Anda di halaman 1dari 15

KEPERAWATAN HIV - AIDS

“KRITERIA DIAGNOSA HIV DAN AIDS : CD4”

Disusun Oleh :

Kelompok 7

1. Dewa Ayu Neli Elvania (19320009)


2. Eka Sri Surani (19320011)
3. Raihan Saputra (19320025)

Dosen Pengampu : Usastiawaty CASI S.Kep.Ns.,M.Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG TAHUN 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum wr.,wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT.,Tuhan Semesta alam Atas izin dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Kriteria Diagnosa Hiv
Dan Aids : CD4” tepat pada waktunya .
Serta tak lupa kami haturkan shalawat serta salam kepada junjungan nabi besar kami
Muhammad SAW, semoga syafaatnya mengalir pada kita di hari kelak amin. Adapun
makalah bertema keselamatan pasien ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah kami
yaitu “Keperawatan HIV-AIDS” kami berharap semoga apa yang kami tulis ini bermanfaat
untuk pembaca.
Kami selaku penulis dengan kerendahan hati,menyadari bahwa makalah ini masih
banyak kekurangan oleh karena itu apabila ada ketiksesuaian kalimat dan terdapat kesalahan
kata dalam makalah ini kami meminta maaf yang sebesar besarnya, meskipun demikian ,
penulis terbuka pada kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini
Terimakasih.,
Wassalamualaikum wr.,wb.
Bandar Lampung, 17 Maret 2021

Penulis,

2
DAFTAR ISI

COVER...............................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang....................................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi...............................................................................................................6
2.2 Faktor Resiko HIV - AIDS................................................................................7
2.3 Penyebab HIV - AIDS.......................................................................................8
2.4 Gejala HIV - AIDS.............................................................................................9
2.5 Diagnosis HIV - AIDS.......................................................................................10
2.6 Pengobatan HIV - AIDS....................................................................................11
2.7 Pencegahan HIV - AIDS....................................................................................11
2.8 CD4 Dan Kaitannya Dengan HIV - AIDS.........................................................12
2.9 Pentingnya Tes CD4 Bagi Pasien HIV..............................................................12
2.10 Terapi Antiretroviral Untuk Pasien Dengan HIV Dan Pentingnya Tes HIV.....12
2.11 ARV Mencegah AIDS Pada Orang Dengan HIV..............................................13

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan........................................................................................................14
3.2 Saran...................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................15

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Acquired Immunodeficiency Syndrom (AIDS) dapat diartikan sebagai kumpulan


gejala yang timbul akibat penurunan sistem kekebalan tubuh dikarenakan oleh Humam
Immunodeficiency Virus (HIV) (Murtiastutik D,2007). Virus ini merupakan kelompok
retrovirus yang memiliki enzim transkriptase untuk mengkodekan RNA yang dimiliki
menjadi DNA rantai ganda sehingga terintregasi pada host (Duarsa,2009). Kasus AIDS
pertama kali di kenal pada tahun 1981, dimana majalah The Morbidity and Mortality
weekly Report memuat berita lima kasus pneumonia pneumocystis cranii (PCP) pada
homoseksual di california. United National Programme on HIV/AIDS (UNAIDS)
menyebutkan bahwa penderita HIV/AIDS di Sahana Afrika sebanyak 22.9 juta dua
pertiga kasus didunia. Indonesia termasuk sebagai negara dengan tingkat endemi
terkonsentrasi (concentrated level epidemic), dimana prevalensi AIDS mencapai 5%
terjadi pada subpopulasi tertentu, misalnya PSK, kelompok peyalahgunaan NAPZA, dan
anak-anak jalanan. Pada tahun 2010 angka kematian mencapai 1,2 juta orang. Prevalensi
di Amerika Serikat pada tahun 2009 tertinggi pada kelompok usia 20-24 tahun sebesar
36,9 dari 100.000 penduduk (Yusri dkk,2012).

Pemeriksaan jumlah limfosit T cluster of differentiation 4 (CD4) secara umum


digunakan sebagai penanda derajat defisiensi imun sedangkan viral load ribonucleic acid
Human Immunodeficiency Virus (RNA HIV) sebagai penanda aktivitas infeksi HIV
(Lima et al., 2009). Peningkatan viral load akan menyebabkan virus menyebar ke seluruh
tubuh sehingga memungkinkan virus untuk menginfeksi limfosit T CD4 dan makrofag di
jaringan limfoid perifer. Limfosit T CD4 yang terinfeksi akan mengalami destruksi akibat
efek sitopatik virus sehingga jumlah limfosit T CD4 yang beredar di sirkulasi akan
menurun, berbeda dengan makrofag yang lebih tahan terhadap efek sitopatik yang
ditimbulkan oleh virus. Makrofag memiliki faktor restriksi seperti tetherin yang dapat
menghalangi pelepasan progenitor virus dari sel yang terinfeksi (Kresno, 2010; Kumar &
Herbein, 2014).

Panduan internasional secara konsisten menggabungkan pemeriksaan viral load RNA


HIV bersama dengan jumlah limfosit T CD4 di negara maju untuk membuat keputusan
dalam memulai pemberian terapi antiretroviral (ARV) pada pasien terinfeksi HIV (EACS,
2003; Ingole et al., 2011). Departemen Kesehatan Amerika Serikat merekomendasikan
pemberian terapi ARV dimulai jika viral load RNA HIV >10.000 kopi/mL atau jika
jumlah limfosit T CD4 30.000 kopi/mL atau jika jumlah limfosit T CD4 <350 sel/mm3
dan terapi ARV ditunda jika viral load RNA HIV <5.000 kopi/mL (mylonakis et al.,
2001). Hal ini menjadi praktek standar di negara maju, namun pemeriksaan viral load

4
RNA HIV tidak direkomendasikan di negara berkembang karena maslaah biaya dan
kendala teknis (ingole et al., 2011).
1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah diatas. Masalah-masalah yang dapat muncul


dirumuskan sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan definisi HIV – AIDS, CD4
2. Mendeskripsikan Faktor Resiko HIV - AIDS
3. Mendeskripsikan Penyebab HIV - AIDS
4. Mendeskripsikan Gejala HIV - AIDS
5. Mendeskripsikan Diagnosis HIV - AIDS
6. Mendeskripsikan Pengobatan HIV - AIDS
7. Mendeskripsikan Pencegahan HIV - AIDS
8. Mendeskripsikan CD4 Dan Kaitannya Dengan HIV - AIDS
9. Mendeskripsikan Pentingnya Tes CD4 Bagi Pasien HIV
10. Mendeskripsikan Terapi Antiretroviral Untuk Pasien Dengan HIV Dan Pentingnya
Tes HIV
11. Mendeskripsikan ARV Mencegah AIDS Pada Orang Dengan HIV

1.3 TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisannya yaitu sebagai berikut :


1. Agar mahasiswa/i mengetahui apa itu definisi HIV – AIDS, CD4
2. Agar mahasiswa/i mengetahui Faktor Resiko HIV - AIDS
3. Agar mahasiswa/i mengetahui Penyebab HIV - AIDS
4. Agar mahasiswa/i mengetahui Gejala HIV - AIDS
5. Agar mahasiswa/i mengetahui Diagnosis HIV - AIDS
6. Agar mahasiswa/i mengetahui Pengobatan HIV - AIDS
7. Agar mahasiswa/i mengetahui Pencegahan HIV - AIDS
8. Agar mahasiswa/i mengetahui CD4 Dan Kaitannya Dengan HIV - AIDS
9. Agar mahasiswa/i mengetahui Pentingnya Tes CD4 Bagi Pasien HIV
10. Agar mahasiswa/i mengetahui Terapi Antiretroviral Untuk Pasien Dengan HIV Dan
Pentingnya Tes HIV
11. Agar mahasiswa/i mengetahui ARV Mencegah AIDS Pada Orang Dengan HIV

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI
Penyakit HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah penyakit yang disebabkan
oleh virus HIV dan menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. HIV atau Human
Immunodeficiency Virus adalah sejenis virus yang menyerang/menginfeksi sel darah
putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia. HIV (Human
Immunodeficiency Virus) merupakan pathogen yang menyerang sistem imun manusia,
terutama semua sel yang memiliki penenda CD 4+ dipermukaannya seperti makrofag
dan limfosit T. AIDS (acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan suatu kondisi
immunosupresif yang berkaitan erat dengan berbagai infeksi oportunistik, neoplasma
sekunder, serta manifestasi neurologic tertentu akibat infeksi HIV (Kapita Selekta,
2014).
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah sindrom atau kumpulan
gejala yang timbul karena sangat turunnya kekebalan tubuh penderita HIV dan
merupakan stadium akhir dari HIV. AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome)
adalah sekumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan
tubuh akibat infeksi oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang termasuk
famili retroviridae.AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV.(Sudoyo
Aru.dkk,2009). AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome. Acquired berarti
didapat, bukan keturunan. Immuno terkait dengan sistem kekebalan tubuh kita.
Deficiency berarti kekurangan. Syndrome atau sindrom berarti penyakit dengan
kumpulan gejala, bukan gejala tertentu. Jadi AIDS berarti kumpulan gejala akibat
kekurangan atau kelemahan sistem kekebalan tubuh yang dibentuk setelah kita lahir.
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) atau kumpulan berbagai gejala penyakit
akibat turunnya kekebalan tubuh individu akibat HIV (Hasdianah dkk, 2014).

CD4 adalah sel bagian dari sistem imun yang berperan vital untuk menghadang
infeksi. CD4 atau disebut juga dengan sel T pembantu berkaitan erat dengan HIV karena
virus ini menyerang sel-sel CD4. Pada orang dengan HIV, CD4 dapat dijaga levelnya
dengan konsumsi ARV dan gaya hidup sehat. CD4 adalah salah satu jenis sel darah putih
yang berperan penting dalam sistem imun. CD4 sering juga disebut dengan sel T
pembantu dan masuk ke dalam jenis sel limfosit T atau sel T. Sel ini disebut dengan
“CD4” karena memiliki penanda pada permukaannya yang disebut klaster diferensiasi
(CD), yang berguna untuk mengidentifikasi jenis sel spesifik. Sel CD4 membantu
mengidentifikasi dan menghancurkan patogen penyebab infeksi, termasuk bakteri, jamur,
dan virus. Selain itu, CD4 juga akan memberi sinyal pada sel-sel imun lain terkait adanya
bahaya dari patogen yang masuk ke tubuh. Sel-sel CD4 dibuat di dalam kelenjar timus.
Kemudian, sel ini akan beredar di dalam darah dan sistem limfatik di sekujur
tubuh.Karena menjadi bagian penting dari sistem imun, jumlah sel CD4 menunjukkan
ketahanan sistem kekebalan tubuh. Sistem imun yang sehat biasanya memiliki jumlah
CD4 mulai dari 500 hingga 1.600 sel per milimeter kubik darah (sel / mm3).

6
2.2 FAKTOR RISIKO HIV - AIDS

HIV dan AIDS adalah penyakit yang bisa ditularkan melalui kontak dengan luka,
dara, air mani, dan cairan vagina dari orang yang terinfeksi virus tersebut. Sebagai
contoh ketika Anda berhubungan seks tanpa kondom, baik lewat vagina, anal, atau oral
dengan orang yang memiliki. Anda berisiko tertular virus ini tanpa sadar. Ini karena
adanya pertukaran cairan tubuh antara orang yang terinfeksi dengan orang yang sehat.
Kondisi ini akan meningkat risikonya jika di organ seksual Anda terdapat luka terbuka.
Biasanya perempuan remaja sangat rentan terhadap infeksi HIV karena selaput vagina
mereka lebih tipis dan lebih rentan luka infeksi dibandingkan wanita dewasa.

Kelompok orang yang lebih berisiko terinfeksi, antara lain:

a. Orang yang melakukan hubungan intim tanpa kondom, baik hubungan


sesama jenis maupun heteroseksual.
b. Orang yang sering membuat tato atau melakukan tindik.
c. Orang yang terkena infeksi penyakit seksual lain.
d. Pengguna narkotika suntik.
e. Orang yang berhubungan intim dengan pengguna narkotika suntik.

Selain kontak seksual, ada berbagai hal lain yang menyebabkan seseorang terkena
penyakit yang melemahkan sistem imun ini, yaitu:

a. Berbagi jarum suntik dan peralatan obat suntik lainnya dengan orang yang
terkontaminasi dengan Human Immunodeficiency Virus.
b. Menggunakan peralatan tato dan body piercing (termasuk tinta) yang tidak
disterilkan dan pernah dipakai oleh orang dengan kondisi ini.
c. Ibu hamil yang memiliki kondisi Human Immunodeficiency Viruskepada
bayinya (sebelum atau selama kelahiran) dan saat menyusui.
d. Memiliki penyakit menular seksual (PMS) lainnya seperti klamidia atau
gonore karena virus HIV akan sangat mudah masuk saat sistem kekebalan
tubuh lemah.
e. Adanya kontak dengan darah, air mani, atau cairan vagina dari orang yang
memiliki infeksi HIV pada luka terbuka yang Anda miliki.

Penularan virus HIV melalui kontak sehari-hari seperti :

a. Bersentuhan
b. Berjabat tangan
c. Berpelukan
d. Batuk dan bersin
e. Mendonorkan darah ke orang yang terinfeksi
f. Menggunakan kolam renang atau dudukan toilet yang sama
g. Berbagi sprei
h. Berbagi peralatan makan atau makanan yang sama
i. Dari hewan, nyamuk, atau serangga lainnya

7
2.3 PENYEBAB HIV – AIDS
Di negara Indonesia, penyebaran dan penularan HIV paling banyak disebabkan
melalui hubungan intim yang tidak aman dan bergantian menggunakan jarum suntik
yang tidak steril saat memakai narkoba. Seseorang yang terinfeksi HIV dapat
menularkannya kepada orang lain, bahkan sejak beberapa minggu sejak tertular. Semua
orang berisiko terinfeksi HIV.
AIDS disebabkan oleh virus HIV (human immunodeficiency virus). Virus tersebut
akan masuk ke dalam tubuh dan menghancurkan sel CD4. Sel tersebut merupakan bagian
dari sel darah putih yang melawan infeksi. Apaila sel CD4 dalam tubuh semakin sedikit,
maka kian lemah pula sistem kekebalan tubuh seseorang. HIV/AIDS biasanya
disebabkan penularan virus yang terjadi saat transfusi darah, sperma, atau cairan vagina
dari seseorang yang terinfeksi masuk ke dalam tubuh orang lain. 
Berikut adalah penyebab penyakit HIV/AIDS :
a. Lewat Berhubungan Seks
Penyebaran virus HIV dapat terjadi melalui hubungan seks baik melalui vagina
maupun dubur (anal). HIV juga dapat ditularkan melalui seks oral. Penularan lewat
seks oral hanya bisa terjadi apabila terdapat luka terbuka di mulut penderita,
misalnya seperti gusi berdarah atau sariawan.

b. Jarum suntik
Berbagi penggunaan jarum suntik merupakan salah satu cara yang dapat membuat
seseorang tertular HIV. Misalnya menggunakan jarum suntik massal saat membuat
tato, atau saat menggunakan narkoba jenis suntik.

c. Transfusi darah
HIV dapat ditularkan saat seseorang menerima donor darah dari pengidap HIV.
Penyakit mematikan ini juga bisa menular dari ibu hamil ke janin yang
dikandungnya. Selain itu, penularan virus HIV pada anak bisa pula terjadi saat
proses melahirkan, atau melalui air susu ibu ketika menyusui.

8
2.4 GEJALA HIV - AIDS

Tahap Pertama:

a. Pengidap akan mengalami nyeri mirip, seperti flu, beberapa minggu setelah
terinfeksi, selama satu hingga dua bulan.
b. Dapat tidak menimbulkan gejala apapun selama beberapa tahun.
c. Dapat timbul demam, nyeri tenggorokan, ruam, pembengkakan kelenjar getah
bening, diare, kelelahan, nyeri otot, dan sendi.

Tahap Kedua:

a. Umumnya, tidak menimbulkan gejala lebih lanjut selama bertahun-tahun.


b. Virus terus menyebar dan merusak sistem kekebalan tubuh.
c. Penularan infeksi sudah bisa dilakukan pengidap kepada orang lain.
d. Berlangsung hingga 10 tahun atau lebih.

Tahap Ketiga:

a. Daya tahan pengidap rentan, sehingga mudah sakit, dan akan berlanjut menjadi
AIDS.
b. Demam terus-menerus lebih dari sepuluh hari.
c. Merasa lelah setiap saat.
d. Sulit bernapas.
e. Diare yang berat dan dalam jangka waktu yang lama.
f. Terjadi infeksi jamur pada tenggorokan, mulut, dan vagina.
g. Timbul bintik ungu pada kulit yang tidak akan hilang.
h. Hilang nafsu makan, sehingga berat badan turun drastis.

9
2.5 DIAGNOSIS HIV – AIDS

Tes HIV harus dilakukan untuk memastikan seseorang mengidap HIV atau tidak.
Pemeriksaan yang dilakukan sebagai langkah diagnosis adalah dengan mengambil sampel
darah atau urine pengidap untuk diteliti di laboratorium. Jenis pemeriksaan untuk
mendeteksi HIV, antara lain:

a. Tes antibodi.

Tes ini bertujuan mendeteksi antibodi yang dihasilkan tubuh untuk melawan
infeksi HIV. Meski akurat, perlu waktu 3-12 minggu agar jumlah antibodi dalam
tubuh cukup tinggi untuk terdeteksi saat pemeriksaan.

b. Tes antigen.

Tes antigen bertujuan mendeteksi protein yang menjadi bagian dari virus HIV,
yaitu p24. Tes antigen tersebut dapat dilakukan 2-6 minggu setelah pengidap
yang dicurigai terinfeksi HIV.

Jika skrining menunjukkan pengidap terinfeksi HIV (HIV positif), pengidap perlu
menjalani tes selanjutnya, untuk memastikan hasil skrining, membantu dokter mengetahui
tahap infeksi yang diderita, serta menentukan metode pengobatan yang tepat. Tes ini
dilakukan dengan mengambil sampel darah pengidap, untuk selanjutnya diteliti di
laboratorium. Tes tersebut, antara lain:

a. Hitung sel CD4.

CD4 adalah bagian dari sel darah putih yang dihancurkan oleh HIV. Jumlah CD4
normal berada dalam rentang 500–1400 sel per milimeter kubik darah. AIDS
terjadi jika hasil hitung sel CD4 di bawah 200 sel per milimeter kubik darah.

b. Pemeriksaan viral load (HIV RNA).

Bertujuan untuk menghitung RNA, bagian dari virus HIV yang berfungsi
menggandakan diri. Jumlah RNA yang lebih dari 100.000 kopi per mililiter
darah, menandakan infeksi HIV baru saja terjadi atau tidak tertangani. Sedangkan
jumlah RNA yang berada di bawah 10.000 kopi per mililiter darah, menunjukan
perkembangan virus yang tidak terlalu cepat, tetapi kerusakan pada sistem
kekebalan tubuh tetap terjadi.

c. Tes resitensi (kekebalan)

Dilakukan untuk menentukan obat anti HIV jenis apa yang tepat bagi pengidap.
Hal ini dikarenakan beberapa pengidap memiliki resistensi terhadap obat tertentu.

10
2.6 PENGOBATAN HIV - AIDS

Meskipun sampai saat ini belum ada obat untuk menyembuhkan HIV, tetapi ada
jenis obat yang dapat memperlambat perkembangan virus. Jenis obat ini disebut
antiretroviral (ARV). ARV bekerja dengan menghilangkan unsur yang dibutuhkan virus
HIV untuk menggandakan diri dan mencegah virus HIV menghancurkan sel CD4. Jenis
obat ARV memiliki berbagai varian, antara lain Etravirine, Efavirenz, Lamivudin,
Zidovudin, dan juga Nevirapine.

Selama mengonsumsi obat antiretroviral, dokter akan memonitor jumlah virus dan
sel CD4 untuk menilai respons pengidap terhadap pengobatan. Hitung sel CD4 akan
dilakukan tiap 3–6 bulan. Sedangkan pemeriksaan HIV RNA, dilakukan sejak awal
pengobatan, lalu dilanjutkan tiap 3–4 bulan selama masa pengobatan.

Agar perkembangan virus dapat dikendalikan, pengidap harus segera mengonsumsi


ARV begitu didiagnosis mengidap HIV. Risiko pengidap HIV untuk terserang AIDS
akan semakin besar jika pengobatan ditunda, karena virus akan semakin merusak sistem
kekebalan tubuh. Selain itu, penting bagi pengidap untuk mengonsumsi ARV sesuai
petunjuk dokter. Konsumsi obat yang terlewat hanya akan membuat virus HIV
berkembang lebih cepat dan memperburuk kondisi pengidap.

Segera minum obat jika jadwal konsumsi obat pengidap dan tetap ikuti jadwal
berikutnya. Namun jika dosis yang terlewat cukup banyak, segera bicarakan dengan
dokter. Kondisi pengidap juga memengaruhi resep atau dosis yang sesuai. Dokter juga
dapat menggantinya sesuai dengan kondisi pengidap. Selain itu, pengidap juga boleh
untuk mengonsumsi lebih dari 1 obat ARV dalam sehari.

2.7 PENCEGAHAN HIV - AIDS

Terdapat berbagai upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah penularan HIV dan
AIDS, antara lain:

 Gunakan kondom yang baru setiap berhubungan intim, baik hubungan intim
vaginal maupun anal.
 Hindari berhubungan intim dengan lebih dari satu pasangan.
 Bersikap jujur kepada pasangan jika mengidap positif HIV, agar pasangan juga
menjalani tes HIV.
 Diskusikan dengan dokter jika didiagnosis positif HIV saat hamil, mengenai
penanganan selanjutnya, dan perencanaan persalinan, untuk mencegah penularan
dari ibu ke janin.
 Bersunat untuk mengurangi risiko infeksi HIV.
 Jika menduga baru saja terinfeksi atau tertular virus HIV, seperti setelah
melakukan hubungan intim dengan pengidap HIV, maka harus segera ke dokter.
Agar bisa mendapatkan obat post-exposure prophylaxis (PEP) yang dikonsumsi
selama 28 hari dan terdiri dari 3 obat antiretroviral.

11
2.8 CD4 DAN KAITANNYA DENGAN HIV - AIDS

CD4 memiliki kaitan yang erat dengan infeksi HIV atau Human Immunodeficiency
Virus. HIV masuk ke tubuh dan mengejar CD4, dengan berikatan pada permukaan sel-
sel CD4 dan memasuki sel imun ini. Setelahnya, HIV dapat membunuh sel CD4 dan
bereplikasi.Apabila infeksi HIV tidak ditangani dengan segera, virus penyebab AIDS
tersebut akan terus bereplikasi di dalam tubuh. Replikasi virus akan meningkatkan
jumlah virus (viral load) sembari juga terjadinya penurunan sel-sel CD4.Proses
peningkatan jumlah virus dan penurunan CD4 dapat berlangsung beberapa tahun.
Selanjutnya, jika pasien tidak kunjung mendapatkan penanganan medis, jumlah CD4
akan semakin sedikit dan membuat pasien HIV memasuki fase AIDS (Acquired Immune
Deficiency Syndrome).Pasien dengan HIV biasanya akan didiagnosis AIDS apabila hasil
pemeriksaan memberikan hasil CD4 di bawah 200 sel/mm3. Di fase ini, sistem imun
pasien sangat lemah yang ditunjukkan dengan serangkaian gejala.

2.9 PENTINGNYA TES CD4 BAGI PASIEN HIV

Sesuai namanya, tes CD4 adalah pemeriksaan medis yang memonitor jumlah CD4 di
dalam tubuh. Tes ini dilakukan pada pasien HIV secara berkala, seperti sekali dalam tiga
bulan atau sekali dalam enam bulan.Penting untuk diingat bahwa tes CD4 memberikan
hasil yang spesifik, sesuai dengan kondisi imun pasien saat dilakukan pemeriksaan.
Artinya, pasien tidak bisa melihat hasil dari satu tes CD4 saja. Tes harus dilakukan
secara berkala untuk melihat kecenderungan pasien yang terinfeksi HIV.Hasil tes CD4
juga dapat dipengaruhi oleh beragam faktor, termasuk pelaksanaan jam tes, penyakit lain,
hingga vaksinasi. Pasien mungkin akan melihat fluktuasi dalam hasil tes CD4 mereka.
Apabila jumlahnya tak rendah, fluktuasi tersebut cenderung tidak perlu dikhawatirkan
oleh pasien.Tes CD4 biasanya dijalankan bersamaan dengan tes viral load. Seperti yang
disinggung di atas, tes viral load akan menghitung kadar virus di dalam tubuh orang
yang terinfeksi HIV. Secara spesifik, tes ini akan menghitung partikel virus untuk setiap
mililiter darah. Tes viral load berguna untuk mengetahui seberapa laju pertumbuhan
virus di tubuh pasien serta mengontrol efektivitas pengobatan antiretroviral.

2.10 TERAPI ANTIRETROVIRAL UNTUK PASIEN DENGAN HIV DAN


PENTINGNYA TES HIV

Pada pembahasan di atas juga telah disebutkan, CD4 pasien HIV dapat turun jika
tidak ditangani dengan segera, di samping juga terjadinya peningkatan HIV di tubuh.
Beruntung, pengobatan medis saat ini semakin maju dengan adanya obat pengendali
HIV.Jenis obat-obatan yang dikonsumsi untuk mengendalikan HIV di tubuh pasien
disebut dengan antiretroviral atau ARV. Terapi ARV akan mengombinasikan beberapa
obat demi mencegah penyebaran virus dengan menyerang protein dan mekanisme virus

12
untuk bereplikasi. Namun, penting untuk diingat bahwa ARV tidak menyembuhkan
infeksi HIV.

2.11 ARV MENCEGAH AIDS PADA ORANG DENGAN HIV

Pasien akan mengonsumsi obat ARV seumur hidup mereka. Jika rutin dan
mematuhi ketentuan konsumsi obat, jumlah virus dapat semakin turun dan kadar CD4
dapat terjaga di rentang yang sehat. ARV dapat menurunkan virus hingga hasil viral
load menyebutkan “tidak terdeteksi” atau “undetectable”.Hasil tes viral load yang tidak
terdeteksi menunjukkan bahwa HIV di dalam tubuh pasien terkontrol dengan baik.
Pasien dengan HIV tidak terdeteksi juga berisiko sangat kecil untuk menularkan virus
ini ke orang lain.Dengan adanya terapi ARV dikombinasikan dengan hidup sehat,
pasien yang terinfeksi HIV tetap dapat hidup normal seperti orang lain.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN

14
DAFTAR PUSTAKA

https://www.halodoc.com/kesehatan/hiv-dan-aids

http://www.rssatyanegara.com/aritkel_news/penyebab-faktor-resiko-hiv-dan-aids/

https://www.bola.com/ragam/read/4104193/jarang-disadari-ini-20-gejala-hiv-aids-beserta-
penyebabnya

https://www.alodokter.com/hiv-aids/diagnosis#:~:text=Pada%20kondisi%20normal%2C
%20jumlah%20CD4,sel%20per%20milimeter%20kubik%20darah.

https://www.sehatq.com/artikel/cd4-adalah-komponen-imun-yang-vital-dan-apa-
kaitannya-dengan-hiv

http://repository.unimus.ac.id/1186/1/BAB%201.pdf

http://scholar.unand.ac.id/18571/2/BAB%201%20watermark.pdf

15

Anda mungkin juga menyukai