Anda di halaman 1dari 4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kardiovaskular

Penyakit kardiovaskular umumnya bekerja pada kondisi yang melibatkan penyempitan atau
pemblokiran pembuluh darah yang bisa menyebabkan serangan jantung, nyeri dada atau stroke.
Kondisi jantung lainnya yang mempengaruhi otot jantung, katup atau ritme, juga dianggap
bentuk penyakit jantung. Sampai sekarang penyakit kardiovaskular masih menjadi ancaman di
seluruh penjuru dunia dan merupakan penyakit yang berperan sebagai penyebab kematian nomor
satu di seluruh dunia. Berdasarkan International Classification of Diseases (ICD-10) tahun 2007,
penyakit kardiovaskular digolongkan sebagai penyakit sistem sirkulasi darah, riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Prevalensi
PTM utama di Indonesia pada tahun 2007 adalah hipertensi 29,8%, diabetes melitus 1,1%
(berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan gejala) (F Herawati, 2018). Penyakit kardiovaskular
merupakan penyebab utama kematian di dunia. WHO menyebutkan, lebih dari 17 juta orang
didunia meninggal akibat penyakit kardiovaskular. Berdasarkan statistik dunia, setiap tahunnya
ada 9,4 juta kematian yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskular dan 45% disebabkan oleh
penyakit jantung koroner. Diperkirakan kematian tersebut akan meningkat sampai 23,3 juta
disaat tahun 2030 (Lestari , 2014)

2.1.1 Hipertensi

Hipertensi berasal dari bahasa inggris ”hypertension” atau dalam bahasa Indonesia biasa
disebut dengan tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi dimana seseorang mempunyai tekanan
darah yang terukur pada nilai 130/80 mmHg atau lebih tinggi. Kondisi ini menyebabkan
pembuluh darah terus meningkatkan tekanan. Adanya tekanan darah yaitu setiap kali jantung
bekerja untuk memompa darah sehingga mendorong dinding pembuluh darah (pembuluh arteri).
Maka, jika tekanan darah semakin tinggi, secara otomatis jantung akan semakin keras memompa
darah (S Tuminah, 2009).

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa sekitar 972 juta
atau 26,4% orang di dunia mengidap penyakit hipertensi. Sedangkan di Indonesia, prevalensi
hipertensi dari tahun 2013 sampai tahun 2018 mengalami peningkatan yang substansial yakni
menjadi 13,2% pada usia 18-24 tahun, 20,1% pada usia 25-34 tahun, dan 31,6% pada usia 25-44
tahun (S Tirtasari, 2019).Penyakit ini juga termasuk faktor utama dari penyakit kardiovaskuler
(Jumrani, 2019).

Faktor penyebab hipertensi di bagi menjadi dua faktor, yakni faktor yang dapat
diubah,seperti faktor merokok, konsumsi alkohol, obesitas, aktifitas fisik dan stres. Faktor yang
tidak dapat diubah, seperti jenis kelamin, usia, ras dan genetik (Tiara, 2020).

2.1.2 Diabetes

Diabetes Melitus (DM) meruapakan suatu penyakit menahun yang ditandai dengan kadar
gula darah yang melebihi batas normal yakni ≥ 200mg/dl. Penyakit ini sering tidak disadari oleh
pengidapnya oleh karena itu penyakit ini sering dikenal sebagai “Silent Killer” (penyakit yang
tidak diketahui gejalanya). Berdasarkan data Internasional Diabetes Federation (IDF) bahwa
1,9% orang di dunia mengidap penyakit ini dan juga sebagai penyebab kematian urutan ke tujuh
di dunia (Dita, 2017).

World Health Organization (WHO) menyebutkan, sebayak 422 juta orang di dunia
mengidap Diabetes. Pada populasi orang dewasa terjadi peningkatan sekitar 8,5% dan terdapat
2,2 juta kematian akibat penyakit diabetes melitus yang terkena sebelum usia 70 tahun. Terjadi 4
kali lipat kenaikan dari 108 juta di tahun 1980, dan dipekirakan jumlahnya akan meningkat
sekitar 640an juta pada tahun 2040. Rata-rata, penderita diabates melitus banyak ditemukan di
negara-negara dengan status ekonomi rendah.

Prevalensi diabetes melitus di Indonesia sebesar 2,1% pada tahun 2013, angka tersebut lebih
tinggi dibandingkan tahun 2007 (1,1%) (Dita, 2017). Indonesia memasuki peringkat ke-4 dari 10
besar negara di dunia. Pada tahun 2000 meningkat menjadi 8,4 juta kematian dan diperkirakan
akan meingkat sekitar 21,3 juta kematian pada tahun 2030. Pada tahun 2018, tercatat bahwa
penderita diabetes kebanyakan pada usia 55 tahun sampai 64 tahun (Rahmat, 2019).

2.2 Rambut Jagung

Rambut jagung (Zea mays L. sacharata) adalah bagian dari jagung yang berbentuk seperti
benang panjang di bawah kulit jagung tersusun dalam suatu tangkai jagung yang tedapat pada
bawah daun. Rambut jagung memiliki fungsi untuk membantu serbuk sari dalam
penyerbukan.Rambut jagung memiliki panjang kurang lebih 30 cm dan memiliki rasa sedikit
manis (Pajar, 2022). Rambut jagung berasal dari bunga betina dari tanaman jagung. Umumnya
rambut jagung menjadi limbah organik yang tidak digunakan. Setelah di teliti, bahwa rambut
jagung memiliki banyak kandungan yang bermanfaat bagi kesehatan, salah satunya adalah
antioksidan. Sedangkan, masih sedikit yang memanfaatkan rambut jagung (Kurnia, 2021).

Rambut jagung kaya akan senyawa fenolik terutama flavonoid yang memiliki kemampuan
antibakteri, anti inflamasi, dan melindungi pembuluh darah, dan untuk kesehatan lainnya. Karena
rambut jagung mengandung antioksidan yang dapat di gunakan untuk kesehatan seperti
menurunkan tekanan darah, mengatur gula darah, mencegah risiko infeksi saluran kemih,
mencegah risiko gagal ginjal.

2.3 Bunga Telang

Bunga telang (Clitoria ternatea) dengan nama latin butterfly pea. Di Indonesia, bunga
telang memiliki banyak nama sesuai daerahnya. Seperti di Jawa, dikenal dengan sebutan
“menteleng”; di Sulawesi, bunga ini dikenal dengan sebutan “temanraleng”. Menurut penelitian
Jones dan Tmannetje tahun 1992, bunga telang tumbuh dengan subur pada kondisi tanah berpasir
dengan curah hujan antara 0,5-0,9m per tahun (Riris, 2019). Bunga telang merupakan salah satu
tanaman yang bermanfaat bagi kesehatan manusia. Tetapi dalam penggunaannya masih minim
untuk di manfaatkan sebagai kesehatan. Telah di teliti, bagian kelopak bunga telang bermanfaat
sebagai antiobesitas, antioksidan, antikanker, antidiabetes, antibiotik, antiinflamasi, dan
membentengi organ hati.

Bunga telang merupakan tanaman menahun yang tegolong dalam keluarga polong-polongan
(Fabaceae). Tanaman ini tumbuh menebar di bebagai penjuru dunia benua Asia dan Pasifik,
Afrika dan Australia dan belahan dunia beriklim tropis dan subtropis. Senyawa bioaktif bunga
telang yang ditemui yakni flavon, flavonol, antosianin, flavonol glikosida, dll. Senyawa tersebut
sangat bermanfaat bagi kesehatan. Sesuai negara masing-masing, dalam pengobatan India, bunga
telang bermanfaat untuk penyakit asma, maag, demam, memperlancar menstruasi dan melawan
bisa ular ataupun sengatan kalajengking. Negara Arab, bunga telang dimanfaatkan untuk
mengobati penyakit hati. Sementara di Indonesia, bunga telang digunakan untuk membuat jernih
mata bayi.

2.4 Daun Stevia

Daun Stevia ( Stevia rebaudiana B.) telah banyak digunakan sebagai pengganti gula pada
tahun 1970an. Karena telah diteliti memiliki banyak manfaat sebagai obat dibandingkan dengan
pemanis buatan lainnya. Tanaman stevia banyak tumbuh di daerah dengan suhu 20°C - 24°C
dalam suhu lingkungan dengan ketinggian 700 – 1500 m dpl (Praja,2015)., . Daun stevia juga
berperan sebagai antioksidan karena adanya senyawa kimia flavonoid sebagai antioksidan
dengan mengikat ion-ion metal. Selain itu, daun stevia memiliki kandungan mineral seperti
fosfor, besi,dan kalium (Indri, 2019). Adanya kandungan tersebut sangat berpengaruh terhadap
kesehatan tubuh. Telah di teliti, daun stevia tidak mengandung kalori sehingga tidak
menyebabkan kenaikan kadar gula darah dan aman dikonsumsi bagi penderita diabetes (Akbar,
2019). Daun stevia juga bermanfaat sebagai antiinflamasi yang mampu menyembuhkan radang
di tubuh. Selain itu, daun stevia memiliki kemampuan antimikroba karena mengandung lebih
dari 100 fitokimia yang dikenal dengan steviosida dan rebaudiosida dan masih banyak lagi
manfaat-manfaat daun stevia bagi kesehatan tubuh manusia (Nurjanah, 2020).

Anda mungkin juga menyukai