Anda di halaman 1dari 15

PANDUAN PENGGUNAAN MODUL

1. Modul pembelajaran mandiri ini memuat


pembelajaran tema 1 indahnya kebersamaan
subtema 1 pembelajaran 1.
2. Modul ini dikembangkan dari buku guru dan
buku siswa kelas 4 tema 1 subtema 2
pembelajaran 2 mata pelajaran SBdP.
3. Pada awal unit kegiatan terdapat peta
kompetensi untuk memudahkan
kompetensiyang ingin dicapai.
4. Kerjakan modul ini sesuai dengan petunjuk
yang diberikan.
5. selamat belajar.
SBdP

Tema 1 (Indahnya Kebersamaan)


ahami Subtema 1 (Keberagaman Budaya
3.3 Mem
asar
dasar-d Bangsaku)
ari
gerak t JATHILAN Pembelajaran 2
.
daerah (CAMPUR)
r agakan
4.3 Me
asar
dasar-d
ari
gerak t
daerah

C2 C4
C1 C3

-Memberikan siswa siswa


materi
memaham siswa bersama
mengenai menerapkan
gerak dasar
i kelompok
tari matari gerak dasar mengkorel
-memberikan melalui tari dengan asikan
materi latihan membuat gerak
mengenai
soal yang gerakan
makna jathilan
diberikan
dasar tari
campur dan sederhana dan gerak
gerakan guru
secsara individu jatilan
jatilan
siswa dibentuk
kelompok kecil
dan
memodifikasi
gerakan
individu menjadi
satu

PPT & Vidio


Sejarah Asal Usul Tari Kuda Lumping (Jathilan Campur Mudho
Budoyo)

Tari Kuda Lumping merupakan tarian rakyat yang berasal dari


Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Di daerah
Yogyakarta tari Kuda Lumping dinamakan Jathilan. Bahkan ada di
daerah lain tari jathilan dengan nama Incling, ada pula yang
memberi nama Kuda Kepang atau Jaran Kepang.

Kesenian Kuda Lumping/ Jathilan juga berkembang dengan baik


di Magelang, bahkan di beberapa kecamatan di Magelang ada
kelompok-kelompok jathilan. Di Desa Mertoyudan ada grup
Jathilan Campur. Kesenian Jathilan Campur merupakan tarian
yang ditampilkan oleh sekelompok prajurit berkuda sebagai ciri
khas jathilan, dicampur dengan peran-peran lain seperti, wanara,
bugisan, buto blindhi, manuk beri, brasak, penthul tembem, cakil,
dan barongan. Di Mertoyudan ada kelompok jathilan campur
‘Budhi Rukun’. Peran brasak dilakukan atau diperankan oleh
penari-penari yang berusia muda, jumlahnya ada 25 orang yang
menari dengan gerakan penuh semangat, serempak, dan
dinamis.
Asal usul kata jathilan di Kabupaten Magelang
berasal dari akar kata ‘jan’ yang berarti amat dan
‘thil-thilan’ yang berarti banyak gerak, yang
kemudian dihubungkan dengan geraknya amat
banyak seperti larinya kuda yang jejondilan. Jathilan
disebut juga kuda kepang karena perlengkapan
yang dipakai adalah kuda-kudaan yang dibuat dari
bambu yang dianyam atau dikepang kemudian
dibentuk menyerupai kuda.
Sejarah Kuda Lumping/ Jathilan

Menurut sejarahnya tari Kuda Lumping/ Jathilan sudah ada


sejak zaman primitif dan digunakan sebagai sarana upacara
ritual yang sifatnya magis. Semula tari Kuda Lumping hanya
menggunakan alat yang sederhana. Begitu pula cara
berpakaian penari juga masih sangat sederhana. Seiring
dengan perkembangan zaman, instrumental yang di gunakan
untuk Kuda Lumping semakin komplit begitu pula kostum
para penarinya juga sudah lebih bagus dan kreatif. Semula
tarian Kuda Lumping hanya digunakan untuk acara ritual saja,
sekarang sudah dijadikan sebagai seni pertunjukan. Sebagai
seni pertunjukan para seniman membuat sedikit perubahan,
geraknya lebih dinamis, kreatif, dan lebih bervariasi.
Tarian Kuda Lumping menggambarkan peperangan dengan
naik kuda dan bersenjatakan pedang. Selain ada yang menaiki
kuda ada pula penari yang tidak berkuda tetapi bertopeng,
yaitu sebagai penthul, bejer, cepet, gendruwo, dan barongan.
Pada penari Kuda Lumping biasanya ada penari yang sampai
mengalami keadaan trance, yaitu keadaan dimana penari
mengalami keadaan tidak sadarkan diri. Bahkan penari yang
mengalami kesurupan tersebut bisa makan barang-barang
dari kaca. Hal itu mustahil bisa dilakukan oleh penari biasa
apabila tidak sedang mengalami trance.
Kostum dan Properti Tari Kuda Lumping

Pada pertunjukan Kuda Lumping ada tempat atau arena yang


tetap, hal ini berbeda dengan reog yang arenanya tidak tetap
karena biasanya reog dipergunakan untuk mengiringi suatu
karnaval atau upacara tertentu. Biasanya pendukung penari Kuda
Lumping berjumlah 35 orang, dengan perincian penari 20 orang,
penabuh instrumen 10 orang, 4 orang sebagai pembantu umum
atau penjaga keamanan, dan 1 orang sebagai koordinator
pertunjukan yang mengatur jalannya pertunjukan dari awal hingga
berakhirnya Kuda Lumping.
Para penari menaiki kuda yang terbuat dari bambu dan membawa
pedang seolah-olah hendak perang melawan musuh. Ketika
menari para pemain mengenakan kostum dan tata rias muka yang
realistis namun demikian ada pula grup Kuda Lumping yang
kostumnya non realistis terutama tutup kepala, yaitu mengenakan
irah-irahan wayang orang. Pada kostum yang realistis, tutup kepala
mengenakan blangkon atau iket kepala dan memakai kacamata
gelap. Kostum pakaiannya mengenakan baju atau kaos, rompi,
celana panji, stagen, dan timang.
Ada penari yang mengenakan topeng hitam yang
disebut Bejer (Tembem atau Doyok), ada yang
mengenakan topeng putih bernama Penthul atau
Bancak. Bejer dan Penthul berfungsi sebagai penari,
penyanyi, dan pelawak untuk menghibur prajurit
berkuda yang beristirahat. Pertunjukan Kuda Lumping
bisa dilakukan malam hari ataupun siang hari. Tempat
pertunjukan berbentuk arena dengan lantai berupa
lingkaran dan lurus. Vokal hanya diucapkan oleh
Penthul dan Bejer dalam bentuk dialog dan tembang
lnstrumen yang dipakai adalah angklung 3 buah,
bendhe 3 buah, kepyak setangkep, dan sebuah
kendang. Semua peralatan instrumen tersebut
diletakkan dekat arena pertunjukan.
Alat musik

1. Gong

Gong adalah alat musik tradisional Indonesia yang terbuat dari


bahan logam (perunggu dan tembaga) yang dilebur kemudian
bentuk lingkaran dengan permuakaan bundar, ada yang diberi
pencu (tonjolan) ada juga yang tidak.

Alat musik gong digunakan dengan cara dipukul pada bagian


permukaan menggunakan alat pemukul dari kayu. Suara yang
dihasilkan adalah berupa dengungan. Untuk jenis gong yang
digunakan dalam kesenian ini adalah gong kempul dan gong
suwukan.
2. Bonang

Sama seperti gong, bonang adalah jenis alat musik yang


dibuat dari bahan logam perunggu dan dimainkan dengan
cara dipukul dengan alat pemukul. Hanya saja ukuran
bonang lebih kecil sebesar piring makanan. Bonang juga
biasa disebut dengan kenong, dan pada tarian tradisional
minang dikenal dengan nama telempong.

Dalam komposisinya, bonang biasanya di susun mendatar


pada sebuah wadah katu, sedangkan gong biasanya
diletakan dengan cara digantung diantara kayu berbentuk
gawang. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan suara gong
yang lebih maksimal.
3. Kendang

Alat musik yang satu ini merupakan alat musik yang wajib
ada pada pertunjukan kesenian tari kuda lumping.
Setidaknya minimal harus ada 2 jenis kendang dalam suatu
pertunjukan kesenian ini, yaitu kendang sabet dan kendang
bem (gedug).
Alat Musik Pelengkap

Selain beberapa alat musik di atas, biasanya


ditambahkan juga beberapa alat musik pelengkap
yang sesuai dengan daerah pertunjukan dimana tari
kuda lumping diselenggarakan.
1. Kendang gandrung, adalah sebuah alat musik
kendang berukuran pendek yang biasa
digunakan untuk mengiringi lagu-lagu kendang
kempul khas Banyuwangi.
2. Kendan Bali, merupaka sebuah kendang
berurukan panjang, dan biasa digunakan untuk
mengiringi tarian-tarian tradisional Bali.
3. Kecrek atau ceng-ceng, alat musik ini biasanya
digunakan dalam pertunjukan tarian tradisional
Bali.
4. Saron Janger, merupakan jenis alat musik
tradisional khas bali. Meski berasal dari Bali
saron janger juga digunakan untuk mengiringi
kesenian tari janger khas banyuwangi.
KERAGAMAN SOSIAL
BUDAYA

Keragaman sosial budaya adalah kondisi masyarakat


dengan latar belakang sosial dan budaya yang
berbeda. Keragaman sosial budaya sendiri dapat
membawa sejumlah manfaat bagi masyarakat di
berbagai bidang, terutama jika disikapi dengan baik.
Keragaman sosial budaya di Indonesia membentuk
adat istiadat. Terdapat berbagai jenis adat istiadat
yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia. Misalnya
dalam hal aturan mengenai konsensus dan
kesepakatan dalam menjalankan nilai dan norma di
masyarakat. Hal ini sudah diberikan secara turun
temurun pada setiap generasi atau garis keturunan
yang ada di dalam setiap masyarakat. Adat istiadat ini
juga berupa tata kelakuan, kesopanan, kesusilaan,
yang mana sudah dilakukan secara turun temurun
pada setiap generasi. Salah satu manfaat
keberagaman sosial budaya bagi masyarakat adalah
untuk menarik para wisatawan asing dan dalam
negeri berkunjung.
Manfaat Keragaman Sosial Budaya di Bidang
Sosial

1. Menguatkan Tali Persaudaraan Kehidupan sosial dan


budaya yang beragam dapat memperkuat tali persaudaraan
di antara masyarakat.Hal ini juga dapat menumbuhkan rasa
persatuan dan kesatuan.
2. Melatih Sikap Toleransi Agar kondisi masyarakat tenteram
dan harmonis, masyarakat hendaknya menumbuhkan dan
melatih sikap toleransi kepada sesama.
Manfaat keberagaman sosial budaya bagi
masyarakat di bidang budaya adalah sebagai berikut:

1. Memperkaya Budaya Nasional, Kehidupan sosial


dan budaya yang beragam dapat memperkuat tali
persaudaraan di antara masyarakat.
2. Menjadi Identitas Sebuah Negara, Adanya
keragaman sosial dan budaya juga menjadikan
sebuah negara mempunyai identitas unik. Identitas
ini muncul dari latar belakang kehidupan
masyarakat yang majemuk atau beragam.
Keragaman sosial dan budaya dapat memperkaya
budaya nasional. Karena keragaman bersifat
majemuk atau terdiri atas berbagai identitas budaya
yang beraneka ragam.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.senibudayaku.com/2018/03/tari-kuda-lumping.html

Anda mungkin juga menyukai