Anda di halaman 1dari 24

TATA ARTISTIK

FILM
sebuah konsep yang luas, yang meliputi beberapa
elemen visual produksi film seperti perancangan dan
konstruksi set, lokasi, dekorasi, properti, riasan
wajah, dan kostum.
BAB 1
PENATAAN PROFERTI DAN
PANGGUNG
Tata panggung disebut juga dengan istilah scenery (tata dekorasi).
A. Pengertian
Panggung adalah tempat berlangsungnya sebuah pertunjukan dimana interaksi
antara penulis lakon, sutradara, dan aktor ditampilkan di hadapan penonton. Di
atas panggung inilah semua laku lakon disajikan dengan maksud agar penonton
menangkap maksud cerita yang ditampilkan. Untuk menyampaikan maksud
tersebut pekerja teater mengolah dan menata panggung sedemikian rupa untuk
mencapai maksud yang dinginkan.
Tata panggung merupakan aspek tata artistik pokok dalam pementasan teater.
Fungsi dasarnya adalah menghadirkan lokasi dari peristiwa yang ada di dalam
lakon. Tata panggung adalah seni tersendiri yang dalam proses garapnya
memerlukan keahlian berbagai bidang. Karena proses umumnya adalah
menciptakan atau membuat, maka diperlukan keahlian merancang ruang luar
dan dalam, teknik perkayuan, teknik melukis atau gambar, menata perabot, dan
kerajinan tangan untuk menghadirkan hiasan-hiasan dua dan tiga dimensi.
Dengan tata panggung, seni teater tampil seolah-olah berada di ruang atau lokasi
senyatanya. Pandangan penonton akan diarahkan atau teralihkan dari fisik panggung
tempat pementasan dilangsungkan. Tata panggung yang hebat menjadi daya tarik
tersendiri bahkan ketika hadir tanpa pemain. Pada saat layar pertama dibuka, lampu
menyinari ruang yang telah ditata sedemikian rupa akan menghadirkan karya seni
memukau.
.
1. Ruang, Waktu, dan Peristiwa
• Ruang, waktu, dan peristiwa merupakan 3 aspek utama yang saling berkaitan dan mesti
bertemu. Dalam logika realisme, ketiga aspek ini tidak bisa saling bertentangan dalam
membentuk adegan. Artinya, apa yang ditampilkan di dalam pementasan teater mesti logis
(dapat diterima sebagai realitas) antara peristiwa, waktu, dan ruang.
• penata panggung mulai berkreasi menghadirkan ruang nyata di atas pentas. Rumah harus
tampil seolah-olah benar-benar rumah. Demikian juga dengan halaman, jembatan, lampu
pinggir jalan, gedung-gedung menjulang tinggi, hutan sebagai latar belakang, dan lain
sebagainya.
• Kesatuan ruang, waktu, dan peristiwa memang seolah-olah bertumpu pada tata panggung.
Karena itu, perhitungan artistik harus benar-benar matang. Sutradara tidak bisa sembarangan
mengubah interpretasi atas peristiwa lakon ketika produksi sudah mulai berjalan karena hal ini
akan berdampak pada penampilan tata panggung. Karena proses pembuatan tata panggung
yang tidak sebentar serta biayanya yang tidak murah, maka perubahan konsep pemanggungan
memiliki risiko besar.
2. Elemen-elemen
Tata panggung dibentuk dari unsur-unsur tata rupa. Konsep dasar tata panggung dapat dikatakan sebagai konsep organisasi unsur ini.
Namun karena tata panggung tidak berdiri sendiri di dalam pementasan, maka perlu juga mempertimbangkan pemain di dalam
perancangannya. Di luar pemain elemen komposisi tata panggung terdiri dari garis, bentuk, warna, dan cahaya.
• Elemen garis akan mengarahkan pandangan. Penata panggung yang baik akan benar-benar memperhatikan elemen ini karena bersangkutan langsung
dengan fokus. Garis yang jelas akan mengarahkan mata pada objek terarah. Garis ini bisa berbentuk lurus atau melengkung, diagonal, vertikal atau
horisontal. Penempatan perabot mestinya juga mengikuti garis set (gambar, bangunan atau objek latar) yang telah ditentukan. Penata panggung yang
kurang piawai memfungsikan garis ini akan membuat objek nampak datar, termasuk para pemain. Karena garis mengarahkan pandangan, maka tidak
hanya pandangan penonton saja yang akan terarahkan namun juga pandangan pemain. Dengan hanya menata perabot atau objek tata panggung dalam
gari lurus yang datar, maka blocking pemain pun secara alamiah akan mengikutinya. Oleh karena itu, elemen garis sangat penting artinya dalam
membentuk kedalaman serta dinamika ruang.
• Elemen berikutnya adalah bentuk yang tentu saja cipta dengan garis. Garis-garis lurus akan menghasilkan bentuk yang bernuansa tegas, sementara garis
lengkung memberikan kesan keluasan, kesegara, dan kedamaian. Bentuk yang diciptakan dari garis ini tentu saja juga tunduk dengan arah yang telah
ditentukan. Dengan tidak menentang arah pandangan yang telah ditentukan oleh garis, bentuk memberi kelengkapan isi (volume). Bentuk memberikan
kesan nyata karena memberikan ketebalan. Selain itu, bentuk juga dapat menegaskan karakter garis dan mendinamiskannya.
• Jika bentuk menyediakan ruang, maka elemen warna dalam tata panggung memberikan gambaran suasana. Meski beberapa benda atau perabot dalam
tata panggung memiliki warna asli yang khas, namun dalam seni tata panggung hasil mengesankan seringkali didapatkan dengan memberi tambahan
warna lain. Persis seperti sebuah lukisan yang mana hasil warna akhir merupakan kombinasi dari berbagai warna. Selain berfungsi mempertegas
kedalaman ruang, warna seperti halnya garis memilki karakter. Ada warna yang dikelompokkan ke dalam warna hangat, dingin, dan panas. Karakter
warna ini juga dapat digunakan untuk menyimbolkan sesuatu. Oleh karena itu, penggunaan warna dalam tata panggung mesti disesuaikan dengan
konsep pementasannya. Artinya, meskipun gaya yang hendak ditampilkan adalah realis, namun elemen bentuk dan warna dalam tata panggung tetap
dapat digunakan untuk menyampaikan pesan karakter ruang atau bahkan pemain.
• Elemen penting yang dapat membuat semuanya terlihat jelas adalah cahaya. Tanpa adanya cahaya, semua objek di atas panggung tidak dapat dilihat. Di
dalam hal ini, penata panggung harus memperimbangkan sudut datang dan titik jatuh cahaya terhadap objek. Secara mendasar, cahaya memberikan
kedalaman ruang atau dimensi dengan mengelola prosesntase pencahayaan atas objek dan juga pertimbangan jatuhan bayangan (shadow). Cahaya
membuat semuanya benar-benar tampak hidup. Selain itu, warna cahaya juga dapat menguatkan karakter warna objek.
3. Tata Panggung dan Aktor
Tata panggung di dalam sebuah pementasan teater tidak hanya menampilkan keindahan secara mandiri namun juga memberikan ruang
bermain bagi aktor. Ruang yang disediakan oleh tata panggung semestinya mengakomodasi gerak, laku dan perpindahan aktor dari satu
titik ke titik lain. Dengan demikian, luasan serta susunan ruang tidak bisa menggunakan skala panggung kosong. Kehadiran aktor jika
diberi ruang memadahi akan menghidupkan tata panggung, demikian juga sebaliknya.

• Tata gerak aktor harus menemukan tempat yang tepat. Semua benda panggung yang ada mesti mendukung penampilan
aktor. Namun demikian, dalam konteks tertentu, aktor harus menyesuaikan tata panggung karena kebutuhan artistik lakon.
Misalnya, seorang aktor perlu berlatih melompati pagar yang terletak di pinggir jalan sesuai tuntutan lakon. Penata
panggung akan membuat pagar sebagaimana mestinya dan aktor harus berlatih untuk dapat melompati pagar itu, bukan
kemudian penata panggung akan menyesuaikan kemampuan aktor dalam melompat ketika hendak membuat pagar
• Hubungan kerja antara penata panggung dan aktor sangat dekat karena saling membutuhkan. Penata panggung melayani
aktor dalam hal ruang atau tempat dan aktor menyesuaikan dirinya untuk bergerak di ruang yang disediakan. Koneksi yang
baik dalam pekerjaan mesti dijaga karena tidak menutup kemungkinan terjadinya penyesuaian-penyesuaian selama proses
produksi. Kondisi penyesuaian ini mesti disikapi dengan bijaksana antara aktor dan penata panggung
• Aktor harus benar-benar memahami hal ini dan tugas penata panggung adalah menjelaskan hal-hal teknis terkait tata
panggung. Misalnya, penata panggung dapat mengingatkan aktor untuk tidak menggunakan tenaga sepenuhnya ketika
meninju dinding pada saat peran mengharuskan untuk itu karena material yang dibuat bukan dari kayu melainkan kardus.
Hal yang seolah remeh ini sangat penting untuk dilakukan karena jika aktor mengira bahwa dinding itu terbuat dari kayu
dan dia meninju sekuat tenaga setara dengan kekuatan emosi yang ia keluarkan dalam berekspresi, bisa jadi dinding itu
jebol atau menghasilkan lobang.
4. Tata Panggung dan Elemen Artistik Lainnya
• Koneksi antara tata panggung dengan tata artistik lain sangat erat dan saling mempengaruhi terutama dengan tata busana
dan tata cahaya. Secara umum, antara tata busana dan tata panggung terkait soal warna dan gaya. antara tata busana dan tata
panggung terkait soal warna dan gaya. Dalam konteks teater realis, gaya bangunan pada zaman tertentu seolah-olah satu
paket dengan gaya tata busana
• Terkait soal warna, pemaduan konsep panggung dan busana perlu memperhatikan aspek budaya. Misalnya saya masyarakat
pantai yang lebih menyukai warna-warna cerah berbeda dengan masyarakat pertanian. Demikian pula dengan kota,
kampung, area di satu lingkup budaya tertentu berbeda dengan lainnya
• Selain gaya tampilan dan warna, hal yang tidak boleh dilupakan oleh penata panggung dalam kaitannya dengan tata busana
adalah teknik pembuatan set. Teknik perlu diperhatikan karena secara langsung menyangkut material yang digunakan.
Misalnya saja, dalam satu adegan seseorang berada di teras sebuah rumah dengan pakaian basah kuyup karena kehujanan
dan langsung duduk di bangku yang ada. Jika cat yang digunakan untuk mewarnai bangku tidak berbahan akrilik dan tidak
benar-benar kering bisa jadi cat itu akan menempel pada busana pemeran.
• Sementara itu dalam kaitannya dengan tata cahaya, penyesuaian mesti dilakukan secara intensif. Seperti umum diketahui
bahwa teori warna cahaya dan warna cat berbeda. Selain itu pantulan cahaya yang dihasilkan atas warna cahaya di atas benda
berwana juga berbeda-beda. Juga material yang digunakan pada tata panggung akan menghasilkan pendar cahaya
berbedabeda. Secara khusus, cahaya merupakan penerangan yang membuat semua benda panggung terlihat. Dengan
pengaturan cahaya yang tepat, dimensi ruang yang ada akan terlihat atau terasakan. Di bagian mana ruang dibuat gelap, di
bagian mana dibuat lebih terang, dan lain sebagainya memerlukan kerja bersama penata panggung dan cahaya.
5. Proses Produksi
• Pekerjaan penata panggung dimulai sejak naskah lakon diberikan. Pada saat ini, studi mengenai lakon dilakukan.
Semua hal yang menyangkut tata panggung sudah ada di dalam pikiran (imajinasi) penata panggung. Penataan set
dipetakan mulai dari adegan awal sampai akhir. Dari studi awal ini, penata panggung sudah mendapatkan gambaran
dasar tata panggung berdasarkan kebutuhan lakon tersebut. Ia bisa membuat catatan atau coretan (desain)
berdasarkan naskah lakon tersebut. Dalam tahap ini, ia menginterpretasikan lakon itu sesuai dengan nalar artistiknya.
• Berdasarkan tata kerja produksi, penata panggung tentu tidak bisa langsung mengeksekusi apa yang telah menjadi
rancangannya tersebut. Ia harus mengikuti serangkaian diskusi (dan presentasi) tentang konsep artistik secara keseluruhan.
Pertama adalah kehendak artistik dari produser yang akan mengurai sisi menarik lakon untuk ditampilkan sehingga produk
laik jual. Selanjutnya adalah pandangan atau konsep direktur (sutradara) artistik yang lebih mengarah pada presentasi artistik
lakon secara keseluruhan. Yang terakhir adalah pandangan sutradara yang lebih pada mekanisme tata artistik pementasan
terkait dengan setiap adegan yang ditampilkan di mana aktoraktor melakukan aksinya.
• Ketika desain tata panggung yang dibuat disetujui, penata panggung mulai membagi kerja kepada para stafnya. Tahap
terpenting dari proses pembuatan tata panggung adalah skala atau ukuran objek panggung berbanding dengan luasan
panggung. Oleh karena itulah ukuran luas panggung yang hendak digunakan mesti diketahui secara pasti. Berikutnya, jadwal
kerja mulai disusun beserta target yang mesti dicapai sesuai skala produksi. Daftar belanja material dibuat dan workshop
disiapkan. Pengerjaan tata panggung secara garis besar dapat dibuat dengan 2 macam teknik yaitu, permanen dan knock-
down. Teknik permanen lebih mudah diterapkan karena objek panggung dibuat langsung jadi sehingga tinggal dipindahkan
dari satu tempat ke tempat lain jika ingin digunakan. Namun sayangnya teknik ini sedikit menyulitkan ketika lokasi workhsop
dan panggung pertunjukan sangat jauh, terutama ketika objek yang dibuat berukuran besar. Sementara itu teknik knock-down
merupakan teknik bongkar pasang.
6. Gaya Pementasan
• Tata panggung dan gaya pementasan seolah-olah tidak bisa dipisahkan. Keduanya dalam
perkembangan teater saling memberikan pengaruh. Pada awal kemunculannya jelas tata
panggung menyediakan gambaran atau perwujudan lokasi cerita. Tampilan ini dapat
dipresentasikan sesuai dengan kondisi aslinya (baca: seolah-olah seperti) atau dengan
mewakilkan set dengan perwujudan tertentu.
• Puncak dari penghadiran lokasi terjadinya peristiwa dalam tata panggung adalah ketika realisme
begitu memesona. Konsep realisme benar-benar mempertemukan kenyataan tata panggung dan
naturalitas permainan para pemeran. Pertunjukan benar-benar menjadi representasi kenyataan.
Pada masa ini tentu saja ilmu pengetahuan dan teknologi telah berkembang termasuk dalam hal
penggunaan material dan teknik pembuatan set. set benar benar diperhatikan karena semua yang
tersaji di atas panggung haruslah sama persis dengan kenyataan.
• Berbeda dengan realisme yang menghadirkan kenyataan, teater epik justru menafikan kenyataan
hadir di atas pentas. Peristiwa nyata akan membuat penonton hanyut sehingga justru lupa akan
keadaan/kenyaatan hidup yang sesungguhnya sedang mereka alami. Pada gaya ini, set dibuat
dengan sengaja agar nampak seperti set di atas panggung dan bukan sebagai lokasi nyata tempat
berlangsungnya peristiwa. Bahkan ketika set itu masih terlihat nyata, maka diperlukan sentuhan
atau tambahan agar tak tampak nyata.
7. Ruang Yang Berbicara

• Tata panggung dalam perkembangan paling mutakhir bukan lagi sekedar


berperan menyedikan lokasi atau sebagai penguat gaya, namun justru menjadi
karya seni tersendiri yang mampu berbicara.
• Ruang yang berbicara bahkan tidak mengharuskan ruang yang ada diisi oleh
benda panggung beraneka warna. Bisa saja ia dibiarkan kosong, namun
dengan kehadiran pemeran, tata rias dan busana serta cahaya lampu yang
menerangi bagian-bagian area panggung dengan berbagai bentuk dan warna
cahaya justru membuat pertunjukan itu lebih bermakna
B. Jenis Panggung
Jenis panggung ada banyak sekali tetapi dewasa ini hanya tiga jenis panggung yang sering digunakan, yaitu
panggung arena, panggung proscenium, dan panggung thrust. Dengan memahami bentuk dari masing-
masing panggung inilah, penata panggung dapat merencangkan karyanya berdasar lakon yang akan
disajikan dengan baik. Berikut masing-masing dari panggung tersebut:
1. Panggung Arena
Panggung arena adalah panggung yang penontonnya melingkar atau duduk
mengelilingi panggung. Penonton sangat dekat sekali dengan pemain. Agar
semua pemain dapat terlihat dari setiap sisi maka penggunaan set dekor berupa
bangunan tertutup vertikal tidak diperbolehkan karena dapat menghalangi
Karena bentuknya yang dikelilingi oleh penonton, maka penata panggung
dituntut kreativitasnya untuk mewujudkan set dekor. Segala properti yang
digunakan dalam panggung arena harus benar-benar dipertimbangkan dan
dicermati secara hati-hati baik bentuk, ukuran, dan penempatannya. Semua
ditata agar enak dipandang dari berbagai sisi.
Panggung arena biasanya dibuat secara terbuka (tanpa atap) dan tertutup. Inti
dari pangung arena baik terbuka atau tertutup adalah mendekatkan penonton
dengan pemain. Kedekatan jarak ini membawa konsekuensi artistik tersendiri
baik bagi pemain dan (terutama) tata panggung. Karena jaraknya yang dekat,
detil properti yang diletakkan di atas panggung harus benar-benar sempurna
sebab jika tidak maka cacat sedikit saja akan nampak. Misalnya, di atas
panggung diletakkan kursi dan meja berukir. Jika bentuk ukiran
2. Panggung Proscenium
Panggung proscenium bisa juga disebut sebagai panggung bingkai
karena penonton menyaksikan aksi aktor dalam lakon melalui sebuah
bingkai atau lengkung proscenium (proscenium arch). Bingkai yang
dipasangi layar atau gorden inilah yang memisahkan wilayah akting
pemain dengan penonton yang menyaksikan pertunjukan dari satu arah.
Dengan pemisahan ini maka pergantian tata panggung dapat dilakukan
tanpa sepengetahuan penonton. Panggung proscenium sudah lama
digunakan dalam dunia teater. Jarak yang sengaja diciptakan untuk
memisahkan pemain dan penonton ini dapat digunakan untuk
menyajikan cerita seperti apa adanya. Aktor dapat bermain dengan
leluasa seolah-olah tidak ada penonton yang hadir melihatnya.
Pemisahan ini dapat membantu efek artistik yang dinginkan terutama
dalam gaya realisme yang menghendaki lakon seolah-olah benar-benar
terjadi dalam kehidupan nyataTata panggung pun sangat diuntungkan
dengan adanya jarak dan pandangan satu arah dari penonton. Perspektif
dapat ditampilkan dengan memanfaatkan kedalaman panggung (luas
panggung ke belakang). Gambar dekorasi dan properti tidak begitu
menuntut kejelasan detil sampai hal-hal terkecil. Bentangan jarak dapat
menciptakan bayangan arstisitk tersendiri yang mampu menghadirkan
kesan. Kesan inilah yang diolah penata panggung untuk mewujudkan
kreasinya di atas panggung proscenium
3. Panggung Thrust
Panggung thrust seperti panggung proscenium tetapi dua per tiga bagian
depannya menjorok ke arah penonton. Pada bagian depan yang
menjorok ini penonton dapat duduk di sisi kanan dan kiri panggung.
Panggung thrust nampak seperti gabungan antara panggung arena dan
proscenium.
Penataan panggung, bagian depan diperlakukan seolah panggung Arena
sehingga tidak ada bangunan tertutup vertikal yang dipasang. Sedangkan
panggung belakang diperlakukan seolah panggung proscenium yang
dapat menampilan kedalaman objek atau pemandangan secara
perspektif. Panggung thrust telah digunakan sejak Abad Pertengahan
(Medieval) dalam bentuk panggung berjalan (wagon stage) pada suatu
karnaval. Bentuk ini kemudian diadopsi oleh sutradara teater modern
yang menghendaki lakon ditampilkan melalui akting para pemain secara
lebih artifisial (dibuat-buat agar lebih menarik) kepada penonton. Bagian
panggung yang dekat dengan penonton memungkinkan gaya akting
teater presentasional yang mempersembahkan permainan kepada
penonton secara langsung, sementara bagian belakang atau panggung
atas dapat digunakan untuk penataan panggung yang memberikan
gambaran lokasi kejadian.
C. Properti Panggung
Panggung adalah sebuah tempat yang ajaib. Dilihat oleh puluhan, ratusan atau bahkan mungkin
ribuan mata, apa yang tidak bisa kita percayai dalam keadaan nyata, bisa dengan begitu
gampangnya meyakinkan kita bila disaksikan di atas panggung. Tata lampu, cerita, belum lagi tata
rias, kostum, musik dan laku pemain, semua itu membuat seakan-akan yang terjadi di panggung
lebih “nyata” lagi.
Panggung-panggung teater realis juga tak selamanya mengoper kerealitaan. Karena kalau itu
dilakukan, kehadiran persoalan penyelesaian dan sebagainya dari lakon akan membuat semuanya
terlalu ramai. Mesti ada penyederhanaan yang dilakukan oleh penata pentas, sehingga panggung
menjadi alat penunjang saja dari sebuah lakon, namun yang utama tetaplah para pemain. Di
dalam pemanggungan modern, desain panggung menjadi sangat sederhana.
Berbeda dengan teater tradisi yang tidak mengenal kata panggung. Yang ada pada saat itu adalah
ruang untuk bermain. Untuk membentuk sebuah ”panggung” para pemainlah yang menciptakan
bentuk ruang itu sesuai dengan keinginannya karena mereka harus yakin, penonton akan terbawa
dalam suasananya.
Berikut adalah conton pemanfaatan
• Tata lampu juga semakin banyak membelokkan arah
penataan panggung. Dengan kemampuan cahaya
styrofoam sebagai properti atau
lampu, panggung yang kosong dapat berubah
dekorasi
menjadi bermacam-macam bentuk.
• Dalam perkembangannya, pencahayaan berkembang
menjadi sebuah penciptaan seni yang bisa
melengkapi ciri waktu, tempat, dan suasana. Cahaya
bisa diplot kemudian dikomputerisasi berdasarkan
bloking permainan.
• Properti atau benda benda yang ada di dalam
panggung dan yang mengisi bagian-bagian
panggung adalah sebuah bagian dari set.
• Sebelum menentukan properti yang akan digunakan,
maka ada 3 hal yang harus kita lakukan:
1. Observasi panggung
• Observasi panggung perlu dilakukan sebelum menata panggung. Kegiatan observasi meliputi
pencermatan terhadap ukuran panggung, peralatan, serta perlengkapan dan bagian panggung.
Memahami bagian-bagian panggung secara menyeluruh merupakan wawasan mendasar bagi
penata panggung. Secara umum, jenis panggung yang digunakan baik dalam pementasan maupun
pembelajaran adalah panggung proscenium. Alasan utama penggunaan jenis panggung ini adalah
memiliki bagian-bagian yang hampir sama dan standar antara satu tempat dengan tempat lainnya.
• Panggung atau gedung teater Indonesia belum dibangun sesuai standar. Tetapi prototipe atau
model proscenium yang biasa disebut dengan auditorium yang paling banyak dijumpai di
Indonesia.
• Untuk memperoleh hasil terbaik penata panggung diharuskan memahami karakter jenis
panggung yang akan digunakan. Setelah memahami semua bagian panggung, secara spesifik
observasi panggung dalam kaitannya dengan penataan panggung dilakukan untuk mendapatkan
informasi mengenai luas panggung, tinggi panggung, model area panggung, tempat
penyimpanan perlengkapan panggung, lalu lintas properti panggung, dan desain area penonton.
2. Menentukan alat dan bahan dasar tata panggung
• Dekorasi panggung teater dibuat untuk memberikan gambaran latar cerita lakon yang dimainkan. Beragam teknik
digunakan untuk menampilkan pemandangan seperti yang dikehendaki. Objek yang dihadirkan bisa berupa 2 dimensi
seperti kain yang dilukis atau 3 dimensi seperti menyusun sekatsekat membentuk ruangan. Untuk menciptakan
pemandangan atau dekorasi panggung ini diperlukan beragam bahan. Gloman dan Napoli menyebutkan ada 4 bahan
dasar yang sering digunakan dalam penataan panggung teater profesional yaitu bahan dari kayu, logam, plastik, dan
kain (Gloman & Napoli, 2007:55).
• Namun dalam pembelajaran teater atau pementasan teater amatir sering pula digunakan bahan dari kertas dan foam atau
gabus yang lebih murah dan mudah didapat.
• Masing-masing bahan di atas memiliki karakter sendirisendiri. Bahan dari kertas sangat fleksibel untuk membuat beragam
bentuk tetapi juga sangat rapuh sehingga tidak tahan lama. Bahan dari logam terutama kawat memiliki fungsi yang
lumayan banyak, selain sebagai pengikat bisa juga digunakan untuk membuat hiasan-hiasan tertentu. Bahan dari kayu juga
dapat dibuat menjadi berbagai macam bentuk dan memiliki kualitas yang baik tetapi harganya juga mahal. Bahan dari
foam sangat efektif digunakan untuk membuat hiasan-hiasan dinding atau replika ukiran. Masing-masing bahan tersebut
juga memiliki efek yang berbeda terhadap cat atau pewarna Bahan dari logam tidak bisa diberi warna dengan cat yang
berbasis air, harus cat minyak.
• Gloman dan Napoli mendefinisikan peralatan tata panggung menjadi; hand tools atau peralatan tangan, power tools atau
peralatan yang bertenaga (bermesin), portable power tools atau peralatan bertenaga yang mudah dipindahkan, dan
finishing tools atau peralatan pengerjaan akhir (Gloman & Napoli, 2007:83). Peralatan tangan diantaranya adalah; palu,
gergaji tangan, gunting, tang, obeng, pisau, cutter, tatah, dan alat pengukur. Dengan mengetahui bahan dan peralatan yang
digunakan, seorang penata panggung semakin mudah dalam mewujudkan desain tata panggung.
3. Penataan panggung
• Salah satu unsur artistik dalam teater adalah tata panggung atau biasa disebut set dekor. Fungsi tata panggung
selain memperindah penampakan pentas juga memberikan ruang bagi pemeran. Tetapi fungsi yang paling
penting dari tata panggung adalah memperkuat permainan para aktor. Artinya, kehadiran tata panggung tidak
hanya sekedar mempercantik tetapi menegaskan laku aksi yang disajikan oleh para aktor di atas pentas. Tidak
ada gunanya menata dan menghias panggung dengan baik tetapi justru menenggelamkan para pemain.
• Tata panggung dalam teater dapat menegaskan makna sehingga pesan yang hendak disampaikan menjadi
semakin jelas ditangkap oleh para penonton. Kejelasan makna pesan memang bukan tanggungjawab penata
panggung tetapi ruang untuk menyampaikan pesan itu disediakan oleh seniman tata panggung. Oleh karena
itu, kerjasama sangat dibutuhkan antara penata panggung dengan sutradara atau konseptor pementasan.
Maksud dan tujuan pementasan harus menjadi satu kesatuan dengan tampilan tata panggung.
• Tata panggung dalam teater dapat menegaskan makna sehingga pesan yang hendak disampaikan menjadi
semakin jelas ditangkap oleh para penonton. Kejelasan makna pesan memang bukan tanggungjawab penata
panggung tetapi ruang untuk menyampaikan pesan itu disediakan oleh seniman tata panggung. Oleh karena
itu, kerjasama sangat dibutuhkan antara penata panggung dengan sutradara atau konseptor pementasan.
Maksud dan tujuan pementasan harus menjadi satu kesatuan dengan tampilan tata panggung.
• Diperlukan kesungguhan kerja serta niat mempelajari hal-hal baru dan segala hal yang berkaitan dengan seni
tata panggung. Berikut adalah bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam tata panggung, diantaranya:
1. Garis

• Para penonton, secara tidak sadar dipengaruhi pertama kali oleh tata panggung yang
dilihatnya. Garis tegas yang ditampilkan dalam tata dekorasi (scenery) akan menuntun
mata penonton menuju ke area permainan dan sekitarnya. Dengan tatanan garis dan
ruang yang diciptakan, tata panggung dengan sendirinya telah menciptakan
semangat dan suasana (atmosphere). Bentuk garis lengkung lembut memberi kesan
tenang, garis yang membentuk kotak memberi kesan ketegasan, variasi bentuk yang
diciptakan oleh garis dapat menimbulkan kesan tersendiri yang dapat mempengaruhi
perasaan penonton. Rancangan garis dalam bentuk yang ditata secara saksama
memberi ketegasan karakter yang dinginkan oleh pertunjukan. Garis yang dibentuk
akan menuntun mata penonton.
2. Bentuk / Dimensi
• Ukuran dari satu bentuk bidang/benda yang ada di atas pentas antara satu dengan yang
lain memiliki hubungan dengan pemain karena semua benda yang ada di atas panggung
pada dasarnya digunakan oleh pemain baik secara langsung ataupun hanya sebagai
background. Oleh karena itu tatanan ruang di sekitar dan di antara bentuk-bentuk
bangunan atau benda yang ada di atas panggung harus mempetimbangkan area
permainan yang akan digunakan oleh aktor. Aktor yang berada di atas panggunglah yang
akan memberikan gambaran tentang ukuran sesungguhnya dari setiap benda atau ruang
yang ada. Misalnya, set cerita berada di sebuah istana, maka tata panggung harus
benarbenar menampakkan desain sebuah istana meskipun secara skala diperkecil.
• Perkecilan skala ini jika dibuat dengan tepat dapat digunakan oleh aktor untuk
memberikan gambaran pada penonton ukuran sesungguhnya. Inilah yang disebut
dimensi. Apa yang ada di atas panggung tidaklah datar tetapi penuh ruang dan berisi
sehingga tatapan mata pemain menemukan titik fokus untuk setiap laku aksi yang
dikerjakannya. Dimensi memberikan gambaran ruang dan isi
3. Warna

• Warna di atas panggung dapat menjadi daya rangsang yang hebat untuk semangat
dan situasi yang digambarkannya. Mempelajari spektrum warna sangat dianjurkan
sehingga penata panggung betul-betul paham karakter setiap warna. Selain
membawa pengaruh suasana, warna juga membawa pengaruh secara emosional.
Seorang aktor akan merasa kesulitan untuk melakukan akting sedih secara
mendalam ketika seluruh ruang dan kostum yang dikenakannya berwarna cerah.
Peletakkan atau perubahan warna yang tepat dalam setiap pergantian adegan akan
memunculkan nuansa serta emosi yang dikehendaki. Demikian pula dengan karakter
tokoh peran, warna membawa pengaruh bagi sang karakter. Karena itu, cermatilah
penggunaan warna agar tampilan adegan per adegan memiliki jiwa sesuai dengan
apa yang diharapkan. Warna mempertegas kedalaman ruang.
4. Cahaya

Cahaya dengan warna, intensitas, arah serta distribusinya membawa pengaruh yang
kuat terhadap mood (kondisi pikiran atau perasaan). Pertunjukan akan menjadi lebih
hidup dengan cahaya. Fokus karakter atau tokoh dapat dimunculkan dengan cahaya.
Demikian pula keseimbangan, dapat diciptakan melalui intesitas cahaya. Penonjolan
tata panggung dapat pula dibentuk dari cahaya. Bahkan perubahan warna set dekor
dapat diubah sesuai dengan mood cerita melalui cahaya. Yang paling mendasar di
antara itu semua, secara teknik, tata cahaya dapat dijadikan arah laku aksi bagi para
pemain. Sebelum pemain berpindah dari satu titik menuju titik berikutnya cahaya dapat
menuntun sang pemain dengan memberikan panduan penerangan ke arah titik yang
hendak dituju. Jadi selain memiliki fungsi artistik, cahaya dapat digunakan sebagai
penunjuk arah laku aksi pemain. Cahaya membuat semuanya nampak hidup.
5. Komposisi dan Kesimbangan

• Komposisi dalam tata panggung dapat diartikan sebagai pengaturan atau


penyusunan keseluruhan unsur set dekor. Dalam menata semua piranti yang ada di
atas pentas maka faktor utama yang perlu diperhatikan adalah keseimbangan.
Keseimbangan bukan berarti secara matematis penataan piranti benar-benar sama
dalam jumlah maupun posisinya di setiap bagian panggung, meskipun tata letak
simetris diperbolehkan dan tidak juga mengurangi keindahan. Secara mendalam,
keseimbangan adalah penataan set yang dapat dilihat dengan enak dan hamonis dari
setiap sudut pandang mata penonton. Jadi dengan memperhatikan komposisi dan
keseimbangan tata letak piranti set dekor maka hasil tata panggung yang diperoleh
enak dipandang dari manapun posisi penonton berada.
• Bumper adalah animasi pembuka atau penutup dalam sebuah program
video yang merupakan animasi pendek yang menggambarkan
identitas sebuah acara atau instansi. Dengan adanya bumper tersebut
acara atau instansi tersebut akan mudah dipahami oleh pemirsa tanpa perlu
penjelasan yang panjang lebar.

Anda mungkin juga menyukai