BAB 1
PENDAHULUAN
dengan gagasan, bahwa rakyat merupakan fakta yang menentukan dalam proses
politik. Dalam hal ini, partai politik berperan sebagai penghubung antara rakyat di
satu pihak dan pemerintah di lain pihak, namun dalam perkembangan selanjutnya
partai politik dianggap sebagai manifestasi dari suatu system politik yang
keberadaan atau “eksistensi”1 dan “hegemoni” dalam hal ini, eksistensi dan
1
Istilah “Eksistensi” dalam bahasa Inggris disebut existensi; dari bahasa Latin existensi (muncul,
ada, timbul, memiliki keberadaan aktual), dari ex (keluar) dan sistere (tampil muncul). sedangkan
dalam defenisi indonesianya adalah segala sesuatu (apa saja) yang alami. Menekankan bahwa
sesuatu itu ada. Berbeda dengan esensi, yang menekankan apaan sesuatu (apa sebenarnya sesuatu
itu sesuai dengan kordrat inherennya. Kemudian beberapa filsuf berpandangan diantaranya; Plato,
bahwa forma atau esensi, pada dirinya, lebih real daripada kalau berpartisipasi dalam materi.
Dengan mengasimilasikan eksistensi kepada esensi, amter berasosiasi dengan bukan-ada.
Aristoteles, mengunakan perbedaan dualis (rangkap dua) ia mengasosiasikan eksistensi dengan
materi yang berforma, yaitu substansi, seraya mengasosiasikan esensi denga forma dan dengan
unsur-unsur sebuah definisi yang benar. Thomas Aguines, menganut komposisi rangkap esensi dan
eksistensi. Dalam komposisi pertama materi yang berforma diidentikan dengan esensi suatu hal.
Dalam komposisi yang kedua, eksistensi sebagai suatu karunia tambahan menerjemahkan esensi
kedalam aktualitas. Duns Scotus, mengunakan paham bacceitas (kekinian) sebagai prinsip
individuasi. Dia megarah kepada eksistensialisasi eksistensi. Artinya, esensi suatu adalah
eksistensinya. Alasannya, suatu hal bereksistensi berkat bacceitas-nya (kekinianya). Hegel
mereduksi (mengembalikan) eksistensi kepada esensi. Hegel penganut esensialisme yang paling
lengkap. Keirkegard, menentang esensialisme hegel. Ia dipandang sebagai penganut pertama
eksistensialisme. Jika eksistensi dipandang terpisah sama sekali dari esensi, ia menjadi tak
terpahami dan dalam arti tertentu irasional. Inilah sepak terjang kierkegaard. Malah kemungkinan
suatu ontologis eksistensi dibuang. Hal-hal individu – dan bukan eksistensi- diakui atau dikenal.
Dan keputusan eksistensi mengantikan spekulasi. Lihat, Lorens Bagus, Kamus Filsafat, Jakarta,
PT Gramedia Pustaka Utama, 2005, hal: 183-185.
Sedangkan Rene Deskartes pada tahun (1596-1650), Dia mempertanyakan keberadaanya yaitu
“Cogito Ergo Sum” artinya “Aku berpikir Maka Aku Ada”. Lihat, Bertrand Russell, Sejarah
Filsafat Barat; Kaitannya Dengan Kondisi Sosio-Politik Zaman Kuno Hingga Sekarang,
Yogyakarta, Pustaka Pelajar, hal: 740.
Lain hal dengan filsafat Immanuel Kant (1724-1804) bahwa eksistensi adalah keberadaan atau
“Existence”, dia meneyebutkan secara ontologis bahwa Tuhan sebagai Zdat yang paling nyata,
yakni subjek dari semua predikat bersifat mutlak, bukti kosmologi menyatakan bahwa jika segala
sesuatu itu ada, maka realitas mutlak tentu juga ada; sekarang saya tahu bahwa saya ada karena
bersifat elitis dan aristokrasi, dimana lembaga politik tersebut tentu hanya
kemudian peranan tersebut meluas di semua lapisan masyarakat. Hal ini antara
lain di sebabkan oleh perlunya dukungan yang menyebar dan merata dari semua
Negara yang baru merdeka, yakni wilayah Asia dan Afrika. Tentu menjadikan
partai politik sebagai sebuah lembaga politik yang penting di dalam Negara,
sehingga dapat dilihat partai politik di negara-negara jajahan, dimana partai politik
dalam Negara tersebut sering berperan sebagai pemersatu aspirasi rakyat dan
ini terjadi di Indonesia (waktu itu masih Hindia-Belanda) serta India, dan dalam
realitas mutlak juga ada dan ini menurut Kant disebut ens realissimun. Lihat, Ibid., hal: 924-926.
Kemudin Filsafat Hermeneutik Martin Heidegger pada tahun (1889-1976). Dia merunjuk pada
fenomenologi eksistensial ialah modalitas pengalaman mengenai kesadaran sekaligus merupakan
cara-cara keberadaan seseorang di dunia. Lihat, Maulidin, Sketsa Hermeneutika, dalam Jurnal
Gerbang Menafsirkan Hermeneutika, No 14, volume V, 2003, hal: 21-22.
Dan dalam pandangan lain Heidegger menjelaskan bahwa makna “ada”, dimana “ada” tentang
makna hidup dari eksistensi manusia yang mencakup semua realitas (ekonomi, antropologi, fisika,
ekonomi, psikologi, manusia, hewan dll). Lihat, Akhyar Yusuf Lubis, Filsafat Ilmu dan
Metodologi Posmodernis, Bogor, Akademia, hal: 213-214.
2
Melihat ketiga lembaga Negara tersebut dapat menjadi sebuah institusi yang lahir untuk
mengatur tata kelolah Negara. Lihat, Montesquieu, The Spirit Of Law, (Terj, M.Khoirul Anam)
Bandung, Nusamedia, 2007, hal: 186-187.
Sementara di Indonesia Eksekutif ialah lembaga kepresidenan, Legislatif ialah lembaga perwakilan
rakyat (DPR/MPR) dan Yudikatf ialah lembaga kustitusi Negara yakni Mahkama Agung (MA)
Dalam negara yang demokratis, partai politik memiliki arti yang sangat
penting dalam proses perpolitikan, Menurut Macridis (1988), bahwa tidak ada
system politik yang berjalan tanpa partai politik, kecuali negara yang menganut
sistem perpolitikan otoriter atau tradisional, dimana raja atau penguasa yang
Sedangkan Tandjung (2007), fungsi utama partai politik adalah bersaing untuk
pemimpin yang akan duduk dalam pemerintahan.4 Hal tersebut menuntut system
demokrasi yang harus menjadi system politik dalam Negara di Indonesia, karena
partai politik menjadi alat atau fungsi utama oleh rakyat untuk menentukan
politik dapat di golongkan dalam beberapa periode, dengan setiap kurun waktu
yang mempunyai ciri dan tujuan masing-masing yaitu masa penjajahan Belanda,
berada pada posisi yang sangat fital. Sehingga partai politik selalu menjadi alat
dan Mahkama Konstitusi (MK). Sedangkan terkait dengan partai politik di Indonesia, Lihat,
Sejarah Terbentuknya Partai Politik Di Dunia. Diakses pada tanggal 8 juni 2011 dari
www.wartawarga.com. pukul 13.00.
3
Roy C. Macridis, Pengantar Sejarah, Fungsi Dan Tipologi Partai-Partai. Dalam Ichlasul Amal
(ed), Teori-Teori Mutakhir Partai Politik, Yokyakarta, Tiara Wacana, 1998, hal:18.
4
Akbar Tandjung, The Golkar Way; Survival Partai Golkar Di Tengah Turbulensi Politik Era
Transisi, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2007, hal: 1.
5
Roger Simon, Gagasan-Gagasan Politik Gramsci, Yogyakarta, Pustaka Pelajar & Insist, 2004,
hal: 19-20
berakhirnya suatu partai dapat disebabkan oleh perubahan desain system politik
yang dianut ‘penguasa’.6 Maka secara tidak langsung eksistensi partai politik di
Indonesia juga sangat berpengalam soal gonta-ganti merek partai politik atau
bendera partai politik serta strategi partai politik dalam rangka menyesuiakan
kondisi politik yang berlaku dalam setiap etape perubahan system politik.
Dinamika partai politik di Indonesia juga sangat baik untuk dijadikan kajian
ilmiah, karena partai politik sudah menjadi alat politik untuk menuju kekuasaan,
namun telah terbukti bahwa partai politik juga punya sejarah yang pahit maupun
sejarah yang manis dalam merebut kekuasaan atau hegemoni partai di dalam
partai politik juga sangat disayangkan, tetapi sebagian yang lain sangat patut
partai, platform dan ideologinya, sebagian juga ada yang sudah “bubar” dan
“mati”, sebagian ada yang tinggal menjadikan sebagai ormas politik, dan
sebagiannya lagi ada yang menggantikan nama partainya tetapi ideologinya tetap
di pakai dan masih banyak lagi partai yang penuh dengan warna-warninya.
kekuasaan.7 Dalam pandangan Dahl tersebut partai politik menjadi salah satu
6
Firmanzah, Mengelolah Partai Politik, Jakarta, Buku Obor, 2008, hal: 60.
7
Robert A Dahl ialah salah satu Profesor Sterling emeritus ilmu politik di Yale University, Ia
menerima gelar Ph.D. dalam ilmu politik pada tahun 1940 dan mantan presiden Asosiasi Ilmu
Politik Amerika dan salah satu yang paling terkenal ilmuwan politik. Lihat: Muliansyah A. Ways,
Bingkai Demokrasi:Sebuah Refleksi Gelombang Demokrasi Di Indonesia, Yogyakarta, Arruszz
Media, 2010, hal: 74
dengan lahirnya partai politik, maka bangsa ini akan menjalankan system
pemerintahan atau kekuasaan dengan baik, serta bentuk aspirasi dan mengambil
keputusan sesuai dengan harapan masyarakat setempat, dari semua partai politik
Partai Golkar adalah salah satu partai politik di Indonesia yang sangat lama
partai penguasa, eksistensi Partai Golkar memiliki sejarah perjalanan politik yang
sangat panjang, dari kemenangan Partai Golkar pertama tahun 1971 sampai 1997
hingga kekalahan pada tahun 1999 serta menang lagi dalam pemilu tahun 2004
Begitulah jalan panjang Partai Golkar yang menjadi bagian dari pilar
memiliki mesin politik partai yang kuat dan permanen serta dibawah binaan oleh
satu nama partai dan satu logo partai yaitu Sekber-Golkar (Golongan Karya)
diambil oleh Golkar dalam pemilihan umum (pemilu) di tahun 1971 dalam
pernah menang dalam pemilu sebelumnya di tahun 1955, seperti Partai Masyumi,
Nahlatul Ulama (NU) dan Partai Nasional Indonesia (PNI). Walhasil pemilu
tersebut juga menjadi catatan awal Partai Golkar untuk memenangkan pemilu,
pemilu 1971 dimana Golkar memperoleh 62,8 suara, memenangkan 236 (65,6%)
dari 360 kursi yang diperebutkan. PNI (6,9%), NU (18,7%) dengan komposisi
tersebut maka secara otomatis negara dalam hegemoni Golongan Karya.9 Ada
yang dikomandoi Soeharto sebagai presiden, yaitu: 1). Peran sosial politik militer
rekayasa struktural dan kooptasi negara terhadap partai, 4). Pemilihan umum
8
Ian, Sejarah Partai Golkar. (Dokumen Partai Golkar). Diakses 19 Maret 2012 dari
www.golkar.or.id. Ha, 2010, Pukul 02:00.
9
M.C. Ricklefs. Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. Jakarta, Serambi, 2005, hal: 585-586
Sebuah sejarah panjang kekuatan Golkar membuat kita tidak dapat dengan
kemenangan, kemudian pada tahun 1998 kekuasaan orde baru dan hegemoni
Golkar telah jatuh masa kejayaanya, tentu partai Golkar yang pernah di tunggangi
Soeharto juga dianggap penghianat dan harus di bubarkan oleh rakyat Indonesia.
Pada saat itu juga, Golkar bahkan pemerintah sekalipun tidak mampu mencegah
amukan masa oleh rakyat Indonesia atau teriakan pembubaran Golkar di seluruh
orde baru, telah terjadi teriakan terjadi dimana-mana atas pembubaran Golkar,
pembakaran kantor Golkar, pengrusakan maupun anarkisme. Tapi di saat itu juga
dibawah kepemimpinanya. Golkar di era Akbar juga telah berubah wujud menjadi
Partai Politik atau Partai Golkar, dimana saat itu juga Partai Golkar mengusung
citra sebagai Golkar baru. Penyelamatan dan upaya Akbar juga tak sia-sia, Akbar
berhasil mempertahankan Partai Golkar dari serangan eksternal dan krisis citra,
Partai Golkar kemudian ikut dalam Pemilu tahun 1999, berkompetisi bersama
10
Saefulloh Fatah, Eep, Pengkhianatan Demokrasi ala Orde Baru, Masalah dan Masa Depan
Demokrasi Terpimpin Konstitusional. Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2000, hal: 196.
masih tetap berlanjut hingga gugatan ke pengadilan setelah runtuhnya Orde Baru
hingga pemilu tahun 1999 dibawah kepresidenan B.J. Habibie. Namun eksistensi
dan hegemoni Partai Golkar era reformasi juga di mulai lah kepemimpinan Akbar
Tandjung dan kemudian menuju pemilu tahun 2004 Partai Golkar juga bertekad
Aburizal Bakrie, Jusuf Kalla, Surya Paloh, Wiranto, Prabowo Subianto dan Sri
Sultan Hamengku Buwono X dalam konvensi tersebut dan di luar Partai Golkar
Strategi yang baik dan membangun citra baru Partai Golkar hingga
diuntungkan oleh format baru mulai dari Pemilu 2004 hingga pemilu 2009,
dimana proses pemilihan tentu berbeda dengan Pemilu tahun 1999 yaitu
format baru terkait dengan pemilihan umum, menurut Syamsudin Haris (2000),
pemilu untuk memperebutkan masa pemilih. Ketiga, birokrasi tidak lagi menjadi
mesin pendulang suara bagi suatu partai politik. keempat, masyarakat dan
11
PDIP (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan) adalah partai pecahan dari PDI yang kemudian
menjadi PDIP dibawah pimpinan Megawati Soekarno Putri. (Presiden RI Ke-4)
proses pemilu.12
rakyat yang ketika di masa orde baru tidak membaskan dari belenggu kekuasaan
dictator Soeharto. Dengan adanya format baru pemilu, maka ditambah lagi dengan
12
Syamsudin Haris, Pemilu 1999 dan Format Baru Politik Indonesia. dalam Seri Penerbitan Studi
Politik. Bandung, Mizan dan Laboratorium Ilmu Politik FISIP UI, 2000, hal: 35
tahun 2011 dengan namanya UU RI Nomor 2 tahun 2011 tentang partai politik.13
nasional yang lebih baik, demokratis dan partisipasi politik masyarakat juga
sangat terbuka lebar seperti di cita-citakan bersama. Hal ini tercermin dengan
adanya partai politik yang masih eksis mengikuti persaingan Pemilu legislatif di
2004 dan 2009 yang lalu, dan kemudian berdirinya partai politik baru demi
Indonesia.
yang paling efektif dan demokratis dalam memilih dan menentukan elit politik.
Dalam pemilu rakyat diberi kebebasan untuk menentukan siapa yang dipilih, dan
calon elit juga bebas untuk mengumbar janji-janji agar mendapat simpati dan
Disinilah partai golkar membangun citra sebagai partai besar dan selalu
hasilnya pada saat Partai Golkar telah menjadi partai pemenang pemilihan umum
legislatif dengan meraih 24.480.757 suara atau 21,58% suara sah pada pemilu
baru M.Yusuf Kalla yang juga menjabat sebagai wakil presiden RI, tentu
13
UU tentang partai politik sudah tiga kali perubahan, artinya dengan perubahan UU parpol ini
bisa membawa partai sebagai partai yang punya peran dan fungsi untuk rakyat banyak.
14
Riswandha Imawan, Membedah Politik Orde Baru, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 1998, hal: 3
15
Lihat, Direktori Partai Politik Indonesia. (Data Partai Golkar). Diakses 20 Maret 2012 dari
http://www.partai-.or.id. Pukul: 18:09
tahun 2009, karena rifal Partai Golkar kedepan adalah partai-partai pendatang
Yudhoyono).19
Ternyata pada pemilu legislatif 2009 yang lalu, suara Partai Golkar kembali turun
posisi kedua serta yang memenangkan pemilu dipegang oleh Partai Demokrat
dengan jumlah suara terbanyak. Penurunan perolehan suara Partai Golkar pada
pemilu legislatif tahun 2009 menjadi tinjauan penting terkait dengan strategi
penurunan perolehan suara secara nasional atau kalah dalam pemilu diakibatkan:
Pertama, Internal Partai Golkar tidak solid dan sebagian lain mendirikan partai
Hanura, dll). Kedua, Pencitraan Partai Golkar jauh lebih seksi dari Partai
berbagai media (koran, tv dll). Sedangkan Ketiga, Ketua Umum Partai Golkar
Yusuf Kalla juga selain memimpin Partai Golkar, tentu Yusuf Kalla juga sebagai
16
PDIP hingga hari ini menjadi partai oposisi dan masih dibawah pimpinan Megawati Soekarno
Putri.
17
PKS adalah Partai Keadilan Sejahtera yang sebelumnya menjadi Partai Keadilan merupakan
satu-satunya partai Islam yang dari gerakan sosial menjadi partai politik. Lihat, Burhanuddin
Muhtadi, Dilema PKS: Suara dan Syariah, Jakarta, Gramedia, 2012, hal: 31-49
18
PAN adalah Partai Amanat Nasional yang didirikan oleh tokoh-tokoh reformasi terutama Amien
Rais.
19
Partai Demokrat hingga sekarang masih di bawah dewan Pembina oleh SBY,
wakil presiden RI, sehingga waktunya benar-benar terbagi atau tersita untuk
Fenomena Partai Golkar sangat menarik bila ditinjau lebih dalam lagi,
dimana dari tahun ke tahun dan dari setiap kepemimpinan mengalami distorsi
baik dalam kemenangan maupun dalam kegagalan. Oleh karena itu, dengan
kondisi Partai Golkar yang porak-poranda atau dalam bahasa lain yaitu kalah
dalam pemilu di tahun 2009, maka Partai Golkar penting dan harus melakukan
Tanggung jawab kepemimpinan baru atas kekalahan partai golkar di tahun 2009,
dimana, siapapun yang menjadi ketua umum partai golkar kedepannya harus
Bakrie sebagai Ketua Umum yang menggantikan Yusuf Kalla. Sebagai pimpinan
baru partai beringin ini, maka Aburizal Bakrie tentu harus bertekad akan kembali
2014 nanti. Partai Golkar dari masa ke masa melahirkan konsep dan strategi
pemenang menuju eksistensi dan hegemoni partai yang kuat dan menjadi
pemenang, mulai dari era Orde Baru terkenal dengan Harmoko sebagai Ketua
umumnya yang terakhir, era transisi Akbar Tandjung dan era Yusuf Kalla hingga
hegemoni penguasa orde baru atau Jenderal Soeharto, sedangkan Akbar Tandjung,
Yusuf Kalla dan sekarang Aburizal Bakrie menjadikan partai politik yang dewasa
secara politik dan mampu menjawab tantangan bangsa. Partai Golkar kini sudah
Golkar yang dulu di kenal sebagai kelompok Golongan Karya yang terdiri dari
para pegawai negeri, ABRI dan bahkan partai yang selalu mempertahankan
Tandjung hingga Zaman Aburizal Bakrie tentu punya kedewasaan politik sudah
matang dari partai-partai yang lain. Karena partai tersebut pernah menjadi
penguasa tunggal selama 32 tahun, berarti umur partai tersebut sudah begitu lama
dan pasti mengalami pasang surut juga telah lama, artinya kalau segala sesuatu itu
lahir dan belajar begitu lama, maka sesuatu itu betul-betul kuat dan memiliki
kecerdasan dan kedewasaan juga pun baik. William Liddle (2006), pernah
mengatakan bahwa partai yang bertahan dimasa yang akan datang adalah Partai
Golkar dan PKS, karena partai tersebut sudah memiliki kader dan lembaga yang
sudah kuat.20
memiliki khas dari setiap era kepemimpinan ketua umumnya, misalnya partai
“hegemonic” era Harmoko,21 menuju Partai Golkar yang “cultural” era Akbar
Tandjung,22 ke Era “pasar” Yusuf Kalla23 hingga era Aburizal Bakrie. Era-era
20
R William Liddle adalah salah satu pengamat politik di asia tenggara. Pernah diwawancarai
Metro TV, karena melihat salah satu partai islam yang mulai tumbuh di Indonesia yaitu PKS.
21
Beberapa pengamat mengkategorikan kepemimpinan Harmoko di partai golkar adalah system
hegemonic party (system hegemoni kepartaian) di zaman orde baru (Gaffar, 1992) dan
(Suryadinta, 2007). Lihat, Rully Chairul Azwar, Politik Komunikasi Partai Golkar Di Tiga Era:
Dari Partai Hegemonik Ke Partai Berorientasi Pasar, Jakarata, Grasindo, 2009, hal: 2
22
Di era ini adalah era konsolidasi cultural yang dilakukan oleha Akbar Tandjung, dimana
Tandjung selain dia adalah mantan ketua umum PB.HMI dan partai golkar berada di luar
pemerintahan serta dikalangan kaum Abangan sangat diterima dengan baik. Lihat, Ibid., hal: 5
SBY. Dengan berbeda itulah, masa kepemimpinan partai politik juga membangun
berbagai macam strategi, pola dan pencitraanya. Partai Golkar membuktikan tidak
terobosan politik dengan langkah yang konkrit dan pasti. Kurang lebih tiga tahun
(LSI), Sugeng Suryadji Sindicate (SSS), Saiful Mujani Research and Consulting
Partai Golkar telah naik peringkat pertama atau elektabilitas partainya meningkat.
Ini artinya menggambarkan bahwa Partai yang dipimpin Aburizal Bakrie ini, akan
23
Era Yusuf Kalla, perubahan internal partai golkar sangat terlihat, karena partai golkar masuk
menjadi bagian dari pemerintah secara utuh walaupun tidak dominan, sehingga diera ini partai
golkar juga menjadikan partai sebagai orientasi pasar. Lihat, Ibid., hal: 18
Survei LSI dari tahun 2010, 2011 hingga maret 2012 ternyata Partai Golkar
membuahkan hasil yang begitu baik atau memuncak, dimana partai golkar
yaitu Partai Demokrat meraih 13,6 % dan PDIP sebanyak 13,4 % dari 2.418
2012.24 Hasil survey ini memberikan sinyal kepada Partai-partai politik dalam
2014.
Eksistensi dan hegemoni serta kesiapan Partai Golkar sudah mulai terlihat
ketika dibuktikan dengan hasil survei yang dilakukan LSI sejak bulan juni 2011
hingga februari 2012. Tingkat elektabilitas Partai Golkar terus meningkat dan
bertahan menempati urutan teratas dan mengalahkan Partai Demokrat dan PDIP
yang hanya berada pada posisi ketiga dan kedua. Kemudian survey selanjutnya
Berdasarkan rilisan LSI oleh Dodi Ambardi25 pada saat konfrensi pers di
Jakarta, Kenapa Partai Golkar menang dalam survey setiap kali dilakukan survey
oleh LSI. Menurutnya ada beberapa hal yang mendorong Partai Golkar bisa
meraup suara dari rakyat secara objektif, antara lain sebagai berikut: Pertama, Di
pengaruhi berita dan acara talk show yang menampilkan sejumlah kasus korupsi
sebagian beralih pilihan politiknya, maka Partai Golkar menjadi pilihan politik
24
Lihat, Hasil Survei LSI (Lingkar Survei Indonesia) diakses dari Suara Karya Online. Tanggal 12
Maret 2012. Pukul: 20.00.
25
Direktur Lingkar Survei Indonesia
mereka. Kedua, Selama ini Partai Golkar dianggap cukup aktif bersuara
Ketiga, Kenaikan suara Partai Golkar ditopang banyak iklan Partai Golkar
untuk maju pada Pemilu 2014. Dikarenakan Partai lain sibuk dengan konflik
internal atau pergerakannya tidak terlalu kelihatan. Keempat, Partai Golkar dinilai
hal ini, Partai Golkar berhasil menarik hati publik melalui pemberitaan di media
umum lebih kuat daripada berita atau talk show di media yang sama. Pengaruh
warga negara yang mempunyai hak pilih lebih cenderung menonton acara lain di
televisi, seperti sinetron, karena iklan dapat ditonton masyarakat Indonesia pada
tayangan apa pun, baik itu saat tayangan sinetron, berita, lawak, musik, ataupun
Indonesia mencapai 80 persen dari total pemilih. Karena orang yang menonton
26
Lihat, Suara Karya Online (media online Partai Golkar). Diakses 12 Maret 2012. Pukul: 20.00
berita pada umumnya sudah memiliki pilihan terhadap partai politik tertentu, dan
menurut Muhtadi, penonton berita pada umumnya juga mempunyai bias ingatan
korupsi kadernya, maka penonton itu akan cenderung cepat melupakannya. Hal
ini berbeda jika sebaliknya, jika bukan pendukung Partai Demokrat, maka orang
Begitu pula dengan Partai Golkar, Partai Golkar tidak pernah sunyi dari
program pro rakyat dan selalu memberikan gagasan baik dalam setiap dialog di
yang tidak pro rakyat Indonesia. Golkar adalah partai pemerintah, tetapi dia selalu
suara rakyat” adalah menjadi komitmen politik bagi kader Golkar. Startegi Partai
Sebelum Partai Golkar di Pimpin oleh Aburizal Bakrie, Bakrie sudah pernah
memberikan pesan terhadap kadernya di tahun 2004, yaitu “Intinya pada pemilu
2004 Partai Golkar akan memasuki arena kompetisi politik dengan kondisi yang
lebih sehat, maka sah-sah saja jika optimisme kemudian bermunculan. Jika dalam
situasi terjepit saja mampu meraih posisi kedua dengan jumlah dukungan yang
cukup substansial, maka bayangkanlah apa yang mungkin di raih Partai Golkar
27
Burhanuddin Muntadi ialah salah satu pengamat politik nasional. Diakses 12 Maret 2012 dari
Suara Karya Online. Pukul: 23.00.
pada pemilu 2014 dengan kondisi partai yang segar, penuh semangat, dan dengan
mesin organisasi serta kader-kader partai diberbagi daerah yang antusias dan
oleh Partai Golkar di tahun 2009, antara lain: (1). Strategi-strategi pencitraan yang
(2). Mengakomodasi kader-kader muda. (3). Partai juga mengajukan caleg yang
datang dari luar (eksternal) yang merupakan terobosan baru. (4). Kampanye masa
bukan utama, tetapi partai telah menerapkan mengaktifkan bakti sosial dan
tersebut bisa mendongkrak suara Partai Golkar dimasa akan datang, Partai Politik
bukan lagi mengobral janji-janji manis di masyarakat, tetapi Partai Politik sudah
28
Lalu Mara Satria. Merebut Hati Rakyat; Melalui Nasionalisme, Demokrasi dan Pembangunan
Ekonomi. Sumbangan Pemikiran Aburizal Bakrie, Jakarta, 2010, hal: 28.
29
Aryojati Ardipandanto, Efektifitas Startegi Pencitraan Partai Golkar, PDIP, dan PKS Pada
Pemilu 2009. (Tesis), 2010. Diakses 18 Maret 2012. Pukul. 12.00
30
Sofian Effendi. Mencari Format Baru Kelembagaan Partai Golkar,(Makalah), 2000, diakses 18
Maret 2012. Pukul. 12.30.
Golkar juga telah di lanjutkan oleh Bakrie, Bakrie juga telah memberikan harapan
Program yang terlihat Partai Golkar di masa Bakrie antara lain: (1).
pada acara Rapimnas (Rapat Pimpinan Nasional) I Partai Golkar di Jakarta 2010
antara lain, kaderisasi kader agar sukses, strukturisasi perkaderan dari pusat
kurang lebih 200 orang penghubung bagi pedagang untuk memperoleh Kredit
Usaha Rakyat (KUR). Dengan menggagas tema "Ayo bangkit bersama usaha
UKM. (Pukul, 02.14). (3). Dan strategi yang satu ini adalah, Partai Golkar mulai
dari Desa, Kota/Kabupaten, Provinsi, DPP hingga sayap Partai Golkar akan
presiden dari Partai Golkar tidak tergesah-gesah seperti di tahun 2004 dan 2009.
Dll.
Selain program pro rakyat dan strategi yang disiapkan, Partai Golkar juga
hal ini, Partai Golkar berhasil menarik hati publik melalui pemberitaan di media
dan dialog politik (talk show) di televisi dan radio. Tentu penonton berita dan talk
lain. Seperti hasil yang sama di layangkan LSI bahwa sebanyak 24 % penonton
31
Riza Fakhrumi Ialah Tahir Wakil Sekretaris DPD Partai GOLKAR Sumut dan Sekretaris
Pengurus Daerah Kolektif (PDK) KOSGORO 1957. (blogger). Diakses 18 Maret 2012. Pukul.
09.00
talk show memilih Golkar, PDIP 11 % dan Partai Demokrat hanya 4 %.32 Hal
tersebut memberikan rujukan terhadap internal Partai Golkar, akan siap secara
Berangkat dari realitas politik seperti itulah, tentu Partai Golkar merupakan
Partai yang sangat menarik buat para peneliti dan penulis untuk meneliti lebih
dalam dengan berbagai macam perspektif dan paradigmanya. Fakta sosial telah
menjadi rujukan bagi peneliti untuk lebih jauh mengenal dan mendalami apa yang
di lakukan Partai Golkar di masa Aburizal Bakrie, mulai dari tahun 2009-hingga
kedepan. Uraian di atas dapat melatar belakangi peneliti untuk meneliti tentang
tahun 2014.
ini, maka perlu dilakukan perumusan masalah. Berpijak dari pola pikir tersebut
32
Ibid., Pukul. 14.00
1.3.1. Tujuan
Indonesia.
pemilihan umum. Penelitian ini juga berguna sebagai penambah literatur tentang
politik.
masukan untuk pengurus dan kader Partai Golkar serta pembelajaran bagi partai
politik khususnya Partai Golongan Karya dan pada umumnya Partai lain di
Indonesia.