Anda di halaman 1dari 3

DEFISIENSI VITAMIN D

Vitamin D merupakan salah satu vitamin larut lemak yang dapat disimpan dalam
tubuh. Vitamin D diklasifikasikan menjadi 2 yaitu ergocalciferol (vitamin D2) dan
cholecalciferol (vitamin D3). Vitamin D2 dibentuk oleh sinar ultraviolet (UV) dan ergosterol
steroid tanaman. Sedangkan vitamin D3 dibentuk oleh kulit melalui cahaya UV pada 7-
dehydrocholesterol untuk memproduksi cholecalciferol (Suryadinata et al., 2017)

Vitamin D berperan penting dalam memelihara kesehatan tulang serta meningkatkan


penyerapan kalsium menjadi 30-40% dan fosfat sampai 80% (Louisa & Paramita, 2017).
Vitamin D juga berperan penting dalam mekanisme kekebalan tubuh. Vitamin D
mengganggu sebagian besar sel sistem kekebalan tubuh seperti makrofag, limfosit B dan T,
sel neutrofil dan sel dendritik, yang mengekspresikan VDR (Yulianti & Erlinawati, 2021).
Namun demikian defisiensi vitamin D masih terjadi, di Indonesia prevalensi defisiensi
vitamin D sebesar 50% pada wanita berusia 45-55 tahun (Rimahardika et al., 2017).

Defisiensi vitamin D dapat terjadi karena beberapa factor diantaranya yaitu kurangnya
sinar matahari yang didapatkan (Rimahardika et al., 2017), perbedaan warna kulit, dimana
orang berkulit hitam lebih sulit untuk menyerap sinar matahari sehingga lebih rawan terkena
defisiensi vitamin D (Louisa & Paramita, 2017), Kekurangan vitamin D juga disebabkan oleh
faktor usia karena penurunan kandugan 7- dehidrokolesterol untuk sintesis vitamin D yang
dimediasi paparan UVB, kurangnya aktivitas fisik, penurunan produksi ginjal 1,25
dihydroxyvitamin D serta penurunan asupan makanan, serta iklim dan penggunaan tabir
surya (Suryadinata et al., 2020). Devisiensi vitamin D menyebabkan beberapa permasalahan
pada tubuh, diantaranya yaitu menurunnya Kesehatan tulang, osteoporosis dan fraktur,
meningkatkan resiko penyakit kardiovaskuler, serta meningkatkan resiko penyakit Diabetes
Militus tipe 2 (Louisa & Paramita, 2017).

Terdapat 3 indikator penentuan status gizi defisiensi vitamin D menurut (Kemenkes RI,
2017) diantaranya yaitu:

1. Symptoms
a. Depresi
b. Letih
c. Rasa sakit kronis
d. Rambut rontok
2. Physical Sign
a. Patah tulang
b. Tulang mengeropos
c. Luka yang sulit sembuh
d. Rakitis (tulang kaki bengkok pada anak-anak)
e. Osteomalacia (tulang kaki bengkok pada orang dewasa)
3. Functional Test
Pemeriksaan defisiensi vitamin D dilakukan melalui Pemeriksaan kadar vitamin D 25-OH
total adalah tes yang dilakukan untuk mengukur kadar vitamin D dalam tubuh. Hasil
pemeriksaan ini akan menunjukkan apabila kadar vitamin D yang ada di dalam darah
terlalu tinggi atau terlalu rendah. Dimana kadar normal vitamin D dalam darah adalah 20-
50 ng/mL.

4.
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI. (2017). 5 Tanda Kekurangan Vitamin D. Kemenkes RI.


http://p2ptm.kemkes.go.id/artikel-sehat/5-tanda-kekurangan-vitamin-d#:~:text=Patah
Tulang&text=Kurangnya vitamin D bisa mempercepat,melalui sinar matahari dan
suplemen.

Louisa, M., & Paramita. (2017). Berbagai Manfaat Vitamin D. Departemen Farmakologi
Dan Terapi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia, 44(10),
736–740. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.55175/cdk.v44i10.720

Rimahardika, R., Subagio, H. W., & Wijayanti, H. S. (2017). Asupan Vitamin D Dan
Paparan Sinar Matahari Pada Orang Yang Bekerja Di Dalam Ruangan Dan Di Luar
Ruangan. Journal of Nutrition College, 6(4), 333.
https://doi.org/10.14710/jnc.v6i4.18785

Suryadinata, R. V., Lorensia, A., & Aprilia, A. P. (2017). Profil Vitamin D Pada Pasien Asma
Dan Non-Asma Dewasa Di Surabaya. The Indonesian Journal of Public Health, 12(1),
106. https://doi.org/10.20473/ijph.v12i1.2017.106-117

Suryadinata, R. V., Lorensia, A., & Wahyuningtyas, D. (2020). Studi Tingkat Pengetahuan
Mengenai Vitamin D pada Pengemudi Becak di Surabaya. CoMPHI Journal:
Community Medicine and Public Health of Indonesia Journal, 1(1), 15–21.
https://doi.org/10.37148/comphijournal.v1i1.4

Yulianti, M. E. P., & Erlinawati, N. D. (2021). Defisienso Vitamin D dan Paparan Sinar
Matahari yang Berkaitan dengan Defisiensi Vitamin D pada Tenaga Kesehatan COVID-
19. Keperawatan Silimpari, 5(1), 263–271.
https://doi.org/https://doi.org/10.31539/jks.v5i1.2885

Anda mungkin juga menyukai