DOSEN PEMBIMBING :
DISUSUN OLEH :
( NIM 21.200.0118 )
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
karunianya kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan selesai tepat pada
waktunya. Makalah ini berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan HIV/
AIDS”.
Kami selaku penulis tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Agustina Lestari, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Dosen mata kuliah Keperawatan HIV/
AIDS. Tidak lupa bagi pihak-pihak lain yang telah mendukung penulisan makalah
ini kami juga mengucapkan terima kasih.
Terakhir, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Maka dari itu kami membutuhkan kritik dan saran yang dapat membangun
kemampuan kami, agar kedepannya bisa menulis makalah dengan lebih baik lagi.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca, dan bagi kami khususnya
sebagai penulis.
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………………………….. i
Daftar Isi……………………………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
1. Tujuan Umum…………………………………………………... 1
2.Tujuan Khusus………………………………………………........ 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian …………………………………………………………………….... 2
B. Etiologi……………………………………………………………… 3
C. Patofisiologi………………………………………………………… 3
D. Klasifikasi…………………………………………………………… 4
E. Tanda Dan Gejala………………………………………………….. 5
F. Komplikasi…………………………………………………… 7
G. Penatalaksanaan……………………………………………………. 8
H. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan………………………………. 10
I. Diagnosa Keperawatan………………………................................... 17
iii
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………….. 32
B. Saran……………………………………………………………… 3
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) menyebabkan penyakit
AIDS (Acquired immunodeficiency Syndrom), yaitu penyakit yang tidak dapat
disembuhkan dan akan berakhir dengan kematian. Banyak orang dengan HIV
positif tidak menyadari bahwa mereka membawa virus tersebut dan akan
menyebarkannya tanpa disadari lewat kontak dengan darah serta cairan tubuh.
Para pekerja kesehatan yang bekerja dirumah sakit menghadapi resiko untuk
terinfeksi, Perawat yang merasa stres dan menanggung beban mental yang
terlalu berat dapat mengalami distres fisik serta mental dalam bentuk keluhan
mudah lelah, sakit kepala, perubahan pola makan serta tidur, perasaan tidak
berdaya, mudah tersinggung, apatis, negativitas dan amarah.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dengan tersusunnya makalah ini diharapkan mahasiswa/i mengetahui dan
memahami tentang Tindakan Keperawatan pada Penderita HIV / AIDS.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa/i dapat mengetahui Tindakan Keperawatan pada Penderita
HIV / AIDS.
b. Mahasiswa/i dapat mengetahui standar Asuhan Keperawatan pada
penderita HIV / AIDS
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
4. AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari keadaan sakit terus
menerus yang berkaitan dengan infeksi Human Immunodefciency Virus
(HIV). ( Suzane C. Smetzler dan Brenda G.Bare )
5. AIDS diartikan sebagai bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari
kelainan ringan dalam respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata
hingga keadaan imunosupresi dan berkaitan dengan pelbagi infeksi yang
dapat membawa kematian dan dengan kelainan malignitas yang jarang
terjadi. ( Center for Disease Control and Prevention )
2
B. Etiologi
AIDS disebabkan oleh virus yang mempunyai beberapa nama yaitu
HTL II, LAV, RAV. Yang nama ilmiahnya disebut Human Immunodeficiency
Virus ( HIV ) yang berupa agen viral yang dikenal dengan retrovirus yang
ditularkan oleh darah dan punya afinitas yang kuat terhadap limfosit T.
C. Patofisiologi
Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah
sel-sel yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan
terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human
Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lewat pengikatan dengan
protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen grup
120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka Human
Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lain dengan meningkatkan
reproduksi dan banyaknya kematian sel T 4 yang juga dipengaruhi respon
imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang
terinfeksi.
Dengan menurunya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin
lemah secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan
menurunnya fungsi sel T penolong.
Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV )
dapat tetap tidak memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun-
tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel
perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun
setelah infeksi.
Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes
zoster dan jamur oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat
timbulnya penyakit baru akan menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya
terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila
jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi
opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS.
3
D. Klasifikasi
Sejak 1 januari 1993, orang-orang dengan keadaan yang merupakan
indicator AIDS (kategori C) dan orang yang termasuk didalam kategori A3
atau B3 dianggap menderita AIDS.
1. Kategori Klinis A
Mencakup satu atau lebih keadaan ini pada dewasa/remaja dengan infeksi
Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang sudah dapat dipastikan tanpa
keadaan dalam kategori klinis B dan C
a. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang simptomatik.
b. Limpanodenopati generalisata yang persisten (PGI : Persistent
Generalized Limpanodenophaty)
c. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut dengan
sakit yang menyertai atau riwayat infeksi Human Immunodeficiency
Virus (HIV) yang akut.
2. Kategori Klinis B
Contoh-contoh keadaan dalam kategori klinis B mencakup :
a. Angiomatosis Baksilaris
b. Kandidiasis Orofaring/ Vulvavaginal (peristen,frekuen / responnya
jelek terhadap terapi
c. Displasia Serviks ( sedang / berat karsinoma serviks in situ )
4
3. Koksidiomikosis ekstrapulmoner / diseminata
4. Kriptokokosis ekstrapulmoner
5. Kriptosporidosis internal kronis
6. Cytomegalovirus ( bukan hati,lien, atau kelenjar limfe )
7. Refinitis Cytomegalovirus ( gangguan penglihatan )
8. Enselopathy berhubungan dengan Human Immunodeficiency Virus
(HIV)
9. Herpes simpleks (ulkus kronis,bronchitis,pneumonitis / esofagitis )
10. Histoplamosis diseminata / ekstrapulmoner )
11. Isoproasis intestinal yang kronis
12. Sarkoma Kaposi
13. Limpoma Burkit , Imunoblastik, dan limfoma primer otak
14. Kompleks mycobacterium avium ( M.kansasi yang diseminata /
ekstrapulmoner
15. M.Tubercolusis pada tiap lokasi (pulmoner / ekstrapulmoner )
16. Mycobacterium, spesies lain,diseminata / ekstrapulmoner
17. Pneumonia Pneumocystic Cranii
18. Pneumonia Rekuren
19. Leukoenselophaty multifokal progresiva
20. Septikemia salmonella yang rekuren
21. Toksoplamosis otak
22. Sindrom pelisutan akibat Human Immunodeficiency Virus ( HIV)
5
Dan disaat fase infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
menjadi AIDS (bevariasi 1-5 tahun dari pertama penentuan kondisi AIDS)
akan terdapat gejala infeksi opurtunistik, yang paling umum adalah
Pneumocystic Carinii (PCC), Pneumonia interstisial yang disebabkan suatu
protozoa, infeksi lain termasuk meningitis, kandidiasis, cytomegalovirus,
mikrobakterial, atipikal
1. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Acut gejala tidak khas dan mirip tanda dan gejala penyakit biasa seperti
demam berkeringat, lesu mengantuk, nyeri sendi, sakit kepala, diare, sakit
leher, radang kelenjar getah bening, dan bercak merah ditubuh.
2. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) tanpa gejala
Diketahui oleh pemeriksa kadar Human Immunodeficiency Virus (HIV)
dalam darah akan diperoleh hasil positif.
3. Radang kelenjar getah bening menyeluruh dan menetap, dengan gejala
pembengkakan kelenjar getah bening diseluruh tubuh selama lebih dari 3
bulan.
a. Penurunan BB ≥ 10%
b. Demam memanjang atau lebih dari 1 bulan
c. Diare kronis
d. Tuberkulosis
2. Gejala minor
a. Koordinasi orofaringeal
b. Batuk menetap lebih dari 1 bulan
c. Kelemahan tubuh
d. Berkeringat malam
e. Hilang nafsu makan
6
f. Infeksi kulit generalisata
g. Limfodenopati
h. Herpes zoster
i. Infeksi herpes simplek kronis
j. Pneumonia
k. Sarkoma kaposi
F. Komplikasi
1. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis,
peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral,
nutrisi, dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan dan cacat.
2. Neurologik
▪
Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human
Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan
kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan
isolasi sosial.
▪
Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,
ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek :
sakit kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial.
▪
Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler, hipotensi sistemik, dan
maranik endokarditis.
▪
Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human
Immunodeficienci Virus (HIV)
3. Gastrointestinal
▪
Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal,
limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan,
anoreksia, demam, malabsorbsi, dan dehidrasi.
7
▪
Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma, sarcoma Kaposi, obat
illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen,
ikterik, demam atritis.
▪
Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi
perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan
sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan diare.
4. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza,
pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas pendek, batuk, nyeri,
hipoksia, keletihan, gagal nafas.
5. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis
karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek
nyeri, gatal, rasa terbakar, infeksi skunder dan sepsis.
6. Sensorik
▪
Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
▪
Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan
pendengaran dengan efek nyeri.
G. Penatalaksanaan
Belum ada penyembuhan untuk AIDS, jadi perlu dilakukan
pencegahan Human Immunodeficiency Virus (HIV) untuk mencegah
terpajannya Human Immunodeficiency Virus (HIV), bisa dilakukan dengan :
▪
Melakukan abstinensi seks / melakukan hubungan kelamin dengan
pasangan yang tidak terinfeksi.
▪
Memeriksa adanya virus paling lambat 6 bulan setelah hubungan seks
terakhir yang tidak terlindungi.
▪
Menggunakan pelindung jika berhubungan dengan orang yang tidak jelas
status Human Immunodeficiency Virus (HIV) nya.
▪
Tidak bertukar jarum suntik, jarum tato, dan sebagainya.
▪ Mencegah infeksi kejanin / bayi baru lahir.
8
Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka
terapinya yaitu :
a. Pengendalian Infeksi Opurtunistik
Bertujuan menghilangkan, mengendalikan, dan pemulihan infeksi
opurtunistik, nasokomial, atau sepsis. Tindakan pengendalian infeksi yang
aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab
sepsis harus dipertahankan bagi pasien di lingkungan perawatan kritis.
b. Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif
terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim pembalik
traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya <
>3. Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human
Immunodeficiency Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500
mm3
c. Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan
menghambat replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada
prosesnya. Obat-obat ini adalah :
▪
Didanosine
▪ Ribavirin
▪ Diedoxycytidine
▪ Recombinant CD 4 dapat larut
9
f. Menghindari infeksi lain, karena infeksi itu dapat mengaktifkan sel T dan
mempercepat reflikasi Human Immunodeficiency Virus (HIV).
10
▪
Sirkulasi
Gejala : Penyembuhan yang lambat (anemia), perdarahan lama
pada cedera.
Tanda : Perubahan TD postural, menurunnya volume nadi perifer,
pucat / sianosis, perpanjangan pengisian kapiler.
▪
Integritas dan Ego
Gejala : Stress berhubungan dengan kehilangan,mengkuatirkan
penampilan, mengingkari diagnosa, putus asa,dan sebagainya.
Tanda : Mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri, marah.
▪
Eliminasi
Gejala : Diare intermitten, terus – menerus, sering dengan atau
tanpa kram abdominal, nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi.
Tanda : Feces encer dengan atau tanpa mucus atau darah, diare
pekat dan sering, nyeri tekan abdominal, lesi atau abses rectal,
perianal, perubahan jumlah, warna, dan karakteristik urine.
▪
Makanan / Cairan
Gejala : Anoreksia, mual muntah, disfagia
Tanda : Turgor kulit buruk, lesi rongga mulut, kesehatan gigi dan
gusi yang buruk, edema.
▪
Hygiene
Gejala : Tidak dapat menyelesaikan AKS
Tanda : Penampilan tidak rapi, kurang perawatan diri.
▪
Neurosensori
Gejala : Pusing, sakit kepala, perubahan status mental,kerusakan
status indera, kelemahan otot, tremor, perubahan penglihatan.
Tanda : Perubahan status mental, ide paranoid, ansietas, refleks
tidak normal, tremor, kejang, hemiparesis, kejang.
▪
Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri umum / local, rasa terbakar, sakit kepala, nyeri dada
pleuritis.
11
Tanda : Bengkak sendi, nyeri kelenjar, nyeri tekan, penurunan
rentan gerak, pincang.
▪
Pernafasan
12
memantau perkembangan penyakit serta responnya terhadap terapi
Human Immunodeficiency Virus (HIV)
a) Serologis
- Tes antibody serum
Skrining Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan
ELISA. Hasil tes positif, tapi bukan merupakan diagnosa
- Tes blot western
Mengkonfirmasi diagnosa Human Immunodeficiency Virus
(HIV)
- Sel T limfosit
Penurunan jumlah total
- Sel T4 helper
Indikator system imun (jumlah <200>
- T8 ( sel supresor sitopatik )
Rasio terbalik ( 2 : 1 ) atau lebih besar dari sel suppressor
pada sel helper ( T8 ke T4 ) mengindikasikan supresi imun.
- P24 (Protein pembungkus Human ImmunodeficiencyVirus
(HIV)
Peningkatan nilai kuantitatif protein mengidentifikasi
progresi infeksi
- Kadar Ig
Meningkat, terutama Ig A, Ig G, Ig M yang normal atau
mendekati normal
- Reaksi rantai polimerase
Mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi
sel perifer monoseluler.
- Tes PHS
Pembungkus hepatitis B dan antibody, sifilis, CMV
mungkin positif
13
b) Budaya
Histologis, pemeriksaan sitologis urine, darah, feces, cairan
spina, luka, sputum, dan sekresi, untuk mengidentifikasi adanya
infeksi : parasit, protozoa, jamur, bakteri, viral.
c) Neurologis
EEG, MRI, CT Scan otak, EMG (pemeriksaan saraf)
d) Tes Lainnya
1) Sinar X dada
Menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari PCP
tahap lanjut atau adanya komplikasi lain
2) Tes Fungsi Pulmonal
Deteksi awal pneumonia interstisial
3) Skan Gallium
Ambilan difusi pulmonal terjadi pada PCP dan bentuk
pneumonia lainnya.
4) Biopsis
Diagnosa lain dari sarcoma Kaposi
5) Brankoskopi / pencucian trakeobronkial
Dilakukan dengan biopsy pada waktu PCP ataupun dugaan
kerusakan paru-paru
2) Tes Antibodi
Jika seseorang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV),
maka system imun akan bereaksi dengan memproduksi antibody
terhadap virus tersebut. Antibody terbentuk dalam 3 – 12 minggu
setelah infeksi, atau bisa sampai 6 – 12 bulan. Hal ini menjelaskan
mengapa orang yang terinfeksi awalnya tidak memperlihatkan hasil
tes positif. Tapi antibody ternyata tidak efektif, kemampuan
mendeteksi antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV)
dalam darah memungkinkan skrining produk darah dan
memudahkan evaluasi diagnostic.
14
Pada tahun 1985 Food and Drug Administration (FDA) memberi
lisensi tentang uji – kadar Human Immunodeficiency Virus (HIV)
bagi semua pendonor darah atau plasma. Tes tersebut, yaitu :
a) Tes Enzym – Linked Immunosorbent Assay ( ELISA)
Mengidentifikasi antibody yang secara spesifik ditujukan
kepada virus Human Immunodeficiency Virus (HIV). ELISA
tidak menegakan diagnosa AIDS tapi hanya menunjukkan
bahwa seseorang terinfeksi atau pernah terinfeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV). Orang yang dalam darahnya
terdapat antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV)
disebut seropositif.
b) Western Blot Assay
Mengenali antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV)
dan memastikan seropositifitas Human Immunodeficiency
Virus (HIV)
c) Indirect Immunoflouresence
Pengganti pemeriksaan western blot untuk memastikan
seropositifitas.
d) Radio Immuno Precipitation Assay ( RIPA )
Mendeteksi protein dari pada antibody.
3) Pelacakan Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Penentuan langsung ada dan aktivitasnya Human
Immunodeficiency Virus (HIV) untuk melacak perjalanan penyakit
dan responnya. Protein tersebut disebut protein virus p24,
pemerikasaan p24 antigen capture assay sangat spesifik untuk
HIV–1. tapi kadar p24 pada penderita infeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) sangat rendah, pasien dengantiter
p24 punya kemungkinan lebih lanjut lebih besar dari menjadi
AIDS.
Pemeriksaan ini digunakan dengan tes lainnya untuk mengevaluasi
efek anti virus. Pemeriksaan kultur Human Immunodeficiency
15
Virus (HIV) atau kultur plasma kuantitatif dan viremia plasma
merupakan tes tambahan yang mengukur beban virus (viral
burden)
16
I. Diagnosa Keperawatan
17
BAB III
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
3. Riwayat kesehatan
18
Riwayat kesehatan sekarang :
sejak 10 tahun yang lalu pasien sering ketempat lokalisasi. Klien
melakukan karena merasa terpukul akibat ditinggal pergi istrinya. Sejak 1
bulan yang lalu klin mencret-mencret 4-5 kali sehari. Sejak 10 hari yang
lalu mencretnya makin keras dan tak terkontrol. Klien tgl 10-5-2022,
memeriksakan diri ke UGD RSUD H.BOEJASIN.
Riwayat kesehatan keluarga :
Kedua orang tua tinggal dijawa, tidak ada anggota keluarga yang
menderita penyakit yang sama atau PMS. Tidak ada penyakit bawaan
dalam keluarga klien.
A. Makan dan
minum
19
B. Eliminasi Mencret 5 X/hari, seperti Mencret dengan
lendir, tidak bercampur frekuensi 5-7 X/hari,
darah dan berbau. BAK encer, tidak ada isi tanpa
2 X hari dan tidak ada diikuti sakit perut dan
kelainan. BAK 2 X/hari serta tidak
ada kelainan.
20
2. Psikososial
a. Psikologis :
pasien belum tahu penyakit yang dialaminya, klien hanya merasa
ditelantarkan keluarganya. Klien tidak mempunyai keluarga lain di
Kalimantan karena semua keluarga tinggal di jawa, tetapi sering
berkomunikasi dengan keluarganya. Klien tidak percaya dengan
kondisinya sekarang. Mekanisme koping pasrah. Klien ingin
diperlakukan manusiawi. Klien pernah ingin melakukan bunuh diri
terjun kesungai pada tanggal 10-04-2020. Klien merasa tidak berguna
lagi.
b. Sosial :
sejak 2 tahun terakhir klien ditinggal pergi oleh istrinya
c. Spiritual :
Pada waktu sehat sangat jarang beribadah ke Mesjid.
C. Pemeriksaan Fisik
Tanda–tanda vital
Respiratori : 22 x/ mnt
Temperatur : 37,8oC
BB : 40 kg
21
Head to toe :
▪
Kepala
Bentuk bulat, dan ukuran normal, kulit kepala nampak kotor dan berbau,
rambut ikal, nampak kurang bersih.
▪
Mata (penglihatan).
Ketajaman penglihatan dapat melihat, konjungtiva anemis, refleks cahaya
mata baik, tidak menggunakan alat bantu kacamata.
▪
Hidung (penciuman).
Bentuk dan posisi normal, tidak ada deviasi septum, epistaksis, rhinoroe,
peradangan mukosa dan polip. Fungsi penciuman normal.
▪
Telinga (pendengaran).
Serumen dan cairan, perdarahan dan otorhoe, peradangan, pemakaian alat
bantu, semuanya tidak ditemukan pada pasien. Ketajaman pendengaran
dan fungsi pendengaran normal.
▪
Mulut dan gigi.
Ada bau mulut, perdarahan dan peradangan tidak ada, ada karang
gigi/karies. Lidah bercak-bercak putih dan tidak hiperemik serta tidak ada
peradangan pada faring.
▪
Leher.
Kelenjar getah bening tidak membesar, dapat diraba, tekanan vena
jugularis tidak meningkat, dan tidak ada kaku kuduk/tengkuk.
▪
Thoraks.
Pada inspeksi dada simetris, bentuk dada normal. Auskultasi bunyi paru
normal. Bunyi jantung S1 dan S2 tunggal. Tidak ada murmur.
▪
Abdomen.
Inspeksi tidak ada asites, palpasi hati dan limpa tidak membesar, ada nyeri
tekan, perkusi bunyi redup, bising usus 14 X/menit.
▪
Repoduksi
Penis normal, lesi tidak ada.
22
▪
Ekstremitas
Klien masih mampu duduk berdiri dan berjalan sedikit, tetapi cepat lelah.
Ektremitas atas kanan terdapat tatoo.
▪
Integumen.
Kulit keriput, pucat, akral hangat.
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium :
Hb: 8,4
Leukosit: 8.400
Trombosit : 260.000
- Diet TKTP
- RL 20 X/mnt
- Cotrimoxazol : 2 X II tab
- Corosorb : 3 X 1 tab
- Valium : 3 X 1 tab
23
E. Klasifikasi Data
Data Subyektif Data Obyektif
➢ ➢
Pasien mengatakan badan terasa lemah, Keadaan umum :
lelah, bila melaukan aktivitas, Pasien tampak lemah, kurus,
terbatas. dan pucat
➢
Pasien mengatakan kadang Kesadaran : Compos Mentis
demam. TD : 110/70 mmHg
➢
Pasien mengatakan tidak ada Pulse : 120 x/ mnt
nafsu makan, saat menelan sakit, Resp : 22 x/ mnt
24
F. Analisa Data
Data Penyebab Masalah
Ds :
Pasien mengatakan
kadang demam
Do :
Keadaan umum : Pasien
tampak lemah, kurus,
dan pucat Immunocompromised Resiko Infeksi
Kesadaran : Compos
Mentis
TD : 110/70 mmHg
N : 120 x/ mnt
R : 22 x/ mnt
SB : 38,oC
Ds :
Pasien mengatakan
diare sejak 1 bulan yang
lalu, mengatakan
mencret 5-7 kali/hari,
kadang demam dan
keringat pada malam Resiko tinggi terhadap
hari, minum 2-3 Diare intake cairan kekurangan volume
gelas/hari. cairan
Do :
Turgor masih baik,
inkontinensia alvi, BAB
encer, membran mukosa
kering, bising usus
meningkat 20 X/menit
25
Ds :
Pasien mengatakan
tidak ada nafsu makan,
saat menelan sakit,
mengatakan tidak bisa
menghabiskan porsi
yang disiapkan. Intake yang tidak Perubahan nutrisi
Do : adekuat kurang dari kebutuhan
Lemah, 4 hari tidak tubuh
makan, mulut kotor,
lemah, holitosis, lidah
ada bercak-bercak
keputihan, Hb 8,7g/dl,
pucat, konjungtiva
anemis
Ds :
Klien merasa
Jauh dari
keluarga
klien tidak
punya uang lagi, klien
merasa frustasi
26
G. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas
27
DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
Rencana Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
➢ ➢
1 Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan Keseimbangan cairan dan Monitor tanda-tanda Volume cairan deplesi
b/d kehilangan yang berlebihan, diare berat, elektrolit dipertahankan dehidrasi. merupakan komplikasi dan
ditandai dengan : dengan kriteria intake dapat dikoreksi.
Ds : seimbang dengan output,
➢ ➢
Pasien mengatakan diare sejak 1 bulan yang lalu, turgor normal, membran Monitor intake dan ouput Melihat kebutuhan cairan
mengatakan mencret 5-7 kali/hari, kadang demam mukosa lembab, kadar urine yang masuk dan keluar.
dan keringat pada malam hari, minum 2-3 normal, tidak diare setelah 3
➢ ➢
gelas/hari. hari perawatan. Anjurkan untuk minum Sebagai kompensasi akibat
Do : peroral peningkatan output.
Turgor masih baik, inkontinensia alvi, BAB encer,
➢ ➢
membran mukosa kering, bising usus meningkat 20 Atur pemberian infus dan Memenuhi kebutuhan intake
X/menit elektrolit : RL 20 yang peroral yang tidak
tetes/menit. terpenuhi.
➢ ➢
Kolaborasi pemberian Mencegah kehilangan cairan
antidiare antimikroba tubuh lewat diare (BAB).
28
➢ ➢
2 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d Setelah 4 hari perawatan Monitor kemampuan Mengetahui jenis makanan
intake yang tidak adekuat ditandai dengan : pasien mempunyai intake mengunyah dan menelan. yang lebih cocok
Ds : kalori dan protein yang
➢ ➢
Pasien mengatakan tidak ada nafsu makan, saat adekuat untuk memenuhi Monitor intake dan ouput. Untuk membandingkan
menelan sakit, mengatakan tidak bisa kebutuhan metaboliknya kebutuhan dengan suplai
menghabiskan porsi yang disiapkan. dengan kriteria pasien makan, sehingga diharapkan tidak
Do : serum albumin dan protein terjadi kurang nutrisi
Lemah, 4 hari tidak makan, mulut kotor, lemah, dalam batas normal,
➢ ➢
holitosis, lidah ada bercak-bercak keputihan, Hb menghabiskan porsi yang Rencanakan diet dengan Untuk mengurangi kotoran
8,7g/dl, pucat, konjungtiva anemis disiapkan, tidak nyeri saat pasien dan orang penting dalam mulut yang dapat
menurunkan nafsu
menelan, mulut bersih. lainnya. Anjurkan oral makan.
hygiene sebelum makan.
➢ ➢
Anjurkan untuk beri Untuk mengatasi penurunan
makanan ringan sedikit
tapi keluhan makan
sering.Timbang TB/BB
➢ ➢
3 Resiko infeksi b/d immunocompromised ditandai Pasien akan bebas infeksi Monitor tanda-tanda infeksi Untuk pengobatan dini
dengan : oportunistik dan baru.
Ds : komplikasinya dengan
➢ ➢
Pasien mengatakan kadang demam kriteria tak ada tanda-tanda Gunakan teknik aseptik pada Mencegah pasien terpapar
29
setiap tindakan invasif.
Do : infeksi baru, lab tidak ada Cuci oleh kuman patogen yang
tangan sebelum
Keadaan umum : Pasien tampak lemah, kurus, dan infeksi oportunis, tanda vital meberikan diperoleh di rumah sakit.
pucat dalam batas normal, tidak ada tindakan.
Kesadaran : Compos Mentis luka atau eksudat.
➢ ➢
TD : 110/70 mmHg Anjurkan pasien metoda Mencegah bertambahnya
mencegah terpapar
Pulse : 120 x/ mnt terhadap infeksi
Resp : 22 x/ mnt lingkungan yang patogen.
Temp : 37,8oC
➢ ➢
Atur pemberian antiinfeksi Mempertahankan kadar
sesuai order darah yang terapeutik.
➢ ➢
4 Resiko bunuh diri b/d harga diri rendah ditandai Setelah 4 hari klien tidak Waspada pada setiap Karena tanda tersebut
sebagai tanda
dengan : membahayakan dirinya ancaman bunuh diri permintaan
Ds : sendiri secara fisik. tolong
Klien merasa jauh dari keluarga
➢ ➢
klien tidak punya uang lagi, klien merasa Jauhkan semua benda Untuk mencegah
berbahaya dari
frustasi lingkungan penggunaan benda
tersebut untuk
klien tindakan
Do : bunuh diri
Mencoba melakukan percobaan bunuh diri tanggal
➢ ➢
10-4-2020, dengan berusaha menceburkan diri dari Observasi secara ketat Untuk mencegah jika
lantai II. ditemukan gejala
30
perilaku bunuh diri
➢ ➢
Observasi jika klien Obat mengandung
minum obat antidepresan dapat
mengurangi perilaku
bunuh diri klien.
➢ ➢
Komunikasikan kepedulian Untuk meningkatkan
perawat kepada klien. harga diri klien
➢ ➢
Waspada jika tiba-tiba Karena hal tersebut
menjadi tenang dan merupakan suatu cara
tampak tentram mengelabui petugas.
➢ ➢
Dukung perilaku Meningkatkan harga
positif klien. diri klien
31
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Para anggota tim perawatan kesehatan memerlukan informasi pasien
yang akurat sebelum mereka dapat melaksanakan penilaian, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi asuhan keperawatan. Ketidak berhasilan dalam
mengungkapkan status HIV / AIDS dapat menggganggu kualitas perawatan
pasien.
Anda dapat merawat penderita AIDS di rumah tanpa tertular penyakit
ini, baik diri anda maupun anggota keluarga yang lain, dan tanpa
menyebabkan infeksi lain pada penderita. Bagaimana? Dengan memastikan
bahwa tidak seorangpun melakukan kontak dengan darah penderita, semen,
atau sekresi vaginal. Meskipun virus yang menyebabkan AIDS dapat dideteksi
melalui liur, urin, feses, mukosa, pernafasan, atau sekresi tubuh lainnya, tidak
seorangpun tertular AIDS dengan menyentuh cairan tubuh.
B. Saran
Tindakan pencegahan di bawah ini memerlukan waktu dan
perencanaan, namun akan menjadi kebiasaan pada akhirnya. Ingatlah bahwa
tindakan pencegahan tidak perlu terlalu berlebihan sehingga penderita merasa
terisolasi.
Perawat harus bertanggung jawab untuk melindungi hak-hak pasien
atas privasinya dengan menjaga kerahasiaan informasi yang konfidensial.
Perawat dianjurkan untuk membicarakan persoalan konfidensialitas dengan
administrator perawat dan dokter untuk mengidentifikasi rangkaian tindakan
yang lebih tepat.
1
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo AW, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV, Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta.
5. http://asuhan-keperawatan.blogspot.com/2006/05/aids.html
Umar Zein: Pencegahan Transmisi HIV Pada Petugas Kesehatan, Majalah
Kedokteran Nusantara, Suplemen, Maret 2005.
Grimes, E.D, Grimes, R.M, and Hamelik, M, 1991, Infectious Diseases, Mosby
Year Book, Toronto.
Christine L. Mudge-Grout, 1992, Immunologic Disorders, Mosby Year Book, St.
Louis.
Rampengan dan Laurentz, 1995, Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak, cetakan
kedua, EGC, Jakarta.
Lab/UPF Ilmu Penyakit Dalam, 1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi, RSUD Dr.
Soetomo Surabaya.
Lyke, Merchant Evelyn, 1992, Assesing for Nursing Diagnosis ; A Human Needs
Approach,J.B. Lippincott Company, London.
Phipps, Wilma. et al, 1991, Medical Surgical Nursing : Concepts and Clinical
Practice, 4th edition, Mosby Year Book, Toronto