Anda di halaman 1dari 17

ILMU GIZI INDONESIA

Studi Kasus Mengenai


Konsumsi Pangan Reaktif,
Food Neophobia dan Perilaku
Anak Autistik di SD Inklusi
Salsabila Purwakarta

Kelompok 2 A
Anggota kelompok 2

Anna Reskiyah Atika Dewi


Juli Asnita
Maharani Maharaja
Mega Aulia Rizki Nurul Fadilah Yenni Panjaitan
Munte Ardi
IDEN TIT AS
JURN AL
Judul : Studi kasus mengenai konsumsi pangan
reaktif, food neophobia dan perilaku anak autistik di
SD Inklusi Salsabila Purwakarta
Penulis : Mira Tsamrotul Ula, Muhammad Ikhsan
Ammar, Iin Fatmawati Imrar
Jurnal : Ilmu Gizi Indonesia
Tahun : 2021
Volume : 05
No : 01
Halaman: 11-26
PENDAHULUA

• Anak autistik terkadang mengalami gangguan perilaku diantaranya menjadi


agresif dan hiperaktif, mengalami gangguan konsentrasi, mengalami
gangguan sensoris dan memiliki perilaku defisit.
• Pengaturan pola makan yang baik telah terbukti dapat mengurangi
gangguan perilaku pada anak autistik
• Pengaturan pola makan yang baik diantaranya adalah menghindari pangan
reaktif.
• Penanganan yang tepat, cermat dan telaten sedari dini
METODE
Penelitian dilakukan di SD Inklusi Salsabila Purwakarta
Penelitian ini dilaksanakan bulan Oktober 2019 sampai Desember 2019

Kriteria inklusi penelitian ini yaitu orang tua dan guru dari anak autistik
yang memiliki kemampuan dalam berkomunikasi dan bersedia berpartisipasi dalam

penelitian. Anak autistik yang diobservasi adalah anak autistik yang berusia di

bawah 10 tahun dan merupakan siswa SD Inklusi Salsabila Purwakarta.

Penelitian ini menggunakan metode kombinasi concurrent embedded dengan metode primer berupa metode kualitatif dan metode
sekunder berupa metode kuantitatif. Untuk memeroleh data kualitatif, dilakukan wawancara mendalam kepada lima orang tua
dan enam guru dari anak autistik dan dokumentasi serta observasi aktivitas keseharian lima anak autistik selama kurun waktu 18
hari. Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire (SQFFQ) digunakan untuk memeroleh data kuantitatif kebiasaan makan
dan pengukuran berat badan menggunakan timbangan digital .
GANGGUAN PERILAKU AUTISTIK
berdasarkan hasil penelitian:

- masih sering terjadi perilaku autistik kepada tiap


anak yang menderita dengan keparahan dan durasi
yang berbeda-beda.
- disebabkan ketidakseimbangan senyawa
neurotransmitter dalam otak yang mengatur tingkah
laku yang disebabkan perubahan suplai makanan
sebagai pembentuk neurotrransmitter.

neurotransmitter (senyawa neurokimia yang bertugas


menyampaikan pesan antara satu sel saraf (neuron)
ke sel saraf target)
Gambaran Food Neophobia pada subjek

Diantara 5 anak autistik: 3 disadari orang tua


menyadari anak mereka sesnsitif terhadap makanan
manis.
Diantara 5 anak autistik: 3 orang diberikan
kewenangan untuk jajan sendiri dan sisanya diberikan
pengawasan.
Dilakukan pengawasan apabila telah berlebihan dalam
mengonsumsi makanan tertentu.
Adanya perubahan perilaku hiperaktif secara spontan.
Dari seluruh 5 anak autistik mulai anak A hingga anak E dimana anak
C merupakan subjek dengan frekuensi kemunculan gangguan
perilaku tergolong paling tinggi
Variasi jumlah dan jenis pangan didapatkan dari hasil SQFFQ dalam kegiatan
wawancara setiap orangtua kelima anak autistik
Dari seluruh 5 anak autistik mulai anak A hingga anak E dimana anak C menempati
kuantitas dan variasi tertinggi pada pangan reaktif yang dikonsumsi
Menurut para ahli, pangan reaktif terbesar yang mempengaruhi anak autistik yaitu
produk gluten dan kasein, glikemik tinggi, kedelai, jagung dan makanan tinggi akan
fenol.
Hasil Penelitian
Kualitatif
HUBUNGAN ANTAR VARIABEL
Hasil data Kualitatif:
X1 = Berat Badan Anak Autistik
X2 = Rata-rata Asupan Energi Sehari
X3 = Rata-rata Asupan Protein Sehari
X4 = Pola Konsumsi Pangan Reaktif
Y = Gangguan Perilaku Autistik.

X4 mempengaruhi Y (36%).
Tabel 1. Hasil Indepth Interview
1. perubahan perilaku yang signifikan karena makanan.
pangan yang mengandung produk gluten, kasei, zat fenol dan produk dengan IG
tinggi dapat mempengaruhi fokus dan perhatian anak, mengakibatkan anak menjadi
hiperaktif, tantrum dan tertawa sendiri. sehingga pemberian informasi gizi terkait
pemenuhan zat gizi anak dengan menggunakan nasi putih, minyak goreng, sayur di
goreng, lauk di pindang, dll membuat adanya perubahan pada anak seperti mampu
diajak biacara dan mulai mengertu kosakata walaupun terkadang terjadi tantrum yang
tidak terlalu lama.

2. menatap mata lawan bicara


adanya gangguan anak autistik dapat dilihat dari bagaimana menatap lawan bicara. senyawa
opiate dalam pangan mampu membuat anak menjadi sosial withdrawal (menyendiri) sehingga
perubahan menu makan mempengaruh tingkat fokus anak.
3. perilaku anak autistik
perilaku anak yang biasanya tantrum seperti berteriak, tertawa sendiri, melamun, nyakar,
menyakiti diri sendiri, dll dapat disebabkan oleh pangan yang tidak dapat dihindari.
seringnya konsumsi pangan yang reaktif membuat anak tantrum lebih lama. anak autistik
yang sakit karena perenggangan mukosa usus yang dipenuhi bakteri dapat memperburuk
metabolisme dan ketidakseimbangan fokus otak.
4. tes penegak diagnosa
berbagai tes seperti tes stimulus, observasi, tes rambut, alergi, memberikan
petunjuk terhadap kehidupan anak autisme dan juga perilakunya

5. pengetahuan ibu akan penyebab anak mengalami autisme


hasil didapat sebagian ibu tidak paham akan faktor dari terjadinya anaknya autis.
ada juga yang berpendapat bahwa penurunan gen, pengaruh obat atau vitamin
yang berlebihan, atau sikap yang sedari awal menyendiri dan tidak pernah
diperhatikannya sikap anak yang menyendiri merupakan gambar faktor adanya
perilaku anak autisme.
6. konsumsi obat
nak mengkonsumsi berbagai jenis obat yang berbeda, obat tersebut diduga dapat
sikap anak yang tantrum, namun perlu juga diperhatikan dosis pad obat tersebut
7. menyebut terus makanan tertentu
anak autis biasanya memiliki sikap kecanduan terhadap jenis makanan tertentu dan tidak
mau merubah makanan. makanan manis seperti eskrim, susu, coklat sangat disukai anak
autis sehingga perilaku anak akan terus meminta makanan tersebut dan tidak mau diam
sebelum makanan tersebut diberi. hal tersebut adalah food neophobia

8. cenderung membeli produk pangan tertentu saja


otak merangsang anak untuk membeli pangan reaktif seperti jajanan ciki, eskrim, kripik
singkong, dll sikap anak yang ngemil berlebihan dan jika tidak diberi ia bertingkah lebih ekstrim
untuk mendapatkan makanan yang ia inginkan saja.

9. pantangan makanan
menghindari pantangan terhadap makanan akan membantu tubuh, pangan reaktif tidak
terverna baik oleh tubu. pangan reaktif dapat merubah mood dan juga tingkah laku anak yang
akan terus meminta makanan tertentu. faktor orang tua harus menerima anjuran diet dan
memantangkan pangan reaktif terhadap anak.
KESIMPULAN

Aspek pengaturan pola makan sedemikian penting bagi anak autistik karena suplai makanan merupakan bahan

dasar pembentuk neurotransmitter yang memengaruhi mood dan tingkah laku. Pangan yang reaktif terhadap satu

anak belum tentu reaktif terhadap anak autistik lainnya. Pengecekan data pangan reaktif dalam tubuh anak

autistik berguna untuk mengukur ketepatan dalam penentuan diet yang sehat melalui upaya eliminasi maupun

substitusi secara bertahap.


Kelompok 2 A

Terima kasih!

Anda mungkin juga menyukai