I’lal merupakan perubahan huruf illat dengan tujuan untuk membuang, menyukunkan
dan memindahkan huruf agar lebih ringan dan mudah dalam mengucapkannya. Terdapat tiga
huruf untuk mengi’lal yaitu, alif, wawu, ya. Kemudian pembahasan idghom juga masuk dalam
cakupan bahasan I’lal, karena idghom kegunaannya untuk mensukunkan. Jadi, apabila dalam
sebuah kalimat huruf pertamanya berharakat, setelah disukunkan maka dimasukkan pada huruf
keduanya. Contoh:
غازاasalnya ialah غازوyang mengikuti wazan fa’ala } {فعل. Dalam proses pengi’lalan dalam
kata tersebut biasanya awalnya wawu diganti dengan alif, karena wawu berharakat dan
terfathahkannya huruf sebelum wawu, maka wawu tersebut diganti dengan alif dan akhirnya
menjadi غازا.
KAIDAH KE 1
ْ َع أ
صلُهُ َب َي َع َ ُصلُه
َ ص َونَ َو َبا َ صلَ ٍة فِ ْي َك ِل َمتَ ْي ِه َما أ ُ ْب ِدلَتَا آ ِلفًا ِمثْ ُل
ْ َصانَ أ ِ َّ ت ْال َو ُاو َو ْال َيا ُء َب ْعدَ فَتْ َح ٍة ُمت
ِ إذَا تَ َح َّر َك
Apabilah ada Wawu atau Ya’ berharkah, jatuh sesudah harkah Fathah dalam satu kalimah,
maka Wawu atau Ya’ tsb harus diganti dengan Alif seperti contoh َصان
َ asalnya َص َون
َ , dan
ع
َ بَاasalnya بَيَ َع.
Contoh:
َصان َ ikut pada wazan فَ َع َل. Wawu diganti Alif karena ia berharkah dan
َ asalnya َص َون
sebelumnya ada Huruf berharkah Fathah, maka menjadi َصان
َ
Kaidah ini berlaku pada Wawu atau Ya’ dengan Harkah asli. Apabila harkah keduanya bukan
ْ ع ُو
asli atau baru, maka tidak boleh dirubah. Contoh االقَ ْو َم َ َد.
KAIDAH KE 2
Apabila wau atau ya’ berharokat berada pada ‘ain fi’il Bina’ Ajwaf dan huruf sebelumnya
terdiri dari huruf Shahih yang mati/sukun, maka harakat wawu atau ya’ tersebut harus dipindah
pada huruf sebelumnya. Contoh: َيقُ ْو ُمasalnya َي ْق ُو ُمdan َي ِب ْي ُعasalnya َي ْب ِي ُع.
Contoh:
يَقُ ْو ُمasalnya يَ ْق ُو ُمikut pada wazan يَ ْفعُ ُل. harkah wawu dipindah pada huruf sebelumnya, karena
wawu-nya berharkah dan sebelumnya ada huruf shahih yg mati/sukun, untuk menolak beratnya
mengucapkannya, maka menjadi يَقُ ْو ُم
Perpindahan Syakal/Harakat/Tasykil/Tanda baca Wau atau Ya’ tersebut dalam Kaidah ini,
tidak berlaku apabila setelah Wawu atau Ya’ terdapat Huruf yang di-tasydid-kan. Contoh: يَس َْود
KAIDAH KE 3
ْ ط َرفًا فِ ْي َم
,صدَ ٍر َ ت ْال َو ُاو َو ْاليَا ُء بَ ْعدَ آلِفٍ زَ ائِدَةٍ أ ُ ْب ِدلَتَا ه َْمزَ ة ً بِش َْر ِط أَ ْن تَ ُك ْونَا
َ ع ْينًا فِ ْي اس ِْم ْالفَا ِع ِل َو ِ َإِذَا َوقَع
ي ْ َ ِلقَا ٌء أ,سايِ ٌر
ٌ صلُهُ ِلقَا ْ َسائِ ٌر أ
َ ُصلُه ْ َصائِ ٌن أ
َ ُصلُه
َ ,صا ِو ٌن َ نَحْ ُو.
Apabila ada wawu atau ya’ jatuh sesudah alif zaidah, maka harus diganti hamzah, dengan
syarat wau atau ya’ tersebut berada pada ‘Ain Fi’il kalimah bentuk Isim Fail, atau berada pada
akhir kalimah bentuk masdar. Contoh: صا ِئ ٌن
َ asalnya صا ِو ٌن
َ dan سائِ ٌر َ dan ِلقَا ٌء
َ asalnya سايِ ٌر
ٌ ِلقَا
asalnya ي
Contoh:
صائِ ٌن َ ikut pada wazan فَا ِع ٌل. wawu diganti Hamzah, karena jatuh sesudah Alif
َ asalnya صا ِو ٌن
Zaidah dan berada pada ‘Ain Fi’il Isim Fa’il, maka menjadi صائِ ٌن
َ
KAIDAH KE 4
ت ْاليَا ُء اْأل ُ ْولَى
ِ ت ْال َو ُاو يَا ًء َوا ُ ْد ِغ َم
ِ َت اِحْ دَا ُه َما بِالس ُك ْو ِن ا ُ ْب ِدل
ْ َسبَق ِ ت ْال َو ُاو َو ْاليَا ُء فِ ْي َك ِل َم ٍة َو
َ احدَةٍ َو ِ َإِذَا اجْ تَ َمع
ْ َي أ
ٌ صلُهُ َم ْر ُم ْو
ي ْ ََحْو َميِِّتٌ أ
ٌّ صلُهُ َم ْي ِوتٌ َو َم ْر ِم ُ فِي الثَّانِيَّ ِة ن.
Apabila wau dan ya’ berkumpul dalam satu kalimah dan salah satunya didahului dengan sukun,
maka wau diganti ya’. Kemudian ya’ yang pertama di-idgham-kan pada ya’ yang kedua.
Contoh lafadz ٌ َميِِّتasalnya adalah ٌ َم ْي ِوتdan ي
ٌّ َم ْر ِمasalanya adalah ي
ٌ َم ْر ُم ْو
Contoh:
ٌ َميِِّتasalnya ٌ َم ْي ِوتmengikuti wazan فَ ْي ِع ٌل. wau diganti ya’ karena berkumpul dalam satu
kalimah dan salah satunya didahului dengan sukun, maka menjadi ٌ َم ْييِت. Kemudian ya’ yang
pertama di-idghamkan pada ya’ yang kedua karena satu jenis, maka menjadi ٌَم ِِّيت
KAIDAH KE 5
ْ َصلُهُ َي ْغ ُز ُو َو َي ْر ِم ْي أ
ُ صلُهُ َي ْر ِم
ي ْ ََحْو َي ْغ ُز ْوا أ ْ ت ْال َو ُاو َو ْال َيا ُء َوكَانَتَا َم
ُ ض ُم ْو َمةً ا ُ ْس ِكنَتَا ن َ َِإذَا ت
ِ َط َّرف
Apabila Wau atau Ya’ menempati ujung akhir kalimah, dan ber-harakah dhammah, maka
disukunkan. Contoh: يَ ْغ ُز ْواasalnya يَ ْغ ُز ُوdan ي
ْ يَ ْر ِمasalnya ي
ُ يَ ْر ِم
Contoh:
يَ ْغ ُز ْوasalnya يَ ْغ ُز ُوmengikuti wazan يَ ْفعُ ُل. Wau di ujung akhir kalimah ber-harakah dhammah,
maka disukunkan menjadi يَ ْغ ُز ْو.
َاز ِ غmengikuti wazan فَا ِع ٌل. Wau diganti Ya’, karena jatuh sesudah harakah
ٍ غasalnya َاز ٌو
kasrah, maka menjadi ي
ٌ َاز
ِ غ, kemudan Ya’ disukunkan karena beratnya harkah dhammah atas
Ya’ maka menjadi ي
ْ َاز
ٍ غ, kemudian Ya’ dibuang untuk menolak bertemunya dua mati yaitu
Ya’ dan Tanwin, maka menjadi َاز
ٍ غ
KAIDAH KE 6
اط ْي
ِ يُ َعasalnya اط ُو
ِ يُ َع.
Contoh:
يُزَ ِ ِّك ْيasalnya يُزَ ِ ِّك ُوmengikuti wazan يُفَ ِ ِّع ُلwau diganti ya’, karena berada pada akhir kalimah
empat huruf dan sebelumnya bukan huruf yang didhammahkan, maka menjadi ي ْ يُزَ ِ ِّك
KAIDAH KE 7
Apabila wau ada diantara harkah fathah dan kasrah nyata, dan sebelumnya ada huruf
mudhara’ah, maka wau tersebut dibuang. Contoh: ُ َي ِعدasalnya ُعد
ِ َي ْوdan ُ َيئِدasalnya َُي ْوئِد
Contoh:
ُ َي ِعدasalnya ُ َي ْو ِعدmengikuti wazan َيفَ ِع ُل. wau dibuang karena ada diantara fathah dan kasrah
nyata dan sebelumnya ada huruf mudhara’ah, maka menjadi َُي ِعد
KAIDAH KE 8
Bilmana ada Wau jatuh setelah harkah Kasrah dalam Kalimah Isim atau Kalimah Fi’il, maka
Contoh:
يُزَ ِ ِّك ْيasalnya يُزَ ِ ِّك ُوikut wazan يُفَ ِ ِّع ُل, wau diganti Ya’ karena jatuh sesudah harkah kasrah, maka
menjadi ي ْ يُزَ ِ ِّك
KAIDAH KE 9
ص ْن ُ ت َح ْر َكت ُ ُه َما اِلَى َما قَ ْبلَ ُه َما ن
ُ َحْو ْ َسا ِك ٍن آخ ََر ُح ِذفَتَا بَ ْعدَ اَ ْن نُ ِقل
َ ٍَان ب َح ْرفِ ت ْال َو ُاو َو ْاليَا ُء السَّا ِكنَت
ِ َإذَا لَ ِقي
صلُهُ اِ ْسيِ ْرْ َص ُو ْن َو ِس ْر أ ْ ُ صلُهُ أْ َأ.
Bilamana ada Wau atau Ya’ sukun, bertemu dengan husuf sukun lainnya, maka Wau tau Ya’
tersebut dibuang, ini setelah memindahkan harakah keduanya (Wau atau Ya’) kepada huruf
sebelumnya (lihat kaidah I’lal ke 2). Contoh: ص ْن ْ ُ أdan ِس ْرasalnya اِ ْسيِ ْر
ُ asalnya ص ُو ْن
Contoh:
ص ْن ْ ُ أmengikuti wazan ا ُ ْفعُ ْل, harkah Wau dipindah ke huruf sebelumnya, karena
ُ asalnya ص ُو ْن
Wau berharkah dan sebelumnya ada huruf shahih mati/sukun (lihat Kaidah I’lal ke 2) untuk
ُ ُ ا, maka Wau dibuang untuk menolak
menolak beratnya mengucapkan, maka menjadi ص ْو ْن
KAIDAH KE 10
Bilamana ada dua huruf sejenis atau hampir sama makhrajnya berkumpul dalam satu kalimah,
maka huruf yang pertama harus di idghamkan pada huruf yang kedua,ini setelah menjadikan
huruf yang hampir sama makhrajnya serupa dengan huruf yg kedua (lihat kaidah i’lal ke 18
insyaallah), karena beratnya pengulangan/memilah-milahnya. contoh َّ َمدasalnya َ َمدَدdan ُِّم ِد
Contoh:
َّ َمدasalnya َ َمدَدikut pada wazan فَعَ َل, huruf dal yang pertama disukunkan untuk melaksanakan
syarat Idgham, maka menjadi َ َم ْدد, kemudian huruf Dal yang pertama di-idgamkan pada huruf
KAIDAH KE 11
ب اِلَى َح ْر َك ِة اْأل ُ ْولَ ْى نَحْ ُو َ ب اِ ْبدَا ُل الثِّانِيَ ِة بِ َح ْرفٍ نَا
َ س َ سا ِكنَةٌ َو َج َ احدَةٍ ثَانِيَت ُ ُه َما ِ َان اِذَا ْالتَقَتَا فِ ْي َك ِل َم ٍة َو
ِ ْال َه ْمزَ ت
صلُهُ إِئْ ِد ْم ْ َصلُهُ أَأْ َمنَ َو أ ُ ْو ُم ْل ا
ْ َصلُهُ أُؤْ ُم ْل َو اِ ْي ِد ْم ا ْ َآ َمنَ ا.
Bilamana terdapat dua huruf Hamzah berkumpul sejajar dalam satu kalimah, yang nomor dua
sukun, maka huruf hamzah ini harus diganti dengan huruf yang sesuai dengan harakah Hamzah
yang pertama. contoh آمنasalnya أأمنdan أوملasalnya أؤمل.
Contoh:
آ َمنasalnya َ أَأْ َمنmengikuti wazan ;أَ ْفعَ َلberkumpul dua Hamzah dalam satu kalimah dan yang
kedua sukun, maka hamzah yang kedua tsb diganti alif, karena ia sukun dan sebelumnya
berharkah fathah. maka menjadi َآ َمن
KAIDAH KE 12
Wau atau ya’ yang sukun, keduanya tidak boleh diganti Alif, kecuali jika sukunnya tidak asli
dengan sebab pergantian harkat keduanya pada huruf sebelumnya– (lihat kaidah ilal ke 2).
َ أَ َجasalnya ب
Contoh: اب َ أَجْ َوdan َ أَ َبانasalnya َأَ ْب َين.
Contoh:
َ أَ َجasalnya ب
اب َ أَجْ َوmengikuti wazan أَ ْف َع َلharkah wau dipindah pada huruf sebelumnya karena
ia berharkah dan sebelumnya ada huruf shahih sukun, karena beratnya mengucapkan, maka
َ ( أَ َج ْوlihat kaidah I’lal ke 2). Kemudian wau diganti alif, karena asalnya wau
menjadi ب
berharkah dan sekarang ia jatuh sesudah harkah fathah (lihat kaidah I’lal ke 1). Maka menjadi
َ أَ َج
اب
KAIDAH KE 13
Contoh:
KAIDAH KE 14
Bilamana terdapat Ya’ sukun dan sebelumnya ada huruf yang didhammahkan maka ya’
tersebut harus diganti wau. contoh: س ُر
ِ ي ُْوasalnya يُ ْيس ُِرdan ُم ْو ِس ٌرasalnya ُم ْيس ٌِر
Contoh:
ي ُْو ِس ُرasalnya يُ ْيس ُِرmengikuti wazan يُ ْف ِع ُلya’ yang nomor dua diganti wau karena ia sukun dan
sebelumnya ada huruf yang didhammahkan, maka menjadi س ُر
ِ ي ُْو
KAIDAH KE 15
ْ َص ْو ٌن أ
ُصلُه ُ ف َوا ٍو ْال َم ْفعُ ْو ِل ِم ْنهُ ِع ْندَ ِس ْيبَ َو ْي ِه ن
ُ َحْو َم َ إِ َّن اس َْم ْال َم ْفعُ ْو ِل إذَا َكانَ ِم ْن ُم ْعتَ ِِّل ْالعَي ِْن َو َج
ُ ب َح ْذ
ْ َص ُو ْو ٌن َو َم ِسي ٌْر أ
صلُهُ َم ْسي ُْو ٌر ْ َم
Sesungguhnya Isim Maf’ul bilamana ia terbuat dari Fi’il Mu’tal ‘Ain (Bina’ Ajwaf) maka wajib
membuang wau maf’ulnya menurut Imam Syibawaihi (menurut Imam lain yg dibuang adalah
Ain Fi’ilnya). contoh: ص ْو ٌن
ُ َمasalnya ص ُو ْو ٌن
ْ َمdan َم ِسي ٌْرasalnya َم ْسي ُْو ٌر
Contoh:
ص ْو ٌن ْ َمmengikuti wazan َم ْفعُ ْو ٌلharkah wau dipindah pada huruf sebelumnya
ُ َمasalnya ص ُو ْو ٌن
karena ia berharkah dan sebelum ada huruf shahih mati untuk menolak berat maka menjadi
ص ْو ْو ٌن
ُ ( َمlihat i’lal ke 2), kemudian bertemu dua huruf mati (dua wau) untuk menolak beratnya
mengucapkan maka wau maf’ulnya dibuang (menurut Imam Sibawaehi) maka menjadi ص ْو ٌن
ُ َم
KAIDAH KE 16
Bilamana Fa’ Fi’il kalimah wazan اِ ْفتَعَ َلberupa huruf Shad, atau Dhad, atau Tha’, atau Zha’
(huruf Ithbaq), maka huruf Ta’ yg jatuh sesudah huruf Ithbaq tersebut harus diganti Tha’, demi
mudahnya mengucapkannya. Digantinya Ta’ dengan Tha’ karena dekatnya makhraj keduanya.
contoh: ح َ ص
َ َطل ْ ِ اasalnya صتَلَ َح
ْ ِ اdan ب َ ض
َ ط َر ْ ِ اasalnya ب ْ ِا
َ ضت ََر
Contoh:
َ ص
طلَ َح ْ ِ اmengikuti wazan اِ ْفتَ َع َلTa’ diganti Tha’ karena demi mudahnya
ْ ِ اasalnya صتَ َل َح
mengucapkannya setelah jatuh dibelakang huruf Ithbaq dan karena dekatnya makhraj
keduanya, maka menjadi ح َ ص
َ َطل ْ ِا
KAIDAH KE 17
Bilamana Fa’ Fi’il wazan berupa huruf Dal, atau Dzal, atau Zay, maka huruf Ta’ (Ta’ zaidah
wazan ) اِ ْفتَعَ َلyang jatuh sesudah huruf-huruf tersebut harus diganti Dal, demi mudahnya
mengucapkannya. Digantinya Ta’ dengan Dal’ karena dekatnya makhraj keduanya.
contoh: َ اِد ََّرأasalnya َ اِ ْدت ََرأdan اِذَّك ََرasalnya اِ ْذتَك ََرdan ج َر
َ َ ا ِْزدasalnya ا ِْزتَ َج َر.
Contoh:
َ اِدَّ َرأasalnya َ اِ ْدت ََرأmengikuti wazan اِ ْفتَعَ َلTa’ diganti Dal karena demi mudahnya pengucapan
huruf Ta’ yang jatuh susudah huruf Dal dan karena dekatnya makhraj keduanya, maka menjadi
َاِ ْددَ َرأ. kemudian dal yang pertama di-idghamkan pada dal yang kedua karena satu jenis, maka
menjadi َاِد ََّرأ
KAIDAH KE 18
Bilamana Fa’ Fi’il wazan اِ ْفتَعَ َلberupa huruf wau, atau Ya’, atau Tsa’, maka huruf Fa’ Fi’ilnya
tersebut harus diganti Ta’ karena sukarnya mengucapkah huruf “Layn” ( )لَيْنsukun dengan
huruf yang diantara keduanya termasuk berdekatan Makhrajnya dan bertentangan sifatnya,
karena huruf “layin” ( )و – يbersifat Jahr sedangkan huruf Ta’ bersifat Hams.
َ َّ اِتasalnya ص َل
Contoh: ص َل َ َ ا ِْوتdan س َر َ َ ا ِْوتdan اِتَّغ ََرasalnya اِثْتَغ ََر.
َ َّ اِتasalnya س َر (penting) dan
apabila Fa’ Fi’il-nya tsb berupa huruf Tsa’, boleh mengganti Ta’nya wazan اِ ْفت َ َع َلdengan Tsa’,
karena keduanya sama-sama bersifat Hams. contoh: اِثَّغ ََرasalnya اِثْتَغ ََر.
Contoh:
َ َ اِتْتkemudian Ta’
huruf Layn bersifat Jahr dan huruf Ta’ bersifat Hams, maka menjadi ص َل
َ َّ اِت
pertama di-idghamkan pada Ta’ kedua karena dua huruf yang sejenis maka menjadi ص َل
KAIDAH KE 19
طا ًء أَ ْوَ ضادًا أَ ْو َ صادًا أَ ْو َ ع َل تَا ًء أَ ْو ثَا ًء ْأو دَاالً ْأو ذَاالَ أَ ْو زَ ايًا ْأو ِس ْينًا أَ ْو ِش ْينًا أَ ْوَ إذَا َكانَ فَا ُء تَفَعَّ َل َوتَفَا
اربَي ِْن ِ ج ث ُ َّم أ ُ ْد ِغ َم
ِ َت اْالُ ْولَى فِي الثَّانِيَّ ِة بَ ْعدَ َج ْع ِل أَ َّو ِل ْال ُمتَق ِ ف ِِي ْال َم ْخ َر ُ ظا ًء يَ ُج ْو ُز قَ ْل
ِ َب تَائِ ِه َما ِب َما يُق
ِ ُاربُه َ
س َواِثَّا َق َل ْ ِّ َحْو اِت َّ َر ِس أ
َ صلُهُ تَت ََّر ْ ب ه َْمزَ ةِ ْال َو
ُ ص ِل ِلي ُْمكِنَ اْ ِال ْبتِدَا ُء ِبالسَّا ِك ِن ن َ َِمثْ َل الثَّانِ ْي ِل ْل ُم َجان
ِ َس ِة َم َع اجْ تِل
شقَّقَ أصله
َّ ِس َّم َع َواَ َصلُهُ تْ ِّ س َّم َع أ
َّ ِصلُهُ تَزَ ج ََّر َوا ْ ِّ صلُهُ تَذَ َّك َر َوا َِّزج ََّر أْ ِّ صلُهُ تَدَث َّ َر واِذَّ َّك َر أ
ْ ِّ صلُهُ تَثَاقَ َل َواِدَّث َّ َر أْ ِّ أ
طاه ََرَ َصلُهُ ت ْ ِّ ِطاه ََر أ
َّ ظ َّه َر َوا َ َصلُهُ تْ ِّ ِظ َّه َر أ
َّ ع َواَ ض َّر َ َصلُهُ ت ْ ِّ ع أ
َ صدَّقَ َواِض ََّّر َ َصلُهُ تْ ِّ صدَّقَ أ َّ ِشقَّقَ َو ا َ َ ت.
اِدَّث َّ َرasalnya تَدَث َّ َرdan ذَّ َّك َرasalnya تَذَ َّك َرdan ا َِّزج ََّرasalnya تَزَ ج ََّرdan س َّم َع َ َ تdan
َّ ِ اasalnya س َّم َع
َش َّقق َّ ِ اasalnya َشقَّق َ َ تdan َصدَّق َّ ِ اasalnya َصدَّق َ َ تdan ع َ اِض ََّّرasalnya ع َّ اasalnya
َ َ تdan ِظ َّه َر
َ ض َّر
ظ َّه َر َّ اasalnya طاه ََر
َ َ تdan ِطاه ََر َ َ ت.
Contoh:
َ اِت َّ َر
permulaan dengan huruf mati. Maka menjadi س
I’lal dalam Kaidah ke 19 ini cuma bersifat Jaiz atau boleh, bukan suatu ketentuan wajib
dipenuhi.