ALATUKURDANPENGUKURAN
ALATUKURDANPENGUKURAN
net/publication/336284702
CITATIONS READS
0 240,941
3 authors, including:
All content following this page was uploaded by Nurlina Nurlina on 06 October 2019.
OLEH:
RISKAWATI
NURLINA
RAHMAN KARIM
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................ i
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Diskripsi Mata Kuliah .................................................................................. 1
B. Petunjuk Penggunaan Bahan Ajar................................................................ 1
C. Kompetensi Dasar ........................................................................................ 2
BAB II PENGUKURAN ........................................................................................ 3
A. Arti Pengukuran ........................................................................................... 4
B. Pengukuran Langsung dan Tidak Langsung ................................................ 5
C. Ketepatan dan Ketelitian Pengukuran.......................................................... 5
D. Cara Menuliskan Hasil Pengukuran............................................................. 7
E. Aturan-Aturan Penulisan Angka Penting..................................................... 8
F. Angka Penting pada Bilangan Sepuluh Berpangkat .................................... 8
G. Aturan-aturan Mengoperasikan Angka Penting........................................... 9
BAB III KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN ................................................. 14
A. Jenis dan Sumber Ketidakpastian............................................................... 14
B. Analisis Ketidakpastian Pengukuran ......................................................... 15
C. Ketidakpastian Pada Hasil Percobaan ........................................................ 24
BAB IV ALAT-ALAT PENGUKURAN DASAR............................................... 34
A. Jangka Sorong ............................................................................................ 34
B. Micrometer Sekrup..................................................................................... 44
C. Spherometer ............................................................................................... 51
D. Neraca ........................................................................................................ 54
E. Basic Meter ................................................................................................ 65
F. Thermometer .............................................................................................. 69
G. Stopwatch................................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 78
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
Gambar 4. 27Spherometer .................................................................................... 51
Gambar 4. 28Neraca Ohauss 2610........................................................................ 55
Gambar 4. 29Neraca Ohauss 311.......................................................................... 57
Gambar 4. 30Hasil Pengukuran Neraca Ohauss 311 ............................................ 59
Gambar 4. 31Neraca Ohauss 310.......................................................................... 60
Gambar 4. 32Pemutar Skala 2 Desimal ................................................................ 60
Gambar 4. 33Piring Neraca................................................................................... 60
Gambar 4. 34Penyangga Neraca ........................................................................... 61
Gambar 4. 35Pointer ............................................................................................. 61
Gambar 4. 36Sekrup untuk Penyeimbang............................................................. 61
Gambar 4. 37Skala ................................................................................................ 61
Gambar 4. 38Neraca Pegas ................................................................................... 64
Gambar 4. 39Bagian-bagian Basic Meter ............................................................. 66
Gambar 4. 40Skema Rangkaian Amperemeter ..................................................... 67
Gambar 4. 41Skema Rangkaian Amperemeter ..................................................... 68
Gambar 4. 42 Rangkaian Amperemeter dan Voltmeter........................................ 68
Gambar 4. 43 Contoh Termometer ....................................................................... 69
Gambar 4. 44Termometer Bimetal ....................................................................... 69
Gambar 4. 45Termometer Hambatan.................................................................... 70
Gambar 4. 46Termometer Hambatan Platina........................................................ 70
Gambar 4. 47Termokopel ..................................................................................... 70
Gambar 4. 48Termometer Air Raksa .................................................................... 71
Gambar 4. 49Stopwatch Analog ........................................................................... 72
Gambar 4. 50Stopwatch Digital............................................................................ 73
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
terlibat aktif dalam proses pencapaian/penguasaan kompetensi yang telah
diprogramkan.
C. Kompetensi Dasar
1. Memahami konsep pengukuran mulai dari cara mengukur, membaca dan
menuliskan hasil pengukuran mengolah hasil pengukuran dan dapat
menggunakan teori ketidakpastian dalam pengukuran
2. Menjelaskan fungsi dan prinsip kerja alat ukur panjang seperti: jangka
sorong, mikrometer skrup, spherometer, serta memiliki keterampilan
melakukan pengukuran sesuai prosedur, membaca hasil ukur, menuliskan
hasil pengukuran sesuai aturan yang berlaku, dan dapat melakukan kalibrasi
alat ukur.
3. Menjelaskan fungsi dan prinsip kerja alat ukur massa dan berat seperti:
neraca ohauss 2610, neraca ohauss 311, neraca ohauss 310 dan neraca
pegas, serta memiliki keterampilan melakukan pengukuran sesuai prosedur,
membaca hasil ukur, menuliskan hasil pengukuran sesuai aturan yang
berlaku, dan dapat melakukan kalibrasi alat ukur.
4. Menjelaskan fungsi dan prinsip kerja alat ukur listrik seperti: voltmeter dan
amperemeter serta memiliki keterampilan melakukan pengukuran sesuai
prosedur, membaca hasil ukur, menuliskan hasil pengukuran sesuai aturan
yang berlaku, dan dapat melakukan kalibrasi alat ukur
5. Menjelaskan fungsi dan prinsip kerja alat ukur panas seperti: termometer
dan kalorimeter, serta memiliki keterampilan melakukan pengukuran sesuai
prosedur, membaca hasil ukur, menuliskan hasil pengukuran sesuai aturan
yang berlaku, dan dapat melakukan kalibrasi alat ukur
6. Menjelaskan fungsi dan prinsip kerja alat ukur waktu seperti: stop watch
serta memiliki keterampilan melakukan pengukuran sesuai prosedur,
membaca hasil ukur, menuliskan hasil pengukuran sesuai aturan yang
berlaku, dan dapat melakukan kalibrasi alat ukur.
2
BAB II
PENGUKURAN
3
A. Arti Pengukuran
Pengukuran adalah bagian dari keterampilan Proses Sains yang merupakan
pengumpulan informasi baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Dengan
melakukan pengukuran, dapat diperoleh besarnya atau nilai suatu besaran atau
bukti kualitatif.
Contoh:
Bila seseorang mengukur panjang sebuah balok dengan menggunakan
meteran, maka yang diperoleh adalah besarnya panjang balok itu. Bila
dua buah balok didekatkan maka hasil yang diperoleh mungkin balok
yang satu lebih panjang dari balok yang lain, atau mungkin balok yang
satu sama panjangnya dengan balok yang lain. Kegiatan pertama
menghasilkan informasi kuantitatif, sedangkan kegiatan kedua
menghasilkan data kualitatif. Demikian pula halnya bila seseorang
menimbang dengan menggunakan neraca dapat pula memperoleh
informasi kuantitatif maupun informasi kualitatif.
Dalam pembelajaran sains Fisika, seorang pendidik tidak hanya
menyampaikan kumpulan fakta-fakta saja tetapi seharusnya mengajarkan sains
sebagai proses (menggunakan pendekatan proses). Oleh karena itu, melakukan
percobaan atau eksperimen dalam Sains Fisika sangat penting. Melakukan
percobaan dalam laboratorium, berarti sengaja membangkitkan gejala-gejala alam
kemudian melakukan pengukuran. Sebelum melakukan percobaan, maka setiap
orang hendaknya memahami terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan
pengukuran. Tanpa memahami pengukuran, besar kemungkinan dalam melakukan
percobaan akan banyak terjadi kesalahan.
Pada contoh yang telah dikemukakan di atas, panjang meteran disamakan
dengan panjang balok. Artinya, panjang balok berapa kali panjang dari meteran
yang digunakan. Demikian pula balok yang satu dibandingkan dengan balok yang
lain. Dengan demikian, maka dapat dikatakan bahwa melakukan pengukuran
adalah membandingkan antara suatu besaran dengan besaran lain yang sejenis
yang dijadikan acuan. Jadi yang dibandingkan adalah besaran panjang balok
dengan besaran panjang meteran; kedua besaran ini sejenis yaitu besaran panjang
dengan besaran panjang.
4
B. Pengukuran Langsung dan Tidak Langsung
Ditinjau dari cara pengukurannya, besaran-besaran fisika ada yang diukur
secara langsung dan ada (lebih banyak) yang diukur secara tidak langsung.
Pengukuran langsung adalah pengukuran suatu besaran yang tidak
bergantung pada pengukuran besaran-besaran lain.
Contoh:
- Mengukur panjang tongkat dengan mistar,
- Mengukur waktu dengan stopwatch/ stopclock.
Jadi pengukuran suatu besaran secara langsung adalah membandingkan
besaran tersebut secara langsung dengan besaran acuan.
Pengukuran tidak langsung adalah pengukuran besaran fisika dengan cara
tidak langsung membandingkannya dengan besaran acuan, akan tetapi
dengan besaran-besaran lain.
Contoh:
- Mengukur suhu dengan cara mengukur perubahan volume air raksa,
- Mengukur berat benda dengan cara mengukur pertambahan panjang
pegas,
- Mengukur kecepatan, kalor, dll.
Semuanya merupakan pengukuran tidak langsung.
5
diperoleh hasil yang hampir sama dari masing-masing pengukuran bila
dibandingkan harga rata-rata pengukuran yang berulang-ulang tersebut, maka
dikatakan proses pengukuran itu mempunyai ketepatan yang tinggi.
2. Ketelitian (Precision)
Kata teliti dalam suatu pengukuran memiliki dua makna, pertama teliti
yang dikaitkan dengan apakah hasil suatu pengukuran persis atau mendekati sama
dengan ukuran yang sudah ditentukan. Misalnya, pada tangkai bor biasanya
dicantumkan ukuran diameter bor tersebut. Lalu kita ingin mengecek ukuran
tersebut dengan menggunakan mikrometer. Setelah diukur ternyata diperoleh hasil
yang sama persis dengan ukuran yang ada pada tangkai bor tersebut. Keadaan
seperti ini dinamakan dengan istilah teliti.
Kedua, teliti yang dikaitkan dengan proses pengukuran itu sendiri.
Misalnya, seseorang mencoba mengecek ukuran diameter bor yang besarnya
tertera pada tangkai bor tersebut. Alat yang yang digunakan adalah mistar baja.
Setelah diletakkannya pada ujung tangkai bor tersebut kemudian dibaca skalanya,
ternyata hasil pembacaan menunjukan bahwa diameter bor tersebut lebih besar
tiga skala dari pada mistar baja. Lalu orang yang mengukur tadi berkesimpulan
bahwa ukuran yang tercantum pada tangkai bor tersebut adalah salah.
Jika hasil-hasil pengukuran terpusat di suatu daerah tertentu maka
pengukuran disebut teliti (harga tiap pengukuran tidak jauh berbeda).
X X X X
X X
X X
X X
X X
(a) (b) (c)
6
Gbr (b) : Pengukuran tepat, menyebar sekitar harga
sebenarnya tapi berada di luar daerah sebenarnya, tepat tapi
tidak teliti,
Gbr (c): Pengukuran tepat dan teliti sebab menyebar disekitar
harga sebenarnya dan tiap pengukuran mengumpul pada
daerah harga sebenarnya.
D. Cara Menuliskan Hasil Pengukuran
Gambar 1 berikut menunjukkan pengukuran panjang suatu benda dengan
menggunakan mistar biasa dengan NST 1 mm atau 0,1 cm.
5 6 7
7
menunjukkan 62,4 mm maka dengan NST 0,1 mm, hasil tersebut harus ditulis
62,40 mm. Jadi 62,4 mm tidak sama artinya dengan 62,40 mm.
E. Aturan-Aturan Penulisan Angka Penting
1. Semua angka yang bukan nol merupakan angka penting,
Contoh: 265,4 m mengandung 4 angka penting.
25,7 s mengandung 3 angka penting.
2. Angka nol yang terletak diantara angka bukan nol termasuk angka penting.
Contoh: 25,04 A mengandung 4 angka penting.
10,3 cm mengandung 3 angka penting.
3. Angka nol di sebelah kanan angka bukan nol termasuk angka penting,
kecuali kalau ada penjelasan lain, misalnya berupa garis di bawah angka
terakhir yang masih dianggap penting.
Contoh: 22,30 m mengandung 4 angka penting.
22,300 m mengandung 4 angka penting.
1250 mA mengandung 3 angka penting.
4. Angka nol yang terletak di sebelah kiri angka bukan nol, baik di sebelah
kanan maupun di sebelah kiri koma desimal tidak termasuk angka penting.
Contoh: 0,47 cm mengandung 2 angka penting.
0,025 g mengandung 2 angka penting.
F. Angka Penting pada Bilangan Sepuluh Berpangkat
Dalam Sains Fisika sering dijumpai besaran-besaran yang nilainya sangat
kecil atau sangat besar, misalnya muatan elektron = -0, 000 000 000 000 000 000
160 C. Bila besaran seperti ini ditulis biasa akan memerlukan waktu dan tempat
yang banyak. Oleh karena itu, terdapat kebiasaan dalam bidang sains fisika
menulis nilai besaran seperti ini dalam bentuk:
10
Di mana besarnya a antara -10 dan -1 atau antara +1 sampai +10. Dan n bilangan
bulat positif atau negatif. Penulisan dalam bentuk seperti di atas dikenal sebagai
notasi ilmiah.Jadi muatan elektron sebaiknya ditulis -1,60 x 10-19 C.
Contoh:
Kecepatan cahaya 299 792 500 m/s,
ditulis 2,997925 x 108 m/s.
8
2,5 kg (hasil pengukuran) akan dijadikan mg.
2,5 kg = 2.500.000 mg
= 2,5 x 106 mg.
0,15 mm akan dijadikan km.
0,15mm = 0,000 000 15 km
= 1,5 x 10-7 km
Dari contoh-contoh di atas yang menyatakan bahwa perubahan satuan
tidak boleh merubah jumlah angka penting. Jadi, bilangan a menunjukkan angka
penting.
a. Jika yang akan dibulatkan lebih besar dari lima, maka pembulatannya ke
atas.
Contoh: 25,56 untuk 3 angka penting, pembulatannya menjadi 25,6
b. Jika yang akan dibulatkan kurang dari 5, maka pembulatannya ke bawah.
Contoh: 25,54 menjadi 25,5
0,273 menjadi 0,27
c. Jika yang dibulatkan memiliki angka terakhir 5, maka pembulatannya
dilakukan sedemikian rupa sehingga angka penting terakhir selalu genap.
9
Contoh: 25,55 menjadi 25,6 dan 25,45 menjadi 25,4
0,273 menjadi 0,27 dan 0,265 menjadi 0,26
2. Penjumlahan dan Pengurangan
Pada waktu menjumlahkan bilangan-bilangan tidak eksak (angka penting)
maka hasil terakhir hanya boleh mengandung satu angka ragu-ragu dengan
memperhatikan aturan berikut:
10
6,25
= 2,5 ≈ 2,50 (3 angka penting )
2,50
4. Memangkatkan
Bila suatu bilangan non eksak dipangkatkan, hasilnya memiliki angka
penting sebanyak angka penting bilangan yang dipangkatkan
Contoh:
(3,25) = 10,5625 ≈ 10,6
Hasilnya 3 angka penting karena 3,25 terdiri dari 3 angka penting.
3252 = 105625 ≈ 106000
Hasilnya 3 angka penting karena 325 terdiri dari 3 angka penting.
0,5 = 0,125 ≈ 0,1
Hasilnya 1 angka penting karena 0,5 terdiri dari 1 angka penting.
5. Menarik Akar
Akar pangkat dua atau lebih dari suatu bilangan tidak eksak, hasilnya
memiliki angka penting sebanyak angka penting dari bilangan yang ditarik
akarnya.
Contoh:
√125 = 5, karena 125 memiliki 3 angka penting maka hasilnya harus
memiliki 3 angka penting, yaitu 5,00.
Latihan 1
1. Beri contoh pengukuran yang akurat dan presisi, dan pengukuran yang presisi
tapi tidak akurat.
2. Jelaskan pengertian angka pasti dan angka ragu-ragu (beri contoh dengan
gambar).
3. Di bawah ini ada 4 skala pengukuran. Isi tabel yang ada di bawahnya!
5 10 cm
a.
11
50 100 mg
b.
5 6 mg
c.
10 20 30 mA
d.
Hasil Pengukuran Jumlah angka
Pengukuran Nst Alat
(X) penting
A
B
C
D
5. Hasil pengukuran panjang dua balok kecil adalah 20,55 mm dan 15,75 cm.
Gambar masing-masing skala pengukurannya.
6. Bulatkan angka berikut sampai 3 angka penting.
a. 1652
b. 0,2759
c. 17875
d. 0,12452
7. Hitunglah:
a. 25 x 25
12
b. 6,25
c. 15,75 + 0,2 + 2,0
13
BAB III
KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN
X XXX XX X
Sumber-sumber ketidakpastian acak ini antara lain:
1. Ketidakpastian menaksir bagian skala.
Sumber pertama ketidakpastian pada pengukuran adalah keterbatasan
skala alat ukur. Harga yang lebih kecil dari nilai skala terkecil alat ukur
14
(NST) tidak dapat lagi dibaca, sehingga dilakukan taksiran. Artinya, suatu
ketidakpastian telah menyusup pada hasil pengukuran.
Ada 3 faktor penentu dalam hal penaksiran, yaitu :
(a) Jarak fisis (Physical Distance) antara dua goresan yang berdekatan.
(b) Halus atau kasarnya jarum penunjuk.
(c) Daya pisah (Resolving Power) mata manusia.
2. Keadaan yang berfluktuasi, artinya keadaan yang berubah cepat terhadap
waktu. Misalnya, kuat arus listrik, tegangan jala-jala PLN, dan sumber
tegangan lain yang selalu berubah-ubah secara tidak teratur
3. Gerak acak (gerak Brown) molekul-molekul udara. Gerak ini menyebabkan
penunjukkan jarum dari alat ukur yang sangat halus menjadi terganggu.
4. Landasan yang bergetar.
5. Bising (Noise), yaitu gangguan pada alat elektronika yang berupa fluktuasi
yang cepat pada tegangan karena komponen alat yang meningkat temperatur
kerjanya.
6. Radiasi latar belakang seperti radiasi kosmos dari angkasa luar.
B. Analisis Ketidakpastian Pengukuran
1. Ketidakpastian Pengukuran Tunggal
Pengukuran tunggal adalah adalah pengukuran yang dilakukan satu kali
saja. Keterbatasan skala alat ukur dan keterbatasan kemampuan mengamati
serta banyak sumber kesalahan lain, mengakibatkan:
“Hasil Pengukuran Selalu Dihinggapi Ketidakpastian”
15
(x ± ∆x ) = hasil pengukuran beserta ketidakpastiannya
[X] = satuan besaran x (dalam satuan SI)
Contoh 1: Misalkan arus dalam rangkaian diukur dengan skala
miliamperemeter dari jarum penunjuk tampak pada gambar 2
berikut.
2 3 4 mA
Gambar 3. 1Penunjukanskaladenganjarumpenunjukcukuptebal
Nilai arus yang terbaca lebih dari 3,5 mA tetapi kurang dari 3,7 mA.
Maka yang dilaporkan adalah:
I = (3,60± 0,05) mA
Penulisan yang dilaporkan ini menunjukkan bahwa nilai sebenarnya
kuat arus itu tidak diketahui. Kita hanya menduga bahwa arus itu sekitar 3,55
dan 3,65 mA. Berapa tepatnya? dengan satu kali pengukuran saja kita tidak
tahu. Arus itu mungkin 3,58 mA, mungkin 3,63 mA, bahkan mungkin 3,565
mA. Tidak seorang pun yang tahu nilai sebenarnya.
Dengan cara menulis demikian pengamat hanya ingin menyatakan arus
itu dipercaya tidak kurang dari 3,55 mA ataupun lebih dari 3,65 mA.
Pernyataan demikian memang tidak tegas, namun apa yang diharapkan dari
pengukuran satu kali saja?
Dapat disimpulkan:
Hal lain yang tersirat dalam penulisan di atas ialah tentang mutu skala
alat ukur yang digunakan. Untuk contoh di atas, miliammeter yang digunakan
hanya mampu mengukur paling kecil sampai 0,1 mA saja. Jadi NST-nya 0,1
mA.
16
Contoh 2 :Arus listrik diukur dengan ammeter yang ujung jarum penunjuknya
cukup halus dan goresan skalanya cukup tajam (tipis) seperti pada
gambar 3 berikut.
2 3 4 mA
Gambar 3. 2Penunjukanskaladenganjarumpenunjukcukuptipis
Dengan demikian, arus yang terukur diduga bernilai sekitar 3,64 mA.
Ketidakpastian yang ditunjukkan alat ditaksirlebih kecil dari NST, oleh karena
jarak pisah antara dua goresan yang berdekatan tampak jelas dengan ujung
jarum penunjuk yang cukup halus. Ini memberikan alasan untuk menaksir
ketidakpastiannya kurang dari NST misalnya NST (0,03 mA) atau NST
(0,02 mA).
Jadi laporannya mungkin arus bernilai 3,60 mA dan 3,66 mA atau
antara 3,62 mA dan 3,66 mA. Perhatikan bahwa kedua pernyataan ini berarti
kuat arus listrik yang terukur adalah sekitar 3,63 mA atau 3,64 mA.
2. Ketidakpastian Mutlak dan Ketepatan Pengukuran
∆ disebut ketidakpastian mutlak pada nilai { }dan memberi gambaran
tentang mutu alat ukur yang digunakan.
17
Jadi kuat arus listrik I = 3,64 mA adalah lebih tepat daripada I = 3,6 mA.
Artinya I = 3,64 mA lebih mendekati kuat arus yang sebenarnya (I0)
yang tidak diketahui.
3. Ketidakpastian Relatif dan Ketelitian Pengukuran
Perbandingan antara ketidakpastian mutlak dengan hasil
∆
pengukuran disebut ketidakpastian relatif pada nilai {x}, sering
Pada contoh di atas, kuat arus listrik kedua telah berhasil diukur dengan
tingkat ketelitian sekitar tiga kali lebih baik daripada pengukuran kuat arus
listrik pertama. Perhatikan bahwa ketidakpastian relatif akan menjadi kecil jika
yang diukur nilainya besar. Sebagai contoh, ammeter yang sama (∆ = 0,05 A)
digunakan untuk mengukur kuat arus sebesar 0,5 A dan kuat arus kedua 10,0
A.
∆ 0,05
= 100 % = 1 %
5,00
Dibandingkan dengan:
∆ 0,05
= 100 % = 0,5 %
10,00
18
Makna dari ketidakpastian mutlak dari ketidakpastian relatif ialah
bahwa dalam usaha untuk mengetahui nilai sebenarnya (X0) suatu besaran fisis
dengan melakukan pengukuran, terbentur pada keterbatasan alat ukur maupun
orang yang melakukan pengukuran hingga hasilnya selalu meragukan. Dalam
teori pengukuran (Measurement Theory), tidak ada harapan mengetahui
X0lewat pengukuran, kecuali jika pengukuran diulang sampai berhingga kali.
Jadi yang dapat diusahakan adalah mendekati X0. Sebaik-baiknya, yakni
dengan melakukan pengukuran berulang sebanyak-banyaknya.
4. Ketidakpastian pada Pengukuran yang Diulang (Pengukuran
Berganda)
Dengan mengadakan pengulangan, pengetahuan kita tentang nilai
sebenarnya (X0) menjadi semakin baik. Pengulangan seharusnya diadakan
sesering mungkin, makin sering makin baik, namun perlu dibedakan antara
pengulangan beberapa kali saja (2 atau 3 kali) dan pengulangan yang cukup
sering (sekitar 10 kali) atau lebih.
a. Pengulangan yang Beberapa Kali Saja
Jika pengukuran 3 kali dengan hasil x1, x2 dan x3 atau dua kali lipat
saja misalnya pada awal percobaan dan pada akhir percobaan, maka {X}
dan Δx dapat ditentukan sebagai berikut:
Nilai rata-rata pengukuran dilaporkan sebagai {X} sedangkan deviasi
mutlak terbesar atau deviasi mutlak rata-rata dilaporkan sebagai Δx jadi:
+ +
̅=
3
=| − ̅|
=| − ̅|
=| − ̅|
19
Δx adalah yang terbesar di antara δ1, δ2 dan δ3 atau ∆x adalah
Contoh:
Misalkan x1 = 12,1
x2 = 11,7
x3 = 12,2
Berapa (x ± Δx) yang harus dilaporkan:
Jawab:
12,1 + 11,7 + 12,1
{ }= = = 12,0
3
= |12,1 − 12| = 0,1
= |11,7 − 12| = 0,3
= |12,2 − 12| = 0,2
∆ = = 0,3
Jadi x ± Δx = (12,0 ± 0,3)
Perhatikan bahwa ketiga nilai x yaitu x1, x2 dan x3 tercakup dalam interval
(12,0 + 0,3) = 12,3 sampai (12,0 - 0,3) = 11,7
Jika kita ingin bersikap hati-hati dan adil terhadap semua hasil
pengukuran yang diperoleh, maka cara pertama yang paling tepat meskipun
cara kedua tidak dapat dikatakan salah.
b. Pengukuran yang Diulang Cukup Sering
20
Pengukuran yang diulang cukup sering, menghasilkan sampel,
misalkan pengukuran diulang n kali menghasilkan sampel; x1, x2, x3, …, xn.
Nilai manakah yang dilaporkan sebagai hasil pengukuran {x} dan bagaimana
menyatakan ketidakpastianya (Δx). Dalam statistik dinyatakan bahwa nilai
terbaik mendekati nilai sebenarnya (x0) adalah nilai rata-rata sampel.
∑
̅=
+ + + ⋯+
̅=
Nilai ̅ inilah yang diperoleh sebagai {x}. Oleh karna ̅ bukan x0,
padanya terdapat penyimpangan. Ketidakpastian pada ̅ adalah deviasi
standar nilai rata-rata yaitu:
Jadi : =
√ ( ) /
−1 1 ∑ 2 − (∑ )
∆ = =
√ −1
Atau
−1 ∑( ̅)
∆ = =
√ ( − 1)
21
Tebal sebuah kubus alumunium diukur dengan menggunakan jangka sorong
menghasilkan sampel sebagai berikut:
t= 15,0 - 14,8 – 15,0 – 14,9 – 15,1 – 15,1 – 15,0 – 14,8 – 15,2 – 15,1
(dalam satuan mm)
Laporan dalam bentuk (t + Δt) menurut hasil pengukuran di atas.
Jawab:
Untuk mempercepat dan mempermudah perhitungan, digunakan kalkulator
yang mampu menghitung deviasi standar.
∑ + + +⋯+ 150,0
= = = = 15,00 mm
10 10
0,1333 0,13333
∆ = = = = 0,04216
( ) (10) 3,1622
1 ∑ − (∑ )
∆ =
−1
1 10(2250,16) − (150,0)
= = 0,04216
10 − 1
14,96 15,04
22
Hal ini menunjukan bahwa dengan melakukan pengulangan
ketidakpastian mutlak dapat ditekan sehingga diperoleh interval yang lebih
sempit yaitu antara 14,96 sampai 15,04. Jadi dapat diketahui dengan
lebih baik dibandingkan dengan interval (14,5 sampai 15,5).
Yang menjadi persoalan sekarang adalah bagaimana cara
menentukan jumlah angka berarti yang harus digunakan dalam melaporkan
hasil suatu pengukuran. Jumlah ini harus tepat sesuai dengan ketepatan yang
tercapai dalam pengukurannya agar orang lain yang membaca laporan atau
tidak mendapat kesan yang keliru tentang ketelitian pengukuran itu.
Jumlah angka berarti ditentukan oleh ketidakpastian relatifnya.
Dalam hal ini orang sering menggunakan suatu aturan praktis sebagai
berikut.
∆x
sekitar 10 %, menggunakan 2 angka berarti.
x
∆x
sekitar 1 %, menggunakan 3 angka berarti.
x
∆x
sekitar 0,1 %, menggunakan 4 angka berarti.
x
Latihan 2
1. a)
14 15 16 cm
23
b)
10 20 cm
24
Volume zat cair (V) = 21,0 ml
Maka massa jenis (ρ) zat cair tersebut adalah:
20,10
= = = 0,957
21,0
Hasil ini tentunya akan dilaporkan dalam bentuk [ρ ± ∆ρ] tetapi untuk
menentukan ∆ρ, tidak dapat dilakukan dengan menggunakan ½ x NST, karena
ρtidak diukur dengan alat ukur secara langsung, tetapi ρ diperoleh melalui hasil
perhitungan. Penentuan ∆ρ ini (hasil perhitungan) dilakukan berdasarkan
ketidakpastian dari besaran-besaran yang diukur. Perhitungan ketidakpastian
seperti ini disebut rambat ralat.
2. Rambat Ralat Pengukuran Tunggal
Misalkan suatu fungsi y = f (a, b, c, …), y adalah hasil perhitungan dari
besaran terukur a, b, dan c, (pengukuran tunggal). Jika a berubah sebesar da, b
berubah sebesar db, dan c berubah sebesar dc maka:
= ∆ + ∆ + ∆
∆ = ∆ + ∆ + ∆
∆a, ∆b, ∆c, … diperoleh dari ½ x NST alat ukur atau sesuai aturan yang
telah dijelaskan sebelumnya.
3. Operasi Rambat Ralat Pada Pengukuran Tunggal
(1) Rambat Ralat Penjumlahan dan Pengurangan
Misalkan hasil perhitungan pengukuran y = a± b, di mana a dan b
hasil pengukuran langsung, maka:
∆ = ∆ + ∆
Di mana
= 1 dan =1
Jadi,
∆ = ∆ +∆
25
Kesalahan mutlak dari bentuk jumlah atau selisih sama dengan
jumlah kesalahan mutlak dari masing-masing sukunya.
(2) Rambat Ralat Perkalian dan Pembagian
Misalkan hasil perhitungan y = a . b, atau y = a . b-1, di mana a dan b
hasil pengukuran tunggal, maka :
= = .
∆ = ∆ + ∆
Di mana,
= = dan = . = .
Jadi:
1 1
∆ = ∆ + − ∆ = ∆ + ∆
∆ ∆ + ∆ ∆ ∆
= = +
25,10 g g
= = = 2,510 ml (hasil perhitungan)
10,0 ml
26
∆ = ∆ + ∆
Di mana : = dan =
1
∆ = ∆ + ∆
Sehingga:
1 25,10
∆ = (0,05) + (0,5)
10,0 100,00
∆ = 0,1305 (perhitungan)
∆ = 0,1
Jadi, besarnya massa jenis zat cair yang dilaporkan adalah:
= |2,5 ± 0,1| g/ml
4. Rambat Ralat pada Pengukuran Berulang
Misalkan suatu fungsi y = f (a, b, c, ...) adalah hasil perhitungan
langsung dari besaran terukur a, b, dan c, maka jika a, b, c, … diukur berulang
kali (pengukuran berganda), maka besarnya ∆ dirumuskan sebagai :
∆ = ∆ + ∆ + ∆ + …
∆ , ∆ , ∆ , … dapat ditentukan :
a) Untuk pengukuran sebanyak 3 kali, dapat diambil harga maksimum
deviasi dari rata-ratanya.
b) Untuk pengukuran n > 3, dapat diambil dengan menggunakan standar
deviasi yang dirumuskan sebagai berikut:
1 Σ − (Σx )
∆ =
−1
27
Atau
Σ( − )
∆ =
( − 1)
Di mana:
∆ = ketidakpastian mutlak (standar deviasi) besaran x
= nilai data ke-i
= banyaknya titik data
(1) Rambatan Ralat Penjumlahan dan Pengurangan
Misalkan hasil perhitungan y = a ± b, di mana a dan b hasil
pengukuran langsung, maka ketidakpastian besaran y diyuliskan sebagai:
∆ = ∆ + ∆
Di mana, =1 dan =1
Jadi:
∆ = ∆ +∆
(2) Rambat Ralat Perkalian dan Pembagian.
Misalkan hasil perhitungan y = a/b, atau y = a . b-1, di mana a dan b
hasil pengukuran tunggal, maka:
= = .
= = dan = . = .
∆ ∆ ∆
= +
Contoh:
28
Misalkan suatu percobaan untk menentukan kecepatan troley pada suatu
jarak tertentu. Dari tiga orang anak diperoleh data sebagai berikut:
Rumus kecepatan : = ̅
Maka :
+ + (120,50 + 120,35 + 120,00)
̅= =
3 3
= 120,283333 cm (perhitungan)
Jadi,
x 120,28 cm
= = = 5,467272727 cm/s
t̅ 20,0 s
= 5,47 cm/s (3 angka penting)
Selanjutnya, akan dicari ∆v, yaitu dengan menggunakan teori ralat, yaitu:
Tentukan terlebih dahulu ∆x dan ∆t dengan metode deviasi.
(1) Untuk pengukuran jarak, x:
= | − ̅ | = |120,50 − 120,28| = 0,22 cm
29
= | − ̅ | = |120,00 − 120,28| = 0,28 cm
= | − ̅| = |22,0 − 22,0| = 0
̅
∆ = ∆x + ̅
∆t (coba buktikan sendiri !!!)
1 120,28
∆ = (0,3) + (0,5)
22,0 484,00
∆ = 0,1 cm/s
Jadi, kecepatan yang dilaporkan adalah :
30
c) Hitung rambat ralatnya dengan menggunakan rumus rambat ralat
pengukuran berulang.
Contoh:
Sebuah bola dijatuhkan pada ketinggian 40,0 cm. Waktu yang diperlukan
sampai ke tanah diukur enam kali, menghasilkan data sbb:
s = 40,0 cm nst = 1 cm
( , , , , , , )
̅=
12,0 s
= = 2,00 s
6
Σ( − ̅) 0,14
∆t = = = 0,07 s
n(n − 1) 30
Kecepatan Rata-Rata
s 40,0
v= = = 20,0 (3 angka penting)
t 2,00
∆ ∆ ∆ 0,07 0,07
= + = +
40,0 2,00
∆
= 0,00000306 + 0,001225 = 0,001228 = 0,035
20,0
∆
= 0,035
20,0
31
= (20,0 ± 0,7) /
Cara lain mencari ∆v:
s
v=
t
∂v ∂v
∆v = ∆s + ∆t
∂s t
Di mana,
∂v 1 1
= =
∂s T 2
∂v 1
=
∂s 4
dan
∂v s 40,0
= s. t = = = 10
∂t t 4
∂v
= 100
∂t
Maka:
1
∆v = x0,07 + 100x0,07
4
Latihan 3
b) =
c) =
d) =
2. Hasil pengukuran tegangan dari kuat arus dari suatu rangkaian listrik adalah:
32
V = (1,00 ± 0,05) volt ; I = (5,00 ± 0,05) mA
5. Dari percobaan menentukan jarak fokus lensa cembung diperoleh data sebagai
berikut:
s (jarak benda) = 6,00 cm
s’ (jarak bayangan) = 12,00 cm
Hitunglah jarak fokus lensa tersebut beserta ketidakpastiannya.
33
BAB IV
ALAT-ALAT PENGUKURAN DASAR
A. Jangka Sorong
1. Pengertian Jangka Sorong
Jangka Sorong atau dalam bahasa asing disebut vernier caliper adalah
alat yang digunakan untuk mengukur besaran panjangyang terdiri atas rahang
tetap yang memiliki skala utama dan rahang geser yang memiliki skala
nonius. Alat ini memiliki tingkat ketelitian sampai dengan 0,01 mm dan dapat
mengukur panjang benda sampai 20 cm.
2. Kegunaan Jangka Sorong
Jangka sorong memiliki beberapa kegunaan sebagai berikut:
a) Untuk mengukur ketebalan suatu benda yang berukuran kecil atau tipis,
seperti seng, plat aluminium dan sebagainya.
b) Untuk mengukur diameter luar suatu benda yang berbentuk bulat atau
lingkaran, seperti kelereng, uang koin dan sebagainya.
c) Untuk mengukur diameter dalam suatu benda yang berbentuk lingkaran
berongga, seperti cincin, gelang dan sebagainya.
d) Untuk mengukur kedalaman suatu benda yang berbentuk tabung,
seperti botol, gelas dan sebaginya.
3. Jenis-jenis Jangka Sorong
- Jangka Sorong Berdasarkan Skalanya
1) Jangka Sorong Manual (Vernier Caliper)
34
2) Jangka Sorong Analog (Dial Caliper)
35
Jangka sorong ini memiliki bentuk rahang yang lebih panjang dari
rahang jangka sorong manual. Fungsi dari jangka sorong ini adalah
untuk mengukur diameter dalam suatu tabung yang bentuknya
berlekuk-lekuk, seperti toples dan botol.
2) Jangka Sorong Ketinggian (Height Vernier Caliper)
36
Jangka Sorong ini digunakan untuk mengukur jarak antara satu lubang
dengan lubang lainnya atau jarak antara lubang dengan tepi suatu
permukaan benda
5) Jangka Sorong Gigi Gear (Gear Tooth Vernier Calipers)
37
rahang geser. Bentuk jangka sorong serta bagian-bagiannya ditunjukkan pada
gambar berikut ini
38
(8) Pengunci
Mempunyai fungsi untuk menahan bagian-bagian yang bergerak saat
berlangsungnya proses pengukuran misal rahang dan Depth probe.
5. Prinsip Kerja Jangka Sorong
Jangka sorong terdiri dari dua skala yaitu skala utama dengan skala
terkecil dalam milimeter (1mm = 0,1 cm) dan skala nonius. Sepuluh skala
utama memiliki panjang 1 cm, jadi jarak 2 skala utama yang saling
berdekatan adalah 0,1 cm. Sedangkan sepuluh skala nonius memiliki panjang
0,9 cm, jadi jarak 2 skala nonius yang saling berdekatan adalah 0,09 cm. Jadi
beda satu skala utama dengan satu skala nonius adalah 0,1 cm – 0,09 cm =
0,01 cm atau 0,1 mm. Sehingga skala terkecil dari jangka sorong adalah 0,1
mm atau 0,01 cm.
Ketelitian dari jangka sorong adalah setengah dari skala terkecil. Jadi
x = ½ x 0,01 cm = 0,005 cm. Dengan ketelitian jangka sorong adalah :
ketelitian 0,005 cm, maka jangka sorong dapat dipergunakan untuk mengukur
diameter sebuah kelereng atau cincin dengan lebih teliti (akurat). Seperti yang
sudah dijelaskan sebelumnya bahwa jangka sorong dapat dipergunakan untuk
mengukur diameter luar sebuah kelereng, diameter dalam sebuah tabung atau
cincin maupun untuk mengukur kedalaman sebuah tabung.
Prinsip utama menggunakan jangka sorong adalah apabila kunci yang
terdapat pada jangka sorong dilonggarkan, maka papan skala nonius dapat
digerakkan sesuai keperluan. Dalam kegiatan pengukuran objek yang hendak
diukur panjangnya atau diameternya maka objek akan dijepit diantara 2
penjepit (rahang) yang ada pada jangka sorong. Panjang objek dapat
ditentukan secara langsung dengan membaca skala utama sampai
sepersepuluh cm (0,1cm) kemudian menambahkan dengan hasil pembacaan
pada skala nonius sampai seperseribu cm (0,001cm).
6. Kalibrasi Jangka Sorong
Sebelum melakukan proses pengukuran dengan menggunakan suatu
alat ukur, sebaiknya alat ukur tersebut dikalibrasi terlebih dahulu. Lalu apa
pengertian kalibrasi dan tujuan atau fungsinya?
39
Kalibrasi adalah proses verifikasi bahwa akurasi suatu alat ukur sesuai
dengan rancangannya
Berdasarkan pengertian kalibrasi tersebut, tujuan atau fungsi kalibrasi
adalah untuk memastikan akurasi atau ketelitian dari alat ukur tersebut
sehingga instrumen yang digunakan dapat menghasilkan pengukuran yang
akurat.
Berikut ini adalah langkah-langkah kalibrasi jangka sorong
1) Putar sekrup pengunci berlawanan arah dengan jarum jam untuk
mengendurkan rahang geser.
2) Dorong rahang geser hingga menyentuh rahang tetap
3) Apabila rahang geser
berada pada posisi yang
tepat di angka nol, yaitu
angka nol pada skala utama
dan angka nol pada skala
nonius saling berhimpit
pada satu garis lurus, maka
Gambar 4. 11 Jangka Sorong Terkalibrasi
jangka sorong sudah terkalibrasi dan
(http://www.fisikabc.com/2017/04/jangka-
siap untuk digunakan, seperti sorong)
40
42
Jumlah skala nonius
Dari rumus di atas maka skala terkecil jangka sorong adalah 1/50 =
0,02 mm.Jika nilai skala terkecil jangka sorong sudah diketahui, maka nilai
ketelitian jangka sorong dapat dicari dengan persamaan:
Skala Utama
Pada skala utama, lihat skala yang tepat berhimpit dengan angka
nol skala nonius, jika tidak ada, gunakan skala utama yang berada tepat
disebelah kiri angka nol skala nonius.
Skala Nonius
Pada skala nonius lihat skala nonius yang tepat berhimpit dengan
skala utama.
Skala Terkecil
43
Untuk menentukan skala terkecil, lihat jumlah skala nonius.
Pada contoh pengukuran menggunakan jangka sorong diatas, nilai
diameter benda tersebut adalah:
Pada gambar di atas, penunjukan nol skala nonius berada antara 20
mm dan 21 mm atau 20 mm lebih. Sedangkan skala nonius yang tepat
berimpit dengan salah satu skala utama adalah skala ke-16 (angka 8),
maka hasil pengukurannya adalah:
20 mm + (16 x 0,005) mm = 20,80 mm
Jika pembacaan alat dilakukan secara langsung, maka hasilnya
20,80 mm
Karena nol nonius menunjuk 20 mm sedang nonius yang berimpit
adalah angka 8. Seandainya nonius yang berimpit menunjuk angka 8,5
maka pembacaannya adalah 20,85 mm.
B. Micrometer Sekrup
1. Pengertian Mikrometer Sekrup
Mikrometer Sekrup atau dalam bahasa asing disebut micrometer
besaran panjang yang terdiri atas poros tetap yang berperan sebagai skala
utama dan poros putar yang berperan sebagaiskala nonius. Tingkat ketelitian
44
d) Untuk mengukur kedalaman suatu lubang yang cukup kecil seperti
lubang pada pipa dan sebagainya.
3. Jenis-jenis Mikrometer Sekrup
- Micrometer Sekrup
Berdasarkan Skalanya
1) Mikrometer Sekrup
Manual
Mikrometer jenis ini, skalanya Gambar 4. 17 Mikrometer Sekrup Manual
(http://www.fisikabc.com/2017/04/mikrometer-
terdiri atas skala utama dan sekrup)
skala nonius. Sesuai namanya peembacaan hasil pengukuran masih
manual melalui serangkaian perhitungan dari hasil skala utama dan
nonius.
2) Mikrometer Sekrup Digital
Skala mikrometer digital berbentuk
layar digital dimana hasil pengukuran
dengan mikrometer ini langsung
terbaca oleh layar tanpa harus melalui
proses perhitungan.
Gambar 4. 18Mikrometer Sekrup Digital
(http://www.fisikabc.com/2017/04/mikro
meter-sekrup)
2) Mikrometer Dalam
Mikrometer
dalam adalah
45
3) Mikrometer Kedalaman
Mikrometer dalam adalah jenis
mikrometer yang digunakan
untuk mengukur kedalaman
suatu lubang
46
c. Spindle (poros gerak)
Poros gerak merupakan sebuah silinder logam yang dapat
digerakkan maju-mundur, menjau atau mendekati poros tetap.
d. Lock Nut (pengunci)
Pengunci berfungsi untuk menahan poros gerak agar tidak
bergerak saat proses pengukuran suatu benda.
e. Sleeve
Merupakan batang logam tempat terletaknya skala
utama (dalam satuan mm)
f. Thimble
Merupakan batang logam yang dapat diputar, berukuran lebih
besar dari sleeve dan merupakan tempat terletaknya skala
nonius atau skala putar (dalam satuan mm)
g. Ratchet
Berfungsi untuk mengencangkan poros gerak jika sudah menyentuh
benda dengan cara diputar searah jarum jam sampai terdengar suatu bunyi
ketukan logam (tik). Untuk memastika ujung poros gerak telah menempel
sempurna dengan benda maka ratchet dapat diputar sebanyak 2-3 putaran.
5. Prinsip Kerja Mikrometer Sekrup
Cara kerja mikrometer sekrup adalah sebagai berikut:
Pada bagian Sleeve terdapat skal utama yang berisi angka 1,2,3,4 dst
(bagian atas) dan angka 0,5, 1,5, 3,5 dst (bagian bawah), sehingga jarak antar
2 skala terkecil skala utama adalah 0, 5 mm.
Sedangkan pada bagian Thimble terdapat skala nonius yang berisi
angka 1-50 (kelipatan 5). Jika thimble diputar satu kali putan penuh (maju
atau mundur) maka skala utama akan bertambah 0,5 mm atau berkurang 0,5
mm. Sehingga 1 skala putar= 0,5/50 = 0,01 mm, artinya jarak antara 2 skala
terkecil skala nonius adalah 0,01 mm.
6. Kalibrasi Mikrometer Sekrup
47
Gambar 4. 23Kalibrasi Mikrometer Sekrup
(http://www.fisikabc.com/2017/04/mikrometer-sekrup)
Berikut ini adalah langkah-langkah sistematis dalam mengkalibrasi
mikrometer sekrup
a. Pertama, bersihkan terlebih dahulu Anvil (poros tetap)
dan Spindel (poros gerak) dengan kain yang bersih.
b. Putar batang Thimble secara perlahan (jangan berlebihan)
sampai anvil dan spindle saling bersentuhan.
c. Putar Ratchet sampai berbunyi “tik”. Putar ratchet 2-3 kali sampai
diperoleh penekanan yang cukup kuat.
d. Kunci Spindle dengan Lock Nut agar tidak bergeser.
e. Mikrometer sudah terkalibrasi dengan benar apabila
titik 0 thimble sudah lurus dengan garis pada outer sleeve.
7. Prosedur Pengukuran Mikrometer Sekrup
Setelah Anda melakukan kalibrasi pada mikrometer sekrup, langkah
selanjutnya adalah cara menggunakan mikrometer sekrup dengan baik dan
benar.Berikut ini tahapan-tahapannya:
a. Bukalah pengunci spindle atau Lock Nut, sehingga
batang spindle dapat bergerak.
b. Putar batang Spindle berlawanan arah jarum jam agar rahang
mikrometer sekrup terbuka.
48
e. Putar Ratchet searah jarum jam secara perlahan sampai terdengar
bunyi “tik”.
f. Setelah terdengar bunyi, ratchet bisa diputar 2-3 kali untuk
memastikan penekanan spindle terhadap
Gambar 4. 24Prosedur Pengukuran
benda cukup kuat, kemudian Mikrometer Sekrup
kunci spindle dengan lock nut agar (http://www.fisikabc.com/2017/04/mi
krometer-sekrup)
spindle tidak bergeser sehingga skala tidak berubah
g. Baca Skala hasil pengukuran dengan mikrometer sekrup
8. Cara Menentukan Tingkat Ketelitian Mikrometer Sekrup
Untuk menentukan nilai ketelitian mikrometer sekrup, pertama kita
harus mengetahui nilai skala terkecil dari mikrometer sekrup itu sendiri.
Untuk mengetahui nilai skala terkecil mikrometer sekrup perhatikan gambar
berikut ini:
49
9. Cara Pembacaan Hasil Pengukuran Mikrometer Sekrup
Untuk membaca skala hasil pengukuran mikrometer sekrup perhatikan contoh
gambar di bawah ini:
Skala Utama
Pada skala utama, lihat skala yang tepat berhimpit dengan skala nonius,
jika tidak ada, gunakan skala utama yang berada tepat disebelah kiri skala
nonius.
Skala Nonius
Pada skala nonius lihat skala nonius yang tepat berhimpit dengan garis
pembagi skala (garis horizontal) skala utama.
Skala Terkecil
Nilai skala terkecil adalah 0,01 mm.
Pada contoh pengukuran menggunakan mikrometer diatas, hasil
pengukurannya adalah:
Skala Nonius = 13
50
= 11,5 mm + 0,13 mm
= 11,63 mm
C. Spherometer
1. Pengertian Spherometer
Spherometer merupakan suatu alat atau instrument yang digunakan
untuk mengukur panjang yang sangat kecil. Spherometer dibuat pada tahun
1810 oleh seorang ahli optik berkebangsaan Prancis, Robert Aglae Cauchoix,
dan pertama kali diperkenalkan oleh Nicolas Fortin. Awalnya, spherometer
terutama digunakan oleh ahli kacamata untuk mengukur lengkungan
permukaan suatu lensa.
2. Kegunaan
Spherometer merupakan salah satu alat ukur panjang yang digunakan
untuk mengukur jari-jari (radius) dari permukaan suatu lensa. Selain itu,
spherometer juga digunakan untuk mengukur ketebalan suatu lempengan atau
plat tipis.
3. Bagian-bagian Spherometer
Secara umum spherometer terdiri dari:
a) Meja berkaki tiga (biasanya terbuat dari logam). Jika dihubungkan
dengan garis, maka ketiga kaki tersebut membentuk segitiga sama sisi.
b) Sekrup yang terletak pada lubang ditengah-tengah meja kecil berkaki
tiga.
c) Pangkal sekrup
d) Pemutar sekrup
e) Piringan spherometer yang
memiliki 100 skala,
berbentuk lingkaran, dan
melekat pada sekrup. Satu
putaran piringan
Gambar 4. 27Spherometer
menyebabkannya naik atau (http://saulkakensei.blogspot.co.id/2014/09/p
riinsip-kerja-spherometer.html)
turun 1 mm.
51
f) Skala utama (dalam mm) berupa batang yang letaknya sejajar dengan
sekrup. Skala ini sebagai indeks untuk membaca skala pada piringan
spherometer dan juga untuk menandai banyaknya putaran penuh
sekrup.
Pada spherometer yang baru, skala utama dimulai dari 0,5 mm dengan
skala terkecil 0,005 mm. Namun, pada spherometer yang lama skala
terkecilnya adalah 0,001 mm.
4. Kalibrasi
Kalibrasi adalah proses dalam membandingkan suatu acuan lokal
kepada standar yang berlaku untuk memastikan ketelitian suatu alat ukur.
Pengkalibrasian pada spherometer yaitu dengan menghimpitkan angka nol
pada skala utama dan angka nol pada piringan spherometer. Berarti,
spherometer telah terkalibrasi jika angka nol pada skala utama berimpit
dengan angka nol pada piringan spherometer.
5. Ketelitian
Spherometer memiliki tingkat ketelitian yang lebih tinggi daripada
mistar, jangka sorong, dan mikrometer. Ketelitian spherometer yaitu 0,01
mm.
6. Prinsip Kerja
Prinsip kerja spherometer hampir sama dengan prinsip kerja
mikrometer. Spherometer memiliki dua jenis skala, yaitu skala utama dan
skala pada piringan spherometer (skala geser). Pembacaan hasil ukur pada
sperometer, yaitu dengan melihat skala yang saling berhimpit (skala utama
berhimpit dengan skala pada piringan spherometer). Untuk pegukuran jari-jari
(radius) permukaan suatu lensa, digunakan persamaan:
Sebelum menggunakan spherometer untuk mengukur jari-jari (radius)
permukaan suatu lensa dan ketebalan suatu lempengan atau pelat tipis,
pastikan spherometer dalam keaadan layak pakai, dan sudah terkalibrasi
supaya pengukuran yang dilakukan akurat.
7. Prosedur Pengukuran
a) Pengukuran Jari-jari (Radius) Permukaan Suatu Lensa
52
Untuk mengukur radius permukaan suatu lensa, spherometer
ditempatkan di atas suatu tempat yang tepat (rata) permukaannya. Setelah itu,
lensa yang akan diukur radiusnya dijepit dengan ketiga kaki spherometer.
Selanjutnya, putar sekrup sampai menyentuh permukaan lensa tersebut.
Amati skala utama yang berhimpit dengan skala pada piringan spherometer
(sebagai h), dan mengukur jarak antar kaki spherometer (sebagai a).
b) Pengukuran Ketebalan Suatu Lempengan atau Pelat Tipis
Untuk mengukur ketebalan suatu lempengan atau pelat tipis,
spherometer ditempatkan di atas suatu tempat yang tepat (rata)
permukaannya. Selanjutnya, putar sekrup sampai menyentuh permukaan
tersebut. Amati skala utama yang berhimpit dengan skala pada piringan
spherometer, kemudian membaca hasil bagi skala utama dengan skala pada
piringan spherometer. Setelah itu, sekrup diputar hingga tidak lagi menyentuh
permukaan tersebut. Selanjutnya, selipkan lempengan atau pelat tipis yang
akan diukur ketebalannya, putar kembali sekrup hingga menyentuh
permukaan lempengan atau pelat tipis tersebut. Amati kembali skala utama
yang berhimpit dengan skala pada piringan spherometer, kemudian membaca
hasil bagi skala utama dengan skala pada piringan spherometer. Perbedaan
(dalam hal ini selisih) dari kedua hasil pembacaan tersebut adalah ketebalan
lempengan atau pelat tipis yang diukur.
8. Cara Membaca dan Menuliskan Hasil Pengukuran
a) Pengukuran Jari-jari (Radius) Permukaan Suatu Lensa
Untuk cara pembacaan, skala utama (dalam mm) berhimpit dengan
skala pada piringan spherometer. Skala pada piringan spherometer dikalikan
ketelitian spherometer (0,01 mm). Sedangkan jarak antar kaki spherometer.
Setelah hasil pembacaan skala tersebut dimasukkan ke dalam suatu
persamaan, didapatlah hasil pengukuran jari-jari (radius) permukaan lensa.
b) Pengukuran Ketebalan Suatu Lempengan atau Pelat Tipis
Untuk cara pembacaan, skala utama (dalam mm) berhimpit dengan
skala pada piringan spherometer. Skala pada piringan spherometer dikalikan
ketelitian spherometer (0,01 mm). Hasil pengukuran ketebalan lempengan
atau pelat tipis adalah perbedaan (dalam hal ini selisih) hasil bagi skala utama
53
dan skala pada piringan spherometer sebelum diselipkan lempengan atau
pelat tipis dengan hasil bagi skala utama dan skala pada piringan spherometer
sesudah diselipkan lempengan atau pelat tipis.
9. Beberapa Bentuk Lain Spherometer
a) Mikro Spherometer
Lensa yang sangat kecil tidak dapat diukur dengan tepat jika
menggunakan spherometer biasa. Untuk itu, digunakan mikro spherometer
yang dapat mengukur lensa yang sangat kecil. Jari-jari (radius) permukaan
lensa mungkin bisa sekecil 2 mm. Sebagai informasi, Gardner dan BK
Johnson memodifikasi sebuah mikroskop standar agar dapat mengukur jari-
jari (radius) permukaan lensa yang sangat kecil ke presisi tinggi.
b) Spherometer Dan Chaffee
Spherometer ini terdiri dari dua bar logam yang bergabung di suatu
akhir untuk satu poros yang sangat singkat dari pergerakan yang diukur pada
kebalikan bagian akhir. Pusat ball adalah tetap untuk satu bar, dua kaki ball
ke yang lain, semua dalam satu baris. Karena pusat ball terletak di sepertiga
jarak ke mikrometer, perpindahan sepertiga sebagai pengukuran pada
mikrometer.
Ada tambahan baut ditempatkan di dekat sumbu baut. Pergerakan
terhadap lensa 10 kali dari pergerakan linear mikrometer, sehingga
kepekaannya besar. Keberhasilan dari akurasi pengukuran bergantung pada
rasa sentuhan ketika kontak dibuat, bersama lengan dan mikrometer yang
diputar sampai pelat akhir.
Lensa ditempatkan 90 deg dari bar dan 45 deg, dari horizontal.
Konfigurasi ini memastikan bahwa lensa dan spherometer ditempatkan
dengan gravitasi.
Kelebihan desain ini adalah murah. Kekurangan ialah membutuhkan
waktu lebih banyak untuk menghitung kepekaan faktor amplifikasi.
D. Neraca
Neraca merupakan alat ukur dasar yang digunakan untuk mengukur massa
dan berat suatu benda.
1. Neraca Ohauss Pengukur Massa Benda
54
Massa adalah banyaknya zat yang terkandung di dalam suatu benda.
Satuan SI-nya adalah kilogram (kg). Sedangkan berat adalah besarnya gaya
yang dialmi benda akibat gaya tarik bumi pada benda tersebut. Satuan SI-nya
Newton (N). Untuk mengukur massa benda dapat digunakan Neraca Ohauss.
a. Pengertian dan Fungsi Neraca Ohauss
Neraca Ohauss adalah alat ukur massa benda dengan ketelitian
0,01 gram. Neraca Ohauss berguna untuk mengukur massa benda atau logam
dalam praktek laboratorium. Prinsip kerja neraca ohauss adalah sekedar
membandingkan massa benda yang akan diukur dengan anak timbangan.
Anak timbangan neraca Ohaus berada pada neraca itu sendiri. Kemampuan
pengukuran neraca ini dapat diubah dengan menggeser posisi anak timbangan
sepanjang lengan. Anak timbangan dapat digeser menjauh atau mendekati
poros neraca. Massa benda dapat diketahui dari penjumlahan masing-masing
posisi anak timbangan sepanjang lengan setelah neraca dalam keadaan
setimbang.
b. Bagian-bagian Neraca Ohauss
1) Tempat beban yang digunakan untuk menempatkan benda yang akan
diukur
2) Tombol kalibrasi yang digunakan untuk mengkalibrasi neraca ketika
neraca tidak dapat digunakan untuk mengukur.
3) Lengan Neraca untuk 2 lengan berarti terdapat dua lengan, Lengan
neraca untuk neraca 3 lengan berarti terdapat tiga lengan dan untuk
neraca ohauss 4 lengan terdapat empat lengan.
4) Pemberat (anting) yang diletakkan pada masing-masing lengan yang
dapat digeser-geser dan sebagai penunjuk hasil pengukuran.
Titik 0 atau garis kesetimbangan, yang digunakan untuk menentukan
titik kesetimbangan.
c. Jenis-jenis Ohauss
1) Neraca Ohauss 2610
- Fungsi
Untuk mengukur massa
benda atau logam dalam
56
tombol kalibrasi pada ujung neraca ohauss sehingga titik kesetimbangan
lengan atau ujung lengan tepat pada garis kesetimbangan, namun
sebelumnya pastikan semua anting pemberatnya terletak tepat pada angka
nol di masing-masing lengan.
- Cara penggunaan
Pada neraca Ohauss-2610, lengan paling depan memuat angka
satuan dan sepersepuluhan, lengan tengah memuat angka puluhan, dan
lengan paling belakang memuat angka ratusan. Cara menimbangnya,
sebagai berikut.
a) Geser penunjuk pada lengan depan dan belakang ke sisi kiri dan
lingkaran skala diarahkan pada posisi nol! Ini artinya neraca
menunjuk skala nol.
b) Periksa bahwa neraca pada posisi setimbang.
c) Letakkan benda yang akan diukur di tempat yang tersedia pada
neraca.
d) Geser ketiga penunjuk diurutkan dari penunjuk yang terdapat pada
ratusan, puluhan, dan satuan sehingga tercapai keadaan yang
setimbang.
e) Bacalah massa benda dengan menjumlah nilai yang ditunjukkan
oleh penunjuk ratusan, puluhan, satuan, dan sepersepuluhan.
2) Neraca Ohauss 311
Neraca ohauss 311 gram biasa juga disebut neraca 4 lengan karena jenis
neraca ini hanya memiliki 4 lengan. Neraca ohauss 311 gram digunakan
untuk mengukur massa suatubenda dengan batas kapasitas beban yang
dapat diukur adalah 311gram.
- Cara menggunakan
Neraca Ohauss 311
gram yaitu:
a) Membersihkan
neraca ohauss.
Dalam
membersihkan
58
Massa M = xo ± ketidakpastian
Misalkan
59
3) Neraca Ohauss 310
Neraca ohauss 310 gram
biasa juga disebut neraca 2
lengan karena jenis neraca
ini hanya memiliki 2
lengan dan juga memiliki
skala putar dan skala
nonius yang tidak
Gambar 4. 31Neraca Ohauss 310
bergerak. Neraca ohauss 310 gram digunakan (http://scales-4-
less.com/acatalog/Triple_Beam_Bala
untuk mengukur massa suatu benda nce.html)
dengan batas kapasitas beban yang dapat diukur adalah 310 gram.
- Bagian - Bagian Neraca Ohaus
a) Pemutar skala 2 desimal
Ini berfungsi untuk menentukan
massa yang ditimbang, sehingga akan
didapatkan angka ke 2 dibelakang
koma. Cara menggunakannya yaitu
dengan cara memutarnya ke arah
Gambar 4. 32Pemutar Skala 2
kanan sampai moncong bebek Desimal
penentu keseimbangan pas berada (https://uchilusiamagda.blogspo
t.co.id/2012/12/neraca-ohaus-
di 0 atau ditengah. neraca-teknis.html)
b) Piring Neraca
Merupakan tempat untuk menyimpan benda / zat yang akan
ditimbang.
c) Penyangga Neraca
Berfungsi untuk menyangga neraca ohauss agar tetap berdiri tegak
60
Gambar 4. 34Penyangga Neraca
(https://uchilusiamagda.blogspot.co.id/2012/12/neraca-
ohaus-neraca-teknis.html)
d) Pointer ( Yang sepertin moncong bebek)
Berfungsi untuk menentukan apakah neraca sudah seimbang atau
belum Carannya dengan memutar sekrup penyeimbang hingga pointer
tepat di tengah / di titik 0, seperti gambar diatas.
Gambar 4. 35Pointer
(https://uchilusiamagda.blogspot.co.id/2012/12/nerac
a-ohaus-neraca-teknis.html)
61
- Cara menggunakan Neraca Ohauss 310 gram
a) Membersihkan neraca ohauss. Dalam membersihkan neraca ohaus,
yang terpenting adalah membersihkan piring neraca ohaus,
karena disinilah kita menaruh zat atau benda yang akan ditimbang,
bisa saja zat yang kita timbang terkontaminasi oleh pengotor pada
piring neraca, atau bisa saja penimbangan kita menjadi tidak akurat
karena ada penambahan massa pengotor pada piring neraca.
Gunakan kuas untuk membersihkan nya atau pun alat lain yang
bisa digunakan untuk membersihkannya.
b) Menyeimbangkan/melakukan kalibrasi neraca Ohauss yaitu dengan
cara memutar sekup yang berada di atas piring neraca. Putar kearah
luar ataupun kearah dalam sampai pointer yang berbentuk seperti
moncong bebek tepat berada di tengah atau berada di nol. Sebelum
menyeimbangkan pastikan anak timbang semuanya berada di titik
nol ( anak timbang skala ratusan, puluhan, satuan, skala satu
desimal dan pemutar skala 2 desimal ).
c) Meletakkan benda yang akan diukur massanya.
d) Menggeser skalanya dimulai dari yang skala besar baru gunakan
skala yang kecil dari ke dua lengan neraca.
e) Pertama - tama geser skala ratusan ke seratus gram lalu pointer
pasti bergerak, jika kira - kira pointer masih jauh dengan titik
tengah / titik nol, geser ke skala 200 gram, kalau masih jauh geser.
Akan tetapi biasanya neraca ohaus, memiliki skala ratusan
maksimumnya hanya sampai 200 gram. Jika anda mengeser ke
skala seratus tapi pointer sudah melebihi titik tengah maka geser
saja ke nol, ini berarti massa benda / zat yang anda timbang kurang
dari seratus gram. Sebaliknya jika yang terjadi jika sudah
digeserkan akan tetapi masih jauh dari titik tengah berarti massa
yang anda timbang lebih dari itu.
f) Yang kedua, geser skala perpuluhan, tapi jangan sampai melebihi
titik tengah, seperti yang sudah di jelaskan
62
g) Yang ketiga, geser skala satuan lalu lakukan seperti langkah
sebelumnya yaitu jangan melebihi titik tengah
h) Yang empat, putar skala desimal ke satu dan ke dua sampai pointer
/ moncong bebek tepat berada di tengah. Memutar skala pemutar
dengan cara memutarnya ke arah kanan sampai pointer tepat
ditengah, lalu lihat angka yang pas dititik 0 itulah desimal ke satu
dan lihat garis lurus yang menyambung itulah desimal ke 2.
i) Lalu tambahkan semuanya dari skala ratusan sampai 2 desimal,
maka didapatlah massa yang anda cari.
- Cara membaca hasil pengukuran pada neraca Ohauss 310 gram
Untuk membaca hasil pengukuran menggunakan Neraca Ohauss
310 gram dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
a) Bacalah skala yang ditunjukkan oleh anting (pemberat) pada kedua
lengan neraca dan baca penunjukan ke 2 skala desimal (skala
satuan dan skala 1/100)
b) Seperti halnya pada alat ukur panjang, hasil pengukuran
menggunakan neraca dapat di laporkan sebagai :
Massa M = xo ± ketidakpastian
Misalkan sudah terbaca antara skala ratusan dan puluhannya (100 + 20).
Lalu putar skala satuannya (dalam 1 skala satuannya, dibagi lagi 10 skala),
lihat skala yang terlewatkan dari angka nol (misal 5,6 gram).
Langkah terakhir yaitu memutar skala 1/100 nya (nilainya berskala 0.01-0,
1). Disini cara membacanya hampir sama dengan menggunakan jangka
sorong. Lihat skala nonius (0 – 0,1) yang sejajar dengan skala utama (skala
0 - 10). misalnya yang sejajar adalah di 0,06. Terakhir dijumlahkan 100 +
20 + 5,6 + 0,06 = 125,66 gram
Jadi massa benda tersebut adalah:
Massa = xo ± ketidakpastian
= 125,66 gram ± 0,01 gram
Sehingga massa benda tersebut berkisar antara 125,65 gram sampai 125,67
gram.
63
Neraca pegas (dinamometer) adalah timbangan sederhana yang
menggunakan pegas sebagai alat untuk menentukan massa benda yang
diukurnya neraca pegas mengukur ketegangan pegas, yang sebenarnya adalah
tekanannya.
a. Skala dalam Neraca Pegas
Neraca pegas mempunyai dua baris skala, yaitu
skalaN (newton) dan g (gram). Untuk menimbang beban
(benda),atur terlebih dahulu skala 0 (nol) dengan cara
memutarsekrup pengatur skala. Setelah itu gantungkan
benda pada pengait neraca. Selanjutnya, baca hasil
pengukuran.Kelebihan menimbang beban dengan neraca
pegas yaitudalam sekali menimbang benda dapat diketahui
massa dan berat benda sekaligus.
Gambar 4. 38Neraca Pegas
(http://belajaragamaislamyulina.blog
spot.co.id/)
b. Bagian-bagian Neraca Pegas
- Gantungan :sebagai tempat untukmemegang dinamometer tersebut agar
tidak mengganggu proses pengukuran
- Penunjuk skala: bagian yang berfungsi untuk menunjukkan skala (hasil
pengukuran)
- Pegas : bagian dari dinamometer (neraca pegas) yang sangat vital.
- Skala : harga yang tertera dalam dinamometer (neraca pegas) yang
menunjukkan hasil pengukuran
- Pengait : sebagai tempat dimana benda diletakkan.
c. Kalibrasi
Kalibrasi adalah proses dalam membandingkan suatu acuan lokal
kepada standar yang berlaku untuk memastikan ketelitian suatu alat ukur atau
menyetandarkan keadaan ukur sebelum digunakan agar hasil pengukuran
akurat, dan mendekati nilai benar. Adapun cara pengkalibrasi dinamometer
64
adalah dengan cara memutar sekrup yang ada di bagian atas dinamometer
tanpa beban hingga garis penunjuk skala menunjukan pada skala nol.
d. Cara Pengukuran
Adapun cara pengukurannya, yaitu Gantungkan benda yang akan
diukur massanya pada pengait yang terdapat di bagian bawah pegas. Setelah
keadaan sistem tenang, lihat skala yang ditunjukan oleh penunjuk skala.
e. Cara Membaca
Cara membaca neraca pegas ini sama halnya seperti penggunaan alat
ukur mistar yaitu melihat angka yang ditunjukan oleh penunjuk skala. Batas
ketelitian atau nilai skala terkecil pada dinamometer berbeda-beda, namun
biasanya yang sering digunakan di laboratorium adalah 0,1 N.
E. Basic Meter
1. Pengertian Basic Meter
Basic meter merupakan alat ukur listrik yang memuat komponen
tegangan dan kuat arus listrik atau bisa dikatakan gabungan dari Voltmeter
dan Amperemeter Dilengkapi dengan tutup geser untuk mengubah fungsi
sebagai amperemeter atau voltmeter. Pada posisi A, alat berfungsi sebagai
amperemeter dengan batas ukur 100 µA, 100 mA, 1A, 5A, (DC). Pada posisi
V (DC) alat berfungsi sebagai Voltmeter dengan batas ukur 50 V, 10 V, 1V,
100 mV. Skala ganda, dengan skala bawah -10 sampai 100 dan skala atas -5
sampai 50.
2. Fungsi Basic Meter
Basic meter dapat digunakan untuk mengukur kuat arus dan tegangan
dalam suatu rangkaian listrik, juga digunakan sebagai alat ukur arus dan
tegangan DC dengan shunt dan pengganda terpasang pada alat.
Bagaimana cara membaca hasil pengukuran dengan menggunakan
amperemeter atau Voltmeter? Sebelum kita membahas mengenai bagaimana
cara membaca hasil pengukuran arus listrik dan tegangan, perlu diketahui dulu
bagian-bagian dari alat tersebut. Bagian-bagian amperemeter/voltmeter terdiri
dari batas ukur, terminal positip skala dan terminal negatip seperti terlihat
pada gambar.
65
3. Bagian-bagian Basic Meter
NP = Nilai pengukuran,
PJ = penunjukan jarum,
ST =skala tertinggi, dan BU= Batas ukur
Contoh :
Ditentukan sebuah amperemeter dengan batas ukur 5A,
penunjukan jarum 8 dan skala tertinggi yang kita gunakan
adalah 50, maka berapa nilai pengukuran amperemeter
tersebut?
Jawab:
66
Berikut ini adalah dua contoh pembacaan dari dua posisi jarum Q dan P
1) Nilai yang ditunjukkan P adalah:
Batas ukur (BU) =1A
Skala tertinggi (ST) = 100
Penunjukan Jarum (PJ) = 54
Berapa nilai pengukuran (NP) = …… ?
Jawab:
2) Nilai yang ditunjuk Q adalah:Misal kita ambil nilai batas ukur adalah 100
mA.
Penunjukan jarum 22 dan skala tertinggi adalah 100, maka nilai
pengukuran Q adalah ....
Jawab:
67
rangkaian, lampu, batu baterai dan soket penghubung komponen-komponen
yang ada.
Pemasangan amperemeter pada rangkaian harus secara seri sedangkan
pemasangan voltmeter harus dipasang paralel. Apabila pemasangannya
tertukar maka alat tersebut akan rusak. Pada saat kita ingin mengetahui besar
beda potensial atau gaya gerak listrik atau tegangan jepit suatu rangkaian,
voltmeter dipasang secara paralel dengan beban. Untuk lebih jelasnya,
perhatikan cara pemasangan voltmeter pada suatu rangkaian dengan
menggunakan alat KIT Listrik yang terdiri dari panel rangkaian, lampu, batu
baterai dan soket penghubung komponen-komponen yang ada pada gambar
berikut.
68
(http://komputerizam.blogspot.co.id/2012/07/cara-memasang-amperemeter-dan-
voltmeter.html)
5. Kalibrasi
Sebelum menggunakan alat ini, usahakan alat dikalibrasi terlebih
dahulu dengan cara jarum di arahkan tepat menunjukan titik nol dengan cara
mengatur sekrup yang ada pada bagian atas panel meternya.
F. Thermometer
1. Pengertian Termometer
Termometer adalah alat yang
digunakan untuk mengukur Suhu.
Apa suhu rendah atau tinggi.
Termometer memiliki berbagai
macam dan bentuk, termometer zat
padat contohnya memiliki berbagai
Gambar 4. 43 Contoh Termometer
jenis termometer dan fungsi serta cara (http://www.seputarilmu.com/2016/11/pen
gertian-fungsi-dan-macam-macam.html)
kerja masing-masing.
2. Jenis dan fungsi termometer zat padat serta cara kerjanya sebagai berikut.
a) Termometer Bimetal
Termometer bimetal yang menggunakan
logam sebagai bahan. Termometer
Bimetal berfungsi untuk menunjukkan Gambar 4. 44Termometer Bimetal
(https://informasiana.com/jenis-fungsi-
adanya perubahan suhu dengan prinsip dan-cara-kerja-termometer-zat-padat/)
logam akan memuai jika dipanaskan dan menyusut jika didinginkan. Cara
Kerjanya atau Prinsip kerjanya, keping bimetal dibentuk spiral dan tipis.
Ujung spiral bimetal ditahan atau tidak bergerak dan ujung lainnya
menempel ke gir penunjuk. Semakin besar suhu, keping bimetal semakin
melengkung dan menyebabkan jarum penunjuk bergerak ke kanan ke arah
angka yang lebih besar. Jika suhu turun, jarum penunjuk bergerak ke kin
ke arah angka yang lebih kecil. Skala yang dibuat biasa berbentuk
lingkaran.
b) Termometer Hambatan
69
Termometer Hambatan Berfungsi Untuk mengukur suhu yang tinggi tidak
mungkin menggunakan termometer zat cair. Termometer logam adalah
termometer yang paling tepat digunakan dalam industri untuk mengukur
suhu di atas 1000°C. Salah satu termometer yang dibuat berdasarkan
perubahan hambatannya adalah temometer
hambatan platina.
Gambar 4. 45Termometer Hambatan
c) Termometer Hambatan Platina (https://informasiana.com/jenis-
Hambatan listrik pada seutas kawat fungsi-dan-cara-kerja-termometer-
zat-padat/)
logam akan bertambah jika dipanaskan.
Sifat termometnik ini dimanfaatkan untuk
mengukur suhu pada termometer
hambatan.Cara kerja termometer ini Gambar 4. 46Termometer Hambatan
Platina
adalah dengan menyentuhkan kawat (https://informasiana.com/jenis-
penghantar ke sasaran, misalnya lelehan fungsi-dan-cara-kerja-termometer-
zat-padat/)
besi yang panas pada pengolahan besi
atau baja. Panas tersebut direspons oleh hambatan (R), kemudian energi
listnik yang bersangkutan diubah menjadi energi gerak yang bisa
menunjukkan angka tertentu pada skala suhu.
d) Termokopel
Perbedaan pemuaian
antara dua logam yang
kedua ujungnya
Gambar 4. 47Termokopel
disentuhkan dimanfaatkan (https://informasiana.com/jenis-fungsi-dan-cara-kerja-
termometer-zat-padat/)
pada termokopel.
Pada prinsipnya, pemuaian yang berbeda antara dua logam yang kedua
ujungnya disentuhkan akan menghasilkan gaya gerak listnik (ggl). Besar
ggl ini yang dimanfaatkan oleh termokopel untuk menunjukkan suhu.
Termometer Termokopel berfungsi Membentuk rangkaian tertutup dan
kecepatan dan keseimbangan suhu.
e) Termometer Air Raksa
- Fungsi Termometer Air Raksa
70
Termometer adalah alat untuk mengukur suhu. Penggunaan air
raksa sebagai bahan utama thermometer karena koefisien muai air raksa
terbilang konstan sehingga perubahan volume akibat kenaikan
atau penurunan suhu.
Gambar 4. 48Termometer Air
- Pengukuran Termometer Air Raksa Raksa
(http://dianetristina.blogspot.co.id/
Termometer air raksa umumnya menggunakan skala suhu Celsius
2015/03/termometer-air-raksa_25
html)
dan Fahrenhait. Celsius memakai dua titik penting pada skalanya: suhu saat
es mencair dan suhu penguapan air. Es mencair pada tanda kalibrasi yang
sama pada thermometer yaitu pada uap air yang mendidih. Saat dikeluarkan
termometer dari uap air, ketinggian air raksa turun perlahan. Ini
berhubungan dengan kecepatan pendinginan (dan pemuaian kaca tabung).
Jadi pegukuran suhu celsius menggunakan suhu pencairan dan bukan suhu
pembekuan.
Titik didih Celcius yaitu 0 °C (212 °F) dan titik beku pada 100 °C
(32 °F). Tetapi peneliti lain -Frenchman Jean Pierre Cristin– mengusulkan
versi kebalikan skala celsius dengan titik beku pada 0 °C (32 °F) dan titik
didih pada 100 °C (212 °F). Dia menamakannya Centrigade.
- Cara Kerja Termometer Air Raksa
Alat ini terdiri dari pipa kapiler yang menggunakan material kaca
dengan kandungan air raksa di ujung bawah. Untuk tujuan pengukuran,
pipa ini dibuat sedemikian rupa sehingga hampa udara. Jika temperatur
meningkat, Merkuri akan mengembang naik ke arah atas pipa dan
memberikan petunjuk tentang suhu di sekitar alat ukur sesuai dengan skala
yang telah ditentukan. Adapun cara kerja secara umum adalah sebagai
berikut:
a) Sebelum terjadi perubahan suhu, volume air raksa berada pada kondisi
awal.
b) Perubahan suhu lingkungan di sekitar termometer direspon air raksa
dengan perubahan volume.
c) Volume merkuri akan mengembang jika suhu meningkat dan akan
menyusut jika suhu menurun.
71
d) Skala pada termometer akan menunjukkan nilai suhu sesuai keadaan
lingkungan.
Secara umum, kerja thermometer adalah sebagai berikut: ketika
temperatur naik, cairan di bola tabung mengembang lebih banyak daripada
gelas yang menutupinya. Hasilnya, benang cairan yang tipis dipaksa keatas
secara kapiler. Sebaliknya, ketika temperatur turun, cairan mengerut dan
cairan yang tipis ditabung bergerak kembali turun. Gerakan ujung cairan
tipis yang dinamakan meniscus dibaca tiap skala yang menunjukkan
temperatur.
G. Stopwatch
1. Pengertian
Stopwatch adalah alat yang digunakan untuk mengukur lamanya
waktu yang diperlukan dalam kegiatan. Stopwatch secara khas dirancang
untuk memulai dengan menekan tombol diatas dan berhenti sehingga suatu
waktu detik ditampilkan sebagai waktu yang berlalu. Kemudian dengan
menekan tombol diatas yang kedua kali kemudian memasang lagi stopwatch
pada nol.
2. Jenis-jenis Stopwatch
a) Stopwatch Analog
Stopwatch analog berfungsi sebagai alat untuk
mengukur lamanya waktu yang diperlukan dalam suatu
kegiatan. Misalnya, stopwatch dapat digunakan untuk
mengukur lamanya waktu yang dibutuhkan oleh seorang
pelari untuk dapat mencapai jarak 50 km. Selain
Gambar 4.
itu,dalam ilmu kimia stopwatch juga dapat digunakan 49Stopwatch Analog
(https://www.onetigri
untuk mengukur lamanya waktu yang dibutuhkan oleh
s.com/product/onetig
suatu larutan agar dapat mengalami perubahan suhu. ris-mechanical-
stopwatch-timer-
Dalam praktikum fisika, stopwatch sering analog-stopwatch-
chronometer/)
digunakan. Misalnya pada praktikum pengukuran dasar,
viskosimeter aliran fluida, pesawat atwood, dan lain sebagainya.
b) Stopwatch Digital
72
Stopwatch digital merupakan jenis stopwatch yang menggunakan
layar/monitor sebagai penunjuk hasil pengukuran. Waktu hasil pengukuran
dapat kita baca hingga satuan detik.
Gambar 4. 50StopwatchDigital
(https://www.amazon.com/Stopwatch-Performance-Precision-
Trainers-Competition/dp/B01CNJV92I)
3. Prinsip kerja dan bagian-bagian stopwatch
Stopwatch dirancang untuk memulainya dengan menekan tombol
diatas dan berhenti sehingga suatu waktu detik ditampilkan sebagai waktu
yang berlalu. Kemudian dengan menekan tombol yang sama untuk yang
kedua kali kemudian memasang lagi stopwatch pada nol.
a) Stopwatch analog
Stopwatch analog mempunyai penunjuk seperti jarum jam dan
mempunyai dua buah tombol yaitu tombol start/stop dan tombol kalibrasi.
Perhitungan waktu pada stopwatch analog ini berdasarkan gerakan
mekanik.Sistem yang mekanik sangat sulit diubah, (ditambah atau dikurang)
karena peletakan komponen -komponennya memerlukan presisi yang sangat
tinggi.
Pada stopwatch analog ini tidak memakai baterai, sehingga jika
sewaktu-waktu stopwatch analog ini mati (jarumnya tidak bergerak saat
ditekan tombol start), maka hal yang perlu dilakukan adalah memutar tombol
start pada stopwatch tersebut.
Bagian-Bagian Stopwatch Analog:
- Tombol start / stop, untuk menjalankan dan menghentikan stopwatch.
- Tombol riset, untuk meriset stopwatch ke nol.
- Jarum besar, berfungsi sebagai jarum penunjuk dalam satuan detik
- Jarum kecil, berfungsi sebagai jarum penunjuk satuan menit
73
- Lingkaran detik, merupakan lingkaran yang berisi angka-angka mulai
dari angka 1 sampai 60 dalam satuan detik
- Lingkaran menit, merupakan lingkaran yang berisi angka-angka mulai
dari 5 sampai 30 dalam satuan menit.
Prinsip kerja stopwatch Analog adalah sebagai berikut:
- Saat tombol start ditekan penahan pegas pertama akan terbuka sehingga
gerigi berputar dan pegas pertama akan terkalibrasi secara periodik.
Sehingga jarum bergerak.
- Pada saat yang sama pegas kedua tertekan sehingga tercipta kombinasi
kerja secara mekanik. Pada saat kalibrasi penekan pegas akan membuat
pegas kedua terkalibrasi sehingga pegas pertama kembali ke tertekan
seperti semula. Dan jarum kembali ke posisi nol.
Contoh:
Berapa lamakah yang dibutuhkan sebuah motor untuk mencapai 120
Km??? Atau berapa lamakah waktu yang dibutuhkan pegas dalam
melakukan 10 kali getaran dengan massa 50 gram???
b) Stopwatch digital
Stopwatch digital merupakan jenis stopwatch yang menggunakan
layar/monitor sebagai penunjuk hasil pengukuran, seperti jam digital dimana
berhitungan waktu berdasarkan perhitungan elektronik.
Stopwatch Digital Otomatis Peka Cahaya dapat dibuat dengan
menggunakan sensor cahaya sebagai saklar elektronik untuk menentukan
awal dan akhir pencatatan rangkaian pencacah digital dengan ketelitian
0,0001 sekon atau 0,1 ms.
Bagian-bagian stopwatch digital adalah sebagai berikut:
- L.C.D
- 4 digit tampilan waktu menunjukkan menit ("M") dan waktu detik
("S")
- Timer dapat diprogram maksimum sampai 99 menit, 59 detik dan
menghitung mundur
- Bel alarm output saat waktu menghitung mundur ke nol
- Timer ini juga dapat berfungsi sebagai memory recall
74
Prinsip kerja stopwatch digital adalah sebagai berikut:
Cara kerja stopwatch digital dimulai saat tombol dalam keadaan ON
arus dari sumber tegangan (baterai) akan mengalir ke komponen-komponen
elektronik dalam stopwatch digital. Komponenen-komponen elektronik
tersebut yang melakukan perhitungan waktu dan menampilkannya dalam
monitor dalam bentuk angka digital.
4. Prosedur penggunaan
a) Stopwatch analog
Adapun prosedur penggunaan stopwatch analog adalah sebagai berikut:
- Menyiapkan stopwatch yang akan digunakan untuk mengukur.
- Memastikan stopwatch dalam keadaan nol atau terkalibrasi.
- Menekan tombol start untuk memulai pengukuran waktu, maka jarum
besar pada lingkaran besar akan berjalan.
- Satu putaran penuh jarum besar pada lingkaran detik sama dengan 60
detik. Jadi satu kali putaran penuh jarum besar sama dengan satu menit.
Apabila jarum besar sudah berputar satu kali putaran penuh, maka
jarum kecil akan berada pada angka satu pada lingkaran kecil.
- Menekan tombol stop untuk mengakhiri pengukuran waktu.
- Membaca hasil pengukuran.
- Untuk mengulangi pengukuran maka menekan tombol start/stop 1 kali
dan jarum akan kembali ke nol kemudian ulangi langkah 1 s/d .
b) Stopwatch digital
Adapun prosedur penggunaan stopwatch digital adalah sebagai berikut:
- Menyiapkan stopwatch yang digunakan untuk mengukur.
- Memastikan stopwatch dalam keadaan nol atau dalam keadaan
terkalibrasi.
- Menekan tombol start untuk memulai pengukuran, maka waktu berjalan
seperti yang ditunjukkan angka pada stopwatch digital.
- Menekan tombol stop untuk mengakhiri pengukuran.
- Membaca hasil pengukuran.
- Unuk mengulangi pengukuran maka menekan tombol reset dan jarum
akan kembali ke nol kemudian ulangi langkah diatas.
75
5. Kalibrasi Stopwatch
Pada stopwatch analog kita hanya perlu menekan tombol start/stop
tersebut maka jarum penunjuk detik dan jarum penunjuk menit menunjuk ke
angka nol. Stopwatch digital hampir sama dengan stopwatch analog. Setelah
menekan tombol kalibrasi maka angka pada layar/ monitor akan
menunjukkan angka nol.
6. Pembacaan hasil pengukuran
a) Stopwatch analog
Hasil pengukuran stopwatch analog dengan melihat apakah hasil
pengkuran lebih dari satu menit atau tidak. Jika lebih dari satu menit maka
yang pertama kita lihat adalah jarum penunjuk menit dan setelah itu melihat
jarum penunjuk detik kemudian menjumlahkannya.
b) Stopwatch digital
Kita bisa melihat langsung hasil pengukuran waktu pada
layer/monitor berupa angka digital.
7. Ketelitian alat
a) Stopwatch analog
Ketelitian alat dapat kita ketahui berdasarkan skala yang tertera pada
stopwatch. Untuk mengetahui besar ketelitian alat tersebut kita dapat
mencarinya dengan membandingkan antara skala utama satu putaran penuh
dengan jumlah skala noniusnya dalam satu putaran penuh.
Contoh:
Pada gambar stopwatch yang di presentasikan diketahui jumlah skala
utama satu putaran penuh adalah 1 dan jumlah skala nonius satu putaran
penuh adalah 60. Dengan demikian dapat diperoleh
Ketelitian alat = 1/6
b) Stopwatch digital
Pada stopwatch digital ketelitian alat sudah ditentukan sejak
perakitan komponen-komponen dalam stopwatch yaitu sebesar 0,0001
sekon.
8. Kekurangan dan Kelebihan Stopwatch
a) Kelebihan
76
Proses perhitungan lebih cepat; Setiap jenis gerakan waktunya
diketahui; Biayanya lebih murah; Lebih praktis dalam mencatat data; Data
yang di peroleh lebih akurat.
b) Kekurangan
Dibutuhkan ketelitian bagi seorang pengamat yang melakukan
perhitungan, karena akan mempengaruhi hasil perhitungan.
77
DAFTAR PUSTAKA
Basuki, Drs dkk. 1998. Prinsip Kerja Alat Ukur. Dikmenjur: Jakarta.
Cooper W.D. 1985. Instrumentasi Elektronik dan Teknik Pengukuran. Erlangga:
Jakarta.
Djumadi, Drs dkk. 1999. Pengukuran Listrik. Angkasa: Bandung.
Sapiie S., Nishino O. 1979. Pengukuran dan Alat-alat Ukur Listrik. Pradnya
Paramita: Jakarta.
Suryatmo S. 1999. Teknik Pengukuran Listrik dan Elektronika. Bumi aksara:
Jakarta.
__________. 1998. Fundamental Electrical Instrumentation. Singapore:
Yokogawa.
http://www.fisikabc.com/2017/04/jangka-sorong.html
http://www.fisikabc.com/2017/04/mikrometer-sekrup.html
http://www.studiobelajar.com/mikrometer-sekrup
http://saulkakensei.blogspot.co.id/2014/09/priinsip-kerja-spherometer.html
http://www.kuttabku.com/2016/12/macam-macam-dan-jenis-jenis-alat-ukur-yang-
digunakan-dalam-sistem-pengukuran-fisika.html
http://gamapenta.blogspot.co.id/2012/03/pengertian-dan-fungsi-neraca-
ohauss.html
http://scales-4-less.com/acatalog/Triple_Beam_Balance.html
https://uchilusiamagda.blogspot.co.id/2012/12/neraca-ohaus-neraca-teknis.html
http://belajaragamaislamyulina.blogspot.co.id/
http://komputerizam.blogspot.co.id/2012/07/cara-membaca-amperemeter-dan-
voltmeter.html
http://komputerizam.blogspot.co.id/2012/07/cara-memasang-amperemeter-dan-
voltmeter.html
http://www.seputarilmu.com/2016/11/pengertian-fungsi-dan-macam-macam.html
https://informasiana.com/jenis-fungsi-dan-cara-kerja-termometer-zat-padat/
http://dianetristina.blogspot.co.id/2015/03/termometer-air-raksa_25 html
78
https://www.onetigris.com/product/onetigris-mechanical-stopwatch-timer-analog-
stopwatch-chronometer/
https://www.amazon.com/Stopwatch-Performance-Precision-Trainers-
Competition/dp/B01CNJV92I
79
View publication stats