FILM
sebuah konsep yang luas, yang meliputi beberapa
elemen visual produksi film seperti perancangan dan
konstruksi set, lokasi, dekorasi, properti, riasan
wajah, dan kostum.
BAB 1
PENATAAN PROFERTI DAN
PANGGUNG
Tata panggung disebut juga dengan istilah scenery (tata dekorasi).
A. Pengertian
Panggung adalah tempat berlangsungnya sebuah pertunjukan dimana interaksi
antara penulis lakon, sutradara, dan aktor ditampilkan di hadapan penonton. Di
atas panggung inilah semua laku lakon disajikan dengan maksud agar penonton
menangkap maksud cerita yang ditampilkan. Untuk menyampaikan maksud
tersebut pekerja teater mengolah dan menata panggung sedemikian rupa untuk
mencapai maksud yang dinginkan.
Tata panggung merupakan aspek tata artistik pokok dalam pementasan teater.
Fungsi dasarnya adalah menghadirkan lokasi dari peristiwa yang ada di dalam
lakon. Tata panggung adalah seni tersendiri yang dalam proses garapnya
memerlukan keahlian berbagai bidang. Karena proses umumnya adalah
menciptakan atau membuat, maka diperlukan keahlian merancang ruang luar
dan dalam, teknik perkayuan, teknik melukis atau gambar, menata perabot, dan
kerajinan tangan untuk menghadirkan hiasan-hiasan dua dan tiga dimensi.
Dengan tata panggung, seni teater tampil seolah-olah berada di ruang atau lokasi
senyatanya. Pandangan penonton akan diarahkan atau teralihkan dari fisik panggung
tempat pementasan dilangsungkan. Tata panggung yang hebat menjadi daya tarik
tersendiri bahkan ketika hadir tanpa pemain. Pada saat layar pertama dibuka, lampu
menyinari ruang yang telah ditata sedemikian rupa akan menghadirkan karya seni
memukau.
.
1. Ruang, Waktu, dan Peristiwa
• Ruang, waktu, dan peristiwa merupakan 3 aspek utama yang saling berkaitan dan mesti
bertemu. Dalam logika realisme, ketiga aspek ini tidak bisa saling bertentangan dalam
membentuk adegan. Artinya, apa yang ditampilkan di dalam pementasan teater mesti logis
(dapat diterima sebagai realitas) antara peristiwa, waktu, dan ruang.
• penata panggung mulai berkreasi menghadirkan ruang nyata di atas pentas. Rumah harus
tampil seolah-olah benar-benar rumah. Demikian juga dengan halaman, jembatan, lampu
pinggir jalan, gedung-gedung menjulang tinggi, hutan sebagai latar belakang, dan lain
sebagainya.
• Kesatuan ruang, waktu, dan peristiwa memang seolah-olah bertumpu pada tata panggung.
Karena itu, perhitungan artistik harus benar-benar matang. Sutradara tidak bisa sembarangan
mengubah interpretasi atas peristiwa lakon ketika produksi sudah mulai berjalan karena hal ini
akan berdampak pada penampilan tata panggung. Karena proses pembuatan tata panggung
yang tidak sebentar serta biayanya yang tidak murah, maka perubahan konsep pemanggungan
memiliki risiko besar.
2. Elemen-elemen
Tata panggung dibentuk dari unsur-unsur tata rupa. Konsep dasar tata panggung dapat dikatakan sebagai konsep organisasi unsur ini.
Namun karena tata panggung tidak berdiri sendiri di dalam pementasan, maka perlu juga mempertimbangkan pemain di dalam
perancangannya. Di luar pemain elemen komposisi tata panggung terdiri dari garis, bentuk, warna, dan cahaya.
• Elemen garis akan mengarahkan pandangan. Penata panggung yang baik akan benar-benar memperhatikan elemen ini karena bersangkutan langsung
dengan fokus. Garis yang jelas akan mengarahkan mata pada objek terarah. Garis ini bisa berbentuk lurus atau melengkung, diagonal, vertikal atau
horisontal. Penempatan perabot mestinya juga mengikuti garis set (gambar, bangunan atau objek latar) yang telah ditentukan. Penata panggung yang
kurang piawai memfungsikan garis ini akan membuat objek nampak datar, termasuk para pemain. Karena garis mengarahkan pandangan, maka tidak
hanya pandangan penonton saja yang akan terarahkan namun juga pandangan pemain. Dengan hanya menata perabot atau objek tata panggung dalam
gari lurus yang datar, maka blocking pemain pun secara alamiah akan mengikutinya. Oleh karena itu, elemen garis sangat penting artinya dalam
membentuk kedalaman serta dinamika ruang.
• Elemen berikutnya adalah bentuk yang tentu saja cipta dengan garis. Garis-garis lurus akan menghasilkan bentuk yang bernuansa tegas, sementara garis
lengkung memberikan kesan keluasan, kesegara, dan kedamaian. Bentuk yang diciptakan dari garis ini tentu saja juga tunduk dengan arah yang telah
ditentukan. Dengan tidak menentang arah pandangan yang telah ditentukan oleh garis, bentuk memberi kelengkapan isi (volume). Bentuk memberikan
kesan nyata karena memberikan ketebalan. Selain itu, bentuk juga dapat menegaskan karakter garis dan mendinamiskannya.
• Jika bentuk menyediakan ruang, maka elemen warna dalam tata panggung memberikan gambaran suasana. Meski beberapa benda atau perabot dalam
tata panggung memiliki warna asli yang khas, namun dalam seni tata panggung hasil mengesankan seringkali didapatkan dengan memberi tambahan
warna lain. Persis seperti sebuah lukisan yang mana hasil warna akhir merupakan kombinasi dari berbagai warna. Selain berfungsi mempertegas
kedalaman ruang, warna seperti halnya garis memilki karakter. Ada warna yang dikelompokkan ke dalam warna hangat, dingin, dan panas. Karakter
warna ini juga dapat digunakan untuk menyimbolkan sesuatu. Oleh karena itu, penggunaan warna dalam tata panggung mesti disesuaikan dengan
konsep pementasannya. Artinya, meskipun gaya yang hendak ditampilkan adalah realis, namun elemen bentuk dan warna dalam tata panggung tetap
dapat digunakan untuk menyampaikan pesan karakter ruang atau bahkan pemain.
• Elemen penting yang dapat membuat semuanya terlihat jelas adalah cahaya. Tanpa adanya cahaya, semua objek di atas panggung tidak dapat dilihat. Di
dalam hal ini, penata panggung harus memperimbangkan sudut datang dan titik jatuh cahaya terhadap objek. Secara mendasar, cahaya memberikan
kedalaman ruang atau dimensi dengan mengelola prosesntase pencahayaan atas objek dan juga pertimbangan jatuhan bayangan (shadow). Cahaya
membuat semuanya benar-benar tampak hidup. Selain itu, warna cahaya juga dapat menguatkan karakter warna objek.
3. Tata Panggung dan Aktor
Tata panggung di dalam sebuah pementasan teater tidak hanya menampilkan keindahan secara mandiri namun juga memberikan ruang
bermain bagi aktor. Ruang yang disediakan oleh tata panggung semestinya mengakomodasi gerak, laku dan perpindahan aktor dari satu
titik ke titik lain. Dengan demikian, luasan serta susunan ruang tidak bisa menggunakan skala panggung kosong. Kehadiran aktor jika
diberi ruang memadahi akan menghidupkan tata panggung, demikian juga sebaliknya.
• Tata gerak aktor harus menemukan tempat yang tepat. Semua benda panggung yang ada mesti mendukung penampilan
aktor. Namun demikian, dalam konteks tertentu, aktor harus menyesuaikan tata panggung karena kebutuhan artistik lakon.
Misalnya, seorang aktor perlu berlatih melompati pagar yang terletak di pinggir jalan sesuai tuntutan lakon. Penata
panggung akan membuat pagar sebagaimana mestinya dan aktor harus berlatih untuk dapat melompati pagar itu, bukan
kemudian penata panggung akan menyesuaikan kemampuan aktor dalam melompat ketika hendak membuat pagar
• Hubungan kerja antara penata panggung dan aktor sangat dekat karena saling membutuhkan. Penata panggung melayani
aktor dalam hal ruang atau tempat dan aktor menyesuaikan dirinya untuk bergerak di ruang yang disediakan. Koneksi yang
baik dalam pekerjaan mesti dijaga karena tidak menutup kemungkinan terjadinya penyesuaian-penyesuaian selama proses
produksi. Kondisi penyesuaian ini mesti disikapi dengan bijaksana antara aktor dan penata panggung
• Aktor harus benar-benar memahami hal ini dan tugas penata panggung adalah menjelaskan hal-hal teknis terkait tata
panggung. Misalnya, penata panggung dapat mengingatkan aktor untuk tidak menggunakan tenaga sepenuhnya ketika
meninju dinding pada saat peran mengharuskan untuk itu karena material yang dibuat bukan dari kayu melainkan kardus.
Hal yang seolah remeh ini sangat penting untuk dilakukan karena jika aktor mengira bahwa dinding itu terbuat dari kayu
dan dia meninju sekuat tenaga setara dengan kekuatan emosi yang ia keluarkan dalam berekspresi, bisa jadi dinding itu
jebol atau menghasilkan lobang.
4. Tata Panggung dan Elemen Artistik Lainnya
• Koneksi antara tata panggung dengan tata artistik lain sangat erat dan saling mempengaruhi terutama dengan tata busana
dan tata cahaya. Secara umum, antara tata busana dan tata panggung terkait soal warna dan gaya. antara tata busana dan tata
panggung terkait soal warna dan gaya. Dalam konteks teater realis, gaya bangunan pada zaman tertentu seolah-olah satu
paket dengan gaya tata busana
• Terkait soal warna, pemaduan konsep panggung dan busana perlu memperhatikan aspek budaya. Misalnya saya masyarakat
pantai yang lebih menyukai warna-warna cerah berbeda dengan masyarakat pertanian. Demikian pula dengan kota,
kampung, area di satu lingkup budaya tertentu berbeda dengan lainnya
• Selain gaya tampilan dan warna, hal yang tidak boleh dilupakan oleh penata panggung dalam kaitannya dengan tata busana
adalah teknik pembuatan set. Teknik perlu diperhatikan karena secara langsung menyangkut material yang digunakan.
Misalnya saja, dalam satu adegan seseorang berada di teras sebuah rumah dengan pakaian basah kuyup karena kehujanan
dan langsung duduk di bangku yang ada. Jika cat yang digunakan untuk mewarnai bangku tidak berbahan akrilik dan tidak
benar-benar kering bisa jadi cat itu akan menempel pada busana pemeran.
• Sementara itu dalam kaitannya dengan tata cahaya, penyesuaian mesti dilakukan secara intensif. Seperti umum diketahui
bahwa teori warna cahaya dan warna cat berbeda. Selain itu pantulan cahaya yang dihasilkan atas warna cahaya di atas benda
berwana juga berbeda-beda. Juga material yang digunakan pada tata panggung akan menghasilkan pendar cahaya
berbedabeda. Secara khusus, cahaya merupakan penerangan yang membuat semua benda panggung terlihat. Dengan
pengaturan cahaya yang tepat, dimensi ruang yang ada akan terlihat atau terasakan. Di bagian mana ruang dibuat gelap, di
bagian mana dibuat lebih terang, dan lain sebagainya memerlukan kerja bersama penata panggung dan cahaya.
5. Proses Produksi
• Pekerjaan penata panggung dimulai sejak naskah lakon diberikan. Pada saat ini, studi mengenai lakon dilakukan.
Semua hal yang menyangkut tata panggung sudah ada di dalam pikiran (imajinasi) penata panggung. Penataan set
dipetakan mulai dari adegan awal sampai akhir. Dari studi awal ini, penata panggung sudah mendapatkan gambaran
dasar tata panggung berdasarkan kebutuhan lakon tersebut. Ia bisa membuat catatan atau coretan (desain)
berdasarkan naskah lakon tersebut. Dalam tahap ini, ia menginterpretasikan lakon itu sesuai dengan nalar artistiknya.
• Berdasarkan tata kerja produksi, penata panggung tentu tidak bisa langsung mengeksekusi apa yang telah menjadi
rancangannya tersebut. Ia harus mengikuti serangkaian diskusi (dan presentasi) tentang konsep artistik secara keseluruhan.
Pertama adalah kehendak artistik dari produser yang akan mengurai sisi menarik lakon untuk ditampilkan sehingga produk
laik jual. Selanjutnya adalah pandangan atau konsep direktur (sutradara) artistik yang lebih mengarah pada presentasi artistik
lakon secara keseluruhan. Yang terakhir adalah pandangan sutradara yang lebih pada mekanisme tata artistik pementasan
terkait dengan setiap adegan yang ditampilkan di mana aktoraktor melakukan aksinya.
• Ketika desain tata panggung yang dibuat disetujui, penata panggung mulai membagi kerja kepada para stafnya. Tahap
terpenting dari proses pembuatan tata panggung adalah skala atau ukuran objek panggung berbanding dengan luasan
panggung. Oleh karena itulah ukuran luas panggung yang hendak digunakan mesti diketahui secara pasti. Berikutnya, jadwal
kerja mulai disusun beserta target yang mesti dicapai sesuai skala produksi. Daftar belanja material dibuat dan workshop
disiapkan. Pengerjaan tata panggung secara garis besar dapat dibuat dengan 2 macam teknik yaitu, permanen dan knock-
down. Teknik permanen lebih mudah diterapkan karena objek panggung dibuat langsung jadi sehingga tinggal dipindahkan
dari satu tempat ke tempat lain jika ingin digunakan. Namun sayangnya teknik ini sedikit menyulitkan ketika lokasi workhsop
dan panggung pertunjukan sangat jauh, terutama ketika objek yang dibuat berukuran besar. Sementara itu teknik knock-down
merupakan teknik bongkar pasang.
6. Gaya Pementasan
• Tata panggung dan gaya pementasan seolah-olah tidak bisa dipisahkan. Keduanya dalam
perkembangan teater saling memberikan pengaruh. Pada awal kemunculannya jelas tata
panggung menyediakan gambaran atau perwujudan lokasi cerita. Tampilan ini dapat
dipresentasikan sesuai dengan kondisi aslinya (baca: seolah-olah seperti) atau dengan
mewakilkan set dengan perwujudan tertentu.
• Puncak dari penghadiran lokasi terjadinya peristiwa dalam tata panggung adalah ketika realisme
begitu memesona. Konsep realisme benar-benar mempertemukan kenyataan tata panggung dan
naturalitas permainan para pemeran. Pertunjukan benar-benar menjadi representasi kenyataan.
Pada masa ini tentu saja ilmu pengetahuan dan teknologi telah berkembang termasuk dalam hal
penggunaan material dan teknik pembuatan set. set benar benar diperhatikan karena semua yang
tersaji di atas panggung haruslah sama persis dengan kenyataan.
• Berbeda dengan realisme yang menghadirkan kenyataan, teater epik justru menafikan kenyataan
hadir di atas pentas. Peristiwa nyata akan membuat penonton hanyut sehingga justru lupa akan
keadaan/kenyaatan hidup yang sesungguhnya sedang mereka alami. Pada gaya ini, set dibuat
dengan sengaja agar nampak seperti set di atas panggung dan bukan sebagai lokasi nyata tempat
berlangsungnya peristiwa. Bahkan ketika set itu masih terlihat nyata, maka diperlukan sentuhan
atau tambahan agar tak tampak nyata.
7. Ruang Yang Berbicara
• Para penonton, secara tidak sadar dipengaruhi pertama kali oleh tata panggung yang
dilihatnya. Garis tegas yang ditampilkan dalam tata dekorasi (scenery) akan menuntun
mata penonton menuju ke area permainan dan sekitarnya. Dengan tatanan garis dan
ruang yang diciptakan, tata panggung dengan sendirinya telah menciptakan
semangat dan suasana (atmosphere). Bentuk garis lengkung lembut memberi kesan
tenang, garis yang membentuk kotak memberi kesan ketegasan, variasi bentuk yang
diciptakan oleh garis dapat menimbulkan kesan tersendiri yang dapat mempengaruhi
perasaan penonton. Rancangan garis dalam bentuk yang ditata secara saksama
memberi ketegasan karakter yang dinginkan oleh pertunjukan. Garis yang dibentuk
akan menuntun mata penonton.
2. Bentuk / Dimensi
• Ukuran dari satu bentuk bidang/benda yang ada di atas pentas antara satu dengan yang
lain memiliki hubungan dengan pemain karena semua benda yang ada di atas panggung
pada dasarnya digunakan oleh pemain baik secara langsung ataupun hanya sebagai
background. Oleh karena itu tatanan ruang di sekitar dan di antara bentuk-bentuk
bangunan atau benda yang ada di atas panggung harus mempetimbangkan area
permainan yang akan digunakan oleh aktor. Aktor yang berada di atas panggunglah yang
akan memberikan gambaran tentang ukuran sesungguhnya dari setiap benda atau ruang
yang ada. Misalnya, set cerita berada di sebuah istana, maka tata panggung harus
benarbenar menampakkan desain sebuah istana meskipun secara skala diperkecil.
• Perkecilan skala ini jika dibuat dengan tepat dapat digunakan oleh aktor untuk
memberikan gambaran pada penonton ukuran sesungguhnya. Inilah yang disebut
dimensi. Apa yang ada di atas panggung tidaklah datar tetapi penuh ruang dan berisi
sehingga tatapan mata pemain menemukan titik fokus untuk setiap laku aksi yang
dikerjakannya. Dimensi memberikan gambaran ruang dan isi
3. Warna
• Warna di atas panggung dapat menjadi daya rangsang yang hebat untuk semangat
dan situasi yang digambarkannya. Mempelajari spektrum warna sangat dianjurkan
sehingga penata panggung betul-betul paham karakter setiap warna. Selain
membawa pengaruh suasana, warna juga membawa pengaruh secara emosional.
Seorang aktor akan merasa kesulitan untuk melakukan akting sedih secara
mendalam ketika seluruh ruang dan kostum yang dikenakannya berwarna cerah.
Peletakkan atau perubahan warna yang tepat dalam setiap pergantian adegan akan
memunculkan nuansa serta emosi yang dikehendaki. Demikian pula dengan karakter
tokoh peran, warna membawa pengaruh bagi sang karakter. Karena itu, cermatilah
penggunaan warna agar tampilan adegan per adegan memiliki jiwa sesuai dengan
apa yang diharapkan. Warna mempertegas kedalaman ruang.
4. Cahaya
Cahaya dengan warna, intensitas, arah serta distribusinya membawa pengaruh yang
kuat terhadap mood (kondisi pikiran atau perasaan). Pertunjukan akan menjadi lebih
hidup dengan cahaya. Fokus karakter atau tokoh dapat dimunculkan dengan cahaya.
Demikian pula keseimbangan, dapat diciptakan melalui intesitas cahaya. Penonjolan
tata panggung dapat pula dibentuk dari cahaya. Bahkan perubahan warna set dekor
dapat diubah sesuai dengan mood cerita melalui cahaya. Yang paling mendasar di
antara itu semua, secara teknik, tata cahaya dapat dijadikan arah laku aksi bagi para
pemain. Sebelum pemain berpindah dari satu titik menuju titik berikutnya cahaya dapat
menuntun sang pemain dengan memberikan panduan penerangan ke arah titik yang
hendak dituju. Jadi selain memiliki fungsi artistik, cahaya dapat digunakan sebagai
penunjuk arah laku aksi pemain. Cahaya membuat semuanya nampak hidup.
5. Komposisi dan Kesimbangan