JUDUL
TRAUMA SUHU
Disusun Oleh:
Aqilah Syahrina Syauki 04084822225142
Masagus M. Sulaiman Hakim 04084822225144
Nissa Daradinanti 04084822225146
Pembimbing:
AKBP. dr. Mansuri, Sp.FM
Referat
Trauma Suhu
Disusun oleh:
Aqilah Syahrina Syauki 04084822225142
Masagus M. Sulaiman Hakim 04084822225144
Nissa Daradinanti 04084822225146
Referat ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dalam mengikuti Kepaniteraan
Klinik di Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUP Dr. Mohammad
Hoesin Palembang Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya periode 15 Agustus – 11
September 2022.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan ke-hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-
Nya penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul ”Trauma Suhu” sebagai salah satu
tugas dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik di Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan
Medikolegal RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya periode 15 Agustus – 11 September 2022.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada AKBP dr.
Mansuri, Sp.FM selaku pembimbing yang telah memberikan arahan dan masukan sehingga
penulisan telaah ilmiah ini menjadi lebih baik.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan
referat ini, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk
penulisan yang lebih baik lagi di masa yang akan mendatang. Semoga penulisan referat ini
dapat memberi manfaat bagi kita semua.
iii
DAFTAR ISI
JUDUL...........................................................................................................................1
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................................ii
KATA PENGANTAR..................................................................................................iii
DAFTAR ISI.................................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................vi
DAFTAR TABEL........................................................................................................vii
BAB I.............................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang...............................................................................................1
1.3. Tujuan.............................................................................................................3
1.4. Manfaat...........................................................................................................3
BAB II............................................................................................................................4
2.1. Trauma Suhu..................................................................................................4
2.3.1. Patofisiologi..................................................................................................4
2.4.1. Patofisiologi................................................................................................12
BAB III.........................................................................................................................20
iv
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................22
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 5. Frostnip......................................................................................................16
vi
DAFTAR TABEL
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Traumatologi adalah suatu bagian ilmu kedokteran, yang mempelajari
trauma khususnya tentang trauma fisik, juga mempelajari derajat keparahan
luka/cedera, hubungan luka/cedera dengan kekerasan penyebabnya serta
kaitannya dengan hukum. Dalam bahasa indonesia trauma diartikan sebagai luka
atau cedera pada tubuh atau fisik. Trauma suhu adalah bagian dari tarumatologi
yang mencakup tentang cedera fisik akibat paparan dari suhu yang terlalu tinggi
(trauma panas) atau suhu yang terlalu rendah (trauma dingin).
Trauma panas diartikan sebagai luka yang disebabkan oleh kontak dengan
suhu tinggi seperti api, air panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi. Luka ini dapat
menyebabkan kerusakkan jaringan. Cedera lain yang termasuk luka bakar adalah
sambaran petir, sengatan listrik, sinar X dan bahan korosif. Kerusakan kulit yang
terjadi tergantung pada tinggi suhu dan lama kontak. Suhu minimal untuk dapat
menghasilkan luka bakar adalah sekitar 44 °C dengan kontak sekurang-
kurangnya 5-6 jam. Suhu 65°C dengan kontak selama 2 detik sudah cukup
menghasilkan luka bakar. Kontak kulit dengan uap air panas selama 2 detik
mengakibatkan suhu kulit pada kedalaman 1mm dapat mencapai suhu 47°C, air
panas yang mempunyai suhu 60°C yang kontak dengan kulit dalam waktu 10
detik akan menyebabkan partial thickness skin loss dan diatas 70°C akan
menyebabkan full thickness skin loss. Temperatur air yang digunakan untuk
mandi adalah berkisar 36°C - 42°C. Pelebaran kapiler dibawah kulit mulai terjadi
pada saat suhu mencapai 35°C selama 120 detik, vesikel terjadi pada suhu 53°C -
57°C selama kontak 30-120 detik.
1
berkepanjangan, cacat dan cacat, seringkali dengan stigma dan penolakan yang
dihasilkan. Luka bakar adalah salah satu penyebab utama hilangnya tahun hidup
yang disesuaikan dengan kecacatan (disability-adjusted life-years/DALYs) di
negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Pada tahun 2004, hampir 11
juta orang di seluruh dunia mengalami luka bakar yang cukup parah sehingga
memerlukan perhatian medis.
Secara garis besar, trauma suhu termasuk dalam bagian traumatologi yang
dimana dokter harus memahami bagaimana proses untuk kasus trauma akibat
suhu. Trauma suhu bisa terjadi dimanapun dan kapanpun baik itu disengaja
maupun tidak disengaja karena kejadian akibat trauma suhu ini bisa saja terjadi di
lingkungan tempat tinggal dan bisa terjadi pada bayi hingga lansia. Sehingga
pemahaman daripada trauma suhu ini sangatlah penting guna penatalaksanaan
yang adekuat bisa diterapkan sesegera mungkin. Pada kesempatan kali in penulis
tertarik untuk membuat referat yang berjudul “Trauma Suhu” sebagai
pembelajaran bagaimana paparan suhu dari luar tubuh dapat berdampak bagi
tubuh manusia, juga mengetahui bagaimana mekanisme terjadinya trauma dan
bagaimana pemeriksaan pada korban trauma suhu.
2
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian trauma suhu.
1.4. Manfaat
1. Menambah wawasan pengetahuan mengenai cara mengidentifikasi luka akibat
taruma suhu pada pemeriksaan forensik.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.3.1. Trauma
Traumatologi adalah suatu bagian ilmu kedokteran, yang mempelajari trauma
khususnya tentang trauma fisik, juga mempelajari derajat keparahan luka/cedera,
hubungan luka/cedera dengan kekerasan penyebabnya serta kaitannya dengan
hukum. Dalam bahasa indonesia trauma diartikan sebagai luka atau cedera pada
tubuh atau fisik. Suhu adalah ukuran kuantitatif terhadap temperatur berupa panas
dan dingin, diukur dengan termometer.
Kematian Pada Luka Bakar sendiri dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut:
1. Syok. Keadaan ini biasanya terjadi dalam 48 jam pertama, berupa syok
neurogenik akibat rasa nyeri atau ketakutan.
2. Asfiksia. Hal ini akibat asap atau gas sisa pembakaran. Pada kasus dimana
korban diambil dari rumah yang sudah terbakar, maka luka bakar yang terjadi
bisa merupakan postmortem.
3. Cedera dan kecelakaan. Hal ini bisa dialami sewaktu berusaha menghindari
kebakaran dan mengakibatkan cedera fatal.
4. Inflamasi beberapa bagian tubuh, misalnya meningitis, peritonitis, dll.
5. Lemas akibat kehilangan banyak cairan yang bisa menyebabkan dehidrasi.
Septikemia, gangren, dan tetanus.
5
2.3.2. Rules of Nines & Derajat Luka
Secara klinis, luka bakar dinilai menurut persentasi dari luas pemukaan
tubuh yang terpajan dan kedalaman luka. Cara untuk menilai derajat luka bakar
menurut persentasi luas permukaan tubuh yang terpajan pada orang dewasa dan
anak-anak adalah dengan ‘rules of nines’. 4
5. Genetalia / perineum : 1%
6
Pada anak-anak, pembagiannya adalah sebagai berikut:
1. Luka minor adalah luka bakar kurang dari 10% luas permukaan tubuh
2. Luka bakar moderate adalah luka bakar 10-20% luas pemukaan tubuh.
3. Luka bakar mayor adalah luka bakar lebih dari 20% luas permukaan tubuh.
7
Berdasarkan kedalaman luka, luka bakar terbagi atas 4 derajat yaitu :
Lapisan
Derajat Waktu
yang Gambaran Tekstur Sensasi Komplikasi Gambar
luka penyembuhan
terlibat
Kemerahan
Derajat 2 Dermis
dgn lepuhan Lembab Nyeri 2-3 minggu Selulitis
(superfisial) (papillary)
bening
Beberapa Skar,
Kemerahan
minggu atau kontraktur
Derajat 2 Dermis dan putih dgn
Lembab Nyeri dapat progresif (membutuhka
(profunda) (retikular) lepuhan yg
menjadi derajat n eksisi dan
berisi darah
tiga skin graft)
Meluas
Skar,
pada Warna Kering, Sedikit Membutuhkan
Derajat 3 kontraktur,
seluruh putih/coklat kasar nyeri eksisi
amputasi
dermis
Meluas di
lapisan
kulit,
Hitam,
jaringan Amputasi
hangus Sedikit Membutuhkan
Derajat 4 subkutan Kering dan
dengan nyeri eksisi
sampai rehabilitasi
eskar
jaringan
otot dan
tulang
1. Luka bakar derajat pertama adalah setiap luka bakar yang dalam proses
penyembuhannya tidak meninggalkan jaringan parut. Luka bakar derajat
pertama tampak sebagai suatu daerah yang berwarna kemerahan, terdapat
gelembung-gelembung(skin blister, vesikulae, bullae), yang ditutupi oleh
daerah putih, epidermis yang tidak mengandung pembuluh darah dan dibatasi
oleh kulit yang berwarna merah serta hiperemis. Secara mikroskopik tampak
adanya kongesti dari pembuluh darah, mungkin pula dijumpai perdarahan-
perdarahan dan infiltrasi sel radang polymorphonuclear (PMN). Pemeriksaan
kimiawi dari cairan yang terdapat di dalam gelembung-gelembung luka bakar,
yang dilanjutkan dengan pemeriksaan mikroskopik menunjukkan bahwa
8
dalam cairan tersebut kaya akan protein, yang kadang-kadang dapat
menggumpal akibat panas; sel-sel PMN dapat dijumpai walaupun tidak
terdapat infeksi. Luka bakar derajat pertama dapat berakhir dengan kematian
korban bila luas daerah yang terbakar sama atau lebih dari sepertiga luas
permukaan tubuh.3,4,8
2. Luka bakar derajat dua adalah luka bakar yang pada proses penyembuhannya
akan selalu membentuk jaringan parut; oleh karena pada luka bakar derajat
kedua ini seluruh kulit mengalami kerusakan, dan tergantung dari lokasi
kerusakannya kontraktur dapat terjadi. Daerah yang terbakar akan mengkerut,
terdapat daerah yang tertekanoleh karena terjadi koagulasi jaringan, dikelilingi
oleh kulit yang berwarna kemerahan dan kulit yang menggelembung. Dalam
waktu sekitar satu minggu jaringan yang nekrotik akan terlepas dan
meninggalkan tukak yang waktu penyembuhannya lama. Pengobatan biasanya
memerlukan operasi plastik. Gambaran luka bakar derajat kedua pada
umumnya tidak berbeda luka bakar derajat pertama, hanya saja pada luka
bakar derajat kedua rasa nyeri sangat hebat dan seringkali diakhiri dengan
shock, kemungkinan terjadinya shock pada luka bakar derajat kedua lebih
besar.3,4,8
3. Luka bakar derajat ketiga dan keempat, tubuh akan mengalami destruksi yang
hebat, tidak saja terbatas pada kulit dan subkutis, akan tetapi sampai kelapisan
yang lebih dalam, jaringan otot atau tulang. Kerusakan pada ujung-ujung saraf
pada luka bakar derajat ketiga akan menyebabkan kurangnya rasa sakit.
Terjadinya devitalisasi jaringan akan memudahkan terjadinya infeksi dan
lambatnya penyembuhan. Bahaya lain yang dapat timbul adalah shock, yang
biasanya terjadi lambat yaitu setelah 1 atau 3 hari. Sampai fase tersebut
dilewati prognosa dengan tetap dubius oleh karena korban dapat jatuh dalam
koma atau mati.3,4,8
Jika terdapat identifikasi sementara, seperti gigi dan catatan medis harus
diperoleh oleh penyidik. Kegunaan dari catatan ini tergantung dari spesifitas dan
keakuratannya. Salah satu cara untuk mengidentifikasi tubuh yang hangus
dilakukan pemeriksaan radiologi. Jika kecocokan antara informasi antemortem
dan postmortem tidak jelas, ketetapannya masih dapat masih dapat diperkuat oleh
ahli patologi dan ahli lainnya yang terlibat. Jika metode pembanding
konvensional tidak jelas, maka gigi dan tulang dapat digunakan untuk analisa
DNA.6,8
1. Pakaian dari korban diambil dan diperiksa secara teliti untuk mencari
terdapatnya minyak tanah, bensin atau bahan lainnya yang mudah terbakar.8
2. Gambaran kulit bisa bervariasi, misalnya :3,8
a. Putih. Pada luka bakar akibat panas radiasi.
b. Melepuh dan merah. Ukuran dan bentuknya bergantung pada ukuran
benda panas. Bentuk luka seperti ini adalah karena bersentuhan dengan
benda panas.
c. Luka merah terpanggang. Merupakan akibat bersentuhan dengan benda
panas dalam waktu yang cukup lama.
d. Kehitaman dan seperti tattoo. Merupakan luka akibat ledakan tambang
batubara. Biasanya ukuran luka sangat luas.
e. Hitam dan berjelaga pada beberapa bagian tubuh, yaitu luka bakar akibat
minyak tanah.
f. Kemerahan dan pembentukan vesikel pada kulit, yaitu akibat terkena uap
panas, misalnya dari air mendidih atau uap panas.
g. Luka basah dan kulit kehilangan sifat elastisnya, yaitu pada luka bakar
akibat uap yang sangat panas.
3. Sikap pugilistik. Sikap ini mirip sikap defensive dan terdapat pada mayat yang
lama terpapar temperatur tinggi sehingga mayat menjadi kaku. Pada beberapa
10
kasus, temperatur yang sangat tinggi ini bisa mengakibatkan keretakan dan
celah sehingga sangat mirip dengan luka potong.6
4. Penentuan jenis kelamin adalah berdasarkan :6,8
a. Adanya uterus atau kelenjar prostat. Kedua jaringan tersebut lebih tahan
terhadap suhu tinggi dibandingkan jaringan tubuh lainnya.
b. Jika yang tertinggal hanya tulang kerangka, maka proses identifikasinya
berdasarkan ukuran dan bentuk tulang pelvis.
11
dengan luka bakar postmortem dimana vesikel biasanya berisi udara. Walaupun
sangat jarang ada juga vesikel yang mengandung cairan serosa, tetapi hanya
mengandung albumin dan tidak ada klorida. Dasar vesikel kering dan keras.
Proses penyembuhan pada luka bakar antemortem bisa tampak proses perbaikan
luka, berupa inflamasi, pembentukan pus, pembentukan jaringan granulasi atau
pengelupasan kulit. Hal ini tidak terdapat pada luka bakar postmortem.6,
12
misalnya dalam air. Pada hipotermia akibat terendam (immersion hipotermia),
kehilangan panas tubuh sekitar tiga kali lebih cepat daripada selama terpapar
suhu yang sama di udara kering dan dingin karena air menghantarkan panas 20-
25 kali lebih cepat daripada udara.9,10
Efek tak langsung dari dingin adalah terjadi reaksi vaskular yang keras
dan stasis, yang berhubungan dengan rangsangan terhadap prostaglandin yang
terlibat pada iskemik dermal progresif. Prostaglandin F2 dan tromboksan A2
menyebabkan agregasi platelet dan vasokonstriksi.11
13
Tabel 1. Fase klinis hipotermia dan gejalanya.
14
dalam literatur tentang orang yang masih hidup yang dinyatakan meninggal
karena kekakuan otot yang hebat yang disalahartikan sebagai rigor mortis.9,12
Frostbite biasanya melibatkan jari tangan dan kaki, telinga, hidung dan
pipi.
Presentasi klinis dari frostbite terdiri dari tiga kategori, berhubungan dengan
frostbite ringan atau frostnip, frostbite superfisial, dan frostbite dalam dengan
kehilangan jaringan.11,13
15
Frostnip hanya melibatkan kulit dan tidak menyebabkan kerusakan yang
ireversibel. Terdapat sensasi dingin berat yang berkembang menjadi rasa kebas
(mati rasa) yang diikuti dengan rasa sakit. Eritema biasanya terjadi pada pipi,
telinga, hidung, jari, dan jari kaki. Tidak terdapat edema atau pembentukan bula.
Frostnip merupakan satu-satunya bentuk frostbite yang dapat diobati dengan
aman di lapangan dengan menggunakan tindakan pertolongan pertama. Frostnip
paling sering terjadi pada pemain ski. pemanasan baik dengan tekanan tangan
atau dengan menempatkan tangan di ketiak adalah perawatan yang
mencukupi.11,13
Gambar 5. Frostnip
Frostbite superfisial melibatkan kulit serta jaringan subkutaneus. Tanda-
tandanya termasuk seperti yang telah disebutkan sebelumnya tetapi disertai
dengan rasa nyeri. Hal ini merupakan tanda dari keterlibatan yang luas. Kulit
terlihat seperti lilin tapi jaringan yang lebih dalam tetap lunak dan kenyal. Dalam
waktu 24-36 jam setelah mencair, terbentuk bula jernih yang disertai dengan
edema dan eritema. Lesi dapat mengalami erosi.11,13
16
Frostbite yang dalam dapat meluas sampai jaringan subkutaneus yang
dalam. Kulit yang mengalami trauma menjadi berwarna keputihan atau putih
kebiruan dengan derajat anastesi yang bervariasi. Seringkali kulit yang terkena
seolah bebas dari rasa nyeri dan rasa tidak nyaman akibat dingin pun menghilang.
Jaringan secara total menjadi mati rasa, berindurasi dengan imobilitas sendi dan
ekstremitas. Otot dapat mengalami paralisis. Syaraf, pembuluh darah besar, dan
bahkan tulang dapat dirusak. Bula berukuran besar terbentuk 1 sampai 2 hari
setelah rewarming dan dapat diklasifikasikan berdasarkan kedalamannya seperti
halnya pada luka bakar yang disebabkan oleh panas. Cairan bula akan mulai
direabsorbsi dalam 5-10 hari, yang akan menyebabkan pembentukan gangren
hitam yang mengeras. Beberapa minggu kemudian, timbul garis demarkasi dan
jaringan yang terletak distal dari garis akan mengalami autoamputasi.11,13
17
Perubahan kulit pada hipotermia generalisata berbeda dari yang terlihat
pada hipotermia lokal. Pada hipotermia generalisata, cedera seperti radang dingin
dapat dilihat sebagai pembengkakan pada telinga, hidung dan tangan tetapi
temuan yang lebih mencolok adalah kulit merah atau ungu dan bercak ungu pada
lutut atau siku atau di atas aspek luar sendi panggul (Gambar. 9,10 ).9,14
18
Wischnewsky (1895) adalah orang pertama yang menggambarkan erosi
lambung hemoragik multipel sebagai tanda yang menunjukkan hipotermia
(Gambar 11). Lesi bervariasi dengan diameter dari 1 mm sampai sekitar 2 cm dan
dalam jumlah dari hanya beberapa sampai lebih dari 100 tersebar di seluruh
mukosa lambung. Secara histologis, bercak Wischnewsky ditandai dengan
nekrosis mukosa dengan pembentukan hematin. Imunohistokimia
mengungkapkan bahwa lesi bereaksi positif terhadap hemoglobin. Bercak
Wischnewsky adalah temuan non-spesifik karena dapat di temukan juga pada
etiologi yang mendasari seperti perubahan serupa pada mukosa lambung juga
ditemukan sebagai akibat penyalahgunaan obat atau alkohol atau stres atau
syok.9,15
19
BAB III
KESIMPULAN
Trauma suhu merukan cedera yang diakibatkan oleh paparan dari suhu
yang terlalu tinggi (trauma panas) atau suhu yang terlalu rendah (trauma dingin).
Gambaran yang didapatkan pada korban trauma panas berupa luka bakar,
Gambaran kulit bisa bervariasi, seperti kulit menjadi putih pada luka bakar
akibat panas radiasi, melepuh dan merah akibat bersentuhan dengan benda panas,
luka merah terpanggang akibat bersentuhan dengan benda panas dalam waktu
yang cukup lama, kehitaman dan seperti tattoo akibat ledakan, hitam dan
berjelaga pada beberapa bagian tubuh akibat minyak tanah, kemerahan dan
pembentukan vesikel pada kulit akibat terkena uap panas, luka basah dan kulit
kehilangan sifat elastisnya akibat uap yang sangat panas. Gambaran yang
didapatkan pada korban trauma dingin dapat berupa Frostbite, terjadi ketika
jaringan membeku setelah paparan terhadap udara yang sangat dingin, cairan,
atau metal. Dapat terjadi juga sensasi dingin berat yang berkembang menjadi rasa
kebas (mati rasa) yang diikuti dengan rasa sakit. Eritema biasanya terjadi pada
pipi, telinga, hidung, jari, dan jari kaki. Tidak terdapat edema atau pembentukan
bula. Kulit yang mengalami trauma menjadi berwarna keputihan atau putih
kebiruan dengan derajat anastesi yang bervariasi. Jaringan menjadi mati rasa,
berindurasi dengan imobilitas sendi dan ekstremitas. Secara histologis, bercak
Wischnewsky ditandai dengan nekrosis mukosa dengan pembentukan hematin.
Mekanisme trauma panas ketika tubuh mengalami luka bakar, akan terjadi
kompensasi terhadap syok dengan kehilangan cairan, kemudian tubuh
mengadakan respon dengan menurunkan sirkulasi gastrointestinal yang mana
dapat terjadi ileus paralitik, tachycardia, dan tachypnea, yang merupakan
kompensasi untuk menurunkan volume vaskuler dengan meningkatkan
kebutuhan oksigen terhadap jaringan yang luka. Mekanisme trauma dingin
berupa kejadian hipotermia yang terjadi ketika suhu inti tubuh dibawah 35°C.
Selama terjadinya suhu dingin, terbentuk kristal dengan ukuran lebih besar dari
sel-sel individu dari kompartemen ekstraseluler yang menyebabkan dehidrasi
intraseluler. Isi sel menjadi hiperosmolar, dan konsentrasi toksik dari elektrolit
dapat menyebabkan kematian sel.
20
Pada pemeriksaan luar korban trauma panas terutama luka bakar dapat
dilakukan dari melihat kondisi pakaian apakah terdapat bekas bahan yang mudah
terbakar atau tidak. Selanjutnya mengindentifikasi kondisi tubuh pasien terutama
pada bagian tubuh yang mengalami kontak langsung dengan dengan benda panas,
dapat juga didapatkan sikap pugilistik yang mengambarkan kondisi posisi pasien
ketika terpapar panas. Pemeriksaan luar korban trauma dingin akan didapatkan
gambaran frostbite yang terjadi ketika jaringan membeku setelah terpaparan
udara, cairan, atau benda yang sangat dingin. Penurunan suhu tubuh yang terlalu
rendah juga dapat terjadi hipotermia yang membahayaka jiwa. Frostbite biasanya
terjadi di tanga, kaki, telinga, hidung, atau pipi. Frostnip merupakan kejadian
yang menimbulkan sensasi dingin yang berkembang hingga rasa kebas atau mati
rasa yang bisa diikuti rasa sakit. Frost eritema ditandai dengan cedera
pembengkakan pada organ luar tubuh hingga berupa kulit merah atau ungu dan
bercak ungu pada organ lainnya.
Pada pemeriksaan dalam korban trauma panas luka bakar akan didapatkan
Hematoma dalam kepala (pseudoepidural hematom), tulang tengkorak
mengalami fraktur pada kematian akibat kebakaran, jika kematian akibat asfiksia
pada traktus respiratorius bisa ditemukan partikel karbon, inflamasi pleura bisa
terjadi dan terdapat efusi ke dalam rongga pleura, bilik jantung penuh berisi
darah, lambung dan duodenum menunjukkan reaksi inflamasi, pada hati terdapat
perlemakan, pada ginjal terdapat pembengkakan (cloudy swelling), thrombosis
kapiler, bahkan mengalami infark, limpa dan kelenjar mengalami kongesti.
Pemeriksaan dalam korban trauma suhu dingin akan didapatkan berupa bintik-
bintik merah pada mukosa lambung akibat erosi lambung hemoragik multipel
sebagai tanda hipotermia, dan perdarahan dalam otot inti terutama otot iliopsoas
dapat ditemukan pada kematian akibat hipotermia.
21
DAFTAR PUSTAKA
22
23