Risk tolerance berkaitan dengan risk appetite, namun berbeda dalam satu hal yang
sangat penting: risk tolerance merupakan penerapan risk appetite terhadap tujuan-tujuan yang
spesifik.
Risk tolerance didefinisikan sebagai: The acceptable level of variation relative to the
achievement ofa specific objective, and often is best measured in the same units as those used
to measure the related objective. (Terjemahan: Risk tolerance adalah tingkat risiko yang
dapat diterima berkenaan dengan capaian tujuan yang spesifik, dan sering kali lebih baik
diukur dalam unit yang sama seperti yang digunakan untuk mengukur tujuan terkait).
Dalam menetapkan risk tolerance, manajemen mempertimbangkan urut-urutan
pentingnya tujuan yang ingin dicapai dan menyelaraskan risk tolerance dengan risk appetite.
Dengan mempertahankan posisi dalam batas-batas risk tolerance yang ditetapkan, entitas bisa
dipastikan berada dalam risk appetite-nya, dan, selanjutnya entitas itu akan mencapai
tujuannya.
Risk appetite bersifat umum dan luas, risk tolerance bersifat taktis, operasional, dan
spesifik. Kebanyakan organisasi mempunyai lebih dari satu tujuan operasional yang
berhubungan dengan tingkat keuntungan yang akan dicapai, dan masing-masing tujuan
operasional mempunyai risiko tambahan.
Dalam Kotak 6.1.2 kita lihat penjelasan dan contoh Risk Tolerance Statement di
Universtas XYZ.
KOTAK 6.1.2 Penjelasan dan Contoh Risk Tolerence Statement di Universitas XYZ
Universitas XYZ mempunyai risk appetite yang rendah berkenaan dengan reputasi
penelitiannya. Namun, karena kekurangan anggaran, Universitas XYZ juga
menyadari ia tidak bisa memberi komitmen yang sama untuk penelitian dan
pengajaran seperti di masa lalu. Universitas XYZ menyatakan risk appetite yang lebih
tinggi untuk tindakan yang menjurus kepada pengajaran dengan kualitas yang lebih
rendah.
Dengan perkataan lain, penelitian yang mengarah kepada pemahaman terhadap hal baru
dan inovasi sangat penting buat Universitas XYZ. Pengajaran juga penting buat Universitas
XYZ, namun risiko kemuduran dalam bidang ini lebih dapat diterima, dibandingkan
dengan risiko kemunduran dalam bidang riset.
Universitas XYZ mengomunikasikan risk appetite-nya dalam istilah yang lebih
umum. Sedangkan untuk mengoperasionalkan risk appetite yang umum itu,
Universitas XYZ harus menyatakan risk tolerances-nya terhadap kedua tujuan
kuncinya (penelitian dan pengajaran) secara tebih spesifik—pada saat anggaran
belanja berkurang 10%.
Jika Universitas XYZ gagal memenuhi target-target spesifik dalam risk tolerances di
atas, akan ada tindakan perbaikan. Tindakan perbaikan bukan berupa penyesuaian
risk appetite, melainkan dalam bentuk penilaian kembali (reassessing) risk appetite
dan strategi yang dilaksanakan universitas dalam konteks risk appetite semula.