Penyumbang devisanegara
b. Menyebarkanpembangunan
c. Menciptakan lapangankerja
d. Memacu pertumbuhan ekonomi melalui dampak penggandaan (multipliereffect)
e. Wawasan masyarakat tentang bangsa-bangsa di dunia semakinluas
f. Mendorong semakin meningkatnya pendidikan dan ketrampilanpenduduk
b. DampakNegatif
Dampak negatif terhadap lingkungan alam yang mencakup gejala alam yang ada
disekitarnya.
Dampak negatif terhadap lingkungan binaan yang mencakup perkotaan, sarana dan
prasarana, ruang terbuka, dan unsur bentangkota.
Dampak negatif terhadap lingkungan budaya yang mencakup nilai-nilai, kepercayaan,
perilaku, kebiasaan, moral, seni, hukum, dan sejarahmasyarakat.
II. METODE PENELITIAN
Praktik lapangan ekowisata laut dilaksanakan pada hari minggu, tanggal 24 Oktober
2021, bertempat di Pulau Samalona, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
C. Prosedur Penelitian
Tahap Persiapan
Survey Lapangan
Selesai
D. Metode yang digunakan
Dalam menilai analisis kesesuaian wisata snorkelling pulau samalona sebagai
kawasan wisata bahari (selam dan snokeling) dibutuhkan data potensi ekosistem terumbu
karang dan kualitas perairan yang mendukungnya. Data potensi ekosistem terumbu karang
yang dikumpulkan berupa data foto life form komunitas karang, keragaman life form
komunitas karang, dan keragaman jenis ikan karang.
Pengumpulan data komunitas karang dilakukan dengan menggunakanAlatdasarselam
(ADS). Dalammelakukanidentifikasikomunitaskarangdigunakanmetodeunderwater photo
transect (UPT)dengan menggunakan bahan dan peralatan berupa tali untuk garis transek
sepanjang 50 m. Keragaman jenis ikan karang diamati dengan metode underwater visual
census (UVC).
Mengacu pada COREMAP-CTI (2014) tentang panduan monitoring kesehatan
terumbu karang. Penelitian ini menggunakan metode UPT (Underwater Photo Transect).
Pengambilan data dengan menggunakan metode Transek Foto Bawah Air (UPT) dilakukan
dengan melakukan pemotretan bawah air menggunakan kamera digital bawah air atau
kamera digital biasa yang dilengkapi dengan pelindung (casing) untuk pemakaian bawah air
sehingga tahan terhadap rembesan air laut. Penyelam yang bertugas menarik garis transek
dengan menggunakan roll meter (pita berskala) sepanjang 50 m pada kedalaman 3 mdan
sejajar garis pantai. Pemotretan dilakukan di setiap rentang jarak 1 m. Setelah itu mulai
dilakukan pengambilan data dengan melakukan pemotretan bawah air, dimana sudut
pengambilan foto tegak lurus terhadap dasar substrat. Luas area minimal bidang pemotretan
adalah 2552 cm2 atau (58 cm × 44 cm).Pemotretan dilakukan pada jarak 60 cm dari dasar
substrat. Penggunaan kamera lain tetap dimungkinkan asalkan luas bidang pemotretannya
minimal 2552 cm2 .Pemotretan dimulai dari meter ke 1 pada bagian sebelah kiri garis
transek (bagian yang lebih dekat dengan daratan) sebagai ”Frame 1”dilanjutkan dengan
pengambilan foto pada meter ke-2 pada bagian sebelah kanan garis transek (bagian yang
lebih jauh dengan daratan) sebagai ”Frame 2”dan seterusnya sehingga untuk panjang
transek 50 m diperoleh 50 buah frame (”Frame 1” sampai dengan ”Frame 50”). Jadi untuk
frame dengan nomor ganjil (1, 3, 5,...,49) diambil pada bagian sebelah kiri garis
transeksedangkan untuk frame dengan nomor genap (2, 4, 6,...,50) diambil pada bagian
sebelah kanan garis transekIlustrasi dalam pengambilan data dengan metode Transek Foto
Bawah Air dapat dilihat pada Gambar 2. Kotak-kotak yang bernomor pada gambar 11 itu
menunjukkan nomor framenya, sekaligus menunjukkan pada meter keberapa foto tersebut
diambil pada garis transek. Untuk karang keras yang berukuran kecil atau tempatnya agak
tersembunyi sehingga diduga akan sulit untuk diidentifikasi dari foto, dapat dilakukan
pemotretan kembali dengan jarak yang lebih dekat sebagai foto bantu untuk
mengidentifikasi nama jenisnya.. Jadi, pengambilan sampel di lapangan dengan
menggunakan metode UPT, datanya hanyalah berupa foto-foto hasil pemotretan bawah air.
Selanjutnya fotofoto tersebut masih perlu dianalisis di darat (ruang kerja) dengan
menggunakan komputer untuk mendapatkan data-data yang kuantitatif
E. Analisis Data
KecerahanPeraira 80 -
1 0.100 100 3 2 20 – <50 1 >20 0
n (%) <100
TutupanKomunita
2 0.375 >75 3 >50 – 75 2 25 - 50 1 >25 0
sKarang
3 JenisLifeform 0.145 >12 3 <7 – 12 2 4-7 1 >4 0
KecepatanArus
5 0.070 0 – 15 3 >15 – 30 2 >30 - 50 1 >50 0
(cm/det)
KedalamanTerum
6 0.100 1–3 3 >3 – 6 2 >6 - 10 1 >10 - <1 0
buKarang (m)
LebarHamparanD >100 -
7 0.070 >500 3 2 20 - 100 1 >20 0
atarKarang (m) 500
n
IKW = ∑ (Bi x Si)
i−1
Keterangan:
IKW : Indeks kesesuaian wilayah
Bi : Bobot parameter ke-i
Si : Skor parameter ke-i
n : Banyaknya parameter kesesuaian
Hasil nilai dari perhitungan indeks kesesuaian wisata ini diklasifikasikan beberapa
kategori berdasarkan Yulianda (2019), sebagai berikut:
s
V=
t
Keterangan
V = Kecepatan(meter/s)
s =PanjangTali(meter)
t =waktuyangdibutuhkantalisampaiterbentang(detik)
Kecerahan Perairan
Pengukuran kecerahan dilakukan dengan menggunakan secchi disk yang diikat dengan
tali kemudian ditenggelamkan kedalam perairan secara perlahan sampai batas visual secchi
disk tidak dapat terlihat.
KecerahanTerukur (m)
Kecerahan % = x 100
Kedalaman(m)
Data berupa foto diidentifikasi dan dihitung tutupan karang menggunakan program
CPCe berdasarkan COREMAP-CTI (2014). Penentuan Persentase penutupan karang mati,
karang hidup dan jenis lifeform lainnya dihitung dengan rumus (English dkk., 1997) :
a
C= X 100 %
A
Keterangan :
C = Peresentase penutupan lifeform i
a = Panjang transek lifeform i
A = panjang total transek
Terumbu karang
Secara umum, baik buruknya kondisi terumbu karang ditentukan oleh tinggi
rendahnya nilai persentase tutupan karang hidupnya.
III. HASIL
Dengan luas pulau sekitar 2.34 hektare. kuran pulau ini terbilang kecil tetapi ada
gugusan terumbu karang yang indah di sekitarnya yang memanjakan mata. Pulau Samalona
juga memiliki pantai dengan pasir yang putih dan juga air laut yang biru yang begitu jernih.
Ada banyak pohon kelapa yang memberi suasana nyaman untuk wisatawan. Pulau yang
terkenal dengan keindahan bawah lautnya juga memiliki ikan laut yang berwarna-warni.
B. Perhitungan Parameter
1 30%
1 2 23%
3 32%
Untuk tutupan Komunitas Karang, didapatkan hasil persentase pada ulangan 1 yaitu
30%, ulangan 2 yaitu 23% dan ulangan 3 yaitu 32%.
Jenis Lifeform
1 1 5 Branching, Massive,
2 5 Submassive, Encrusting
3 5 dan Foliose
1 15%
Ikan badut ikan, Ikan tang
1 2 12% birupasifik, ikan lain dan
ikan ekor kuning
3 18%
Pada ketiga ulangan terdapat beberapa jenis ikan karang yaitu Ikan badut ikan,
Ikan tang biru pasifik, ikan lain dan ikan ekor kuning. Setiap ulangan memiliki presentase
jenis ikan karang yaitu; pada ulangan 1 yaitu 15%, pada ulangan 2 yaitu 12% dan pada
ulangan 3 yaitu 18%.
Kecerahan Perairan(%)
1 100%
1 2 100% 100%
3 100%
Pada hasil yang didapatkan di lapangan kecerahan pada ketiga ulangan yaitu
sebesar 100% dan mendapatkan hasil rata-rata sebesar 100%.
1 2 3,2
3 3,5
Pada paramater kedalaman terumbu karang, hasil yang didapatkan pada ulangan 1
yaitu 2,45 meter, pada ulangan 2 yaitu 3,2 meter dan pada ulangan 3 yaitu 3,5 meter.
Kecepatan Arus
1 0,02
1 2 0,02 0,07
3 0,04
Pada hasil yang didapatkan di lapangan, pada ulangan 1 yaitu 0,02 m/s, pada
ulangan 2 yaitu 0,02 m/s dan pada ulangan 3 yaitu 0,04 m/s. Dengan rata-rata yaitu 0,07
m/s.
Lebar Hamparan Datar Terumbu
1 88
1 2 95
3 105
Pada hasil yang didapatkan di lapangan, lebar hamparan terumbu karang pada
ulangan 1 sebesar 88 m, pada ulangan 2 sebesar 95 m dan pada ulangan 3 sebesar 105
m.
Tabel 11. Hasil Analisis Indeks Kesesuian Wisata Snorkeling Pulau Samalona
LebarHam
paranData
7 0,070 1 1 2 0,070 0,070 0,210
rTerumbu
(m)
Diagram SBE
70
60
50
Rating Nilai SBE
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5
Foto
E. Pasang Surut
Adapun hasil perhitungan pasang surut disajikan dalam diagram dibawah ini:
0.2
0.1
Pasang Surut
Pasang Surut
0 MSL
1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37
-0.1
-0.2
-0.3
-0.4
A. Perhitungan Parameter
Pasang surut adalah fluktuasi muka air laut karena adanya gaya tarik benda-benda di
langit, terutama matahari dan bulan terhadap masa air laut di bumi. Meskipun masa bulan
jauh lebih kecil dari masa matahari, tetapi karena jaraknya terhadap bumi lebih dekat, maka
pengaruhnya gaya tarik bulan terhadap bumi lebih besar daripada pengaruh gaya tarik
matahari. Gaya tarik bulan mempengaruhi 2,2 kali lebih besar daripada gaya tarik matahari
(Triatmodjo, 2008).
Berdasarkan pengamatan dilapangan, pasang tertinggi terjadi pada pukul 16.00 WITA
dan surut terendah terjadi pada pukul 09.00 WITA. Berdasarkan hasil pengolahan data tipe
pasang surut di Pulau Samalona adalah semi diurnal harian ganda karena terdapat dua kali
pasang dan dua kali surut dengan tinggi yang berbeda. Pasang surut dapat mengakibatkan
tekanan air yang besar dan ketinggian air tidak menentu, sehingga hal tersebut membuat
sulit untuk ber-snorkeling.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Stasiun pengambilan data yang terletak di sisi selatan pulau dengan melihat hasil
Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) pada Pulau Samalona pada ulangan 1 yaitu 1,540, pada
ulangan 2 yaitu 1,065 dan pada ulangan 3 yaitu 1,580. maka sesuai dengan standar IKW
stasiun tersebut masuk ke dalam kategori tidak sesuai. Hal ini menandakan bahwa lokasi
pengamatan titik di bagian selatan Pulau Samalona, tidak dapat dijadikan tempat wisata
snorkeling berdasarkan Indeks Kesesuain Wisata dan identifikasi objek daya tarik wisata
berdasarkan preferensi visual.
B. Saran
Ali Muhammad. 2004. Belajar Adalah Suatu Perubahan Perilaku, Akibat Interaksi Dengan
Lingkungannya. Tersedia: http://www.sarjanaku.com /2011/03/ pengertian-definisi-
hasil-belajar.html
Alhamdi, Abdulraheem. 2007. Explicit and Implicit Motivation Towards Outbond Tourism: A
Study of Saudi Torists. United Kingdom: University Glasgow.Thesis Non Publish
Ariadno B., Sitepu BI., Kartaharja S., dan Sutjiadi RH. 2003. Buku Petunjuk 1 Star Scuba
Diver CMAS- Indonesia : Dewan Instruktur Selam Indonesia. Jakarta.
Budhyana, I. 2008. Kebijakan Disbudpar dalam Mengembangkan Kawasan Wisata di Jawa
Barat. Makalah pada Seminar Pembangunan Kepariwisataan di Jawa Barat.,
Bandung: UPI
Cesar, H, Burke, L and Pet-Soede, L. (2003) The economics of worldwide coral reef
degradation. Cesar Environmental Economics Consulting: Arnhem (Netherlands), 23
pp
Fandeli, C. dkk. 2000. Pengusahaan Ekowisata. Yogyakarta: Fakultas Kehutanan
Universitas Gadjah Mada.
Faulkner, B. 1996. Perkembangan Pariwisata di Indonesia: Perspektif Gambaran Besar.
Didalam Myra P. Gunan, editan. Perencanaan Pariwisata. Prosiding Pelatihan dan
Lokakarya. Penerbit : ITB Bandung.
Hidayat, A.(2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, Jakarta: Salemba raya,
John M. Bryden. (1973). Tourism and Development. London: Cambridge University Press.
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia. 2002. Ekowisata Prinsip dan
Kriteria . Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia dan Indecon.
Jakarta
Reid, C., Marsal, J., Logan, D., & Kleine, D. (2011). Terumbu Karang dan Perubahan Iklim.
Panduan Pendidikan dan Pembangunan Kesadartahuan.
Riyantini I. 2008. Pelestarian Ekosistem Terumbu Karang Sebagai Upaya Konservasi.
Makalah disajikan pada Ceramah Ilmiah "Padjadjaran Diving Club" – FPIK. Bandung,
25 November 2008.
Supriharyono, 2000. Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang. Djambatan. Jakarta.Hlm 12-
28
Suharsono. 2010. Jenis-Jenis Karang Di Perairan Indonesia. Pusat Penelitian Oseanografi
LIPI. Coremap Program. Jakarta. 1-372 hlm.
Supriharyono, 2000. Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang. Djambatan. Jakarta.Hlm 12-
28
Sulistiyowati AT. 2017. Arahan Pengembangan Kawasan Pantai Pangempang Di
Kecamatan Muara Badak Kabupaten Kutai Kartanegara [skripsi]. Makassar: Jurusan
Teknik Perencanaan Wilayah Dan Kota. Fakultas Sains Dan Teknologi Uin Alauddin.
Makassar
Yulius., Hadiwijaya, L., Salim, M., Ramdhan, T., Arifin dan D. Purbani, 2014. Penentuan
Kawasan Wisata Bahari di Pulau Wangi-Wangi Dengan Sistem Informasi
Geografis.Peneliti pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan
Pesisir, Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan-KKP. Jakarta.
Yulianda, Fredinan. 2007. Ekowisata Bahari Sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya
Pesisir Berbasis Konservasi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
LAMPIRAN
A. Lampiran Data
Tabel 12. Data Mentah
Data
No Parameter
Ulangan I Ulangan II Ulangan III
Tutupan Komunitas
1 30 23 32
Karang
2 Jenis Lifeform 5 5 5
Kedalaman Terumbu
5 3,2 3,2 3,5
Karang (m)
Foto 1
Rating F CF P CP Z
3
1 0 9 0 1 4,18
3
2 0 9 0 1 4,18
3
3 2 9 0,051282 1 4,18
3
4 1 7 0,025641 0,948717 4,18
3
5 4 6 0,10 0,923076 4,18
3
6 2 2 0,05 0,8 4,18
3
7 6 0 0,15 0,8 1,29
1 2
8 6 4 0,41 0,6 0,85
9 7 8 0,18 0,2 0,26
10 1 1 0,03 0,0 -0,84
3
9 1 Jumlah 26,64
Rata-Rata 2,664
SBE 31,5
Foto 2
Rating F CF P CP Z
3
1 0 9 0 1 4,18
3
2 0 9 0 1 4,18
3
3 0 9 0 1 4,18
3
4 0 9 0 1 4,18
3
5 2 9 0,0512821 1 4,18
3
6 2 7 0,0512821 0,9 4,18
3
7 5 5 0,1282051 0,9 4,18
1 3
8 6 0 0,4102564 0,8 0,85
9 1 1 0,3333333 0,4 0,26
3 4
10 1 1 0,025641 0,0 -0,25
3
9 1 Jumlah 30,12
Rata-Rata 3,012
SBE 66,3
Foto 3
Rating F CF P CP Z
3
1 0 9 0 1 4,18
3
2 0 9 0 1 4,18
3
3 0 9 0 1 4,18
3
4 0 9 0 1 4,18
3
5 2 9 0,051282 1 4,18
3
6 1 7 0,025641 0,9 4,18
3
7 3 6 0,076923 0,9 1,29
1 3
8 3 3 0,333333 0,8 1,29
1 2
9 6 0 0,410256 0,5 0,53
10 4 4 0,102564 0,1 -0,25
3
9 1 Jumlah 27,94
Rata-Rata 2,794
SBE 44,5
Gambar 7. Foto Lanskap 3
Foto 4
Rating F CF P CP Z
3
1 0 9 0 1 4,18
3
2 0 9 0 1 4,18
3
3 0 9 0 1 4,18
3
4 0 9 0 1 4,18
3
5 2 9 0,051282051 1 4,18
3
6 3 7 0,076923077 0,9 1,29
3
7 9 4 0,230769231 0,9 1,29
1 2
8 4 5 0,358974359 0,6 0,85
1 1
9 0 1 0,256410256 0,3 0,26
10 1 1 0,025641026 0,0 -0,52
3
9 1 Jumlah 24,07
Rata-Rata 2,407
SBE 5,8
Gambar 8. Foto Lanskap 4
Foto 5
Rating F CF P CP Z
3
1 0 9 0 1 4,18
3
2 0 9 0 1 4,18
3
3 0 9 0 1 4,18
3
4 0 9 0 1 4,18
3
5 0 9 0 1 4,18
3
6 2 9 0,0512821 1,0 1,29
3
7 4 7 0,1025641 0,9 1,29
3
8 5 3 0,1282051 0,8 0,85
2 2
9 1 8 0,5384615 0,7 0
10 7 7 0,1794872 0,2 -0,84
3
9 1 Jumlah 23,49
Rata-Rata 2,349
SBE 0
Gambar 9. Foto Lanskap 5
Pasang
MSL
Waktu Surut
09,00 -0.311 0
10,00 -0.2 0
11,00 -0.076 0
12,00 0.042 0
13,00 0.139 0
14,00 0.205 0
15,00 0.239 0
16,00 0.246 0
17,00 0.233 0
18,00 0.213 0
19,00 0.192 0
20,00 0.175 0
21,00 0.163 0
22,00 0.15 0
23,00 0.13 0
00,00 0.097 0
01,00 0.048 0
02,00 -0.016 0
03,00 -0.089 0
04,00 -0.162 0
05,00 -0.223 0
06,00 -0.264 0
07,00 -0.277 0
08,00 -0.261 0
09,00 -0.219 0
10,00 -0.158 0
11,00 -0.088 0
12,00 -0.018 0
13,00 0.044 0
14,00 0.093 0
15,00 0.128 0
16,00 0.148 0
17,00 0.156 0
18,00 0.156 0
19,00 0.15 0
20,00 0.138 0
21,00 0.12 0
22,00 0.096 0
23,00 0.066 0
MAX 0.246
MIN -0.311
MSL 0
B. Lampiran Dokumentasi