SKRIPSI
Oleh :
Andika Susilo AP
009114146
Puji dan syukur penulis panjatkan pada Tuhan yang merupakan energi yang memberti
kekuatan pada penulis sehingga dapat menyelesaikan karya ilmiah ini sampai selesai. Dalam
penyusunan karya ilmiah ini, penulis banyak menemukan hambatan dan kesulitan. Namun,
dengan adanya bantuan dan dukungan dari pihak-pihak tertentu, penulis berhasil melalui itu
semua. Karena dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Tuhanku, energiku
2. Orangtuaku, papa dan mama Toto, yang selalu tegar dalam menjalani cobaan-
cobaan yang tak henti-hentinya menerjang kita.
3. Istri dan anakku, Dinar Roos dan Aaliyah Diaz, energi itu selalu ada dan tetap ada
besertaku, karena kalianlah energi itu.
4. Saudara-saudaraku, Angga gendut, Mas Anton dan Mba Ita, Arlin,
5. Rekan-rekanku seperjuangan: Rio dan keluarga, gendut dan banyak teman
wanitanya, mas Erik dan keluarga.
6. temen-temen 2001.
7. dan semua pihak yang telah membantu menyelesaikan karya ini.
Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan sumbangan dan manfaat positif bagi semua
pihak yang membutuhkan. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya ilmiah ini masih
jauh dari sempurna, oleh karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
Yogyakarta,…..2007
Penelitian ini adalah penelitian korelasional. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
hubungan antara religiusitas dengan kepuasan perkawinan pada pasangan muslim. Variabel
dalam penelitian ini adalah Religiusitas dan Kepuasan Perkawinan. Semua variabel diukur
dengan menggunakan skala. Koefisien reliabilitas skala Religiusitas adalah sebesar 0,9438
sedangkan koefisien reliabilitas kepuasan perkawinan adalah sebesar 0,9296 Validitas skala
Religiusitas dan skala kepuasan perkawinan diperoleh lewat penilaian ahli dan berdasarkan pada
kriteria yaitu yang memiliki indeks daya beda 0,30.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara religiusitas dengan
kepuasan perkawinan pada pasangan muslim, semakin tinggi tingkat religiusitas subyek
penelitian maka semakin tinggi pula tingkat kepuasan perkawinannya. Hipotesis penelitian
dianalisa dengan menggunakan korelasi Product Moment Pearson.
Subyek penelitian ini adalah pasangan muslim yang telah menikah dan minimal
berpendidikan sarjana (S1), sebanyak 60 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan korelasi r =
0,738 dengan taraf signifikansi 0,000 Hal ini berarti hipotesis penelitian diterima atau ada
hubungan positif antara religiusitas dengan kepuasan perkawinan.
ABSTRACT
This research is correlation study. The aim of this research was to know the correlation
between Religiosity with marriage satisfaction.
The variable in this research were Religiosity and marriage satisfaction. Both variables
were measured using scale. The reliability coefficient of Religiosity scale was 0,9438 while the
reliability coefficient of marriage satisfaction scale was 0,9296. The validities of Religiosity
scale and marriage satisfaction scale were obtained through evaluation and based on criteria with
item differentiability index of 0,30.
The hypotesis of this research was that there is positive correlation between Religiosity
and marriage satisfaction. The higher of Religiosity, the higher marriage satisfaction was. The
hypotesis was analyzed by correlation of Pearson’s Product Moment.
Subject of this research were couple with Moslem’s religion and the education degree
minimal on university and lived in Yogyakarta, total 60 people. The result of this research
showed the correlation of r=0,7388 with the significance level of 0,000. It’s meant that the
hyphotesis was accepted or there was positive correlation between the Religiosity with marriage
satisfaction.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………….i.
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………………………...ii
HALAMAN PERNYATAAN………………………………………………………………..iii
HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………………………...iv
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………….…v
ABSTRAK………………………………..………………………………………….............vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Kepuasan Perkawinan
1. Pengertian……………………………………………………..………….8
2. Aspek-aspek dalam Kepuasan Perkawinan……………………..………10
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepuasan Perkawinan………..…….14
B. Religiusitas
1. Pengertian…………………………………………………………..…...15
2. Aspek-aspek Religiusitas…………………………………………..……18
3. Fungsi Religiusitas………………………………………………..……..21
C. Hubungan antara Religiusitas dengan Kepuasan Perkawinan pada Pasangan
Muslim……………………………………………………………………..…… 22
D. Hipotesis……………………………………………………………………..…. 25
A.Desain Penelitian
1. Desain………………………………………………………………….…..26
2. Identifikasi Variabel…………………………………………………….…26
B. Subyek Penelitian ………………………………………………………………....27
C. Alat Pengumpulan Data
1. Definisi Operasional
a. Religiusitas…………………………………………………………27
b. Kepuasan Perkawinan……………………………………………...29
2. Jenis Skala………………………………………………………………….31
a. Skala Pengukuran Religiusitas…………………………………......31
b. Skala Pengukuran Kepuasan Perkawinan………………………….34
3. Validitas dan Religiusitas
a. Validitas………………………………………………………………..…..38
b. Seleksi Aitem……………………………………….……………..39
c. Reliabilitas…………………………………………..……………..44
D. Teknik Analisis Data………………………………………………..………….....44
E. Prosedur Penelitian………………………………………………..……………....45
A. Hasil
1. Deskripsi Data……………………………………………...………………47
2. Pengujian Hipotesis…………………………………………………...…....48
a. Uji Prasyarat
a.1. Uji Normalitas………………………… ………………48
a.2. Uji Linearitas…………………………………… ……..48
b. Hasil Uji Hipotesis……………………………………… ……....49
B. Pembahasan………………………………………………………… …………..49
BAB. V PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………… …………….54
B. Saran…………………………………………………………… ……………...54
LAMPIRAN…………………………………………………………… …… …………….58
DAFTAR TABEL
LAMPIRAN
LAMPIRAN I
A. Data Uji Coba
LAMPIRAN II
A. Uji Validitas dan Reliabilitas
B. Skala Kepuasan Perkawinan
C. Skala Religiusitas
LAMPIRAN III
A. Data Penelitian Kepuasan Perkawinan
B. Data Penelitian Religiusitas
C. Total Data Penelitian
LAMPIRAN IV
A. Uji Normalitas
B. Uji Linearitas
LAMPIRAN V
Hasil Analisis Korelasi Product Moment
LAMPIRAN VI
A. Skala Kepuasan Perkawinan Uji Coba
B. Skala Kepuasan Perkawinan untuk Penelitian
C. Skala Religiusitas Uji Coba
D. Skala Religiusitas untuk Penelitian
BAB I
Pendahuluan
Keberhasilan dalam menjalin suatu hubungan cinta kasih antar manusia ditandai
dengan ikatan tali perkawinan. Perkawinan adalah bentuk ikatan resmi antara dua
manusia yang telah disahkan secara hukum dan agama. dengan tali perkawinan
dibandingkan saat mereka berpacaran. Kepuasan serta kebahagiaan yang dirasakan oleh
rumah tangga, suatu keluarga harus mampu menjadi keluarga yang sakinah, maksudnya
adalah terciptanya kehidupan beragama dalam keluarga. Karena dalam agama terdapat
nilai-nilai moral atau etika kehidupan. Landasan utama dalam kehidupan keluarga
berdasarkan ajaran agama adalah kasih sayang, cinta mencintai, kasih mengasihi
(Ensiklopedia Dakwah,TIM LPPAI, 2004). Islam sangat tegas menyinggung tentang efek
dari ketidakpuasan dalam perkawinan, bahwa setelah seluruh usaha dan cara tidak
berhasil. Maka disaat itu seorang suami diperkenankan memasuki jalan terakhir yang
dibenarkan Islam, sebagai suatu usaha memenuhi panggilan kenyataan dan menyambut
panggilan darurat serta jalan memecahkan problema yang tidak dapat teratasi kecuali
tidak menyunahkan dan tidak menganggap satu hal yang baik (El Qardlawi,1978).
Perkataan halal namun dibenci Allah memberikan suatu pengertian, bahwa talaq itu suatu
rukhshah yang diadakan semata-mata karena darurat ketika suatu hubungan suami istri
semakin memburuk.
Data yang berhasil diperoleh dari hasil kerjasama Badan Pusat Statistik Kota
Yogyakarta dengan Pemerintah kota Yogyakarta tentang kasus talak dan perceraian di
Yogyakarta sejak tahun 2003 hingga 2004 menunjukkan peningkatan yang cukup
signifikan. Angka kuantitatif ini adalah sebagai saksi bisu banyak pasangan suami istri
yang tidak merasa puas dengan pernikahannya dan memilih jalan perceraian sebagai jalan
terakhir dalam menyelesaikan masalahnya. Pada tahun 2003 jumlah pernikahan 2897
dengan jumlah perceraian 54 kasus (1,86%). Sedang pada tahun 2004 jumlah perkawinan
memandang pernikahannya.
dipenuhi agar sebuah pasangan dapat mencapai keberhasilan dalam berumah tangga,
Locke,1960). Disini kepuasan perkawinan menjadi salah satu faktor penting dalam
keberhasilan suatu perkawinan. Kepuasan dihasilkan dari penyesuaian antara yang terjadi
kehidupan perkawinan yang diukur dari besar kecilnya kesenangan yang dirasakan dalam
jangka waktu tertentu. Ini berarti bahwa kepuasan membina rumah tangga atau
perkawinan tidak hanya tercermin dari lamanya suatu pasangan dalam menjalin hubungan
saja namun adanya aspek-aspek kesenangan yang mampu dicapai oleh pasangan.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi agar terjadi kepuasan perkawinan
seperti adanya daya tarik fisik, jenis pekerjaan, emosi kemudian adanya kemampuan
berkomunikasi suami istri serta adanya kekuatan emosional yang ada pada pasangan
aspirasinya. Semakin tinggi pendidikan individu makin jelas pula wawasannya, sehingga
persepsi terhadap diri dan kehidupan perkawinannya menjadi semakin baik, berdasar hal
percaya, menyayangi dan kerjasama antara kedua belah pihak. Selain itu yang patut untuk
dipikirkan adalah adanya persamaan prinsip dan dasar dalam keluarga saat perkawinan.
Salah satu hal yang prinsip dan dasar tersebut adalah religi atau agama. Dengan
keyakinan, penghayatan, perlakuan, pengalaman dan pengetahuan yang baik dan tepat
mengenai agama diharapkan dapat menumbuhkan rasa sabar, tidak mementingkan diri
sendiri, pasrah dan tawakal pada kenyataan hidup hingga menimbulkan ketabahan dalam
lemah dan keluarga yang tidak memiliki komitmen sama sekali mempunyai resiko empat
kali lipat untuk tidak dapat mencapai kepuasan ataupun kebahagiaan dalam keluarganya.
Bahkan berakhir dengan broken home, perselingkuhan, kecanduan alkohol dan lain
Dister (1982), menyebutkan bahwa religi atau agama merupakan suatu sistem
credo (tata keyakinan manusia yang mutlak di luar manusia) dan sistem ritus (tata
peribadatan) manusia yang mutlak tersebut, serta merupakan suatu sistem norma (tata
kaidah) yang mengatur hubungan antara manusia dengan manusia, dengan alam semesta
sesuai dengan sejarah tata keimanan dan tata peribadatannya. Ada tiga unsur pokok dalam
agama yaitu tata keyakinan, tata peribadatan dan tata kaidah yang merupakan norma
perilaku manusia.
Glock dan Stark (dalam Ancok, 1994), membagi religiusitas ke dalam lima aspek,
yaitu: religious belief (the ideological dimension), religious practise (the ritualistic
dogmatik dalam agamanya, misalnya kepercayaan adanya Tuhan, malaikat, surga, neraka
dan sebagainya.
yang pernah dialami dan dirasakan, misalnya dekat dengan Tuhan, merasa takut berbuat
agamanya, terutama yang ada di dalam kitab suci maupun yang lainnya.
seseorang dimotivasi oleh ajaran agamanya di dalam kehidupan sosial, misalnya apakah
dia mengunjungi tetangganya yang sakit, menolong orang yang kesulitan, mendermakan
yang berupa penghayatan dan pembentukan komitmen, sehingga lebih merupakan proses
Sikap tersebut akan menimbulkan perasaan sabar, tidak mementingkan diri sendiri, sikap
pasrah dan tawakal pada kenyataan hidup hingga pada akhirnya akan menimbulkan
perasaan bahagia, memiliki penerimaan diri yang baik, tidak memiliki pertentangan diri
dalam batin, adanya keseimbangan antara kebutuhan dan harapan, dan memiliki evaluasi
ketabahan dalam rumah tangga, yang secara konkrit terdapat dalam sikap tawakal dan
kepasrahan, serta tumbuhnya rasa sabar, sedangkan kepuasan perkawinan terwujud bila
terdapat sikap saling pengertian, penerimaan diri yang baik, saling menghargai,
perkawinan.
B. Rumusan Masalah
Dari berbagai hal yang telah dikemukakan di atas, terdapat sebuah permasalahan
pasangan muslim
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
baru dalam perkembangan dunia psikologi sosial, terutama tentang hubungan religiusitas
2. Manfaat Praktis
kepada masyarakat tentang pentingnya religiusitas yang dimiliki pasangan suami istri
Landasan Teori
A. Kepuasan Perkawinan
1. Pengertian
tangga, suatu keluarga harus mampu menjadi keluarga yang sakinah, maksudnya adalah
terciptanya kehidupan beragama dalam keluarga. Karena dalam agama terdapat nilai-
nilai moral atau etika kehidupan. Landasan utama dalam kehidupan keluarga
berdasarkan ajaran agama adalah kasih sayang, cinta mencintai, kasih mengasihi
yang berhubungan dengan kondisi perkawinan (Clayton,1975) atau evaluasi suami istri
Kepuasan perkawinan dapat dicapai melalui seberapa baik pasangan suami istri
dapat memenuhi kebutuhannya serta seberapa besar kebebasan yang diberikan oleh
Kemudian, menurut (Staub, 1978) kepuasan bukan hanya hasil upaya terhadap
diri seseorang namun apa yang dilakukan seseorang terhadap orang lain juga dapat
mendatangkan kepuasan bagi orang itu. Artinya kepuasan perkawinan suami istri
berasal dari apa yang dilakukan pasangannya terhadap dirinya, maupun apa yang
bahagia dalam diri seseorang tanpa adanya kerisauan, ketakutan atau pertentangan
dalam batinnya, juga penerimaan diri yang baik pada hidupnya sebagai hal yang indah,
dan orang tersebut mencapai kepuasan hidup. Kepuasan perkawinan suami istri dapat
tercapai bila kedua belah pihak berbagi kebahagiaan yang setara karena perkawinan
adalah suatu penyatuan antara dua minat pribadi yang berbeda untuk mengarah suatu
penerimaan diri yang baik, tidak memiliki pertentangan dalam batin yang dapat
pasangan maupun dirinya sendiri yang merupakan evaluasi subyektif terhadap seluruh
akan dievaluasi oleh seorang istri atau seorang suami terhadap pasangan dan terhadap
pernikahannya. Aspek-aspek yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada teori
bagian dalam kehidupan mereka akan lebih bahagia dan puas dibanding
pergaulan yang menyenangkan antara suami istri, selain itu mencakup juga,
keluarga merupakan hal yang harus dimiliki oleh setiap pasangan suami istri.
hubungan dengan mertua, saudara ipar, maupun keluarga besar kedua belah
pihak. Seorang suami ataupun istri yang memiliki hubungan baik dan akrab
dengan keluarga besar terutama mertua dan saudara ipar akan merasa lebih
perilaku benar dan salah. Pasangan yang memiliki pandangan hidup sama
suami dan istri dalam memandang perbedaan pandangan antara mereka juga
Adanya keintiman antara suami istri yang meliputi ekspresi kasih sayang
dan hubungan seksual. Selain itu keintiman perkawinan juga meliputi motivasi
perkawinan mereka.
perkawinannya. Setiap pasangan suami istri dapat saja hanya merasa puas pada
beberapa aspek tertentu saja dan tidak puas dengan aspek yang lain, apabila ini terjadi
mengusahakan kepuasan pada aspek yang lain sehingga dapat memperoleh kepuasan
dalam perkawinan.
harapan terhadap nilai-nilai pernikahan, harapan yang tidak jelas dan harapan
yang berbeda.
perkawinan.
orang dengan religius rendah. Hal ini terutama berlaku untuk perempuan.
B. Religiusitas
1. Pengertian
ketetapan Ilahi yang diwahyukan kepada Nabi-Nya untuk menjadi pedoman hidup
dalam ibadah yang dilakukannya dan tercermin pula pada sikap kesehariaanya.
ia akan merasa tidak enak, gelisah dan kecewa. Senada dengan Darajat, Heerjan
(1987), mengatakan bahwa agama merupakan unsur utama yang sepanjang masa
dijadikan pegangan oleh umatnya untuk mendapatkan dan menjaga ketenangan dan
kesejahteraan khususnya dalam keadaan kesulitan. Dari dulu hingga sekarang, agama
tetap merupakan salah satu unsur utama dalam pembinaan kesehatan jiwa, karena
Di samping istilah agama, juga terdapat istilah religi (religion, bahasa Inggris)
Dalam Islam, Syafa’tun Almirzanah (1997), menyatakan bahwa istilah yang yang
paling dekat dengan istilah agama dalam bahasa Arab adalah”al-Din . Al-Din
menurut para ahli tata bahasa arab (nahwu) berasal dari kata al-dayn, yang berarti
hutang. Oleh karenanya al-din adalah pembayaran hutang kita kepada Allah dan
melibatkan seluruh hidup kita, karena kita berhutang kepada-Nya bukan karena
pemberian ini itu tetapi juga karena keberadaan kita sendiri. Walaupun secara
etimologis memiliki arti sendiri-sendiri, namun secara terminologis dan teknis istilah
Menurut asal katanya, religi berasal dari bahasa Latin ‘religio’ yang akar
katanya adalah ‘religare’ dan berarti ‘mengikat’. Makna dari mengikat disini adalah
berfungsi untuk mengikat dan mengutuhkan diri seseorang atau sekelompok orang
dalam hubungannya terhadap Tuhan, sesama manusia serta alam sekitarnya,
(Driyarkara,1978).
Agama menunjuk pada aspek formal, yang berkaitan dengan aturan-aturan dan
dihayati oleh individu di dalam hati. Didukung oleh Dister (1982) yang menyatakan
mengamalkan unsur-unsur agamanya. Tidak hanya membaca kitab suci namun juga
meyakini dogma-dogmanya, ataupun tidak hanya mengakui ajaran cinta kasih tetapi
2. Aspek-aspek Religiusitas
individual. A.M.Hardjana (1993), mengemukakan empat segi pokok yang ada pada
agama sebagai sistem/ struktur yang lengkap ataupun tidak. Empat segi pokok itu
antara lain segi eksistensial, segi intelektual, segi institusional dan segi etikal., yang
mengungkapkan dua gejala dalam religi yaitu iman (faith) yang merupakan
pengalaman batin pribadi tentang yang Ilahi, cara seseorang merasakan dan
malaikat, para nabi/ rasul, Al Quran/ kitab-kitab Allah, surga, neraka, qadha
dalam keberislaman isi dimensi ini meliputi merasa dekat dengan Allah,
Allah.
yang ada di dalam kitab suci. Dalam keberislaman dimensi ini menyangkut
dilaksanakan (rukun iman dan rukun Islam), hukum Islam, sejarah Islam.
e Religious Effect (The Consequencetial Dimension) yaitu mengukur
tahun 1987 tentang lima aspek di dalam pelaksanaan ajaran Islam. Lima aspek
kehidupan bermasyarakat.
dikemukakan Glock dan Stark. Aspek iman sejajar dengan religious belief, aspek
Islam sejajar dengan religious practice, aspek ikhsan sejajar dengan religious feeling,
aspek ilmu sejajar dengan religious knowledge,aspek amal sejajar dengan religious
effect.
3. Fungsi Religiusitas
Fungsi Religiusitas bagi manusia erat kaitannya dengan fungsi agama (Dester
frustasi.
ketakutan.
sebagai pengintegrasian kekuatan doktrin yang dapat berupa dogma (ajaran agama)
dan reed (Syahadat atau Iman kepercayaan dan pengintegrasian kegiatan agama
atau ibadat melalui penggunaan ritual, kurban serta simbol. Dalam hal ini agama
Pasangan Muslim
Keyakinan, penghayatan, perlakuan, pengalaman dan pengetahuan yang baik dan tepat
mengenai agama diharapkan akan dapat menumbuhkan rasa sabar, tidak mementingkan
diri sendiri, pasrah dan tawakal pada kenyataan hidup hingga menimbulkan ketabahan
keyakinan, ideal-ideal, dan keimanan, manusia tidak dapat menjalani kehidupan dengan
baik atau mencapai sesuatu yang bermanfaat bagi kemanusiaan dan peradaban. Manusia
pemalas, tidak memiliki tujuan dan cita-cita hidup, serta tidak memiliki gairah untuk
tertentu. Salah satu yang utama adalah menjadi khalifah di bumi, hal ini sesuai dengan
firman Allah, Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di muka bumi (QS 2:30).
Khalifah adalah fungsi manusia yang mengemban amanat dari Tuhan (QS : 33:72).
Amanat ini adalah memberi pelayanan kepada sesama makhluk dengan cara menebarkan
kasih sayang (rahmatan lil alamin) serta melakukan amar ma ruf nahi munkar (
kekhalifahannya, manusia diharapkan berbuat segala sesuatu yang memberi manfaat bagi
Menurut ajaran Islam, hasil yang akan dicapai tergantung seberapa besar usaha
yang dilakukan orang tersebut. Firman Allah dalam surat An-Najm ayat 39: “Dan
manusia tidak akan mendapatkan sesuatu melainkan apa yang diusahakannya . Ayat ini
mendorong manusia untuk selalu berusaha semaksimal mungkin agar mencapai hasil
sebaik-baiknya, karena hanya dengan usaha yang keras suatu cita-cita akan diraih dan
keberhasilan akan dicapai sesuai dengan jerih payahnya. Firman Allah yang lain
(keberhasilan) yang dicapai oleh manusia adalah hasil kerja keras yang dilakukan dengan
susah payah. Hanya dengan perjuangan keras yang akan mampu membuat kemajuan
dalam berbagai bidang. Kesukaran tersebut merupakan cobaan dari Allah untuk menguji
lain berarti orang yang memiliki religiusitas tinggi, yang tercakup diantaranya keyakinan,
penghayatan, perlakuan, pengalaman dan pengetahuan yang baik dan tepat mengenai
agama diharapkan akan dapat menumbuhkan rasa sabar, tidak mementingkan diri sendiri,
pasrah dan tawakal pada kenyataan hidup hingga menimbulkan ketabahan dalam
kebutuhan, keinginan dan aspirasinya. Semakin tinggi pendidikan individu makin jelas
pula wawasannya, sehingga persepsi terhadap diri dan kehidupan perkawinannya menjadi
Hurlock (1953), secara umum menyatakan bahwa kepuasan perkawinan akan lebih
tinggi diantara orang-orang yang cenderung memiliki religiusitas yang tinggi daripada
orang-orang dengan religiusitas rendah. Hal ini terutama berlaku untuk perempuan.
religiusitas membuat pernikahan lebih memuaskan, namun tidak sepenuhnya benar untuk
laki-laki. Hal ini didukung Mahoney (dalam Bradburry, 2000), yang menyatakan adanya
perkawinan akan semakin dirasakan pasangan bilamana dalam rumah tangga terdapat
kehidupan beragama sehingga nilai-nilai moral atau etika kehidupan dapat muncul.
D. Hipotesis
Ada hubungan positif antara religiusitas dengan kepuasan perkawinan pada pasangan
muslim. Semakin tinggi tingkat religiusitas subyek penelitian maka semakin tinggi pula
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
1. Desain
Penelitian ini berguna untuk mengetahui hubungan antara dua variabel yaitu
Religiusitas dengan Kepuasan Perkawinan, dan disusun dengan berdasar pada ketentuan
yang ada dalam penelitian kuantitatif, dimana peneliti membaca dari hasil perhitungan
statistik yang diperoleh dari skala kedua variable. Penelitian ini adalah penelitian
korelasional yang bertujuan untuk menyelidiki kaitan antara variasi pada suatu variabel
dengan variasi pada satu atau lebih variabel lain, berdasar atas koefisien korelasi (Azwar,
1998)
2. Identifikasi Variabel
Variabel merupakan segala sesuatu yang dapat menjadi objek penelitian atau
B. Subjek Penelitian
Azwar (1998), subyek penelitian adalah sumber utama penelitian yaitu yang
memiliki data mengenai variabel-variabel yang akan diteliti dan yang akan dikenai
kesimpulan hasil penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah pasangan suami istri,
beragama Islam, dan memiliki tingkat pendidikan yang sama (S1), serta berdomisili di
Kodya Yogyakarta.
1. Definisi Operasional
a. Religiusitas
unsur-unsur agamanya. Tidak hanya membaca kitab suci namun juga meyakini dogma-
dogmanya, ataupun tidak hanya mengakui ajaran cinta kasih tetapi juga mengamalkannya
dogmatic dalam agamanya. Konkritisasi dimensi ideologi adalah keyakinan akan Allah,
para malaikat, para nabi/ rasul, Al Quran/ kitab-kitab Allah, surga, neraka, qadha dan
pengalaman keagamaan yang pernah dialami dan dirasakan, menyangkut akan perasaan
dekat dengan Allah, perasaan dicintai oleh Allah, perasaan doa-doanya sering terkabul,
perasaan tentram dan bahagia karena menuhankan Allah, perasaan bertawakal pada
Allah, tergetar hatinya mendengar ayat-ayat Allah, perasaan bersyukur pada Allah.
(The Intelectual Dimension) yaitu seberapa jauh seseorang mengetahui maupun
memahami tentang ajaran agamanya, terutama yang ada di dalam kitab suci, dimensi ini
menyangkut pengetahuan tentang isi Al-Quran, pokok ajaran yang diimani dan
dilaksanakan (rukun iman dan rukun Islam), hukum Islam, sejarah Islam.
dimotivasi oleh ajaran agamanya di dalam kehidupan sosial, dimensi ini meliputi perilaku
memaafkan, menjaga amanat, menjaga lingkungan, tidak mencuri, tidak berjudi, tidak
menipu, mematuhi norma-norma Islam , berjuang untuk hidup sukses menurut ukuran
Islam.
b. Kepuasan Perkawinan
yang baik, tidak memiliki pertentangan dalam batin yang dapat diperoleh karena
pernikahan seseorang digunakan aspek-aspek yang akan dievaluasi oleh seorang istri
tersebut adalah:
penghasilan
tangga
tangga, memiliki pandangan serta cita-cita hidup yang sama, persamaan dalam
yang baik (positif) terhadap diri pasangan, kepemilikan sikap ketulusan dalam
2. Jenis Skala
adalah dengan penyebaran skala/ kuesioner untuk diisi oleh subyek penelitian. Alat
pengumpul data yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua (2) buah
skala. Skala yang pertama adalah Skala Pengukuran Religiusitas, dan skala yang
Sebelum pengambilan data, dilakukan uji coba alat ukur terhadap subjek yang
memiliki ciri sama dengan subjek penelitian yang sesungguhnya. Tujuan uji coba
adalah guna meminimalisir kelemahan alat pengumpulan data. Hasil uji coba ini,
menunjukkan kualitas alat, dilihat dari pemahaman subjek terhadap susunan kalimat
Skala ini bertujuan untuk mengukur religiusitas, skala ini disusun berdasarkan
teori Glock dan Stark, tentang lima aspek religiusitas yang memiliki persamaan
Hidup di tahun 1987 tentang lima aspek di dalam pelaksanaan ajaran Islam. Pada
penelitian ini peneliti mereduksi aspek knowledge (pengetahuan) karena subyek yang
diteliti bukanlah orang-orang yang tidak secara khusus mempelajari tentang agama,
subyek penelitian adalah pasangan suami istri yang berpendidikan sarjana dan tidak
melihat latar belakang pendidikannya secara khusus. Semakin tinggi skor yang
diperoleh maka semakin baik religiusitas yang dimiliki oleh individu, namun
sebaliknya semakin rendah skor menunjukkan kualitas religiusitas yang juga rendah.
akan Allah, para malaikat, para nabi/ rasul, Al Quran/ kitab-kitab Allah, surga,
neraka, qadha dan qadhar (percaya pada hari akhir dan takdir Allah).
Allah.
Keempat dimensi tersebut pada intinya sama dimaksudkan untuk mengukur sikap
dan perilaku keagamaan seseorang. Distribusi aitem skala religiusitas dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1
Distribusi Aitem Religiusitas untuk Uji Coba
No. Nomor Aitem Jml.
Aspek Favorabel Unfavorabel
1 The Ideological Dimension 1,5,10,15,20,25 2,4,8,47,24,30 12
harus menjadi penilaian bagi suami istri tentang kepuasan perkawinan mereka. Apabila
pasangan suami istri tersebut mampu memenuhi aspek-aspek tersebut maka mereka akan
mencapai kepuasan perkawinan, ada delapan aspek yang dikemukakan Clayton, semakin
tinggi skor yang diperoleh maka kepuasan perkawinan semakin tinggi, sebaliknya
semakin rendah skor total yang diperoleh menunjukkan kepuasan perkawinan yang
rendah.
Clayton (1975), menyebutkan 8 aspek yang harus menjadi penilaian bagi suami
istri tentang kepuasan perkawinan. Apabila suami istri mampu memenuhi aspek-aspek
tersebut maka akan mencapai kepuasan perkawinan. Kedelapan aspek yang dikemukakan
Clayton adalah :
1. Kemampuan sosial suami istri (marriage sociability)
pasangannya.
Aspek ini meliputi sikap keterbukaan dan kebersamaan diantara suami istri,
pasangan.
Secara konkrit aspek ini meliputi kemampuan menjalin hubungan baik dengan
perilaku benar dan salah dalam rumah tangga, memiliki pandangan dan cita-
cita hidup yang sama, serta memiliki persamaan dalam mengatur aturan dalam
rumah tangganya.
Konkritisasi aspek ini meliputi, penilaian yang baik akan hubungan seksual
Tabel 2
No item non
dikator No item favorable Total
favorable item
I. Kemampuan sosial suami istri (marriage sociability)
• Dapat beradaptasi dengan lingkugan tempat tinggal
14
45
11
31
2
2
• Ikut serta dalam kegiatan-kegiatan sosial
• Kemamapuan untuk menerima dan menjalin hubungan baik dengan sahabat
16,53 56,59 4
pasangannya
• Kepemilikan sikap ketulusan dalam mengekspresikan kasih sayang pada 6,39 19,25 2
pasangan
VIII. Taktik interaksi (interaction tactics)
• Dapat menghargai pendapat pasangannya
12
33
18
43
2
2
• Kesediaan dalam membantu pasangan 21,38 54,60 4
• Kemampuan menyelesaikan konflik yang dihadapi
Total aitem 60
Kedua skala, Religiusitas dan Kepuasan Perkawinan disusun menggunakan skala
Likert. Aitem pada skala ini ditulis dalam bentuk yang bersifat favorable, yaitu aitem
yang isinya mendukung dan menunjukkan ciri adanya atribut yang diukur, dan aitem
yang bersifat unfavorable yaitu aitem yang isinya tidak mendukung dan tidak
menggambarkan ciri atribut yang diukur (Azwar,1999). Pada setiap aitem terdapat 5
alternatif pilihan jawaban yaitu (1) SS = Sangat Setuju, (2) S = Setuju, (3)R=Ragu-ragu,
(4) TS = Tidak Setuju, (5) STS = Sangat Tidak Setuju. Penilaian untuk aitem yang
favorable adalah 0 untuk jawaban STS, 1 untuk jawaban TS, 2 untuk jawaban R, dan 3
untuk jawaban S, dan 4 untuk jawaban SS. Sedangkan untuk aitem yang unfavorable, 0
untuk jawaban SS, 1 untuk jawaban S, 2 untuk jawaban R, 3 untuk jawaban TS,dan 4
a. Validitas
Validitas memiliki arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur
dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrumen alat ukur dikatakan
memiliki validitas tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau
kepuasan perkawinan adalah dengan validitas isi (content validity). Validitas isi
tujuan dan deskripsi masalah yang akan diteliti. Kesesuaian antara kedua hal tersebut
akan terwujud apabila penyusunan instrumen didasarkan pada blue print yang telah
dibuat terlebih dahulu. Blue print berisi aspek, indikator dan jumlah pertanyaan pada
tiap indikator. Setelah butir pertanyaan disusun, kemudian butir-butir pertanyaan akan
ditelaah oleh orang yang berkompeten dibidang ini, yang dikenal dengan profesional
judgement.
b. Seleksi Aitem
Sebelum skala digunakan dalam penelitian perlu dilakukan seleksi pada aitem-
aitem dalam skala. Aitem-aitem yang tidak memiliki syarat kualitas tidak boleh
diikutkan menjadi bagian tes. Hanya aitem yang memliki kualitas tinggi saja yang
boleh digunakan dalam tes, kualitas yang dimaksudkan adalah keselarasan atau
konsistensi antara aitem dengan tes secara keseluruhan atau yang disebut juga dengan
koeifisien korelasi aitem total ( r ix ) yang umum dikenal dengan sebutan indeks daya
beda aitem (Azwar,2001). Daya beda aitem adalah sejauh mana aitem mampu
membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan yang tidak
memiliki atribut yang diukur. Pada skala sikap, aitem yang berdaya beda tinggi adalah
aitem yang mampu membedakan sejauhmana subyek yang bersikap positif dan mana
batasan rix ≥ 0,30. Aitem-aitem yang mencapai koefisien korelasinya minimal 0,30
dianggap memiliki daya beda yang memuaskan (Azwar, 1999). Semakin tinggi
koefisien korelasi positif antara skor aitem dengan skor tes berarti makin tinggi
konsistensi antara aitem tersebut dengan tes keseluruhan yang berarti semakin tinggi
daya bedanya. Bila koefisien korelasinya rendah mendekati nol berarti fungsi aitem
tersebut tidak cocok dengan fungsi ukur tes dan daya bedanya tidak baik. Bila
korelasi berharga negatif, artinya terdapat cacat serius pada aitem yang bersangkutan
(Azwar,2001).
Berdasarkan hasil uji coba skala Kepuasan Perkawinan diperoleh aitem valid
sebanyak 43 aitem. Jadi terdapat 17 aitem yang gugur yaitu aitem no; 1, 14, 18, 19,
20, 21, 22, 24, 31, 34, 35, 40, 42, 49, 53, 54, 58. Koefisien aitem valid tersebut
berkisar antara 0,3107 sampai dengan 0,7204. Distribusi aitem skala Kepuasan
Tabel 3
Distribusi Aitem Kepuasan Perkawinan setelah Uji Coba
Aitem yang sudah diperoleh dari hasil uji coba, nantinya akan diacak kembali
dalam pembuatan skala penelitian. Berikut ini distribusi aitem yang akan
Dimension diperoleh aitem valid sebanyak 43 aitem, dengan demikian terdapat 5 aitem yang
gugur, yaitu aitem no 3, 10, 26, 31, 46. Koefisien aitem valid bergerak antara 0,3069 samapai
dengan 0,7766. Distribusi aitem skala Religiusitas setelah uji coba dapat dilihat tabel 5.
Tabel 5
Distribusi Aitem Religiusitas setelah Uji Coba
Aitem yang sudah diperoleh dari hasil uji coba, nantinya akan diacak kembali
dalam pembuatan skala penelitian. Berikut ini distribusi aitem yang akan
Tabel 6
Alat ukur dikatakan memiliki realibilitas tinggi jika skala tersebut mampu
memberikan hasil ukur yang terpercaya dan reliabel. Hasil pengukuran dapat
subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama selama aspek yang diukur dalam
diri subjek relatif tidak berubah (Azwar, 2001). Reliabilitas skala dalam penelitian ini
Pendekatan ini memiliki nilai praktis dan efisiensi tinggi karena hanya didasarkan
pada pengukuran satu kali dari sekelompok individu sebagai subjek atau single trial
1. Uji Asumsi
Uji asumsi ini dilakukan dengan menggunakan uji normalitas dan uji lineritas.
Uji normalitas dilakukan dengan One Sample Kolmogorov-Smirnov Test dari program
SPSS for windows versi 11.00. Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah
hubungan kedua variabel merupakan garis lurus atau tidak. Uji linearitas ini dilakukan
2. Uji Korelasi
Uji korelasi Product Moment dari Pearson. Uji hipotesis penelitian ini
dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS for windows versi 11.00.
E. Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan:
a. Mempersiapkan alat ukur. Alat ukur yang digunakan adalah skala untuk mengukur
b. Melakukan uji coba skala kepada subyek penelitian. Subyek penelitian harus sesuai
dengan kriteria subyek penelitian yaitu pasangan suami istri yang beragama Islam dan
2. Tahap Pelaksanaan
e. Membuat kesimpulan.
BAB IV
A. Hasil
1. Deskripsi Data
Data yang diperoleh dari skala kepuasan perkawinan dan skala religiusitas
digunakan sebagai dasar pengujian hipotesis. Skala kepuasan perkawinan terdiri dari 43
butir dan untuk setiap butirnya diberi skor minimal 0 dan maksimal 4, sehingga diperoleh
total skor minimal hipotetik adalah 0 x 43 = 0 dan total skor maksimal hipotetik adalah 4
x 43= 172. Jarak sebaran skor hipotetik adalah 172 – 0 = 172 dan standar deviasinya
bernilai 172 : 6 = 28,67. Rerata hipotetiknya adalah (0 + 172) : 2 = 86. Skala religiusitas
terdiri dari 43 butir dan untuk setiap butirnya diberi skor minimal 0 dan maksimal 4,
sehingga diperoleh total skor minimal hipotetik adalah 0 x 43 = 0 dan total skor maksimal
hipotetik adalah 4 x 43 = 172. Jarak sebaran skor hipotetik adalah 172 – 0 = 172 dan
standar deviasinya bernilai 172 : 6 = 28,67. Rerata hipotetiknya adalah (172 + 0) : 2 = 86.
Tabel 7
Deskripsi Data
N = 60
menunjukkan rata-rata skor yang berhasil dicapai subjek. Melalui mean empirik ini dapat
diketahui mean religiusitas dan kepuasan perkawinan subjek secara keseluruhan. Subjek
dalam penelitian ini memiliki mean religiusitas di atas mean hipotetik (102,9 > 86), dan
mean kepuasan perkawinan juga berada di atas mean hipotetik (113,33 > 86). Hal ini
menunjukkan bahwa rata-rata tingkat religiusitas dan tingkat kepuasan perkawinan subjek
2. Pengujian Hipotesis
statistik untuk menguji hipotesis penelitian. Semua data yang telah diperoleh, dilakukan
uji prasyarat yang meliputi uji normalitas sebaran dan uji linieritas hubungan.
a. Uji prasyarat
1) Uji normalitas
religiusitas memiliki sebaran normal dengan K-S = 0,409 dan p = 0,996 (p > 0,05). Skor
kepuasan perkawinan memiliki sebaran normal dengan K-S = 1,198 dan p = 0,113 (p >
0,05).
2) Uji linieritas
Hasil uji linieritas menunjukkan hubungan yang linier antara religiusitas dengan
kepuasan perkawinan dengan nilai F = 73,784 dan p = 0,000 (p < 0,05). Dari uji
normalitas dan uji linieritas menunjukkan bahwa syarat untuk melakukan uji analisis
Hasil uji korelasi Product Moment menunjukkan adanya hubungan positif yang
hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa ada hubungan positif antara religiusitas
B. Pembahasan
bahwa religiusitas memiliki hubungan positif yang sangat signifikan dengan kepuasan
perkawinan yang ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi (r) = 0,738 (p < 0,01). Hal
ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas maka kepuasan perkawinannya
semakin tinggi pula. Sebaliknya, jika semakin rendah religiusitas maka semakin rendah
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Jane (1999) yang menyatakan bahwa
komitmen terhadap agama dapat memberi struktur kehidupan keluarga yang sehat serta
memberikan kepuasan dalam perkawinan. Karena agama meletakkan dasar dan konsep
pada diri seseorang baik dalam menentukan sistem kepercayaan maupun dalam
Stinnet dan De Frain (dalam Hawari, 1996) mengemukakan bahwa syarat suatu
perkawinan agar bisa disebut bahagia dan sehat apabila terpenuhi enam kriteria, yaitu : 1)
komunikasi yang baik antar anggota keluarga, 4) sikap saling menghormati, 5) ada
masalah secara positif dan konstruktif. Selanjutnya Hawari (1996) mengatakan bahwa
religiusitas sebagai faktor utama mengandung nilai-nilai moral yang bersifat abadi,
dikaji lebih lanjut adalah suatu ikatan antara dua insan yang bersifat keagamaan daripada
suatu ikatan yang bersifat keduniawian. Pernikahan adalah suatu ibadah sehingga apapun
yang terjadi didalamnya juga merupakan suatu ibadah. Niat yang teguh dan perilaku yang
mengikuti niat tersebut akan mampu memberi kepuasan yang pada akhirnya membawa
perkawinan juga sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sanusi (1993) bahwa
pada pribadi yang matang dan religius merupakan faktor pendorong yang kuat untuk
berperilaku baik. Unsur ketentraman batin (inner security) yang dimiliki membuat
pasangan suami istri menjadi yakin akan pentingnya hidup ini. Apapun yang terjadi
adalah kehendak Allah SWT. Masing-masing pasangan akan percaya bahwa jalan hidup
apapun yang ditentukan Allah untuknya adalah yang terbaik, sehingga kebahagiaan dan
suami istri akan menjadikannya saling percaya satu sama lain. Kekhawatiran dan
Subjek dalam penelitian ini diketahui bahwa rata-rata memiliki tingkat religiusitas
yang baik. Hal ini menunandakan bahwa sikap dan pemahaman subjek tentang agama
yang dianutnya relatif baik. Subjek dalam penelitian ini rata-rata memiliki tingkat
kepuasan perkawinan yang baik (tinggi). Hal ini dapat disebabkan karena tingkat
pendidikan yang relatif tinggi yaitu sarjana dan masing-masing pasangan (suami istri)
memiliki tingkat pendidikan yang setara. Hal lain yang dapat dikatakan sebagai penyebab
penelitian yang dilakukan oleh Hidayah (2005) membuktikan bahwa usia perkawinan dan
Usia perkawinan memberi gambaran lamanya seseorang hidup sebagai suami istri.
Pasangan yang baru beberapa tahun menikah mengalami kepuasan perkawinan yang
relatif lebih tinggi. Faktor lain seperti, persepsi keadilan, usia perkawinan, masa
perkenalan atau pacaran dan sebagainya turut menentukan puas tidaknya suatu
perkawinan.
Hal lain yang mendukung tingginya kepuasan perkawinan ini berkaitan juga
dengan alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini. Skala yang digunakan untuk
mengukur kepuasan perkawinan ini masih memiliki kelemahan yaitu social desirability
yang tinggi, sehingga subjek penelitian berusaha untuk menunjukkan yang terbaik dari
dirinya.
rasa atau emosionalitas dan dorongan-dorongan yang timbul. Maka pasangan suami istri
tindakannya, apakah bertentangan dengan ajaran agama atau tidak. Pendapat tersebut
sangat mendukung hasil penelitian yang menyatakan ada hubungan yang signifikan
agama, atau cara beribadah merupakan salah satu faktor timbulnya kepuasan perkawinan.
Cole (1963) menjelaskan bahwa religiusitas mampu untuk meningkatkan rasa aman dan
mencegah panik pada individu. Religiusitas dapat memberi pemantapan pada waktu
Beberapa ahli sepakat bahwa religiusitas sangat potensial untuk mendorong dan
individual dan makro sosial ke arah yang baik dan benar. Religiusitas dapat memantapkan
PENUTUP
A. Kesimpulan
dapat ditarik kesimpulan ada hubungan positif antara religiusitas dengan kepuasan
perkawinan sehingga, dapat dikatakan semakin tinggi tingkat religiusitas maka semakin
tinggi pula tingkat kepuasan perkawinan dan semakin rendah tingkat religiusitas maka
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, beberapa saran dapat peneliti berikan sebagai berikut :
lebih ditingkatkan lagi, dan untuk meningkatkannya dapat dilakukan dengan jalan
banyak lagi peribadatan yang dapat dilakukan dengan lebih intensif, sehingga
Karena keterbatasan waktu, penelitian ini tidak dapat melakukan kajian empiris
subjek dari berbagai tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, serta usia
Ancok, Djamaludin (1994): Psikologi Islam; Solusi Islam Atas Problem-Problem Psikologi.
Yogyakarta; Pustaka Pelajar
Ardhianita, & Andayani, B (2005). Kepuasan Pernikahan ditinjau dari Berpacaran dan tidak
berpacaran. Jurnal Psikologi . UGM volume 32, no.2, 101-111
Azwar, A. 1992. Problem Pernikahan Pada Pernikahan Masa Kini dan Cara-cara
Penanggulangannya. Makalah Dalam Seminar Dampak Globalisasi Pada Institusi
Perkawinan. Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM
Basri, H (1995). Keluarga Sakinah, Tinjauan Psikologi dan Agama. Yogyakarta. Pustaka Pelajar
Bradburry,T.N, Finchan, & F.D, Beach, S.R.H (2000). Research on the Nature and Determinants
of Marital Satisfaction: A Decade in Review. Journal of Marriage and the Family 62:
964-980
Burgess, E.W & Locke, H.J. (1960). The Family from Institution to Companionship second
edition. New York : American Book Company
Clayton, R.R. 1975. The Family, Marriage And Social Change. Massachusetts : DC Health
Company.
Cole, L. 1963. Psychology of Adolescence. 5thed. New York : Holt Rinehart abd Winston.
Crapp, R.W. 1994. Dialog Psikologi dan Agama : Sejak William James hingga Bordor Allport.
Alih Bahasa : A.M. Hardjana. Yogyakarta : Kanisius.
Daradjat, Z. 1997. Pendidikan Agama Dalam Pembinaan Mental. Jakarta : Bulan Bintang.
Dister, NS. 1982. Pengalaman dan Motivasi Beragama Pengantar Psikologi Agama. Jakarta :
Lembaga Penunjang Nasional (LAPPENAS)
El Qardawawi, Syekh (1978), Halal dan Haram dalam Pandangan Islam. Surabaya-Jakarta. Pt.
Bina Ilmu
Gie, Liang (1996). Strategi Hidup Sukses. Yogyakarta: Penerbit Liberty
Goleman, Daniel (1999). Emotional Intelegence (terjemahan). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Gunarsa, Singgih D (1990) Psikologi untuk Keluarga. Jakarta: BPK. Gunung Mulia
Hawari, D. 1996. Al Qur an : dalam Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Dana
Bhakti prima Yasa.
Hurlock, E.B. 1997. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan.
Jakarta: Erlangga
Klemer, R. (1970). Marriage and the Family. New York: Harper and Row Publisher
Lailatushifah,F. 2003. Kesadaran Akan Kesetaraan Gender dan Kepuasan Perkawinan pada
Suami Istri Pekerja Ganda. Jurnal Ilmiah Psikologi volume 1, nomor 2, Agustus 2003.
Laswell, M & Laswell, T (1987). Marriage and the Family.second edition. California Publishing
Company.
Rahim Faqih, A. H. Munadir, Ir. (2004). Ensiklopedia Dakwah, TIM LPPAI UII
Sanusi. 1993. Kumpulan-kumpulan Nasihat Perkawinan dan Keluarga BP4. Apa Dan
Bagaimana Mengatasi Problema Keluarga. Jakarta : Pustaka Antara.
Sears, D.O., Fredman,J.L., & Peplau, L.A. (1999). Psikologi sosial. Edisi ke 5. Jakarta: Erlangga
Shepard,J.M & Voss, H.L (1978) Open Marriage. New York: Mac Millan Publishing Co.Inc.
Snyder, D.K.1979. Multidimentional Assesment of Marriage and the Family, November 813-823
Staub, E.1978. Positive Social Behavior and Morality: Social and personal influence. New York
Academic Press
Strong, B & Devault, C. (1989). The Marriage and Family Experience. New York: West
Publishing Company
Tallaut, R. 2004. Hubungan antara Religiusitas dengan Ketakutan terhadap Kematian pada
Guru Agama Katholik. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta. Universitas Sanata
Dharma
Uyun, Q.1998. Kompetensi Manusia Pada Milenium Ketiga. Jurnal Pemikiran Dan Penelitian
Psikologi Psikologika,6, (III), 45-54
Walgito, Bimo (1984). Bimbingan dan Konseling Perkawinan. Yogyakarta : Yayasan Penerbitan
Fakultas Psikologi UGM.
PETUNJUK :
Dibawah ini terdapat beberapa pernyataan. Pilihlah dan jawab yang paling sesuai dengan diri
anda yang sebenarnya dengan cara menyilang salah satu dari 5 alternatif jawaban .
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
R : Ragu-ragu
KS : Kurang Setuju
TS : Tidak Setuju
Pernyataan SS S R KS TS
Saya merasa tidak nyaman bila bersama dengan pasangan saya
1 karena saya merasa ada hal yang disembunyikan oleh pasangan
saya.
Penghasilan yang ada sekarang dapat memenuhi kebutuhan
2 keluarga kami dengan cukup.
Saya dan pasangan selalu menjaga kebersamaan dan saling terbuka
3 dalam berbagai hal.
Saya dan pasangan selalu menjaga kondisi saling mencintai sampai
4 kakek, nenek seperti ketika kami masih berpacaran.
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
R : Ragu-ragu
KS : Kurang Setuju
TS : Tidak Setuju
E. Pernyataan SS S R KS TS
1 Saya selalu ingat kepada Allah dalam setiap langkah hidup ini
2 Setiap ada kesulitan saya merasa Allah tidak membantu saya, dan mengabaikan
saya sebagai umatNya
3 Saya ragu akan adanya hari pembalasan nanti, karena setelah mati maka selesai
sudah tugas kita di dunia.
4 Saya sangat yakin, apabila setelah kehidupan dunia nanti ada kehidupan akherat
5 Saya merasa ragu akan kehidupan akherat.
6 Tugas yang utama manusia di dunia ini adalah selalauberibadah kepada Allah
SWT
7 Saya merasa tidak yakin, dan selalu menanyakan akan kebenaran ayat Al-Quran
8 Setelah berusaha, pada akhirnya nanti saya akan selalu berserah diri kepada
Allah SWT
9 Saya yakin pada hari akhirnya nanti akan ada hari pembalasan
10 Saya merasa doa saya banyak yang tidak didengarNa maupun dikabulkannya,
sehingga saya ragu akan sifat Allah Yang Maha Penyanyang
11 Setiap selesai sholat, saya selalu mendoakan kedua orangtua, karena merekalah
yang saya menjadi ada.
12 Saya kadang bangun kesiangan sehingga tidak sholat subuh
13 Setelah selesai mengerjakan sesuatu, selalu saya akhiri dengan membaca
Alhamdulilah
14 Saya kadang lupa berdoa setelah selesai sholat wajib
15 Saya rajin menjalankan puasa sunat, karena dapat membuat saya merasa selalu
dekat dengan Allah SWT
16 Saya tidak biasa melakukan ibadah puasa sunat, karena saya sering lupa
17 Tiap hari saya selalu menjalankan sholat wajib 5 waktu, karena sholat dapat
menentramkan hati saya
18 Jika terpaksa tidak menjalankan puasa di bulan Ramadhan, saya merasa tidak
perlu untuk menggantinya di bulan lain, karena toh tidak ada orang yang tahu.
19 Saya selalu menjalankan puasa wajib bulan Ramadan, karena saya itu adalah
suatu kewajiban kita sebagai umat muslim.
20 Saya belum pernah menjalankan sholat tahajjud, karena saya sering lupa dan
saya kurang memiliki waktu.
21 Setiap memulai mengerjakan sesuatu, saya awali dengan membaca Basmalah,
itu akan memberikan semangat baru bagi saya.
22 Saya merasa berat untuk berpuasa di bulan Ramadhan, karena hanya menyiksa
diri kita sendiri.
23 Saya tidak ragu mengucap salam ketika bertemu teman yang beragama Islam,
Karena akan membuat kita selalu dekat dengan sesame umat muslim
24 Saya tidak suka membicarakan kejelekan orang lain, karena hanya buang-buang
waktu saja
25 Tidak ada masalah bagi saya menolak untuk menjenguk orang yang sedang
sakit
26 Saya tidak mau menerima uang tidak halal walaupun banyak jumlahnya, karena
hanya akan membuat pikiran tidak tenang.
27 Bila musuh diberi cobaan hidup, saya merasa gembira dan tidak ada kewajiban
untulk menolongnya
28 Saya enggan menyingkirkan batu ditengah jalan yang bisa mencelakai orang,
karena saya tidak memiliki waktu untuk menmyingkirkanya
29 Saya selalu berupaya menolong orang yang kesusahan secara tulus, dan dengan
batas kemampuan saya
30 Saya merasa tidak perlu bersaedekah, karena semua ini adalah hasil kerja keras
saya.
31 Ajaran Islam selalu menjadi tuntunan dalam setiap kegiatan keluarga, karena
dengan menerapkan ajaran agama akan mempermudah bagi kita untuk
menentukan langkah kita berikutnya.
32 Saya sering berkata kasar pada orangtua, bahkan menyakitinya,
33 Ketika pikiran kacau saya menjadi lebih tenang dengan membaca ayat-ayat suci
Al Quran
34 Saya tidak berminat untuk melaksanakan perintah agama, karena hanya akan
mengekang segala usaha saya.
35 Saya merasa tenang ketika mendengar ayat-ayat Allah dibacakan, karena akan
selalu mengingkatkan saya akan kebesaran Allah
36 Saya merasa acuh tak acuh dengan larangan agama, karena saya tidak ada
waktu memikirkannya
37 Ketika saya mendengar ceramah tentang kenikmatan di surga, saya ingin
berbuat yang lebih baik dan mengabdi pada Allah semata.
38 Perbuatan buruk yang pernah saya lakukan tidak pernah saya pikirkan, karena
hanya akan membuat pikiran berat.
39 Saya merasa Allah selalu menolong hidup saya, dan selalu mendampingi saya
dalam setiap kesulitan maupun kesenangan
40 Saya tidak yakin Allah akan membalas perbuatan baik saya
41 Pada waktu sholat saya merasa sangat kecil dihadapan Allah SWT
42 Ketika sedang marah, hati saya merasa lebih tenang setelah berwudhu
43 Saya merasa tidak butuh dekat dengan Allah SWT, karena saya merasa doa
sayapun tidak pernah dikabulkan.