MKB : 76428
I NYOMAN SUBRATHA
CENING ARDINA
i
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadapan Tuhan Yang Mahaesa, pada akhirnya
kami dapat menyelesaikan buku ajar dengan judul “ MANAJEMEN STRATEGI AKUNTANSI ”.
Buku ajar ini terdiri dari 7 (tujuh) bab, yaitu: sifat dasar manajemen strategi, karakteristik
keputusan manajemen strategi, analisis lingkungan, formualasi strategi, implementasi
strategi, evaluasi strategi dan evaluasi kinerja.
Menyadari sepenuhnya bahwa buku ajar ini masih banyak kekurangannya, maka
dengan segala kerendahan hati sudilah kiranya pembaca memberikan kritik dan saran yang
membangun, sehingga buku ajar ini dapat dijadikan pegangan oleh mahasiswa guna
menempuh mata kuliah Manajemen Strategi Akuntansi.
Buku ajar ini tidak akan pernah terwujud tanpa adanya bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini ijinkan kami mengucapkan terima
kasih dan penghargaan yang setingginya kepada:
1. Ir. Putu Dana Pariawan Salain, M.Sc.MIHT selaku Direktur Politeknik Negeri Bali
yang telah memberikan dorongan semangat sehingga buku ajar ini dapat saya
selesaikan.
2. Bapak Ir. Made Mudhina selaku Pembantu Direktur I Politeknik Negeri Bali yang
banyak memberikan dorongan moral dan kesempatan sehingga buku ajar ini dapat
saya selesaikan.
3. Bapak Drs. Ec. I Ketut Suandi,Ak,M.Pd. yang memberikan dorongan semangat
untuk menulis buku ajar ini dan sekaligus persetujuannya.
4. Kepada rekan-rekan yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah
banyak membantu pembuatan buku ajar ini.
Semoga bantuan dan dukungan baik moral maupun material yang diberikan kepada
kami, akan mendapatkan balasan dari Tuhan Yang Mahaesa.
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
Daftar Tabel v
Daftar Gambar vi
Daftar Diagram vii
BAB - 1 SIFAT DASAR MANAJEMEN STRATEGI 1
1.1 Pengertian manajemen strategi akuntansi 1
1.2 Formalitas manajemen strategti 2
1.3 Manfaat, kelemahan dan resiko manajemen strategi 3
1.4 Model manajemen strategi 4
1.5 Komponen dari model manajemen strategi 5
1.6 Manajemen strategi sebagai suatu proses 6
BAB - 2 KARAKTERISTIK KEPUTUSAN MANAJEMEN STRATEGI 9
2.1 Sifat dan nilai manajemen strategi 9
2.2 Dimensi-dimensi keputusan strategi 11
2.3 Tiga tingkat strategi 12
2.4 Karakteristik keputusan manajemen strategi 13
2.5 Pembuat strategi 14
2.6 Merumuskan visi, misi dan tujuan 15
BAB - 3 ANALISIS LINGKUNGAN 17
3.1 Analisis lingkungan 17
3.2 Analisis lingkungan eksternal 19
3.3 Analisis lingkungan industri 20
3.4 Matriks analisis faktor eksternal strategis 22
3.5 Matriks profil kompetitif 24
3.6 Analisis lingkungan internal 24
3.7 Analisis rantai nilai 25
3.8 Matriks analisis faktor internal strategis 26
BAB – 4 FORMULASI STRATEGI 30
4.1 Tujuan jangka panjang 30
4.2 Tipe- tipe strategi 32
4.3 Strategi generik porter 33
4.4 Cara untuk mencapai strategi 33
4.5 Analisis dan pilihan strategi 35
4.6 Kerangka kerja perumusan strategi komprehensif 36
4.7 Matriks SWOT, SPACE, BCG, INTERNAL-EKSTERNAL DAN GS 37
BAB – 5 IMPLEMENTASI STRATEGI 46
5.1 Implementasi strategi 47
5.2 Tujuan tahunan dan kebijakan tahunan 48
iii
5.3 Struktur organisasi dan strategi 52
5.4 Restrukturisasi dan desain ulang 53
5.5 Budaya organisasi mendukung strategi baru 54
5.6 Hubungan produksi dengan implementasi strategi 55
5.7 Segmentasi pasar dan positioning produk alat implementasi strategi 57
5.8 Proyeksi dan analisis keuangan merupakan implementasi strategi utama 58
5.9 Penelitian dan pengembangan dalam implementasi strategi 59
5.10 SIM membantu keberhasilan dalam implementasi strategi 60
BAB – 6 EVALUASI STRATEGI 62
6.1 Konsep evaluasi 62
6.2 Karakteristik sistem evaluasi yang efektif 63
6.3 Kerangka kerja evaluasi strategi 64
6.4 Proses evaluasi strategi 66
6.5 Perencanaan Kontijensi 67
BAB – 7 EVALUASI KINERJA 70
7.1 Pengertian evaluasi kinerja 70
7.2 Kinerja yang dievaluasi 71
7.3 Alat evaluasi kinerja tradisional 72
7.4 Evaluasi kinerja berdasarkan balanced scorecard 73
7.5 Penjabaran ukuran dalam balanced scorecard 73
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Lingkungan umum: segmen dan elemen 18
Tabel 3.2 Komposisi analisis eksternal 19
Tabel 3.3 AFES- Kekuatan koran JP 22
Tabel 3.4 AFES- Ancaman koran JP 23
Tabel 3.5 Matriks Profil Kompetitif Terhadap Kompetitor Perusahaan Koran 24
Tabel 3.6 AFIS Kekuatan Koran JP 27
Tabel 3.7 AFIS Kelemahan Koran JP 27
Tabel 4.1 Proses analisis strategi 31
Tabel 4.2 Tipe strategi dan definisi 32
Tabel 4.3 Matriks SWOT 38
Tabel 5.1 Perbedaan perumusan strategi dengan implementasi strategi 47
Tabel 5.2 Ekspektasi pendapatan perusahaan Maju company 50
Tabel 5.3 Hierarki suatu kebijakan 51
Tabel 5.4 Implementasi strategi dan manajemen produksi 56
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Arti Manajemen 2
Gambar 1.2 Model Manajemen Strategis Komprehensif 5
Gambar 2.1 Struktur Manajemen Strategi Alternatif 13
Gambar 3.1 Hubungan antara kekuatan eksternal kunci dan organisasi 20
Gambar 3.2 Model lima kekuatan Porter 21
Gambar 4.1 Proses analisis kasus 32
Gambar 5.1 Hierarki tujuan tahunan 50
Gambar 5.2 Hubungan strategi – Struktur Chandler 52
Gambar 6.1 Kerangka kerja evaluasi strategi 65
vi
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 4.1 Kerangka formulasi strategis 36
Diagram 4.2 Matriks SPACE 38
Diagram 4.3 Matriks BCG 39
Diagram 4.4 Matriks Internal-Eksternal 41
Diagram 4.5 Matriks Strategi Besar 42
Diagram 4.6 Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif 44
vii
MANAJEMEN STRATEGI AKUNTANSI
BAB - 1
SIFAT DASAR MANAJEMEN STRATEGI
KERANGKA ISI:
Sifat dasar manajemen strategi berisikan materi di antaranya: pengertian
manajemen strategi akuntansi, formalitas manajemen strategi, manfaat, kelemahan dan
resiko manajemen strategi, model manajemen strategi, komponen dari model manajemen
strategi, manajemen strategi sebagai suatu proses.
STANDAR KOMPETENSI
Mampu memahami konsep dasar dari manajemen strategi akuntansi dan dapat
mendeskripsikan model manajemen strategi akuntansi.
KOMPETENSI DASAR
1. Mampu memahami konsep dasar manajemen strategi akuntansi.
2. Mampu memahami formalitas manajemen strategi dalam perusahaan atau
organisasi.
3. Mampu mendeskripsikan manfaat, kelemahan dan resiko manajemen strategi.
4. Mampu mendeskripsikan model manajemen strategi.
5. Mampu menetapkan komponen dari manajemen strategi.
6. Mampu mengimplementasikan bahwa manajemen strategi merupakan suatu
proses.
Perencanaan
Pengorganisasian
Anggota
Penyusunan Tujuan
Manajemen Organisasi
personalia Organisas
(bawahan)
Pengarahan dan
Pengawasan
keputusan yang diambil. Dalam hal ini manajer strategic dilatih untuk membatasi
janji terhadap proforma dan pengambilan keputusan dapat diberikan kepada
bawahan.
3. Manajer strategic harus dilatih untuk mengantisipasi dan menanggapi kekecewaan
dari bawahan yang berpartisipasi atas pengharapan yang tidak tercapai.
PROFIL
PERUSAHAAN
ANALISIS APLK
Model manajemen strategis menunjukkan pendekatan yang jelas dan praktis untuk
memformulasikan, mengimplementasikan dan mengevaluasi strategi. Proses manajemen
strategis merupakan hal yang dinamis dan berkelanjutan. Suatu perubahan dalam salah
satu komponen utama dalam model dapat menyebabkan perubahan dalam salah satu
atau semua komponen lainnya. Dengan demikian, aktivitas formulasi, implementasi dan
evaluasi strategi seharusnya dilakukan secara berkelanjutan, tidak hanya pada akhir
tahun atau setiap setengah tahun dan proses manajemen strategis tidak pernah berakhir.
Dalam praktiknya proses manajemen strategis pembagian serta pelaksanaannya
tidak serapi yang digambarkan oleh model manajemen strategis. Penyususnan strategi
tidak menjalankan proses dalam urutan yang kaku. Pada umumnya ada aktivitas
memberikan dan menerima di antara tingkat hierarki suatu organisasi. Namun demikian,
aplikasi proses manajemen strategis biasanya lebih formal dalam perusahaan yang besar
dan stabil. Formalitas mengacu pada seberapa jauh peserta, tanggung jawab, wewenang,
kewajiban dan pendekatan yang spesifik. Perusahaan yang bersaing dalam lingkungan
yang komplek dan cepat berubah, seperti perusahaan teknologi, cenderung lebih formal
dalam perencanaan strategis. Demikian juga perusahaan yang banyak memiliki divisi,
produk, pasar juga cenderung lebih formal. Sedangkan perusahaan kecil cenderung tidak
formal.
Evaluasi dibutuhkan karena kesuksesan hari ini tidak menjamin kesuksesan di hari
esok. Sukses selalu membawa masalah baru yang berbeda dan perusahaan yang berpuas
diri akan mengalami kegagalan. Selain tiga tahap proses manajemen strategis,
manajemen strategis sebagai proses mempunyai implikasi yang penting di antaranya:
1. Suatu perubahan pada setiap unsure akan memengaruhi beberapa atau semua
unsure yang lain.
2. Formulasi dan implementasi strategi adalah berurutan, proses tersebut mulai
dengan pengembangan atau penilaian kembali dari misi perusahaan.
3. Keperluan umpan balik dari institusionalisasi, penelaahan dan penilaian terhadap
tahap-tahap awal dari proses.
4. Kebutuhan untuk menganggapnya sebagai suatu sistem yang dinamis. Istilah dinamis
bercirikan kondisi yang terus berubah, yang memengaruhi aktivitas- aktivitas
strategis yang saling berhubungan dan saling bergantungan.
jarang berubah, namun penekanan relatif yang setiap unsur menerima bervariasi, dengan
pengambil keputusan yang menggunakan model dan dengan lingkungan dari
perusahaan.
RANGKUMAN
Secara umum manajemen merupakan seni dan ilmu mendapatkan hasil melalui
orang lain,sedangkan strategi merupakan sejumlah tindakan yang terintegrasi dan
terkoordinasi yang diambil untuk mengeksplorasi kompetensi inti serta memperoleh
keuanggulan bersaing. Akuntansi manajemen merupakan suatu kegiatan (proses) yang
menghasilkan informasi keuangan bagi manajemen untuk pengambilan keputusan
ekonomi dalam melaksanakan fungsi manajemen. Dengan demikian, manajemen strategi
akuntansi merupakan proses perencanaan dan tindakan yang terintegrasi dan
terkoordinasi yang diambil untuk mengeksplorasi kompetensi inti serta memperoleh
keuanggulan bersaing yang didasari dengan informasi akuntansi.
Manajemen strategi memiliki komponen pernyataan visi dan misi, peluang dan
ancaman, kekuatan dan kelemahan, tujuan jangka panjang, strategi tujuan tahunan dan
kebijakan. Dan manajemen merupakan suatu proses terdiri dari formulasi strategi yang
mengembangkan visi dan misi, mengidentifikasikan peluang dan ancaman, kekuatan dan
kelemahan dan tujuan jangka panjang. Sedangkan implementasi strategi perusahaan
disyaratkan menetapkan tujuan tahunan, dan menetapkan tujuan tahunan untuk
dilaksanakan. Proses akhir dari manajemen strategi adalah Evaluasi strategi adalah alat
utama untuk mendapatkan informasi tentang tiga aktivitas dasar evaluasi strategis di
antaranya : meninjau ulang faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi
saat ini, mengukur kinerja dan mengambil tindakan korektif.
TES:
1. Apakah yang dimaksud dengan manajemen ? dan gambarkan arti manajemen!
2. Jelaskan apakah yang dimaksud dengan strategi?
3. Apakah yang dimaksud dengan akuntansi manajemen?
4. Deskripsikan apakah manajemen strategi akuntansi itu?
5. Gambarkan manajemen strategi secara komprehensi!
6. Apa saja komponen manajemen strategi itu? Jelaskan!
I NYOMAN SUBRATHA & CENING ARDINA 10
MANAJEMEN STRATEGI AKUNTANSI
BAB - 2
KARAKTERISTIK KEPUTUSAN MANAJEMEN STRATEGI
KERANGKA ISI:
Karakteristik keputusan manajemen strategi berisikan: sifat dan nilai manajemen
strategi, dimensi-dimensi keputusan strategis, tiga tingkat strategi, karakteristik keputusan
manajemen strategi, pembuat strategi, merumuskan:visi, misi dan tujuan.
STANDAR KOMPETENSI
Mampu memahami dan membuat keputusan strategis perusahaan sesuai dengan level
manajemen.
KOMPETENSI DASAR
1. Mampu memahami sifat dan nilai manajemen strategis.
2. Mampu memahami dimensi-dimensi keputusan strategis.
3. Mampu memahami tingkat strategi.
4. Mampu memahami karakteristik keputusan manajemen strategis.
5. Mampu memahami pembuat strategi.
6. Mampu memahami visi,misi dan tujuan.
lingkungan eksternal perusahaan yang cepat berubah dan cenderung tidak bersahabat.
Lingkungan eksternal perusahaan yang cepat berubah terdiri dari:
1. Pesaing dan pemasok.
2. Sumberdaya yang semakin jarang.
3. Lembaga pemerintah dengan beranekargam peraturan.
4. Pelanggan yang preferensinya sering berubah dengan tidak dapat dipahami atau
dijelaskan.
Di samping lingkungan eksternal yang cepat berubah di atas, juga ada lingkungan
eksternal yang tidak bersahabat terdiri dari:
1. Kondisi ekonomi dan social.
2. Politik.
3. Pengembangan teknologi yang semuanya harus diantisipasi, dimonitor, dinilai dan
digabungkan ke dalam pengambilan keputusan eksekutif.
(strategic planning). Menurut John A Pearce II dan Ricard B. Robinson, Jr (dalam Amin
Widjaja Tunggal 1993:2) manajemen strategi terdiri dari 9 tugas kritikal sebagai berikut:
1. Memformulasikan misi (mission) perusahaan, termasuk pernyataan yang luas
mengenai maksud (purpose), falsafah (philosophy) dan sasaran (goal).
2. Mengembangkan suatu profil perusahaan (company profile) yang merefleksikan
kondisi internalnya dan kemampuan.
3. Menilai lingkungan eksternal perusahaan, termasuk faktor kompetitif maupun faktor
yang berhubungan dengan konteks umum.
4. Menganalisis opsi perusahaan dengan menandingi sumberdaya perusahan dengan
lingkungan eksternalnya.
5. Mengidentifikasikan opsi yang paling diinginkan dengan menilai setiap opsi
dipandang dari sudut misiperusahaan.
6. Memilih sekumpulan tujuan jangka panjang dan strategi total (grand strategis) yang
akan mencapai opsi yang paling diinginkan.
7. Mengembangkan tujuan tahunan dan strategi jangka pendek yang sesuai dengan
kumpulan tujuan jangka panjang yang dipilih dari strategi secara keseluruhan.
8. Mengimplementasikan pilihan strategi dengan alat alokasi sumberdaya yang
dianggarkan, yaitu memadani tugas-tugas, manusia, struktur, teknologi dan
menekankan system ganjaran.
9. Menilai keberhasilan proses strategik sebagai masukan untuk pengambilan
keputusan masa yang akan datang.
2. Memahami keperluan untuk komitmen yang tergabung oleh setiap orang apabila
manajemen jangka panjang menjadi efektif.
3. Pencampuran dari nilaia pribadi (personal values) dengan tujuan perusahaan.
4. Identifikasi sikap manajemen terhadap resiko, pertumbuhan, motovasi dan
persaingan kompetitif (competitive rivalry).
5. Membangun hubungan yang positif diantara kelompok manajemen.
6. Memindahkan informasi secara bebas pada seluruh proses perencanaan.
strategi akan berusaha untuk mengidentifikasikan dan menjamin segmen pasar yang
paling menjanjikan dalam daerah operasionalnya yang didasari keunggulan
kompetitifnya.
3. Pengambilan keputusan tingkat bawah merupakan tingkatan fungsional (functional
level) terdiri dari manajer produk, geograpi, dan area fungsional. Manajer pada level
ini akan mengembangkan tujuan tahunan dan strategi-strategi jangka pendek pada
area-area seperti produksi, operasi, riset dan pengembangan, keuangan dan
akuntansi, pemasaran dan sumberdya manusia. Tanggung jawab utama pada
manajer level bawah melakukan implementasi atau melaksanakan rencana-rencana
strategis perusahaan. Apabila manajer tingkat korporat memusatkan perhatian pada
melakukan sesuatu yang benar (doing the right things), maka manajer pada level
fungsional memusatkan perhatian pada melakukan sesuatu dengan benar (doing
things right). Atau dapat dikatakan manajer level fungsional menenkankan masalah
efisiensi dan efektivitas produksi, pemasaran, mutu pelayanan dll.
Corporate/
Business Corporate/Business level
level
menyangkut: keperluan yang lebih besar untuk fleksibelitas, horizon waktu yang lebih
lama. Keputusan deminian termasuk pemilihan usaha, kebijakan deviden, sumber
pembiayaan jangka panjang dan prioritas pertumbuhan.
2. Keputusan – keputusan pada tingkat fungsional melakukan implementasi seluruh
strategi yang diformulasikan pada tingkat korporat dan usaha. Keputusan tingkat
fungsional meliputi masalah- masalah operasional yang berorientasi tindakan dan
secara relative berjangka pendek dan resikonya lebih kecil. Keputusan tingkat
fungsional terjadi hanya pada biaya yang rendah, karena keputusan tidak tergantung
pada sumberdaya yang tersedia. Keputusan tersebut dapat disesuaikan dengan
aktivitas berjalan dan dapat diterapkan dengan kerja sama yang minimal. Oleh karena
keputusan pada tingkat fungsional relative lebih konkret dan dapat dikuntifisir, maka
keputusan tersebut mendapat perhatian dan analisis yang kritikal, walaupun potensi
laba yang komparatif dari keputusan tersebut rendah. Di samping itu keputusan
tingkat fungsional yang umum termasuk keputusan pemberian nama generic vs nama
merek, riset dan pengembangan dasar vs terapan dan sebagainya.
3. Keputusan- keputusan pada tingkat usaha adalah membantu menjembatani
keputusan- keputusan pada tingkat korporat dan fungsional. Keputusan demikian
lebih murah, kurang mempunyai resiko dan potensial kurang menguntungkan
daripada keputusan tingkat korporat, akan tetapi keputusan tingkat usaha lebih
mahal, lebih mempunyai resiko dan secara potensial lebih menguntungkan
dibandingkan dengan keputusan tingkat fungsional. Keputusan tingkat usaha
termasuk lokasi pabrik, segmen pasar, cakupan geografis dan saluran distribusi.
E. PEMBUAT STRATEGI
Pembuat keputusan strategi yang ideal adalah tingkat-tingkat dari seluruh
perusahaan (tingkat korporat, tingkat usaha, tingkat fungsional), misalnya; CEO (chief
executive officer), manajer produk, kepala bagian fungsional. Kelompok pembuat
keputusan tersebut memperoleh masukan dari staf perencanaan perusahaan, dari
manajer dan penyelia. Yang terakhir ini memberikan data untuk keputusan strategik dan
kemudian melakukan implementasi strategi. Oleh karena keputusan strategi mempunyai
pengaruh yang besar terhadap perusahaan dan memerlukan komitmen yang besar dari
sumberdaya perusahaan, maka manajer puncak harus memberi persetujuan akhir untuk
tindakan strategik.
Perusahaan yang berukuran atau berskala menengah sering mempekerjakan paling
sedikit satu anggota staf yang purna waktu untuk mempelopori usaha pengumpulan data
strategic. Sedangkan perusahaan kecil atau perusahaan besar yang kurang progresif,
perencanaan strategik sering dipelopori oleh seorang pejabat atau oleh sekelompok
pejabat yang ditunjuk sebagai panitia perencanaan strategik.
Mengingat pembuat keputusan adalah tingkatan-tingkatan manajemen, maka
timbul pertanyaan, yaitu apakah sebenarnya tanggung jawab manajer dalam proses
perencanaan strategik pada tingkat korporat dan tingkat usaha? Manajemen puncak
memangku tanggung jawab yang luas untuk semua unsur utama dari perencanaan dan
manajemen strategik. Di samping itu, manajemen puncak juga mengembangkan porsi
utama dari perencanaan dan penelaahan strategik serta memeberikan nasihat pada porsi
yang lain. Di sisi yang lain manajer umum pada tingkatan usaha secara tipikal mempunyai
tanggung jawab utama untuk mengembangkan analisis lingkungan dan peramalan,
menetapkan tujuan usaha, dan mengembangkan rencana usaha yang disusun oleh
kelompok staf.
Berkenaan dengan hal tersebut di atas, direktur perusahaan (CEO) pada dasarnya
memainkan peran yang penting dalam proses perencanaan strategik. Kewajiban utama
direktur perusahaan (CEO) sering didefinisikan sebagai pemberi pengarahan jangka
panjang kepada perusahaan dan pada akhirnya bertanggung jawab untuk keberhasilan
perusahaan. Untuk itu direktur perusahaan (CEO) secara tipikal adalah individu yang
berkeinginan kuat, berorientasi pada perusahaan dengan penghargaan diri yang tinggi
dan seorang CEO sering menolak memberikan wewenang untuk mempformulasikan atau
menyetujui keputusan- keputusan strategik. Bila seorang CEO secara dominant
melakukan pendekatan otokratis, maka efektivitas dari perencanaan strategic perusahaan
dan proses manajemen tampaknya akan hilang. Oleh karena itulah, membangun suatu
system manajemen strategic menyatakan secara tidak langsung bahwa CEO akan
memperbolehkan manajer pada semua tingkatan berpartisipasi dalam postur strategik
(strategic posture) perusahaan.
Misi merupakan alasan dasar yang menyatakan mengapa suatu perusahaan atau
organisasi didirikan (the purpose for which, or reason why an organizatian exist). Misi
suatu perusahaan atau organisasi dirumuskan mestinya memperhatikan ha-hal berikut:
1. Eksplisit menyebutkan bidang usaha (type atau pelayanan, pasar ,teknologi).
2. Filosofi perusahaan (value and benefit yang ingin dicapai).
3. Company self concept (kelebihan, kekurangan dan kemampuan untuk hidup).
4. Citra perusahaan.
5. Cita-cita pendirian perusahaan.
RANGKUMAN
Pengelolaan aktivitas internal perusahaan merupakan sebagian dari tanggung jawab
eksekutif yang modern, di samping itu eksekutif modern juga bertanggung jawab
terhadap aktivitas internal perusahaan. Dalam pengelolaan aktivitas perusahaan, maka
proses manajemen yang berskala besar akan menanggapi peningkatan dalam ukuran dan
jumlah perusahaan yang bersaing, terhadap peranan yang diperluas dari pemerintah
sebagai pembeli, penjual, pengatur dan pesaing dalam sistem perusahaan yang cukup
bebas serta ketrlibatan usaha yang lebih besar dalam perdagangan internasional.
Pengelolaan aktivitas perusahan memerlukan keputusan manajemen strategic.
Keputusan- keputusan manajemen strategic ada tiga, yaitu:
1. Tingkat korporat cenderung lebih berorientasi pada nilai (value oriented), lebih
konseptual dan kurang konkret dari keputusan- keutusan pada tingkat usaha dan
fungsional.
2. Tingkat fungsional melakukan implementasi seluruh strategi yang diformulasikan
pada tingkat korporat dan usaha.
3. Tingkat usaha adalah membantu menjembatani keputusan- keputusan pada tingkat
korporat dan fungsional.
Pembuatan tentang keputusan- keputusan manajemen strategik, maka sangat
penting eksekutif modern dalam merumuskan manajemen strategik memuat visi,misi dan
tujuan perusahaan sebagai pegangan melaksanakan aktivitas perusahaan.
TES
1. Sebutkan dan jelaskan lingkungan eksternal perusahaan yang menudah berubah !
2. Sebutkan dan jelaskan tugas – tugas manajemen strategik!
3. Jelaskan tingkat- tingkat keputusan manajemen strategik!
BAB - 3
ANALISIS LINGKUNGAN
KERANGKA ISI
Analisis lingkungan bersikan kompetensi analisis lingkungan, analisis lingkungan
eksternal, analisis lingkungan industri, matriks analisis faktor eksternal strategis, matriks
profil kompetitif, analisis lingkungan internal, analisis rantai nilai dan matriks analisis faktor
internal strategis.
STANDAR KOMPETENSI
Mampu mendeskripsikan analisis lingkungan eksternal, lingkungan industri dan
lingkungan internal sebagai dasar menyusun matriks faktor eksternal strategis, matrik profil
kompetitif dan matriks faktor internal strategis.
KOMPETENSI DASAR
1. Mampu mendeskripsikan analisis lingkungan.
2. Mampu membuat analisis lingkungan eksternal.
3. Mampu mendeskripsikan analisis lingkungan industri.
4. Mampu membuat matriks faktor eksternal strategis.
5. Mampu membuat matriks profil kompetititf.
6. Mampu mendeskripsikan analisis lingkungan internal.
7. Mampu mendeskripsikan anlisis rantai nilai.
8. Mampu membuat matriks faktor internal strategis.
A. ANALISIS LINGKUNGAN
Saat ini banyak perusahaan bersaing pada pasar global, bukan lagi bersaing dalam
pasar domestik. Hal ini disebabkan oleh perkembangan teknologi dan peningkatan
kemampuan untuk memperoleh serta mengolah informasi yang menuntut pelaksanaan
dan tanggapan bersaing yang lebih tepat waktu dan efektif. Perubahan sosiologi yang
pesat yang terjadi di banyak negara memengaruhi ketenagakerjaan, di samping sifat
produk yang diinginkan konsumen yang semakin variatif. Di samping itu, juga kebijakan
dan hukum yang digariskan pemerintah memengaruhi pilihan perusahaan mengenai di
mana dan bagaimana mereka akan berusaha serta bersaing. Peruahaan harus waspada
dan menyadari dampak dari kenyataan lingkungan ini, sehingga dapat menjadi pelaku
persaingan yang efektif dalam perekonomian global.
Tabel 3.1
Lingkungan Umum: Segmen dan Elemen
SEGMEN ELEMEN
Tabel 3.2
Komposisi Analisis Eksternal
KOMPONEN PENJELASAN
Scanning • Mengidentifikasikan petunjuk awal dari perubahan dan
kecenderungan lingkungan.
Monitoring • Mendeteksi arti melalui observasi terus menerus atas
perubahan dan kecenderungan lingkungan.
Forecasting • Mengembangkan proyeksi atas hasil yang diantisipasi
berdasarkan perubahan dan kecenderungan yang dimonitor.
Assesing • Menentukan waktu dan pentingnya perubahan dan
kecenderungan lingkungan untuk strategi perusahaan dan
manajemennya.
pemasok, pelanggan, dan pegawai perusahaan publik, bahkan kabar burung (rumor) yang
berhubungan dengan bisnis yang berasal dari berbagai kegagalan. Dari berbagai sumber
di atas, maka dibuat analisis lingkungan yang merupakan penilaian eksternal yang
melibatkan sebanyak mungkin manajer dan karyawan. Hal ini penting mengingat
keterlibatan berbagai manajer dalam manajemen strategis akan menghasilkan
pemahaman dan komitmen dari anggota organisasi.
Untuk menjalankan analisis eksternal, maka perusahaan harus mendapatkan
informasi tentang pesaing dan informasi tentang tren ekonomi, social,budaya, demografi,
lingkungan, politik, pemerintahan, hokum dan teknologi (lihat hubungan antara kekuatan
eksternal kunci dan organisasi dalam gambar 3.1).
Gambar 3.1
Hubungan antara Kekuatan Eksternal Kunci dan Organisasi
Potensi
pengembangan
produk substitusi
Kemungkinan
Masuknya
pesaing
Gambar 3.2
Model Lima Kekuatan Porter
Keterangan gambar:
1. Persaingan antar perusahaan sejenis, biasanya merupakan kekuatan terbesar dalam
lima kekuatan kompetitif. Strategi yang dijalankan oleh suatu perusahaan dapat
berhasil hanya jika mereka memberikan keuanggulan kompetitif dibandingkan
dengan strategi yang dijalankan perusahaan pesaing. Perubahan strategi oleh suatu
perusahaan mungkin akan mendpat serangan balasan, seperti menurunkan harga,
meningkatkan kualitas, menambah feature, menyediakan jasa, memperpanjang
garansi dan meningkatkan iklan. Intensitas persaingan di antara perusahaan sejenis
yang bersaing cenderung meningkat karena jumlah pesaing semakin bertambah,
pesaing semakin seragam dalam hal ukuran dan kemampuan, permintaan untuk
produk industri semakin menurun dan potongan harga menjadi semakin umum. Di
samping itu, pelanggan dapat dengan mudah berpindah merek, hambatan
meninggalkan pasar tinggi, biaya tetap tinggi, produk mudah rusak dan perusahaan
pesaing berbeda dalam hal strategi.
2. Kemungkinan masuknya pesaing baru, jika perusahaan baru dengan mudah masuk
ke dalam industri tertentu, maka intensitas persaingan antarperusahaan semakin
meningkat. Tetapi, hambatan untuk masuk dapat mencakup kebutuhan untuk
mencapai skala ekonomi dengan cepat, kebutuhan untuk mendapatkan teknologi
dan pengetahuan khusus, kurang pengalaman, tingginya kesetiaan pelanggan,
kuatnya preferensi merek, besarnya kebutuhan akan modal, kurangnya jalur
distribusi yang memadai, peraturan pemerintah, tarif, kurangnya akses terhadap
bahan mentah, kepemilikan paten, lokasi kurang menguntungkan, serangan balasan
dari perusahaan yang sudah mapan dan potensi kejenuhan pasar.
3. Potensi pengembangan produk substitusi, dalam banyak industri perusahaan pesaing
dekat dengan produsen produk substitusi dalam industri yang berbeda. Contohnya
produsen kontainer plastik berkompetisi dengan produsen kaca, paperboard dan
kaleng alumenium. Keberadaan produk substitusi seperti ini akan menciptakan batas
harga tertinggi yang dapat dibebankan sebelum konsumen beralih ke produk
substitusi. Tekanan kompetisi yang berasal dari produk substitusi meningkat sejalan
dengan menurunnya harga relatif dari produk substitusi dan sejalan dengan biaya
konsumen untuk beralih ke produk lain menurun.
2. Berikan bobot untuk masing-masing faktor eksternal kunci dari 0,0 (tidak penting)
hingga 1,0 (paling penting). Bobot mengindikasikan tingkat penting relatif dari faktor
eksternal kunci terhadap keberhasilan perusahaan dalam suatu industri. Nilai bobot
dihitung dengan menjumlahkan kepentingan dibagi dengan jumlah total
kepentingan.
3. Berikan rating AFES kekuata 1 hingga 4 untuk masing-masing faktor eksternal kunci
tentang seberapa efektif strategi perusahaan saat ini dalam merespon faktor
eksternal tersebut, di mana 4 = respon perusahaan superior, 3 = respon prusahaan di
atas rata-rata, 2 = respon perusahaan rata-rata, 1 = respon perusahaan jelek,
sedangkan untuk AFES ancaman berikan rating kebalikan dari AFES kekuatan. Rating
dihitung dengan menjumlahkan rating dibagi dengan banyaknya audience. Rating
didasarkan pada efektivitas strategi perusahaan. Dengan demikian, rating didasarkan
pada perusahaan (company based), sedangkan bobot dalam tahap 2 didasarkan pada
industri (industry-based).
4. Kalikan masing-masing bobot faktor eksternal kunci dengan ratingnya untuk
menentukan nilai skor.
5. Jumlahkan nilai tertimbang dari masing-masing variable untuk menentukan total nilai
tertimbang bagi organisasi.
Tabel 3.3
AFES- PELUANG KORAN JP
Tabel 3.4
AFES- ANCAMAN KORAN JP
Tabel 5.
Matriks Profil Kompotitif Tehadap Kompetitor Perusahaan Koran
eksternal dan pernyaan misi perusahaan yang jelan, maka menjadi dasar untuk
menetapkan tujuan dan strategi. Menetapakan tujuan dan strategi dengan maksud
memanfaatkan kekuatan internal dan mengatasi kelemahan perusahaan. Memang benar
setaip perusahaan memiliki kekuatan dan kelemahan, namun yang perlu diciptakan
adalah kekuatan perusahaan yang tidak dapat dengan mudah disamakan atau ditiru oleh
pesaing disebut Kompetensi yang unik (distinctive competencies).
Menjalankan proses analisis internal sangatlah seiring dengan menjalankan proses
analisis eksternal. Di mana perwakilan manajer dan karyawan dari seluruh perusahaan
perlu dilibatkan dalam penentuan kelemahan perusahaan. Analisis internal
membutuhkan pengumpulan dan pengasimilasian informasi tentang operasi manajemen,
pemasaran, keuangan/akuntansi, produksi/ operasi, penelitian dan pengembangan
(research and development- R&D), dan sistem informasi manajemen perusahaan dalam
hal ini faktor kunci harus diprioritaskan.
Menjalankan analisis internal dibandingkan dengan analisis eksternal, bahwa
analisis internal memberikan lebih banyak peluang untuk pihak yang berpartisipasi guna
memahami bagaimana pekerjaan, departemen, dan divisi mereka merupakan bagian dari
perusahaan secara keseluruhan. Inilah manfaat yang besar karena manajer dan karyawan
bekerja dengan lebih baik ketika mereka mengerti bagaimana pekerjaan mereka
memengaruhi aktivitas dan lain area dalam perusahaan. Contoh manajer produksi dan
manajer pemasaran bersama-sama mendiskusikan isu yang berhubungan dengan
kekuatan dan kelemahan internal perusahaan. Dengan demikian, menjalankan analsis
internal merupakan kendaraan atau forum yang baik untuk memperbaiki proses
komunikasi dalam perusahaan, dan kata komunikasi bisa merupakan kata yang paling
penting dalam manajemen. Analisis internal membutuhkan pengumpulan, asimilasi, dan
evaluasi informasi tentang operasi perusahaan. Faktor penentu keberhasilan (critical
success factors) terdiri atas kekuatan dan kelemahan dapat diidentifikasikan dan
diprioritaaskan.
Sebagaimana diketahui bahwa manajemen strategi adalah proses yang sangat
interaktif yang membutuhkan koordinasi efektif antara manajer manajemen, pemasaran,
keuangan/akuntansi, produksi/operasi, litbang dan system informasi manajemen. Kunci
keberhasilan menjalankan operasi perusahaan adalah koordinasi yang dan pengertian
antarmanjer dari seluruh area fungsi bisnis melalui keterlibatan dalam menjalankan
aktivitas yang berbeda dan biaya tersebut dapat dalam bentuk waktu dan uang. Akhirnya
analis mengubah data biaya menjadi informasi dengan mencari kekuatan dan kelemahan
kompetitif yang mungkin menghasilkan kekuatan atau kelemahan kompetitif. Dengan
menjalankan VCA mendukung pengevaluasian RBV untuk aset dan kemampuan
perusahaan sebagai sumber kopetensi yang unik.
cukup lemah= -2, lemah = -3, dan sangat lemah= -4, dan rating berdasarkan
perusahaan.
4. Kalikan masing- masing bobot faktor internal strategis dengan rating untuk
menentukan skor untuk masing-masing variabel.
5. Jumlahkan skor untuk masing-masing variabel untuk menentukan total skor untuk
organisasi.
Tabel 3.7
AFIS KELEMAHAN KORAN JP
No. Faktor Internal Kunci BOBOT RATING SKOR
1 Berbagai jenis produk yang sangat berbeda 0,08 -3,00 -0,25
2 Sistem pemasaran kurang sesuai pasar 0,09 -2,20 -0,19
3 Kurang mendalam mengenai kejelasan misi 0,06 -2,00 -0,12
dan tujuan perusahaan
4 Loyalitas karyawan pada manajer lini 0,07 -2,00 -0,15
kurang, karena tawaran pesaing tinggi
5 Komunikasi antar manajer lini kurang 0,08 -2,20 -0,18
6 Manajer lini kurang mengakomodasi suara 0,10 -2,40 -0,23
staf kepada top manajer
7 Fasilitas manufaktur kurang 0,06 -2,20 -0,13
8 Alamat pelanggan baru susah ditemukan 0,06 -2,40 -0,14
9 Pengeluaran untuk biaya transportasi dinas 0,08 -2,40 -0,19
sangat besar
10 Penagihan sering mengalami hambatan 0,09 -2,80 -0,24
11 Tunggakan tagihan terdahulu yang belum 0,06 -2,80 -0,17
tertagih
12 Produk Koran JP lembar halaman lebih 0,08 -3,20 -0,26
sempit dibandingkan kompetitor
13 Produk Koran JP dikenal sebagai Koran 0,09 -3,00 -0,28
daerah
TOTAL 1,00 -2,53
RANKUMAN
Untuk membuat strategi dalam menjalankan usaha, maka diperlukan analisis
lingkungan. Analisis lingkungan terdiri dari analisis lingkungan eksternal dan lingkungan
internal, lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan umum dan lingkungan industri.
Lingkungan umum (general environment) mencakup elemen dalam masyarakat luas yang
dapat memengaruhi suatu industri dan perusahaan di dalamnya. Elemen- elemen ini
TES
1. Jelaskan bagaimana cara menjalankan analisis manajemen strategis eksternal !
2. Jelaskan peluang dan ancaman utama biasanya merupakan hasil dari interaksi di
antara berbagai tren utama lingkungan dan bukan dari satu faktor atau kejadian
eksternal.
3. Gunakan lima kekuatan Porter untuk mengevaluasi persaingan dalam industri.
4. Buatlah matriks AFES untuk perusahaan yang anda pilih !
5. Definisikan, bandingkan, dan cari perbedaan bobot versus peringkat dalam matriks
AFES versus matriks AFIS.
6. Kembangkan matriks profil kompetitif untuk universitas anda.
7. Jelaskan mengapa memprioritaskan tingkat penting relative kekuatan dan
kelemahan dalam matriks AFIS merupakan aktivitas manajemen strategis yang
penting.
8. Bagaimana delegasi wewenang berkontribusi terhadap manajemen strategis yang
efektif?
9. Mengapa anda percaya produk budaya memengaruhi semua fungsi dari bisnis?
10. Apakah menurut anda produk budaya paling memengaruhi formulasi, implementasi,
dan evaluasi strategis? Mengapa?
BAB - 4
FORMULASI
KERANGKA ISI
Formulasi strategis ini berisikan tujuan jangka panjang, tipe-tipe strategi, strategi
generik Porter, cara untuk mencapai strategi, menganalisis dan memilih strategi, kerangka
kerja perumusan strategi komprehensif, dan merumuskan Matriks SWOT, Matriks BCG,
Matriks internal-Eksternal dan Matriks GS.
STANDAR KOMPETENSI
Mampu merumuskan strategi secara komprehensif berdasarkan Matriks SWOT,
Matriks BCG, Matriks internal-Eksternal dan Matriks GS.
KOMPETENSI DASAR
1. Mampu memahami tujuan jangka panjang.
2. Mmampu mendeskripsikan tipe-tipe strategi.
3. Mampu mendeskripsikan strategi generik Porter.
4. Mampu memahami cara untuk mencapai strategi.
5. Mampu menganalisis dan memilih strategi.
6. Mampu mendeskripsikan kerangka kerja perumusan strategi komprehensif.
7. Mampu merumuskan Matriks SWOT, Matriks BCG, Matriks internal-Eksternal dan
Matriks GS.
Dalam proses kasus analisis strategi yang paling penting adalah memahami seluruh
informasi yang diperlukan dalam penyusunan suatu strategi. Menganalisis situasi untuk
mengetahui isu apa yang sedang terjadi dan yang dihadapi perusahaan, dan tindakan apa
yang harus dilakukan untuk mencegah masalah. Menurut Boulton dalam Rangkuti
(2006,14) bahwa proses analisis untuk melaksanakan analisis suatu kasus dapat dilihat
pada gambar analisis kasus 4.1 sebagai berikut:
Gambar 4.1
Proses Analisis Kasus
Jangka waktu untuk tujuan dan strategi harus konsisten, biasanya antara dua sampai lima
tahun.
Tujuan jangka panjang yang merupakan hasil yang diharapkan dapat dicapai
dengan menjalankan strategi tertentu memiliki beberapa sifat antara lain:
1. Tujuan harus kuantitatif, terukur, realistis, dapat dimengerti, menantang, hierarkis,
dapat dicapai, dan selaras antar-unit organisasi/ perusahaan dan masing- masing
tujuan harus diasosiasikan dengan kerangka waktu.
2. Tujuan jangka panjang dibutuhkan pada tingkat korporasi, divisi, dan fungsional
dalam organisasi. Tujuan tersebut merupakan ukuran yang penting dalam kinerja
perusahaan.
3. Tujuan yang dinyatakan harus dikomunikasikan.
3. Fokus (focus) berarti memproduksi barang dan jasa yang dapat memenuhi
kebutuhan sekelompok kecil pelanggan.
Tabel 4.2
Tipe Strategi dan Definisi
lebih besar terhadap sumberdaya biasanya bersaing dengan dasar kepemimpinan harga
dan/atau diferensiasi, sementara perusahaan yang lebih kecil sering kali bersaing dengan
dasar fokus. Di samping itu, Porter juga menekankan pentingnya pembuat keputusan
untuk menjalankan analisis biaya- manfaat untuk mengevaluasi peluang bersama
(sharing opportunities) di antara unit bisnis perusahaan saat ini dan yang potensial.
Aktivitas dan sumberdaya bersama mendorong keunggulan kompetitif melalui
penurunan harga atau penambahan diferensiasi. Selain pembagian bersama, Porter
menekankan pentingnya perusahaan mentransfer keterampilan dan keahlian di antara
unit bisnis yang independen secara efektif untuk meraih keunggulan kompetitif. Kesemua
itu sangat ditentukan pada faktor seperti tipe industri, ukuran perusahaan dan
karakteristik persaingan.
Guna mengatasi masalah dan harapan joint venture dapat menjadi strategi
yang efektif, maka harus memperhatikan hal- hal sebagai berikut:
1) Ketika perusahaan milik pribadi membentuk joint venture dengan perusahaan
publik; ada beberapa keuntungan perusahaan pribadi, seperti kepemilikan yang
tertutup; ada beberapa keuntungan dari perusahaan publik,seperti akses untuk
mengeluarkan saham sebagai sumber pendanaan. Kadang-kadang keunggulan
unik dari perusahaan pribadi dan public dapat dikombinasikan secara sinergis
dalam joint venture.
2) Ketika perusahaan domestic membentuk joint venture dengan perusahaan
asing; joint venture dapat memberikan perusahaan domestic peluang untuk
mendapatkan manajemen local di Negara asing, dengan demikian mengurangi
resiko pelecehan oleh staf Negara tuan rumah.
3) Ketika kompetensi inti yang unik dari dua perusahaan atau lebih melengkapai
satu sama lainnya dengan sangat baik.
4) Ketika beberapa proyek secara potensial menguntungkan tetapi membutuhkan
sumberdaya dan risiko yang sangat besar.
5) Ketika dua perusahaan kecil atau lebih memiliki masalah dalam bersaing dengan
perusahaan besar.
6) Ketika ada kebutuhan untuk memperkenalkan teknologi baru dengan cepat.
Yang berpartisipasi dalam aktivitas analisis dan pilihan strategi hendaknya memiliki
kreaktivitas dan informasi analisis internal dan eksternal di sisi mereka. Informasi ini
digabungkan dengan pernyataan misi perusahaan akan membantu peserta membentuk
pikiran mereka tentang strategi yang mereka percaya dapat menguntungkan perusahaan
sebesar-besarnya. Alternatif strategi yang disarankan oleh peserta harus
dipertimbangkan dan didiskusikan dalam rapat atau serangkaian rapat. Strategi yang
disarankan hendaknya dibuatkan daftarnya secara tertulis dan ketika strategi yang layak
yang diidentifikasikan oleh peserta diberikan dan dipahami harus diberikan peringkat
menurut daya tariknya oleh semua peserta, dengan 1 = tidak boleh diimplementasikan,
2 = mungkin harus diimplementasikan, 3 = berpeluang untuk diimplementasikan dan
4 = harus diimplementasikan. Dengan cara demikian akan menghasilkan daftar prioritas
dari strategi terbaik yang mencerminkan kebijakan kolektif kelompok.
2. Tahap Analisis
Matriks Matriks Matriks SPACE Matriks
SWOT BCG Internal Matrik Grand
Eksternal Strategy
G. MATRIKS SWOT, MATRIKS SPACE, MATRIKS BCG, MATRIKS INTERNAL- EKSTERNAL DAN
MATRIKS GS
Untuk melaksanakan tahap analisis dalam formulasi strategis dapat digunakan
analisis Matriks SWOT, Matriks SPACE, Matriks BCG, Matrik Internal- Eksternal dan
Matriks Grand Strategy. Kesemua matriks ini akan memberikan alternatif- alternatif
pilihan strategi.
1. Matriks SWOT
Matriks kekuatan- kelemahan- peluang – ancaman atau Matrix
SWOT(Strengths- Weakness- Opportunities- Threats) adalah alat untuk mencocokan
yang penting yang membantu manajer mengembangkan empat tipe strategi, yaitu
strategi SO, WO, ST dan WT. Sedangakan yang dicocokan adalah faktor kunci internal
dan faktor kunci eksternal sehingga menghasilkan empat kombinasi strategi
tersebut.
1) Strategi SO menggunkan kekuatan internal perusahaan untuk memanfaatkan
peluang eksternal.
2) Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan
memanfaatkan peluang eksternal.
3) Strategi ST menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari atau
mengurangi pengaruh dari ancaman eksternal.
2. Matriks SPACE
Matriks evaluasi posisi dan tindakan strategis (strategic position and action
evaluation – Matrix SPACE) alat penting dalam pencocokan pada tahap 2, yang mana
kerangka kerja empat kuadran yang dimiliki mengindikasikan apakah strategi yang
agresif, strategi turnaround (konservatif), strategi defensif dan strategi kompetitif
yang paling cocok dengan perusahaan atau organisasi tertentu. Sumbu matriks space
mewakili dua dimensi internal, yaitu faktor kekuatan dan kelemahan, dan dua
dimensi eksternal, yaitu faktor peluang dan faktor ancaman. Keempat faktor
tersebut adalah penentu yang paling penting dari keseluruhan posisi strategis
perusahaan atau organisasi.
Variabel- variabel AFIS dan variabel- variabel AFES dapat menciptakan masing-
masing dimensi yang diwakili oleh sumbu Matriks SPACE. Faktor yang dimasukkan
dalam matriks space yaitu faktor kunci AFIS dan faktor kunci AFES harus
dipertimbangkan dalam mengembangannya. Seperti Matriks SWOT, Matriks SPACE
harus dibuat sesuai dengan kondisi perusahaan atau organisasi tertentu yang sedang
dipelajari dan didasari pada informasi yang sedapat mungkin faktual. Tahap yang
dibutuhkan untuk mengembangkan Matriks SPACE dapat didasarkan pada faktor
kunci strategi AFIS dan faktor kunci AFES dalam analisis lingkungan internal dan
lingkungan eksternal pada BAB Analisis Lingkungan. Dari faktor kunci AFIS dan faktor
kunci AFES, maka Matriks SPACE dapat digambarkan pada diagram berikut.
PELUANG
KELEMAHAN KEKUATAN
ANCAMAN
3. Matriks BCG
Matriks Boston consulting Group (BCG Matrix) dan Matriks Internal – Eksternal
didesain secara spesifik untuk mendorong usaha perusahaan multidivisi dalam
merumuskan strategi. Matriks BCG secara grafis menunjukkan perbedaan di antara
berbagai divisi dalam posisi pangsa pasar relative dan tingkat pertumbuhan industri.
Matriks BCG memungkinkan perusahaan atau organisasi multidivisi untuk mengelola
portofolio bisnisnya dengan mempertimbangkan posisi pangsa pasar relative dan
tingkat pertumbuhan industri dari masing-masing divisi relative terhadap divisi lain
dalam perusahaan. Posisi pangsa pasar relative didefinisikan sebagai ratio dari
pangsa pasar satu divisi tertentu terhadap pangsa pasar yang dimiliki oleh pesaing
terbesar dalam industri tersebut.
Posisi pangsa pasar relatif diberikan pada sumbu X dari Matriks BCG. Titik
tengah dari sumbu X biasanya dibuat 0,50 sama dengan divisi yang memiliki separuh
pangsa pasar dari perusahaan pemimpin dalam industri. Sumbu Y menggambarkan
tingkat pertumbuhan industri dalam penjualan yang diukur dalam bentuk
persentase. Persentase tingkat pertumbuhan pada sumbu Y dapat berkisar antara -
20 hingga +20 persen, dengan 0,0 sebagai titik tengah. Angka kisaran ini pada sumbu
X dan Y sering kali digunakan, tetapi angka lainnya dapat dibuat bila dianggap sesuai
untuk organisasi tertentu. Contoh diagram Matriks BCG tampak sebagai berikut:
Menengah 0
Rendah -20
Keterangan gambar:
1) Tanda Tanya; Divisi dalam kuadran I memiliki posisi pangsa pasar relative yang
rendah, akan tetapi bersaing dalam industri yang tumbuh pesat. Biasanya
kebutuhan kas perusahaan sangat tinggi dan pendapatan kasnya rendah. Bisnis
ini disebut tanda tanya karena organisasi harus memutuskan apakah akan
memperkuat divisi ini dengan menjalankan strategi intensif (penetrasi pasar,
pengembangan pasar atau pengembangan produk) atau menjualnya.
2) Bintang; bisnis di kuadran II mewakili peluang jangka panjang terbaik untuk
pertumbuhan dan profitabilitas bagi organisasi. Divisi dengan pangsa pasar
relatif yang tinggi dan tingkat pertumbuhan industri yang tinggi seharusnya
menerima investasi yang besar untuk mempertahankan atau memperkuat posisi
dominan mereka. Integrasi ke depan, ke belakang dan horizontal, penetrasi
pasar, pengembangan pasar, pengembangan produk, dan joint venture adalah
strategi yang sesuai untuk dipertimbangan divisi ini.
3) Sapi Perah; divisi yang berposisi pada kuadran III memiliki pangsa pasar relative
yang tinggi tetapi bersaing dalam industri yang pertumbuhannyalambat. Disebut
sapi perah karena mereka menghasilkan kas lebih dari yang dibutuhkannya,
mereka sering kali diperah. Banyak sapi perah saat ini adalah bintang di masa
lalu. Divisi sapi perah harus dikelola untuk mempertahankan posisi kuatnya
selama mungkin. Pengembangan produk atau diversifikasi konsentrik dapat
menjadi strategi yang menarik untuk sapi perah yang kuat. Akan tetapi ketika
divisi sapi perah menjadi lemah, retrenchment atau divestasi lebih disesuaikan
untuk diterapkan.
4) Anjing; divisi kuadran IV bahwa organisasi memeiliki pangsa pasar relatif rendah
dan bersaing dalam industri yang pertumbuhannya rendah atau tidak tumbuh.
Anjing dalam portofolio perusahaan, karena posisi internal dan eksternalnya
lemah, bisnis ini sering kali dilikuidasi, divestasi atau dipangkas dengan
retrenchment. Ketika sebuah divisi menjadi anjing, maka retrenchment dapat
menjadi strategi terbaik yang dijalankan karena anjing yang muncul kembali
setelah pemangkasan biaya dan aset besar-besaran, menjadi bisnis yang mampu
bertahan dan menguntungkan.
4. Matriks Internal-Eksternal
Matriks Internal-eksternal memosisikan berbagai divisi organisasi dalam
tampilan sembilan sel. Matriks IE mirip dengan matriks BCG dalam hal keduanya
menempatkan divisi organisasi dalam diagram skematis dan keduanya disebut
matriks portofolio. Ukuran masing- masing lingkaran menggambarkan persentase
kontribusi penjualan dari masing-masing divisi dan potongan dalam lingkaran
mengungkapkan persentase kontribusi laba untuk masing- masing divisi dalam
matrik BCG dan IE.
Ada perbedaan penting antara matriks BCG dengan matriks IE,yaitu sumbu
yang berbeda. Matriks IE membutuhkan lebih banyak informasi tentang divisi
dibandingkan dengan matriks BCG. Lebih jauh implikasi strategis dari masing-masing
matriks berbeda. Penyusun strategi pada perusahaan multidivisional sering kali
mengembangkan keduanya yaitu matriks BCG dan IE dalam merumuskan strategi.
Contoh matriks IE dapat dilihat pada diagram 4.4.
Tinggi 4,0
3,0 – 4,0
I II III
TERTIMBANG AFES
TOTAL RATA-RATA
3,0
Menengah
2,0 – 2,99 IV V VI
2,0
Rendah
1,0 – 1,99 VII VIII IX
1,0
Matriks IE didasari pada dua dimensi kunci, yaitu total rata-rata tertimbang
AFIS pada sumbu X dan total rata-rata tertimbang AFES pada sumbu Y. cataran
bahwa masing-masing divisi dari sebuah organisasi bisnis harus membuat matriks
AFIS dan matriks AFES untuk bagian organisasi. Total rata-rata tertimbang yang
diturunkan dari masing-masing divisi memungkinkan pembuatan matriks IE tingkat
korporasi. Pada sumbu x dari matriks IE, total rata-rata tertimbang dari 1,0 hingga
1,99 dianggap rendah, nilai dari 2,0 hingga 2,99 adalah menengah dan nilai dari 3,0
hingga 4,0 adalah tinggi.
Matriks IE dapat dibagi menjadi tiga daerah utama yang memiliki impliasi
strategi berbeda, yaitu:
1). Rekomendasi untuk divisi yang masuk dalam sel I,II,atau IV dapat digambarkan
tumbuh dan kembangkan. Strategi intensif ( penetrasi pasar, pengembangan
pasar, dan pengembangan produk) atau integrative ( integrasi ke belakang,
integrasi ke depan, dan integrasi horizontal) dapat menjadi paling sesuai untuk
divisi ini.
2) Divisi yang masuk dalam sel III, V atau VII dapat dikelola dengan cara terbaik
dengan strategi jaga dan pertahankan. Penetrasi pasar dan pengembangan
produk adalah dua strategi umum digunakan untuk divisi ini.
3) Rekomendasi yang umum diberikan untuk divisi yang masuk dalam sel VI, VIII
dan IX adalah tuai atau divestasi.
5. Matriks Strategi Besar
Matriks Strategi Besar (Grand Strategy Matrix) merupakan alat analisis yang
popular untuk merumuskan alternative strategi. Semua organisasi dapat diposisikan
dalam salah satu dari empat kuadran dalam matriks grand strategy. Matriks grand
strategy didasarkan pada dua dimensi evaluatif, yaitu posisi kompetitif dan
pertumbuhan pasar. Strategi yang sesuai untuk dipertimbangkan suatu organisasi
terdapat pada urutan daya tariknya dalam masing-masing kuadran matriks. Keempat
kuadran matriks tersebut adalah:
1) Kuadran I; perusahaan yang berada pada kuadran I merupakan posisi yang
sangat bagus. Perusahaan ini terus berkonsentrasi pada pasar saat ini (penetrasi
pasar dan pengembangan pasar) dan produk pengembangan produk adalah
strategi yang sesuai. Perusahaan pada posisi ini mesti bergerak dari keunggulan
kompetitif yang dimilikinya. Ketika perusahaan berada pada posisi kuadran I;
perusahaan memiliki sumberdaya yang berlebihan, maka integrasi kebelakang,
ke depan atau horizontal dapat menjadi strategi yang efektif. Jika perusahaan
berkomitmen pada satu produk, maka diversifikasai konsentrik dapat
mengurangi risiko yang berhubungan dengan lini produk yang sempit. Di
samping itu perusahaan mampu mengmbil keuntungan dari peluang eksternal
dalam beberapa area dan dapat mengambil risiko secara agresif ketika
dibutuhkan.
2) Kuadran II; perlu mengevaluasi pendekatan saat ini terhadap pasar secara serius.
Walaupun industri mereka bertumbuh, mereka tidak mampu bersaing secara
efektif, perlu menentukan mengapa pendekatan perusahaan saat ini tidak
efektif dan bagaimana perusahaan dapat berubah dengan cara terbaik untuk
memperbaiki daya saing. Oleh karena industri yang pasarnya tumbuh secara
cepat, maka strategi intensif ( bukannya integratif atau diversifikasi) biasanya
menjadi pilihan pertama harus dipikirkan. Jika perusahaan tidak memiliki
kompetensi yang unik atau keunggulan kompetitif, maka integrasi horizontal
sering menjadi alternatif, dan divestasi atau likuidasi merupakan pertimbangan
terakhir.
3) Kuadran III; bersaing dalam industri yang tumbuh dengan lambat dan memiliki
posisi kompetitif yang lemah. Perusahaan mesti membuat perubahan drastic
secara cepat untuk menghindari penurunan yang lebih jauhdan kemungkinan
likuidasi. Pengurangan biaya dan aset secara ekstensif (retrenchment) harus
dilakukan terlebih dahulu. Alternatif strategi adalah mengalihlkan sumberdaya
dari bisnis saat ini ke bidang lain (diversifikasi). Jika yang lain gagal, maka pilihan
terakhir adalah divestasi atau likuidasi.
4) Kuadran IV; memiliki posisi kompetitif yang kuat dalam industri yang tumbuh
lambat. Perusahaan memiliki kekuatan untuk memperkenalkan program yang
terdiversifikasi ke area yang pertumbuhannya menjanjikan. Perusahaan pada
posisi ini memiliki tingkat arus kas yang tinggi dan kebutuhan untuk tumbuh
secara internal yang terbatas dan sering kali dapat menjalankan diversifikasi
konsentrik, horizontal atau konglomerat dengan sukses dan dapat menjalankan
joint venture.
Contoh Matriks strategi besar atau Grand Strategy Matrix dapat dilihat pada
diagram 4.5 sebagai berikut:
PERTUMBUHAN
PASAR YANG
TINGGI
KUADRAN II KUADRAN I
1. Pengembangan pasar 1. Pengembangan pasar
2. Penetrasi pasar 2. Penetrasi pasar
3. Pengembangan produk 3. Pengembangan produk
4. Integrasi horizontal 4. Integrasi ke depan
5. Divestasi 5. Integrasi ke belakang
6. Likuidasi 6. Integrasi horizontal
POSISI POSISI
KOMPETITIF KOMPETITIF
YANG LEMAH YANG KUAT
KUADRAN III KUADRAN IV
1. Retrenchment 1. Diversifikasi konsentrik
2. Diversifikasi konsentrik 2. Diversifikasi horizontal
3. Diversifikasi horizontal 3. Diversifikasi
4. Diversifikasi konglomerat konglomerat
5. Divestasi 4. Joint Venture
6. Likuidasi
PERTUMBUHAN
PASAR YANG
RENDAH
4) Tentukan nilai daya tarik (attractiveness scores- AS), merupakan angka yang
mengindikasikan daya tarik relative dari masing- masing strategi dalam set
alternatif tertetu.
5) Hitung total nilai daya tarik (total attractiveness scores- TAS), didefinisikan
sebagai produk dari pengalian bobot (langkah 2) dengan nilai daya tarik (langkah
4) dalam masing-masing baris. Total nilai daya tarik mengindikasikan daya tarik
relatif dari masing-masing alternatif strategi, dengan hanya mempertimbangkan
pengaruh faktor keberhasilan kunci internal atau eksternal yang terdekat.
Semakin tinggi total nilai daya tarik, maka semakin menarik alternatif strategi
tersebut (dengan hanya mempertimbangkan faktor keberhasilan kunci
terdekat).
6) Hitung penjumlahan total nilai daya tarik. Tambahan total nilai daya tarik dalam
masing-masing kolom strategi dari QSPM. Penjumlahan total nilai daya tarik
mengungkapkan strategi mana yang paling menarik dari setiap set alternatif.
Nilai yang lebih tinggi mengindikasikan strategi yang lebih menarik,
mempertimbangkan semua faktor internal dan eksternal yang relevan yang
dapat memengaruhi keputusan strategis. Tingkat perbedaan antara
penjumlahan total nilai daya tarik dari set alternatif strategi tertentu
mengindikasikan tingkat kesukaan relatif dari satu strategi di atas yang lainnya.
Matriks QSPM yang dipakai dalam tahap perumusan strategi memiliki
keunggulan bahwa set strategi dapat dievaluasi secara bertahap atau bersama-sama.
Contohnya, strategi tingkat korporasi dapat dievaluasi terlebih dahulu, kemudian
diikuti dengan strategi tingkat divisi dan kemudian strategi tingkat fungsional.
Keunggulan yang lain bahwa QSPM membutuhkan penyusun strategi untuk
mengintegrasikan factor internal dan eksternal yang relevan ke dalam proses
keputusan. Di samping QSPM memiliki keunggulan, juga memiliki keterbatasan yaitu
selalu membutuhkan penilaian intuitif dan asumsi yang mendasar dan peringkat dan
nilai daya tarik membutuhkan keputusan yang penuh pertimbangan, walaupun selalu
didasarkan pada informasi yang objektif. Matriks perencanaan strategi kuantitatif
(QSPM) dapat digambarkan dalam diagram 4.6 berikut:
ALTERNATIF STRATEGI
Faktor Kunci Bobot Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3
Diagram 4.6
Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif (QSPM)
RINGKASAN
Formulasi strategis merupakan proses penyusunan perencanaan jangka panjang,
oleh karena itu formulasi strategis lebih banyak menggunakan proses analitis. Fomulasi
strategis baik tingkat korporat maupun pada tingkat bisnis sangat membutuhkan analisis.
Karena tujuan formulasi strategis adalah menyusun strategi hingga sesuai dengan visi,
misi, tujuan, sasaran dan kebijakan perusahaan. Dalam proses kasus analisis strategi yang
paling penting adalah memahami seluruh informasi yang diperlukan dalam penyusunan
suatu strategi. Menganalisis situasi untuk mengetahui isu apa yang sedang terjadi dan
yang dihadapi perusahaan, dan tindakan apa yang harus dilakukan untuk mencegah
masalah
Formulasi strategis merupakan strategi jangka panjang, maka tujuan jangka
panjang harus dapat diformulasikan. Untuk perumusan dan pemilihan strategi harus
dapat diintegrasikan ke dalam kerangka kerja pengambilan keputusan. Ada tiga tahap
kerangka kerja yang dapat digunakan untuk semua ukuran dan tipe perusahaan atau
organisasi dan dapat membantu penyusunan strategi, mengidentifiksi dan memilih
strategi. Ketiga tahap itu antara lain: 1) Tahap 1 dalam kerangka kerja perumusan strategi
terdiri atas Matriks AFES, Matriks AFIS dan Matriks Profil Kompetitif yang disebut input.
Tahap ini meringkas informasi dasar yang dibutuhkan untuk merumuskan strategi. 2)
Tahap 2 disebut tahap pencocokan, berfokus pada menciptakan alternatif strategi yang
layak dengan mencocokan factor eksternal dan internal kunci. Tahapan ini mencakup
Matriks kekuatan- kelemahan- peluang- ancaman (Matriks SWOT), Matriks Evaluasi
Tindakan dan Posisi Strategi (Matriks Space), Matriks Boston Consulting Group (BCG),
Matriks Internal-Eksternal (IE) dan Matriks Strategi Besar (Matrix Grand Strategy). 3)
Tahap 3 disebut tahap keputusan, melibatkan strategi tunggal, yaitu Matriks
Perencanaan Strategis Kuantitatif (Matrix – QSPM) yang menggunakan input dari tahap 1
untuk mengevaluasi secara objektif alternative-alternatif strategis yang layak dan dengan
demikian memberikan dasar tujuan untuk memilih strategi yang spesifik.
TES
1. jelaskan apakah yang dimaksud dengan formulasi strategis!
2. Jelaskan apakah yang dimaksud dengan tujuan jangka panjang!
3. Jelaskan proses analisis strategis1
4. Sebutkan dan jelaskan tipe-tipe strategi!
5. Jelaskan strategi generik poeter!
6. Jelaskan cara-cara mencapai strategi yang anda kenal!
7. Jelaskan tahapan-tahapan dalam perumusan dan pemilihan strategis!
8. Jelaskan persamaan dan perbedaan antara matriks BCG dengan matriks Internal-
Eksternal!
9. Buatlah variabel-variabel kunci dalam analisis SWOT perusahaan Lembaga Keuangan
non bank.
10. Buatlah matriks strategi besar.
11. Buatlah analisis SWOT untuk perusahaan Koran atau Majalah.
BAB - 5
IMPLEMENTASI STRATEGI
KERANGKA ISI
Implementasi strategi berisikan kesulitan implementasi strategi, tujuan dan kebijakan tahunan,
pentingnya struktur organisasi dalam perumusan strategi, restrukturisasi dan desain ulang, budaya
organisasi, hubungan operasi dengan implementasi strategi, segmentasi pasar dan positioning
produk, proyeksi analisis keuangan, peran penelitian dan pengembangan, hubungan sistem
imformasi manajemen dengan implementasi strategi.
STANDAR KOMPETENSI
Mampu mengimplementasikan strategi perusahaan yang direncanakan berdasarkan konsep
tujuan dan kebijakan tahunan, struktur organisasi, restrukturisasi dan desain ulang, budaya
organisasi, fungsi produksi atau operasi, proyeksi analisis keuangan, penelitian dan pengembangan
dan sistem informasi manajemen.
KOMPETENSI DASAR
Mampu memahami implementasi strategi lebih sulit dari perumusan strategi.
Mampu memahami pentingnya tujuan dan kebijakan tahunan dalam meraih komitmen
organisasi untuk mengimplementasikan strategi.
Mampu mendeskripsikan struktur organisasi begitu penting dalam perumusan strategi.
Mampu membedakan antara merestrukturisasi dan mendesain ulang.
Mampu modifikasi suatu budaya organisasi untuk mendukung strategi baru
Mampu menelaah hubungan produksi/operasi dengan implementasi strategi.
Mampu memahami segmentasi pasar dan positioning produk sebagai alat implementasi
strategi.
Mampu mendeskripsikan proyeksi analisis keuangan adalah alat implementasi strategi yang
utama.
Mampu menelaah peran penelitian dan pengembangan dalam implementasi strategi
Mampu menelaah hubungan sistem imformasi manajemen dapat membantu keberhasilan
implemtasi strategi.
INDIKATOR HASIL BELAJAR
Menjelaskan implementasi strategi lebih sulit dari perumusan strategi.
Menjelaskan pentingnya tujuan dan kebijakan tahunan dalam meraih komitmen organisasi
untuk mengimplementasikan strategi.
Membuat deskripsi n struktur organisasi begitu penting dalam perumusan strategi.
Mebuat dan mendeskripsikan perbedaan antara merestrukturisasi dan mendesain ulang.
Membuat modifikasi suatu budaya organisasi untuk mendukung strategi baru
Membuat telaah hubungan produksi/operasi dengan implementasi strategi.
Menjelaskan segmentasi pasar dan positioning produk sebagai alat implementasi strategi.
Membuat proyeksi analisis keuangan adalah alat implementasi strategi yang utama.
Membuat telaah peran penelitian dan pengembangan dalam implementasi strategi
Membuat telaah hubungan sistem imformasi manajemen dapat membantu keberhasilan
implemtasi strategi.
Konsep dan alat perumusan strategi tidaklah berbeda secara signifikan antara perusahaan/
orgaisasi besar dan kecil, antara organisasi yang mencari keuntungan maupun organisasi nirlaba.
Namun demikian, implementasi strategi berbeda secara signifikan berdasarkan tipe dan ukuran
organisasi atau perusahaan. Implementasi membutuhkan tindakan seperti mengubah wilayah
penjualan, menambah departemen baru, menambah fasilitas, merekrut karyawan baru, mengubah
strategi harga, membuat anggaran keuangan, mengembangkan kebijakan kompensasi yang baru
bagi karyawan, membuat prosedur pengawanan biaya, mengubah strategi periklanan, membangun
fasilitas baru, melatih karyawan baru, merotasi manajer di antara divisi-divisi yang ada, membuat
SIM yang lebih baik. Di samping itu tipe- tipe aktivitas berbeda antara organisasi jasa, manufaktur
dan pemerintahan akan memberikan warna tersendiri dalam mengimplementasikan strategi.
Kecuali organisasi kecil, dalam semua organisasi transisi dari perumusan strategi ke
implementasi strategi membutuhkan perpindahan tanggung jawab dari para penyusun strategi ke
manajer divisional dan fungsional. Masalah implementasi strategi akan timbul karena perpindahan
tanggung jawab, khususnya jika keputusan perumusan strategi tidak diantisipasi sebelumnya oleh
manajer tingkat menengah dan tingkat bawah. Manajer dan karyawan akan lebih termotivasi untuk
meraih kepentingan pribadi daripada kepentingan perusahaan, kecuali kedua hal tersebut saling
menunjang. Untuk itu sangat esensial melibatkan manajer divisional dan manajer fungsional dalam
aktivitas perumusan strategi dan untuk kepentingan yang sama, maka strategi harus dilibatkan
sebanyak mungkin dalam aktivitas implementasi strategi.
Sesuai dengan ke empat hal di atas, bahwa waktu dan usaha yang dilakukan harus ditunjukan
untuk memastikan bahwa tujuan tahunan telah divisualisasikan dengan baik, konsisten dengan
tujuan jangka panjang, dan mendukung implementasi strategi. Persetujuan, revisi dan atau
penolakan tujuan tahunan tidak lebih dari sekedar aktivitas formalitas saja. Mengapa demikian?
Karena tujuan tahunan memiliki manfaat di antaranya:
Merupakan panduan bagi tindakan, arahan dan penyaluran usaha dan aktivitas dari
organisasi.
Memberikan sumber legitimasi dalam perusahaan sebagai alat justifikasi di depan pemilik
kepentingan (stakeholder).
Merupakan standar kerja.
Merupkan sumber penting bagi motivasi dan identitas karyawan.
Memberikan insentif bagi manajer dankaryawan atas kinerjanya.
Memberikan dasar bagi desain organisasi.
Tujuan tahunan yang dinyatakan dengan jelas dan dikomunikasikan secara jelas merupakan hal
yang kritikal bagi kesuksesan semua tipe dan ukuran organisasi atau perusahaan. Tujuan tahunan
dinyatakan dalam pengertian profitabilitas, pertumbuhan, pangsa pasar berdasarkan segmen bisnis,
area geografis, kelompok konsumen dan produk adalah hal yang umum dalam organisasi, yang
dapat digambarkan dalam gambar 5.1.
Dari gambar 5.1 ditunjukkan bagaimana hierarki dari tujuan tahunan dapat dibuat berdasarkan
struktur organisasi suatu organisasi. Tujuan tahunan harus konsisten di semua tingkat hierarki dan
membentuk jaringan yang mendukung pencapaian tujuan. Konsistensi horizontal dari tujuan adalah
sama pentingnya dengan konsistensi vertikal dari tujuan. Contoh bagi perusahaan manufaktur
adalah tidak efektif menetapkan tujuan berdasarkan unit yang produksi jika bagian pemesaran
tidak bisa menjual kelebihan unit yang timbul. Intinya tujuan tahunan harus dapat diukur, konsisten,
beralasan, menantang, jelas, dikomunikasikan ke seluruh organisasi, memiliki karakter yang
disesuaikan dengan dimensi waktu,dan dilengkapi dengan bentuk penghargaan dan sanksi. Contoh
tujuan keuangan yang berhubungan dengan tujuan tahunan dapat dilihat pada tabel 5.2.
TUJUAN JANGKA
PANJANG PERUSAHAAN:
Melipatgandakan pendapatan
dalam dua tahun melalui
pengembangan pasar dan
penetrasi pasar
Tujuan Tahunan Tujuan Tahunan Tujuan Tahunan Tujuan Tahunan Tujuan Tahunan
Litbang (R&D) Produksi Pemasaran Keuangan Personalia
Suatu kebijakan memungkinkan karyawan dan manajer memahami apa yang diharapkan
mereka, sehingga meningkatkan kemungkinan bahwa strategi akan diimplementasikan secara
sukses. Kebijakan menyediakan dasar bagi pengendalian manajemen, memungkinkan koordinasi
pada seluruh unit organisasi, dan mengurangi jumlah waktu yang dibutuhkan manajer untuk
mengambil keputusan. Kebijkan juga menjelaskan pekerjaan apa yang harus dikerjakan oleh siapa,
serta menganjurkan pendelegasian pengambilan keputusan pada tingkat manajerial yang sesuai di
mana berbagai masalah organisasi biasanya timbul. Dan banyak organisasi yang memiliki manual
kebijakan digunakan untuk memandu dan mengarahkan perilaku. Contoh kebijakan yang
mendukung strategi perusahaan dapat dilihat dalam tabel 5.3 berikut:
Mulai Januari 2008, Karyawan yang tingkat kehadirannya sempurna selama satu tahun akan
memperoleh penghargaan sebesar Rp 1.000.000,00. (Kebijakan ini akan mengurangi
ketidakhadiran dan meningkatkan produktivitas).
Mulai Januari 2008, Peralatan baru harus disewa bukan dibeli. (Kebijakan ini dapat
mengurangi kewajiban pajak dan kemudian memungkinkan adanya tambahan dana untuk
diinvestasikan bagi modernisasi proses produksi).
Perubahan dalam strategi membawa perubahan dalam struktur organisasi, dan untuk itu
struktur organisasi harus dirancang untuk memfasilitasi tujuan strategi dari perubahan, dan dengan
demikian mengikuti strategi yang ditetapkan. Chandler dalam Fred R David (2006:349) menemukan
bahwa beberapa bentuk rangkaian struktur sering kali berulang seiring dengan pertumbuhan
organisasi dan perubahan strategi dari waktu ke waktu; rangkaian ini dijelakan pada gambar 5.2
berikut:
Yang perlu diperhatikan dalam merancang suatu struktur adalah tidak ada satupun rancangan
atau struktur organisasi yang paling optimal untuk suatu strategi atau suatu tipe organisasi. Apa
yang sesuai bagi suatu organisasi mungkin tidak sesuai bagi perusahaan yang sama, meskipun
perusahaan yang sukses pada suatu industri cenderung untuk mengelola diri mereka dengan cara
yang sama. Contoh produsen barang-barang konsumsi habis pakai (consumer goods) cenderung
untuk membuat struktur divisi berdasarkan bentuk produk dalam organisasinya. Perusahaan kecil
cenderung membuat struktur yang fungsional, perusahaan besar cenderung membuat struktur
matriks atau unit bisnis strategis (SBU).
Untuk mengantisipasi perubahan struktur, yang perlu diperhatikan adalah beberapa kekuatan
eksternal dan internal akan memengaruhi suatu organisasi; tidak ada perusahaan yang dapat
mengubah strukturnya dalam merespons setiap kekuatan tersebut, karena untuk melakukan hal itu
dapat mengakibatkan timbulnya kekacauan. Namun demikian, ketika perusahaan mengubah
strateginya, maka struktur organisasi yang telah ada dapat menjadi tidak efektif. Gejala struktur
yang tidak efektif adalah terlalu banyaknya tingkat manajemen, terlalu banyak pertemeuan yang
dihindari oleh terlalu terlalu banyak orang, terlau banyak perhatian yang diarahkan untuk
pemecahan konflik antar departemen, lingkup kendali terlalu luas dan terlalu banyak tujuan tidak
tercapai. Perubahan struktur dapat menjembatani usaha implementasi strategi, namun perubahan
dalam struktur seharusnya tidak digunakan untuk membuat strategi yang buruk tampak bagus,
untuk membuat manajer yang buruk tampak bagus atau membuat yang buruk dapat dijual.
Yang penting diperhatikan dalam membuat struktur adalah menentukan tipe perubahan
struktural yang dibutuhkan untuk menerapakan strategi baru dan bagaimana perubahan tersebut
dapat dicapai. Adapun empat tipe dasar dari struktur organisasi adalah:
Struktur fungsional (functional structure), mengelompokkan tugas dan aktivitas berdasarkan
fungsi bisnis; seperti produksi, pemasaran, keuangan/ akuntansi, litbang dan system
informasi manajemen.
Struktur divisional (divisional structure) atau struktur desentralisasi (decentralize structure),
disusun dalam salah satu dari empat cara yaitu berdasarkan area geografis, berdasarkan
produk atau jasa, berdasarkan konsumen dan berdasarkan proses. Dengan struktur
divisional, maka aktivitas dikerjakan baik secara terpusat maupun terpisah dalam setiap
divisi.
Struktur Strategi Bisnis Unit (SBU),mengelompokkan divisi-divisi sama ke dalam unit bisnis
strategis dan mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab untuk setiap unit kepala
eksekutif senior yang melapor secara langsung pada CEO. Perubahan dalam struktur dapat
memfasilitasi implemen strategi dengan cara meningkatkan koordinasi antardivisi yang sama
dan menghubungkan akuntabilitas ke unit bisnis yang berbeda.
Struktur Matriks (matrix structure) adalah struktur yang paling kompleks dari semua desain
yang ada karena bergantung pada alur kewenangan dan komunikasi vertical maupun
horizontal. Sebaliknya struktur fungsional dan divisional bergantung pada alur kewenangan
dan komunikasi secara vertical.
Benchmarking adalah cara untuk membandingkan perusahan dengan perusahaan terbaik yang ada
di industri dalam kriteria kinerja luas. Perbandingan rasio benchmarking biasanya dipakai untuk
merasionalkan keputusan melakukan restrukturisasi dalam hal perbandingan-volume-penjualan
(headcount- to- sales value), atau staf- perusahaan – dengan- karyawan- operasional (corporate-
staff- to- operating- employees), atau bentuk lingkup kendali (span- of- control). Yang utama manfaat
dari restrukturisasi adalah pengurangan biaya. Pada beberapa perusahaan yang birokratis,
restrukturisasi dapat menyelamatkan perusahaan dari persaingan global dan keruntuhan. Namun
demikian, sisi lemah dari restrukturisasi adalah mengurangi komitmen karyawan, kreaktivitas,
inovasi yang mengiringi ketidakpastian dan trauma yang berhubungan dengan penundaan dan
pemberhentian karyawan. Restrukrisasi ditandai dengan keputusan strategis (jangka panjang,
memengaruhi semua fungsi bisnis).
Restrukturisasi berbeda dengan reengineering, di mana reengineering juga disebut manajemen
proses dan desain ulang; yang meliputi konfigurasi ulang atau desain ulang pekerjaan, tugas, proses-
proses untuk tujuan meningkatkan biaya, kualitas, layanan dan kecepatan. Dalam hal reengineering
biasanya tidak memengaruhi struktur atau bagan organisasi, ataupun mengakibatkan
pemberhentian karyawan. Reengineering ditandai dengan banyaknya keputusan taktis (jangka
pendek, memengaruhi fungsi bisnis yang spesifik).
Alasan mengapa perusahaan melakukan reengineering? Adalah banyak perusahaan yang secara
histories diorganisasikan secara vertical berdasarkan fungsi bisnis. Pengaturan ini mengakibatkan
pola pikir yang berdasarkan fungsi bisnis oleh manajer dan karyawan daripada pola pikir yang
memikirkan pelayanan pada pelanggan, kualitas produk, atau kinerja orgaisasi secara keseluruhan.
Logikanya adalah bahwa semua perusahaan cenderung untuk lebih birokratis seiring berjalannya
waktu. Ketika rutinitas menjadi mengakar, maka batasan-batasan menjadi lebih jelas dan terjaga,
serta politik menjadi preseden atas kinerja. Tembok yang wujud secara fisik di tempat kerja
merupakan refleksi dari tembok ”mental”.
Dalam reengineering, perusahaan menggunakan teknologi informasi untuk memecahkan
halangan fungsional dan menciptakan sistem kerja berdasar proses bisnis, produk, atau output
daripada fungsi atau input. Landasan reegineering adalah desentralisasi, interdependensi yang
berulang, dan penyebaran informasi. Yang utama dari manfaat reengineering adalah ia memberikan
peluang pada karyawan untuk melihat secara lebih jelas bagaimana pekerjaan mereka memengaruhi
produk akhir atau jasa yang sedang dipasarkan oleh perusahaan. Namun demikian, reengineering
dapat menurunkan kekhawatiran manajer dan jika tidak diatasi akan menyebabkan trauma
perusahaan.
strategi untuk disesuaikan dengan budaya organisasi, termasuk rekruitmen, pelatihan, transfer,
promosi, restrukturisasi desain organisasi, role modeling dan dukungan kekuatan yang positif.
Jack Duncan (dalam Fred R Devid 2006,370) menggambarkan triangulation sebagai suatu teknik
multimetode yang efektif untuk mempelajari dan mengubah budaya organisasi. Triangulation
meliputi kombinasi penggunaan obervasi yang memaksa, kuesioner yang diisi sendiri dan wawancara
personal untuk menentukan karakter alami dari buadaya organisasi. Proses triangulation
menimbulkan perubahan yang perlu dilakukan pada budaya organisasi untuk memanfaatkan
strategi. Sedangkan Schein (dalam Fred R David 2006,370) mengindikasikan bahwa elemen-elemen
yang berguna untuk mengaitkan budaya dengan strategi adalah:
Pernyataan formal dari filosofi organisasi, piagam, kredo, materi yang digunakan untuk
melakukan seleksi dan rekruitmen serta sosialisasi.
Desain dari ruang-ruang fisik, penampilan kantor dari luar dan gedung.
Model anutan, pengajaran, dan pelatihan oleh pemimpin.
Penghargaan eksplisit dan sistem status, kriteria promosi.
Cerita, legenda, mitos dan kisah bijak tentang orang dan kejadian penting.
Apa yang menjadi perhatian pemimpin, ukuran dan kendali.
Reaksi pemimpin terhadap insiden krisis dan krisis organisasi.
Bagaimana perusahaan dirancang dan diatur.
Sistem dan prosedur organisasi.
Kriteria yang digunakan untuk rekruitmen, seleksi, promosi, demosi, pension dan
excommunication atas orang- orang.
Dalam konteks budaya oraganisasi pendukung srategi, jika terdapat hubungan yang lemah
antara manajemen strategi dan budaya organisasi dapat mengancam kinerja dan kesuksesan. Deal
dan Kennedy menekankan bahwa melakukan perubahan strategi dalam organisasi selalu
mengancam budayanya:
”Orang membentuk kecintaan yang kuat pada pahlawan, legenda, ritual sehari-hari, kesenangan
dari pesta dan perayaan, dan semua simbol dari tempat kerja lainnya. Mengubah hubungan dan
membiarkan karyawan dalam kebingungan, tidak aman, dan terkadang marah. Dan jika tidak
ada sesuatu yang bisa dilakukan untuk memberikan dukungan bagi transisi dari yang lama ke
yang baru, kekuatan dari budaya dapat menetralisir dan melemahkan proses perubahan
strategi.”
akan mengurangi biaya yang dibutuhkan untuk implementasi strategi. Dengan JIT, suku cadang dan
material dikirimkan ke tempat produksi saat mereka telah dibutuhkan, bukannya dikumpulkan
sebagai cadangan untuk pengiriman selanjutnya. Di samping itu perusahaan juga mulai menerapkan
strategi kanibalisme dalam berproduksi, di mana produk dibuat menurut bagian-bagian produk.
Dalam implementasi strategi dalam produksi, faktor-faktor yang harus dipelajari sebelum
menentukan lokasi fasilitas produksi termasuk ketersediaan sumberdaya utama, gaji rata-rata yang
ditetapkan pada area tersebut, biaya transportasi yang berhubungan dengan pengiriman dan
penerimaan, lokasi pasar utama dari produk yang diproduksi, resiko politik di area atau negara yang
bersangkutan dan ketersediaan karyawan terlatih. Namun demikian bagi perusahaan yang
berteknologi tinggi, biaya produksi mungkin tidak spepenting fleksibilitas produksi, karena
perusahaan yang berteknologi tinggi perubahan produk sering kali dibutuhkan. Contohnya industri
biogenetik dan plastik bergantung pada sistem produksi yang harus cukup fleksibel untuk
melakukan perubahan yang sering dan pemunculan produk baru yang cepat.
Praktik manajemen yang sering dilakukan dalam implementasi strategi adalah pelatihan silang
( cross-training ) atau lintas divisi bagi karyawan. Karyawan memperoleh pemahaman yang lebih baik
terhadap bisnis secara keseluruhan dan menyumbangkan ide-ide yang lebih baik dalam sesi
perencanaan. Di samping itu, manajer produksi perlu menyadari bahwa pelatihan silang dapat
menimbulkan masalah yang berhubungan dengan isu-isu berikut:
Ia memaksa manajer untuk memiliki peran yang lebih menekankan pada bimbingan dan
pelatihan daripada peran mengarahkan dan mendorong.
Ia memerlukan investasi yang substansial dalam pelatihan dan insentif.
Ia mungkin membutuhkan waktu yang lama.
Pekerja yang ahli mungkin akan tidak menykai pekerja yang tidak memiliki keahliah.
Karyawan yang lebih tua mungkin tidak ingin mempelajari keahlian baru.
Contoh implementasi strategi dalam manajemen produksi suatu perusahaan dapat ditunjukkan
dalam tabel 5.4 berikut:
Tabel 5.4: Implementasi Strategi dan Manajemen Produksi
5.7 SEGMENTASI PASAR DAN POSITIONING PRODUK MERUPAKAN ALAT IMPLEMENTASI STRATEGI
Implemen strategi akan berpengaruh terhadap kehidupan manajer, baik manajer pabrik atau
pun manajer yang lain. Mungkin saja seorang individu tidak terlibat langsung dalam perumusan
strategi dan mungkin juga terjadi penolakan dibagian tertentu pada strategi yang ditetapkan. Hal ini
disebabkan oleh beberapa manajer dan karyawan tidak memahami bisnis dan tidak berkomitmen
terhadap bisnis. Bila keadaan ini terjadi tidak tertutup kemungkinan mereka berusaha menggagalkan
upaya implementasi strategi. Keberhasilan dalam implementasi strategi dalam bidang pemasaran
sangat ditentukan oleh banyak variabel. Dua variable yang penting dalam implementasi strategi
dalam pemasaran adalah strategi segmentasi pasar dan positioning produk.
Segmentasi pasar merupakan membagi pasar ke dalam kelompok konsumen tergantung dari
kebutuhan dan kebiasaan membelinya. Segmentasi pasar secara luas digunakan untuk menerapkan
strategi karena beberapa alas an, yaitu :
Strategi seperti pengembangan pasar, pengembangan produk, penetrasi pasar dan
diversifikasi membutuhkan peningkatan penjualan melalui adanya pasar dan produk baru.
Segmentasi pasar memungkinkan perusahaan untuk beroperasi dengan sunberdaya yang
terbatas karena produksi massal, distribusi missal.
Segmentasi pasar memengaruhi variable bauran pemasaran, yaitu: produk, distribusi,
promosi dan harga.
Strategi segmentasi pasar yang paling drmatik adalah membidik kecenderungan selera yang
disukai oleh konsumen di suatu daerah. Contoh strategi segmentasi pasar atas kecenderungan selera
yang disukai konsumen adalah perusahaan seperti McDonald’s. Segmentasi adalah kunci untuk
mempertemukan permintaan dengan pemawaran, di mana hal ini merupakan masalah paling berat
dalam pelayanan konsumen.
Menetapkan segmentasi untuk membidik kelompok konsumen tertentu untuk menemukan
ekspektasi dan keinginan konsumen. Mengenali konsumen yang dibidik memberikan fokus bagi
usaha pemasaran untuk menentukan tahap bagi keputusan tentang bagaimana memenuhi keinginan
dan kebutuhan kelompok konsumen. Untuk itu positioning produk digunakan secara luas untuk
mencapai tujuan tersebut. Positioning merupakan pengembangan skema representasi yang
mencerminkan produk atau jasa suatu perusahaan dibandingkan dengan pesaing dalam dimensi
yang penting bagi kesuksesan dalam industri. Langkah- langkah yang dibutuhkan dalam positioning
produk antara lain:
Pilih kriteria kunci yang secara efektif menbedakan produk atau jasa dalam industri.
Gambarkan diagram peta positioning produk dua dimensi dengan criteria yang spesifik di
setiap sumbunya.
Tetapkan produk dan jasa pesaing sebagai resultan matrik empat kuadran.
Identifikasi area- area dalam peta positioning di mana produk dan jasa perusahaan harus
paling kompetitif di pasar yang ada. Lihat area yang belum terisi (relung pasar atau niche).
Kembangkan rencana pemasaran untuk menentukan posisi produk atau jasa perusahaan
secara cepat.
Untuk mengefektifkan strategi positioning produk, maka ada beberapa aturan dalam
menggunakan positioning produk sebagai alat implementasi strategi adalah:
Lihatlah area yang belum terisi atau relung yang masih kosong (vacant niche). Peluang
strategi terbaik bias jadi adalah segmen yang belum terlayani.
Jangan menetapkan segmen secara tumpang-tindih.
Jangan melayani dua segmen dengan satu strategi yang sama. Biasanya, suatu strategi yang
berhasil untuk satu segmen tidak begitu saja diterapkan pada segmen lain.
Jangan memosisikan diri di tengah-tengah peta. Tengah biasnya menunjukkan strategi yang
digunakan tidak dijalankan dengan jelas untuk membedakan karakteristik yang ada. Aturan
ini bervariasi sesuai dengan jumlah pesaing.
Strategi positioning produk yang efektif harus memenuhi dua criteria, yaitu : 1) secara unik
membedakan perusahaan dalam persaingan; 2) membawa konsumen untuk mengharapkan
pelayanan yang sedikit berbeda dari yang akan atau bisa diberikan konsumen. Untuk itu perusahaan
seharusnya tidak membuat ekspektasi yang melebihi ekspektasi yang bisa atau akan diberikan.
5.8 PROYEKSI DAN ANALISIS KEUANGAN MERUPAKAN ALAT IMPLEMTASI STRATEGI YANG UTAMA
Mengimplementasikan strategi dalam bidang keuangan atau akuntansi pada suatu perusahaan
sering berkenaan dengan mendapatkan modal yang diperlukan, membuat proyeksi laporan
keuangan, menyiapkan anggaran keuangan dan mengevaluasi nilai suatu bisnis. Keputusan yang
membutuhkan kebijakan keuangan/ akuntansi dalam suatu perusahaan adalah:
Memperoleh modal dengan utang jangka pendek, utang jangka panjang dan atau saham.
Menyewa atau membeli aktiva tetap.
Menentukan ratio diveden payout yang tepat.
Menggunakan FIFO, LIFO dan atau menggunakan pendekatan akuntansi berdasarkan nilai
pasar.
Perpanjangan pelunasan piutang.
Membuat persentase diskon tertentu pada akun dalam periode waktu tertentu.
Menentukan julah kas yang tersedia di tangan.
persen untuk mendukung strategi pengembangan pasar). Untuk membuat analisis proyeksi
keuangan, maka ada pentahapan di antaranya:
Siapkan proyeksi laporan keuangan sebelum neraca.
Gunakan metode persentase penjualan untuk memproyeksikan harga pokok penjualan dan
akun-akun pengeluaran di laporan keuangan.
Hitung proyeksi laba bersih.
Kurangi laba bersih dengan dividen yang akan dibayar untuk tahun depan, sisa laba ini
disebut laba ditahan. Pindahkan jumlah laba ditahan untuk tahun ini ke neraca dengan cara
menambahkannya pada laba ditahan tahun sebelumnya yang ada di neraca.
Proyeksi pos- pos neraca, dimulai dai laba ditahan dan kemudian memperkirakan modal
pemegang saham, utang jangka panjang, utang jangka pendek, total utang dan total aset dan
seterusnya.
Tuliskan komentar (catatan) pada proyeksi laporan.
Di samping analisis proyeksi laporan keuangan, maka tidak kalah pentingnya anggaran
keuangan dalam implementasi strategi anggaran keuangan. Anggaran keuangan adalah dokumen
yang memperlihatkan secara detail bagaimana dana dapat diperoleh dan dibelanjakan untuk suatu
periode waktu tertentu. Anggaran tahunan merupakan bentuk yang sering dipakai, meskipun
periode waktu dari suatu anggaran bisa bervariasi dari satu hari sampai dengan dua tahun. Anggaran
keuangan jangan dipandang membatasi pengeluaran, namun anggaran keuangan mesti dilihat
sebagai alokasi dari sumberdaya perusahaan berdasarkan prakiraan masa depan dan anggaran juga
dapat dijadikan alat pengawasan pelaksanaan strategi.
Dalam mengimplementasikan strategi perusahaan, maka mengevaluasi nilai dari suatu bisnis
(worth of a business) adalah hal yang paling penting, karena strategi yang integrative, intensif dan
diversifikasi biasanya diterapkan dalam hal pengunduran diri atau divestasi, akuisisi dan sebagainya.
Ada beberapa pendekatan dalam mengevaluasi sustu unit bisnis di antaranya:
Menentukan nilai bersih atau modal pemegang saham. Nilai bersih menunjukkan jumlah
dari saham biasa, tambahan modal disetor, dan laba ditahan. Setelah menghitung nilai
bersih tambahkan atau kurangkan sejumlah goodwill. Jumlah total dari perhitungan
memberikan perkiraan yang rasional dari nilai uang suatu bisnis.
Mengukur suatu perusahaan muncul dari keyakinan bahwa nilai dari suatu bisnis apa pun
harus didasarkan pada manfaat masa depan yang dapat diperoleh pemiliknya berupa laba
bersih. Aturan dasar yang konservatif menyebutkan bahwa nilai suatu perusahaan adalah
lima kali laba bersih yang diraihnya saat ini.
Memberikan pasar menentukan nilai suatu bisnis, di mana terdapat tiga metode yang sering
dipakai, yaitu berdasarkan nilai perusahaan dari harga jual suatu perusahaan serupa; metode
ratio harga terhadap laba; dan metode saham yang beredar.
ada strategi lain yang memerlukan bantuan penelitian dan pengembangan seperti penyerapan
teknologi, penyesuaian proses produksi atau proses bisnis, diversifikasi produk, pengembangan
produk baru dan sebagainya.
Peningkatan teknologi memengaruhi produk dan jasa untuk konsumen dan industri telah
memperpendek sklus hidup produk. Pengembangan produk dan jasa baru mendorong profitabilitas
dan pertumbuhan. Penelitian menyarankan bahwa organisasi atau perusahaan berhasil
menyeimbangkan peluang eksternal dengan kekuatan internal untuk mencapai tujuan perusahaan
melaui litbang. Kebijakan litbang yang dirumuskan dengan baik dapat meraih peluang pasar dengan
kemampuan internal yang dimiliki. Kebijakan litbang dapat meningkatkan usaha implementasi
strategi dalam hal:
meningkatkan produk atau jasa.
Menekankan pada riset dasar dan terapan.
Menjadi pemimpin atau pengikut dalam litbang.
Mengembangkan tipe robotik atau manual.
Mengalokasikan jumlah uang yang tinggi, rata- rata, atau rendah untuk litbang.
Menjalankan litbang sendiri atau mengontrakannya ke luar.
Menggunakan peneliti dari universitas atau peneliti swasta.
Dalam implementasi strategi, setidaknya ada tiga pendekatan litbang untuk
mengimplementasikan strategi perusahaan. Ketiga pendekatan tersebut adalah:
Menjadi perusahaan pertama yang memasarkan suatu produk dengan teknologi baru.
Menjadi peneiru yang inovatif dari sebuah produk yang sukses, sehingga meminimalkan
risiko dan biaya awal.
Menjadi produsen berbiaya rendah dengan cara memproduksi produk yang serupa secara
masal, namun lebih murah dari produk yang baru-baru ini ditawarkan perusahaan lain.
RINGKASAN
Mengimplementasikan strategi berusaha memengaruhi organisasi atau perusahaan dari atas
sampai kebawah. Implementasi strategi juga memengaruhi semua area fungsional dan divisional dari
suatu bisnis. Perumusan strategi yang sukses belum menjamin akan implementasi strategi sukses,
akan selalu sulit untuk melaksanakan sesuatu daripada mengatakan bahwa sedang berusaha
melakukannya meskipun keduanya berhubungan. Namun demikian, implementasi strategi secara
fundamental berbeda dengan perumusan strategi.
Mengimplementasikan strategi adalah sulit, dan untuk itu diperlukan perumusan tujuan yang
hendak dicapai. Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan mengimplentasikan strategi
tidak tertutup kemungkinan melakukan perubahan budaya organisasi. Selain perubahan budaya
organisasi seperti yang biasanya dilayani berubah menjadi budaya melayani. Di samping itu,
implementasi strategi diterapkan pasa fungsional bisnis seperti fungsi produksi strategi yang dapat
diimplementasikan adalah JIT untuk mengatasi masalah waktu dan konsep kanibalism untuk
mempermurah biaya produksi. Dalam pemasaran strategi yang dapat ditempuh adalah bauran
pemasaran, yang lebih memperhatikan segmentasi dan positioning. Sedangkan dalam fungsi
keuangan atau akuntansi strategi yang ditempuh adalah kombinasi utang dan modal saham untuk
meningkatkan EPS. Dalam implementasi strategi, yang paling perlu diperhatikan adalah penelitian
dan pengembangan, karena penelitian dan pengembangan mampu mempertemukan permintaan
dan penawaran. Dan yang tidak kalah pentingnya menerapkan system informasi untuk meraik
keunggulan kompetitif, karena melalui informasi perusahaan dapat membedakan diri dengan
perusahaan yang lain.
TES
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan implementasi strategi!
2. Untuk menunjang keberhasilan strategi, maka perusahaan menetapkan tujuan. Jelaskan
apakah yang dimaksud dengan tujuan dan ada berapa jenis tujuan tersebut!
3. Apakah yang dimaksud dengan Triangulation, jelaskan!
4. Jelaskan strategi yang dapat ditempuh untuk menurunkan biaya produksi!
5. Jelaskan mengapa pentingnya penerapak strategi segmentasi dan poisoning!
6. Jelaskan strategi yang dapat ditempuh perusahaan dalam bidang keuangan1
7. Mengapa litbang penting dalam implementasi strategi? Jelaskan!
8. Mengapa menerapkan system informasi perusahaan dapat meraih keunggulan kompetitif?
Jelaskan!
BAB - 6
EVALUASI STRATEGI
KERANGKA ISI:
Evaluasi strategi perusahaan atau organiasi ini berisikan: konsep evaluasi strategi, karakteristik
sistem evaluasi yang efektif, kerangka kerja evaluasi strategi, proses evaluasi strategi, dan
perencanaan kontijensi.
STANDAR KOMPETENSI:
Mampu membuat perencanaan dan melaksanakan evaluasi strategi perusahaan serta
melaporkan hasil evaluasi strategi.
KOMPETENSI DASAR:
Mampu memahami dan mendeskripsikan konsep evaluasi strategi.
Mampu memahami karakteristik evaluasi yang efektif.
Mampu memahami kerangka kerja evaluasi strategi
Mempu mengimplementasikan proses evaluasi strategi.
Mampu membuat perencanaan kontijensi.
INDIKATOR HASIL BELAJAR:
Menjelaskan dan mendeskripsikan konsep evaluasi strategi.
Mampu menjelaskan manfaat karakteristik evaluasi strategi yang efektif.
Menjelaskan dan membuat kerangka kerja evaluasi strategi.
Mampu melakukan evaluasi strategi dan membuat laporan hasil evaluasi strategi.
Mampu membuat strategi alternatif dari kemungkinan yang diinginkan maupun tidak
diinginkan.
Evaluasi strategi sama pentingnya dengan informasi yang mendasari operasinya dan umpan
balik yang memadai dan tepat waktu adalah dasar evaluasi strategi yang efektif. Tekanan yang
berlebihan dari manajer puncak akan menyebabkan manajer yang lebih rendah akan memanipulasi
untuk memuaskan manajer puncak. Dalam suatu organisasi evaluasi strategi hanyalah penilain
sederhana tentang seberapa baik kinerja organisasi.
Richard rumelt (dalam Fred R. David,2006:437) mengemukakan empat kriteria yang bisa
dipakai untuk mengevaluasi sebuah strategi:
Konsistensi (consistency), sebuah strategi seharusnya tidak membuat tujuan dan kebijakan
yang tidak konsisten. Konflik organisasi dan perbedaan antardepartemen merupakan
gejala-gejala ketidakpastian manajemen, namun masalah-masalah tersebut juga
menunjukkan sinyal ketidakkonsistenan strategi.
Konsonan (consonance), Kebutuhan penyusun strategi untuk menilai satu rangkaian tren
dan juga tren individual dalam mengevaluasi strategi. Suatu strategi harus mewakili respon
yang adaptif pada lingkungan eksternal dan pada perubahan kritis yang terjadi di
dalamnya.
Kelayakan (feasibility) yaitu, bisakah strategi dicapai dengan sumber daya fisik, manusia,
dan keuangan yang ada dalam perusahaan? Sumberdaya keuangan dari suatu bisnis paling
mudah dihitung dan merupakan keterbatasan saat strategi dievaluasi.
Keunggulan (advantage), suatu strategi harus memfasilitasi pembuatan dan/ atau
pemeliharaan dari suatu keuanggulan kompetitif dalam area aktivitas yang terpilih.
Keunggulam kompetitif biasanya merupakan hasil dari superioritas dalam satu dari tiga
area berikut: sumberdaya, keahlian dan posisi.
profitabilitas dapat turun secara cepat dan mencemaskan, meskipun karyawan dan
manajer sebenarnya telah bekerja lebih kereas daripada biasanya.
Evaluasi strategi harus bisa memotret kejadian secara objektif; Informasi yang berasal dari
proses evaluasi strategi harus dapat memfasilitasi pengambilan tindakan dan harus
disebarluaskan kepada individu dalam organisasi yang membutuhkan sebagai sebagai
dasar mengambil tindakan. Oleh karena kontrol berorientasi pada tindakan dibandingkan
pada informasi, maka laporan informasi yang ditujukan untuk semata-mata informasi saja
tidak berguna bagi manajer.
Evaluasi strategi harus sederhana; evaluasi strategi tidak terlalu luas dan tidak terlalu
membatasi. Evaluasi strategi yang komplek terkadang membingungkan bagi sebagian
orang dan pencapainnya tidak terlalu besar. Tantang evaluasi strategi adalah bukan
kompleksitasnya, melainkan kegunaannya.
Organisasi yang lebih besar membutuhkan sistem evaluasi strategi yang lebih detail dan
terelaborasi untuk mengkoordinasikan berbagai divisi dan area fungsional. Dalam perusahaan atau
organisai kecil berkomunikasi dengan tiap karyawan dan rekan kerja setiap hari sehingga tidak
memerlukan pelaporan evaluasi strategi yang lebih ekstensif. Kedekatan dengan lingkungan lokal
dapat membuat proses pengumpulan dan evaluasi informasi menjadi lebih mudah.
Proses evaluasi strategi tidak boleh mendominasi keputusan, ia harus mendorong
pemahamanyang saling menguntungkan, saling percaya, dan secara umum dapat diterima. Tidak
diperbolehkan adanya departemen yang gagal bekerja sama dengan departemen lain dalam
mengevaluasi strategi. Sebagai kunci bagi sisten evaluasi strategi yang efektif adalah kemampuan
untuk meyakinkan orang bahwa kegagalan mencapai tujuan tertentu dalam suatu waktu bukanlah
refleksi sesungguhnya dari kinerja perusahaan atau organisasi.
Seberapa puas para pesaing kita dengan posisi di pasar dan profitabilitas mereka saat ini?
Seberapa jauh para pesaing utama kita bisa ditekan sebelum mereka menyerang balik?
Bagaimana kita bisa bekerja sama secara efektif dengan para pesaing?
Tidak
Apakah terdapat
perbedaan yang Ya
signifikan?
Tidak
Peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang mewakili prinsip
dasar strategi yang sedang dipakai harus terus menerus dimonitor untuk mewaspadai perubahan.
Ada beberapa pertanyaan yang dapat dan penting dalam mengevaluasi strategi adalah:
Dalam mengevaluasi strategi mesti ada standar tertentu yang dipakai, standar tersebut dapat
dilihat dari tiga aspek. Menurut Committee On Standard For Educational Evaluation kiranya dapat
digunakan pada aspek bisnis, yaitu:
Utility (manfaat), hasil evaluasi hendaknya bermanfaat bagi manajemen untuk mengambil
keputusan atas program/strategi yang sedang berjalan. Misalnya dilakukan evaluasi
strategi dan/atau program promosi yang sedang berjalan, ternyata informasi dari evaluasi
kurang bermanfaat dalam pengambilan keputusan. Sehingga hasil evaluasi dianggap tidak
bermanfaat.
Accuracy (akurat), informasi atas hasil evaluasi strategi hendaknyua memiliki tingkat
ketepatan yang tinggi. Misalnya, strategi atau program promosi telah disepakati bahwa
anggaran promosi sampainsetengah tahun akan habis Z rupiah dan kegiatan yang harus
diselesaikan sebanyak A kegiatan. Setelah dilakukan evaluasi, hendaknya informasinya
dapat dipakai untuk menilai apakah realisasi promosi dianggap menyimpang atau tidak.
Feasibility (layak), Hendaknya proses evaluasi yang dirancang dapat dilaksanakan secara
layak. Untuk evaluasi stratevgi atau program promosi, hendaknya evaluator dapat
melaksanakannya dengan baik dan benar, tidak hanya dari aspek teknis, tetapi juga dari
aspek lain sepertri nlegal dan etis.
Strategi alternatif yang tidak dipilih untuk diimplementasikan dapat dipakai sebagai rencana
kontijensi jika sewaktu-waktu strategi utama tidak bekerja sesuai harapan.
Ketika aktivitas evaluasi strategi menimbulkan kebutuhan akan perubahan besar secara cepat,
maka suatu rencana kontijensi yang sesuai dapat dipergunakan. Sebab rencana kontijensi dapat
menunjukkan kemampuan para penyusun strategi dalam merespon perubahan internal dan
perubahan eksternal secara cepat terhadap strategi perusahaan atau organisasi yang digunakan saat
itu. Misalnya, jika asumsi perekonomian akan lesu ternyata salah, sementara rencana kontijensi
telah disiapkan, maka manajer dapat melakukan perubahan yang dibutuhkan tepat pada waktunya
ketida masalah terjadi.
Linneman dan Chandran (dalam Fred R.David,2006:456) melaporkan bahwa rencana kontijensi
memberikan perusahaan yang memakainya seperti Du Pont, Dow Chemical, Consolidated Food, dan
Emerson electric tiga manfaat utama, yaitu:
Memungkinkan respon yang cepat terhadap perubahan.
Mencegah kepanikan dalam siatuasi krisis.
Membuat para manajer lebih mudah beradaptasi dengan cara mendorong mereka melihat
masa depan sebagai suatu variabe.
Linnemen dan Chandran (dalam Fred R Davis, 2006:456) juga menyarankan bahwa rencana
kontijensi meliputi proses yang terdiri atas tujuh langkah:
Mengidentifikasikan baik kejadian yang menguntungkan maupun yang tidak diharapkan
yang bisa mengganggu strategi.
Menentukan titik pemicu. Menghitung kapan kejadian kontijensi sepertinya akan terjadi.
Menilai dampak yang ditimbulkan oleh tiap kejadian kontijensi. Memperkirakan potensi
keuntungan maupun kerugian untuk tiap kejadian kontijensi.
Mengembangkan perencanaan kontijensi. Memastikan bahwa rencana kontijensi telah
sejalan dengan strategi saat itu dan secara ekonomi bisa diterima.
Menilai dampak sebaliknya dari tiap rencana kontijensi. Yaitu memperkirakan seberapa
besar tiap rencana kontijensi akan bisa mengambil atau menghilangkan manfaat dari suatu
kejadian kontijensi. Langkah ini bisa menguantifikasi nilai potensi dari tiap rencana
kontijensi.
Menentukan sinyal peringatan dini bagi kejadian-kejadian kontijensi yang utama.
Memonitor sinyal-sinyal peringatan dini tersebut.
Untuk kejadian kontijensi dengan sinyal peringatan dini yang bisa diandalkan,
kembangkanlah rencana tindakan secepat mungkin untuk mengambil keuntungan dari
selisih waktui yang tersedia.
RANGKUMAN
Evaluasi strategi merupakan bagian dari fungsi manajemen, yang khusus mengevaluasi
strategi yang diimplementasikan perusahaan atau organisasi. Evaluasi strategi adalah melakukan
pencocokan antara strategi yang direncanakan perusahaan dengan strategi yang diimplementasikan
perusahaan serta membandingkan hasil yang diharapkan dengan fakta hasil yang dapat dicapai.
Evaluasi strategi menjadi penting, agar perusahaan atau organisasi dapat melakukan tindakan
koreksi terhadap strategi yang dilaksanakan dalam menghadapi tantangan dalam persaingan. Oleh
karena itu, maka strategi perusahaan perlu dilakukan evaluasi. Pelaksanaan evaluasi strategi
berbeda antara perusahaan besar dengan perusahaan kecil. Dalam perusahaan besar evaluasi
strategi menggunakan sistem evaluasi strategi yang detail, sedangkan evaluasi strategi pada
perusahaan kecil dilakukan dengan berkomunikasi dengan karyawan dan rekan sejawat.
TES
1. Jelaskan apakah yang dimaksud dengan evaluasi strategi dan deskripsikan konsep evaluasi
strategi!
2. Jelaskan manfaat evaluasi strategi dan karakteristik evaluasi strategi yang efektif!
3. Buatlah dan jelaskan kerangka kerja evaluasi strategi!
4. Buatlah evaluasi strategi dan buat juga laporan hasil evaluasi strategi!
5. Buatlah strategi alternatif dari kemungkinan yang diinginkan maupun tidak diinginkan!
BAB - 7
EVALUASI KINERJA
KERANGKA ISI:
Evaluasi kinerja berisikan pengertian evaluasi kinerja, kinerja yang dievaluasi, alat evaluasi
kinerja tradisional, dan evaluasi kinerja berdasarkan balanced scorecard.
STANDAR KOMPETENSI:
Mampu melaksanakan evaluasi kinerja perusahaan atau organisasi sesuai dengan kinerja
tradisional maupun kinerja berdasarkan balanced scorecard.
KOMPETENSI DASAR
Mampu memahami kinerja dan evaluasi kinerja perusahaan.
Mampu menetapkan kinerja yang dievaluasi.
Mampu mengevaluasi kinerja perusahaan atau instansi lain sesuai dengan alat ukur kinerja
tradisional.
Mampu mengevaluasi kinerja perusahaan atau instansi lain dengan alat ukur kinerja
balanced scorecard.
Di samping pengukuran kinerja memiliki tujuan, pengukuran kinerja juga memiliki manfaat.
Menurut Lynch dan Cross ( dalam Sony Yuwono, Edy Sukarno dan Muhammad Ichsar, 2007:29)
menyatakan bahwa manfaat sistem pengukuran kinerja yang baik adalah:
Menelusuri kinerja terhadap harapan pelanggan sehingga akan membawa perusahaan lebih
dekat pada pelanggannya dan membuat seluruh orang dalam organisasi terlibat dalam
upaya memberi kepuasan kepada pelanggan.
Memotivasi pegawai / karyawan untuk melakukan pelayanan sebagai bagian dari mata
rantai pelanggan dan pemasok internal.
Mengidentifikasikan berbagai pemborosan sekaligus mendorong upaya- upaya pengurangan
terhadap pemborosan tersebut (reduction of waste).
Membuat suatu tujuan strategis yang biasanya masih kabur menjadi lebih konkret sehingga
mempercepat proses pembelajaran organisasi.
Membangun konsensus untuk melakukan suatu perubahan dengan memberi reward atas
perilaku yang diharapkan tersebut.
Sesuai dengan pengertian kinerja di atas, maka yang dimaksudkan dengan evaluasi kinerja
adalah usaha-usaha membandingkan prestasi perusahaan yang diharapkan (budget) dengan prestasi
aktual perusahaan, yang kemudian didapat kesenjangan dan kesenjangan tersebut harus dicari
penyebabnya untuk mendapatkan tindakan korektif.
Model Altman ( dalam Husein Umar, 2002: 90) tentang kebangkrutan usaha:
Z = 1,2 (X1) + 1,4 (X2) + 3,3 (X3) + 0,6 (X4) + 1 (X5)
Di mana:
X1 = Working Capital to Total Assets Ratio
X2 = Retained Earning to Total Assets Ratio
X3 = Earning Before Interest & Taxes to Total Assets
X4 = Market Value of Equity to Book Value of Debt
X5 = Sales to Total Assets Ratio
Penyelesaian:
Dengan data ratio hasil analisis laporan keuangan PT MANGAN DIMANGAN selama dua
tahun yaitu tahun 2008 dan tahun 2009, maka Z – score dari Altman dapat dihitung
menggunakan model Z- score sebagai berikut:
1. tahun 2008:
Z = 1,2 (0,052) + 1,4 (0,031) + 3,3 (0,062) + 0,6 (0,956) + 1 (1,118) = 2,072.
2. tahun 2009:
Z = 1,2 (0,088) + 1,4 (0,071) + 3,3 (0,079) + 0,6 (0,960) + 1 (1,294) = 2,3357.
Hasil analisis kebangkrutan menunjukkan bahwa Z-score selama dua tahun menunjukan di
atas 1,81, ini berarti PT MANGAN DIMANGAN masih tergolong perusahaan yang memiliki
resiko kebangkrutan kecil, tetapi juga tidak termasuk perusahaan yang aman, karena Z-score
perusahaan tidak di atas 3,0, yaitu di antara 1,81 dan 3,0.
Penyelesaian:
a. Throughput time = 2,0 hari + 0,4 hari + 0,6 hari + 5,0 hari = 8 hari
b. MCE = Waktu penambah nilai,2,0 hari/ througput time, 8 hari = 0,25 hari. Jadi pada
saat dimasukkan dalam produksi, unit yang sesungguhnya dikerjakan hanya 25%
dari waktu yang ada.
c. Waktu yang tidak menambah nilai adalah 75%, karena waktu seluluhnya 100% - MCE
( 25% )= 75%.
d. Waktu siklus pengiriman= 17,0 hari + 8,0 hari = 25 hari.
Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan diukur dengan:
(1) Kapabilitas Karyawan dapat diukur dengan produktivitas karyawan yaitu perbandingan
input dengan output.
(2) Komitmen Karyawan dapat diukur dengan Retensi Karyawan (perputaran karyawan),
Kepuasan karyawan
RANGKUMAN
Evaluasi kinerja merupakan bagian dari evaluasi strategi. Kinerja merupakan gambaran prestasi
yang dicapai oleh perusahaan atau organisasi dalam operasionalnya, baik menyangkut aspek
keuangan, pemasaran, produksi, teknologi maupun sumberdaya manusia. Namun demikian kinerja
manajemen tradisional yang diukur hanya kinerja keuangan, dengan alat ukurnya antaralain: rasio
likuiditas, rasio efisiensi, rasio leverage dan rasio profitabilitas.
Dalam manajemen kontenporer kinerja yang diukur bukan saja kinerja keuangan, namun juga
mengukur kinerja non keuangan. Ukuran kinerja tersebut antara lain: (1) Perspektif keuangan diukur
dengan empat ukuran, yaitu : economic value added (EVA), pertumbuhan pendapatan (revenue
growth), pemanfaatan aktiva (diukur dengan asset turnover), dan berkurangnya biaya secara
signifikan (diukur dengan cost effectiveness). (2) Perspektif pelanggan (customer) diukur dengan
menggunakan lima ukuran, yaitu: jumlah pelanggan baru, jumlah pelanggan yang menjadi non-
pelanggan, ketepatan waktu pelayanan pelanggan, dan pembelian yang berulang-ulang serta
kepuasan pelanggan. (3) Perspektif proses bisnis diukur dengan menggunakan tiga ukuran yaitu:
dilevery cycle time, throughput time dan manufacturing cycle efficiency (MCE). (4) Perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan diukur dengan dua ukuran yaitu: Kapabelitas karyawan dan
Komitmen Karyawan.
TES
1. jelaskan pengertian kinerja dan evaluasi kinerja perusahaan!
2. sebutkan dan jelaskan bidang-bidang kinerja perusahaan yang akan diukur!
3. buatLAH laporan evaluasi kinerja perusahaan sesuai dengan kriteria kinerja tradisional!
4. Buatlah laporan evaluasi kinerja perusahaan sesuai dengan kriteria kinerja balanced
scorecard !
DAFTAR PUSTAKA
Amin Widjaja Tunggal (1994), Manajemen Strategi Suatu Pengantar, Cetakan Pertama, Jakarta.
Harvarindo.
Fred R. Davis ( 2006), Manajemen Strategis : Konsep dan Kasus, Edisi 10 buku 1, Jakarta. Salemba
Empat
Garrison, Noreen ( 2000), Akuntansi Manajerial, Jakarta. Salemba Empat.
Hitt, Michael A. ,Ireland, R. Duane and Hoskisson, Robert E.,(1997), Manajemen Strategis
Menyongsong Era Persaingan dan Globalisasi, Jakarta. Penerbit: Erlangga.
Husein Umar (2002), Evaluasi Kinerja Perusahaan, Jakarta. penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
Jumingan (2006), Analisis Laporan keuangan, Cetakan Pertama, Jakarta. Bumi Aksara.
Mulyadi ( 2009 ), Sistem Terpadu Pengelolaan Kinerja Personel Berbasis Balanced Scorecard, Cetakan
Kedua, Yogyakarta. Unit Penerbit dan Percetakan SEKOLAH TINGGI ILMU MANAJEMEN YKPN.
Porter (1985), Competitive Advantage : Creating and Sustaining Superior Performance, New
York.Penerbit: The Free Press.
Rangkuti, Freddy (2006), Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, Jakarta. Gramedia Pustaka
Utama
Sony Yuwono, Edy Sukarno, Muhammad Ichsar (2007), Petunjuk Praktis Penyusunan Balanced
Scorecard Menuju Organisasi Yang Berfokus Pada Strategi, Cetakan Kelima, Jakarta. PT
Gramedia Pustaka Utama.
Subratha, I Nyoman (2003), Analisis Strategi Pemasaran Bank BSP Dengan Metode Analisis SWOT,
Denpasar. Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Bali.
Sulastiningsih, Zulkifli ( 1999), Akuntansi Biaya Dilengkapi Dengan Isu-isu Kontemporer, Yogyakarta.
UPP AMP YKPN.
T. Hani Handoko (1995), Manajemen, Edisi 2, Yogyakarta. BPFE.