Anda di halaman 1dari 26

1

PERAWATAN ANAK DENGAN FISIOTERAPI DADA

Dianjurkan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk


Menyelesaikan Mata Ajaran Keperawatan Anak

Diajukan Oleh

KELOMPOK 6

NAMA : NABILLA RAMADHANI NIM: P00820720019


NAMA : NAZIRA NIM: P00820720022
NAMA : RAHMAWATI NIM: P00820720026
NAMA : ZAHRA PHONNA NIM: P00820720035

DOSEN PEMBIMBING: YUSNIDARYANI, SKM., M.Kes

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN ACEH
2021
2
3

KATA PENGATAR

Segala puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt, karena

hanya berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan

makalah ini. Laporan ini berjudul “Perawatan anak dengan fisioterapi dada”.

Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas

mata kuliah keperawatan anak. Selain itu, tujuan lain penulisan makalah ini adalah

untuk menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai bagaimana fisioterapi

dada

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini bukanlah hasil

penulis sendiri, melainkan atas bantuan dari berbagai pihak, baik moril maupun

materil, oleh karena itu penulis ingin berterimakasih kepada dosen mata kuliah

keperawan jiwa yang telah membimbing kami dalam membuat laporan ini.

Tidak ada sesuatu apapun yang sempurna di dunia ini, karena

kesempurnaan hanyalah milik Allah swt, begitu pula dengan laporan ini. Oleh

karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak akan

penulis terima sebagai bahan evaluasi dan acuan untuk penulis dalam menyusun

laporan dimasa mendatang, meskipun demikian penulis tetap berharap semoga

laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis, pembaca serta perkembangan dan

pengetahuan di persada Indonesia.

i
4

DAFTAR ISI

KATA PENGATAR ...................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar belakang ................................................................................. 1
B. Tujuan Pembahasan ......................................................................... 2

C. Manfaat ............................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN TEORITIS ................................................................... 4
A. Konsep Terapi Dada ......................................................................... 4

BAB III TINJAUAN KASUS ....................................................................... 15


A. Pengkajian ......................................................................................... 15
B. Diagnosa ............................................................................................ 17
C. Intervensi ........................................................................................... 18
D. Implemenasi .......................................................................................
19
E. Evaluasi ............................................................................................. 19

BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 21


A. Kesimpulan ..................................................................................... 21
B. Saran ................................................................................................ 21

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada umumnya anak-anak Anak yang mengalami infeksi atau

gangguan pernafasan akan meningkatkan produksi lendir atau dahak yang

berlebih pada paru-parunya. Lendir yang menumpuk akan menjadi lengket

dan melekat disaluran pernafasan sehingga sulit untuk di sekresikan

(Aryayuni, 2015).

Sputum adalah timbunan mucus yang berlebihan, yang diproduksi

oleh sel globet dan kelenjar sub mukosa bronkus sebagai reaksi terhadap

gangguan fisik, kimiawi ataupun infeksi pada membrane mukosa.

Kemampuan anak dalam mengeluarkan sputum dipengaruhi oleh beberapa

factor, salah satunya yaitu factor usia. Anak-anak pada umumnya belum bisa

mengeluarkan sputum dengan sendirinya, sehingga sputum dapat dikeluarkan

dengan pemberian terapi inhalasi, mukolitik, ekspektoran, dan tindakan

fisioterapi dada (Aryayuni, 2015).

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengeluarkan sputum anak,

salah satunya dengan fisioterapi dada. Fisioterapi dada merupakan tindakan

drainase postural, pengaturan posisi serta perkusi dan vibrasi dada yang

merupakan metode untuk memperbesar upaya klien dan memperbaiki fungsi

paru (Aryayuni, 2015).

1
2

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan

fisioterapi dada

2. Tujuan Khusus

Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien fisioterapi

dada diharapkan mahasiswa mampu :

a. Melaksanakan pengkajian asuhan keperawatan terhadap pasien dengan

fisioterapi dada

b. Mengidentifikasi diagnosa keperawatan yang terjadi pada pasien

dengan fisioterapi dada

c. Membuat rencana tidakan pada pasien dengan fisioterapi dada

d. Melaksanakan rencana tidakan keperawatan pada pasein dengan

fisioterapi dada

e. Melakukan evaluasi pada pasein dengan fisioterapi dada

C. Manfaat

a. Agar mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan dengan

fisioterapi dada

b. Agar mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan dengan

fisioterapi dada

c. Agar mahasiswa mampu merencanakan tindakan sesuai dengan diagnosa

keperawatan.

d. Agar mahasiswa mampu melaksanakan tindakan sesuain rencana yang

telah ditentukan.
3

e. Agar mahasiswa mampu mengevaluasi pelaksanaan tindakan keperawatan.

Agar mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan.


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Fisioterapi Dada

1. Pengertian Fisioterapi Dada

Menurut (Manurung dan Zuriati, 2021), fisioterapi dada adalah

sejumlah terapi yang digunakan dalam kombinasi untuk kombinasi sekresi

pulmonaria. Fisioterapi dada harus diikuti dengan batuk efektif dan

mencustion klien /pasien yang mengalami penurunan kemampuan untuk

batuk. Fisioterapi dada adalah salah satu fisioterapi yang sangat berguna

bagi penyakit respirasi untuk mengeluarkan sekresi yang bertujuan untuk

membersihkan jalan nafas, melepaskan mukus kental, meningkatkan

efisiensi pola pernapasan, melonggarkan saluran pernapasan dan

memberikan rasa nyaman.

Fisioterapi dada adalah sejumlah terapi yang digunakan untuk

mobilisasi sekresi pulmonaria. Fisioterapi dada harus diikuti dengan bauk

efektif mencustion klien. Fisioterapi dada merupaan tindakan keperawatan

yang dilakukan dengan cara postural drainase, clapping, dan vibrating

pada pasien dengan gangguan sisem pernapasan. Tindakan postural

drainase, clapping, dan vibrasi dada umunya dilakukan secara

bersamaan/terkombinasi untuk memperoleh hasil yang memuaskan

(Manurung dan Zuriati, 2021).

4
5

2. Efektifitas Fisioterapi Dada

Menurut (Prasetyawati, 2019), efektifitas Fisioterapi Dada adalah

tindakan terapi fisioterapi dada yang dilakukan dengan cara memberikan

atau menempatkan posisi sesuai dengan posisi postural drainage untuk

mengalirkan secret pada saluran pernapasan. Lalu setelah postural

darainage, lakukan clapping. Clapping atau Chest Percussion adalah

fisioterapi dada yang dilakukan dengan cara menepuk dengan pergelangan

membentuk seperti cup pada bagian tulang dada anterior (depan) dan

posterior (belakang) dengan tujuan mengeluarkan secret. Perkusi dada

merupakan energi mekanik pada dada yang diteruskan pada saluran nafas

paru. Perkusi dapat dilakukan dengan membentuk kedua tangan deperti

mangkok. Setelah dilakukan clapping, lakukan vibrasi pada klien. Vibrasi

adalah fisioterapi dada yang dilakukan dengan cara menggetarkan tangan

pada bagian dada anterior (depan) yang bertujuan untuk melonggarkan

jalan napas.

Vibrasi merupakan kompresi dan getaran manual pada dinding

dada dengan tujuan menggerakkan secret ke jalan napas yang besar.

Vibrasi dilakukan hanya pada waktu klien ekspirasi. Dengan cara

meletakkan tangan, telapak tangan menghadap ke bawah di area yang

didrainase, satu tangan di atas tangan yang lain lalu instruksikan klien

untuk napas lambat dan dalam melalui hidung hembuskan melalui mulut

dengan bibir dimonyongkan selama proses vibrasi, tujuannya

memperpanjang fase ekspirasi. Ketika klien menghembuskan napas

getarkan telapak tangan, hentikan saat klien inspirasi. Lakukan vibrasi 5


6

kali ekspirasi. Setelah vibrasi, anjurkan klien untuk batuk efektif dan nafas

dalam. Batuk efektif dan napas dalam merupakan teknik batuk efektif

menekankan inspirasi maksimal yang dimulai dari ekspirasi. Bertujuan

untuk merangsang terbukanya system kolateral, meningkatkan distribusi

ventilasi, meningkatkan volume paru dan memfasilitasi pembersihan

saluran napas. Fisioterapi dada merupakan salah satu cara bagi penderita

penyakit respirasi karena terapi ini merupakan upaya pengeluaran secret

dan memperbaiki ventilasi pada pasien dengan fungsi paru yang terganggu

dengan memelihara fungsi otot-otot pernafasan dan untuk mencegah

penumpukan secret (Prasetyawati, 2019).

3. Indikasi dan Kontraindikasi

Menurut (Manurung dan Zuriati, 2021), indikasi fisioterapi dada

terdapat penumpukan sekret pada saluran nafas yang dibuktikan dengan

pengkajian fisik, X Ray, dan data klinis. Sulit mengeluarkan atau

membatukkan sekresi yang terdapat pada saluran pernapasan sedangkan

konraindikasi fisioterapi dada ada yang bersifat mutlak seperi kegagalan

jantung, status asmatikus, renjatan dan pendarahan masif, sedangkan

kontraindikasi relatif seperti infeksi paru berar, patah tulang iga atau luka

bekas operasi, tumor paru dengan kemungkinan adanya keganasan serta

adanya kejang rangsang. Fisioterapi dada direkomendasikan untuk klien

yang memproduksi sputum lebih dari 30cc/hari atau memiliki riwayat

atelektasi dengan x-ray dada. Perkusi kontraindikasi pada klien dengan

klien pendarahan.
7

4. Standar Operasional Prosudur (SOP)

Standar operasional prosedur pada tindakan fisioterapi dada yaitu,

mencuci tangan, lakukan auskultasi dada, atur posisi drainage klien,

melakukan perkusi/clapping pada dinding dada selama 1-2 menit,

menganjurkan klien untuk tarik nafas dalam perlahan, lakukan vibrasi

sambil klien menghembuskan nafas perlahan (lakukan 3- 4 kali),

menganjurkan pasien untuk batuk, auskultasi adanya perubahan suara

nafas, mengulangi perkusi/clapping dan vibrasi sesuai kondisi klien selama

15-20 menit, cuci tangan (Prasetyawati, 2019) .

Berikut posisi postural draiange pada anak anak

a. Untuk paru kanan dan kiri bagian atas sisi depan.

Gambar. 1

Anak diposisikan tidur terlentang dan bersandar (45 derajat) pada

bantal/ dengan posisi seperti pada gambar 1.


8

b. Untuk paru paru kanan dan kiri bagian atas sisi belakang

Gambar. 2

Anak diposisikan duduk dengan memeluk guling/ bantal membentuk

sudut 45 derajat seperti pada contoh gambar

c. Paru kanan dan kiri bagian tengah sisi depan

Gambar. 3

Pada posisi ini anak cukup dengan tidur terlentang


9

d. Paru bagian tengah sisi belakang

Gambar. 4

Anak diposisikan tidur tengkurap beralaskan bantal atau guling seperti

gambar diatas.

e. Paru bagian atas sisi kanan belakang

Gambar. 5

Anak diposisikan tidur tengkura dengan sedikit dimiringkan kerah

kanan atau kiri dimana paru yang ada dahaknya diposisikan diatas.
10

Percusion/Vibrasi/Tapotemen

Gambar. 6

Merupakan tepukan yang ritmis dan cepat pada area dada yang

ditujukan untuk menggetarkan dahak yang ada didalam paru agar dahak

lebih cepat mengalir ke saluran paru yang lebih besar.

Gambar. 7

Dalam memberikan teknik ini tidak boleh terlalu keras, ritmik,

lembut dan tidak menyakitkan bahkan anak bisa tertidur saat di lakukan

tepukan ini, telapak tangan diposisikan seperti mangkuk agar tidak

sakit/panas dikulit( seperti tampak pada gamabar),jumlah tepukan yang

disarankan adalah 25 kali tiap 10 detik. Dilakukan selama 3 sampai 5

menit perbagian paru yang akan dikeluarkan dahaknya.Tepukan


11

diberikan pada punggung anak atau dada depan bersamaan dengan

posisi postural drainage.

Setelah diberikan tepukan ditambahkan vibrasi/getaran pada

rongga dada dengan, dimanan vibrasi diberikan saaat ekspirasi.

Membantu mengeluarkan dahak pada anak bisa dilakukan sendiri oleh

orang tua sehingga dapat dilakukan sehari dua kali pagi setelah bangun

tidur dan sore hari menjelang tidur bahkan bisa dilakukan sewaktu

waktu bila mana perlu


12

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

FISIOTERAPI DADA (CLAPPING) PADA ANAK

POLTEKES STANDAR OPERASIONAL


KEMENKES ACEH UTARA PROCEDUR (SOP)

DAFTAR TILIK
FISIOTERAPI DADA
DOKUMEN LEVEL : AREA : Unit Laboratorium Terpadu

Kode: Tanggal Belaku : Tanggal Revisi:

NAMA MAHASISWA :

NIM :

TINGKAT SEMESTER :

TANGGAL PENILAIAN :

PENILAIAN :
NILAI 1 (satu) : Perlu perbaikan
Langkah atau tugas tidak dijelakan dengan benar atau tidak berurutan
NILAI 2 (dua) : Mampu
Langkah dikerjakan dengan benar dan berurutan tetapi kurang tepat, pembimbing
perlu membantu dan mengingatkan
NILAI 12 (tiga) : Mahir
Langkah dikerjakan dengan benar, tepat dan tanpa ragu-ragu serta berurutan
sesuai.

Beri tanda ceklis (√) pada kolom penilaian

NO KEGIATAN NILAI
1 2 12
1 PERSIAPAN ALAT
a. Bantal 2 atau 12 buah
b. Tissu
c. Bengkok
d. 1 gelas air hangat
e. Handscoen
f. Stetoscope
g. Sketsel
13

(berikan satu penilaian untuk masing-masing poin


persiapan alat)
2 PERSIAPAN KLIEN
a. Memberikan salam, kenalkan diri perawat dan
menyapa klien dengan ramah
b. Memastikan identitas klien dengan menanyakan
nama klien kemudian mencocokan dengan identitas.
c. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang akan
dilakukan pada klien atau keluarga
d. Kontrak waktu
e. Berikan posisi nyaman
f. Jaga privasi klien
(berikan satu penilaian untuk masing-masing poin
persiapan klien)

13 MEKANISME KERJA
Pelaksanaan :
a. Mencuci tangan
b. Membantu membuka pakaian klien sesuai dengan
kebutuhan
c. Memakai handscoen
d. Pilih area yang terdapat secret dengan stetoscope
(anjurkan klien untuk tarik nafas dan
menhembuskannya secara perlahan-lahan)
e. Baringkan klien dalam posisi untuk mendraiase area
yang tersumbat. Letakkan bantal sebagai penyangga.
f. Minta klien unuk mempertahankan posisi selama 10-
15 menit.
Selama dalam posisi ini, lakukan perkusi dan vibrasi
dada di atas area yang di drainase.

Perkusi :
g. Tutup area yang akan di perkusikan dengan
menggunakan handuk
h. Anjurkan klien untuk tarik nafas dalam dan lambat
untuk meningkatkan relaksasi
i. Jari dan ibu jari berhempitan dan fleksi membentuk
mangkuk
j. Secara bergantian, lakukan fleksi dan ekstensi
pergelangan tangan secara cepat menepuk dada
k. Perkusi pada setiap segmen paru selama 1-2 menit,
jangan pada area yang mudah cedera

Vibrasi
h. Letakkan tangan, telapak tangan menghadap
kebawah di area yang di drainase, satu tangan di atas
tangan yang lain dengan jari-jari menempel bersama
dan ekstensi
14

i. Anjurkan klien inspirasi dalam dan ekspirasi secara


lambat lewat mulut (pursed lip breathing)
j. Selama ekspirasi, tegangkan seluruh otot tangan dan
lengan, dan gunakan hampir semua tumit tangan,
getarkan tangan, gerakkan ke arah bawah. Hentikan
getaran saat klien inspirasi
k. Lakukan vibrasi selama 5 kali ekspirasi ada segmen
paru yang terserang
l. Setelah drainase pada posisi pertama, minta klien
duduk dan batuk efektif
m. Tampung sekresi dalam sputum pot. Jika klien tidak
dapat mengeluarkan secretnya maka lakukan suction
n. Membersihkan mulut klien dengan tissue
o. Istirahatkan pasien, minta klien minum sedikit air
hangat
p. Ulangi pengkajian pada dada klien di semua lapang
paru
q. Jika masih terdapat secret, Maka ulangi lagi prosedur
no 6 s/d 21. Waktu total tindakan tidak boleh lebih
dari 20 - 30 menit
r. Rapikan alat dan pasien
s. Lepaskan handscoen dan cuci tangan
t. Mendokumentasikan :
 jumlah
 Warna
 Kekentalan
 Bau secret
 Nama perawat
 Tanggal dan jam pelaksanaan prosedur

Sikap
u. Melakukan tindakan dengan sistematis
v. Komunikatif dengan klien
w. Percaya diri
(Berikan satu penilaian untuk masing-masing poin
mekanisme kerja)
Hasil
a. lendir keluar
b. saluran nafas bersih tidak ada suara (ronchi)
c. nafas reguler

TOTAL SKOR PENILAIAN


NILAI AKHIR = TOTAL SKOR X 100
JUMLAH
KESELURUHAN
15

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

1. Identitas Pasien

Nama : An. S

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 3 tahun

Agama : islam

Alamat : Lhoksumawe

Tanggal masuk RS : 13

No. Register : 13 57 94

Ruangan/Kamar : Anak

Tanggal Pengkajian : 24 Januari 2022

Tanggal Operasi : 24 Januari 2022

2. Penanggung Jawab

Nama : Tn. F

Hubungan dengan pasien : Ayah

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Lhokseumawe

3. Keluhan Utama

Keluarga mengatak anaknya susah bernafas, rewel, demam dan tidak nafsu

makan
16

pemeriksaan TTV:

Suhu : 38 `C

Nadi : 120 x/menit

Respirasi :40x/menit.

4. Riwayat kesehatan masalalu

Ibu klien mengatakan waktu kecil klien hanya sakit batuk dan flu

yang sembuh jika diberikan obat batuk dan pilek dari apotik dan An.S

sebelumnya belum pernah di rawat di rumah sakit, Obat-obatan yang

digunakan hanya obat batuk dan pilek dari apotik.

5. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1. DS : Peningkatan laju Hipertermi
 Ibu pasien mengatakan metabolisme
anaknya demam sudah 2
hari
DO :
 Tingkat kesadaran :
Composmentis.
 TTV: N: 120x/m, R:40x/m.
 An.P demam dengan suhu
380C
 Kulit An.P terasa hangat

2. DS : Ketidakmampuan Defisit Nutrisi


 Ibu pasien mengatakan mencerna
anaknya tidak nafsu makan makanan
hanya menghabiskan 3
sendok makan dalam setiap
jam makan
DO :
 Tingkat kesadaran :
Composmentis.
 TTV: S: 380C, N: 120x/m,
R:40x/m.
 Tb: 95cm dan BB: 12,4kg
 Berat badan An.S turun,
sebelum sakit beratnya
17

14kg.
 Hasil pengukuran memakai
rumus IMT dan tabel
standar antropometri
hasilnya yaitu 13,0 = -2 SD
(Gizi kurang)
 Mukosa bibir kering dan
merah
 An.S Tidak nafsu makan
dan hanya menghabiskan 3
sendok pada setiap makan

3. DS: Terdapat Sekret Bersihan jalan


 Ibu pasien mengatakan nafas tidak
anaknya batuk dan pilek efektif
sudah selama 3 hari yang
disertai sekret
 Ibu pasien mengatakan
terdapat sekret di hidung
anaknya
DO :
 Terdapat Sekret pada
hidung dan ketika batuk
 Terlihat An.P cuping hidung
 Tingkat kesadaran :
Composmentis.
 TTV: S: 380C, N: 120x/m,
R:40x/m.
 Fungsi penciuman An.P
terganggu
 Frekuensi nafas cepat
40x/menit
 Ada suara tambahan yang
ditemui (ronchi)

B. Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan Terdapat secret

pada jalan nafas

2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan Ketidak mampuan mencerna

makanan.

3. Hipertermi berhubungan dengan Peningkatan laju metabolisme


18

C. Intervensi

No Diagnosa Tujuan dan Intervensi


Kriteria Hasil
1 Bersihan jalan Tujuannya setelah 1. Memonitor pola nafas
nafas tidak mendapatkan 2. Monitor bunyi nafas
efektif tindakan tambahan (gurgling, mengi,
berhubungan keperawatan 3 x 24 wheezing, ronkhi)
dengan Terdapat jam diharapkan 3. Monitor pola nafas
secret pada jalan masalah pada jalan 4. Monitor bunyi nafas
nafas nafas dapat teratasi tambahan (gurgling, mengi,
wheezing, ronkhi)
Dengan kriteria
hasil :
1. jalan nafas paten
2. sekret berkurang
3. frekuensi nafas
dalam batas
normal dan
klien mampu
batuk efektif
dengan benar
2 Defisit Nutrisi Tujuannya setelah 1. Identifikasi status nutrisi
berhubungan mendapat tindakan 2. Identifikasi alergi dan
dengan Ketidak keperawatan 3 x 24 intoleransi makanan.
mampuan jam nutrisi dapat 3. Identifikasi makanan yang
mencerna terpenuhi. disukai
makanan. 4. Monitor asupan makanan
Dengan kriteria 5. Monitor berat badan
hasil :
1. Kekuatan otot
menelan
meningkat
2. Verbalisasi
keinginan untuk
meningkatkan
nutrisi
3. Pengetahuan
untuk memilih
makanan dan
minuman yang
sehat meningkat
4. Berat badan
meningkat

3 Hipertermi Tujuannya setelah 1. Identifikasi penyebab


berhubungan mendapat tindakan hipertermi.
19

dengan keperawatan 3 x 24 2. Monitor suhu tubuh


Peningkatan laju jam diharapkan 3. Longgarkan atau lepaskan
metabolisme termoregulasi pakaian, berikan cairan
membaik oral ,lakukaan
pendinginan eksternal
dengan kriteria (kompres) dan anjurkan
hasil suhu tirah baring dan
membaik dan kulit pemberian obat
membaik. paracetamol.

D. Implementasi

No Diagnosa Implementasi

1 Bersihan jalan 1. Memonitor pola nafas


nafas tidak efektif 2. Memonitor bunyi nafas tambahan (gurgling, mengi,
berhubungan wheezing, ronkhi)
dengan Terdapat 3. Memonitor pola nafas
secret pada jalan 4. Memonitor bunyi nafas tambahan (gurgling, mengi,
nafas wheezing, ronkhi)
2 Defisit Nutrisi 1. Mengidentifikasi status nutrisi
berhubungan 2. Mengidentifikasi alergi dan intoleransi makanan.
dengan Ketidak 3. Mengidentifikasi makanan yang disukai
mampuan 4. Memonitor asupan makanan
mencerna 5. Memonitor berat badan
makanan.
3 Hipertermi 1. Mengidentifikasi penyebab hipertermi.
berhubungan 2. Memonitor suhu tubuh
dengan 3. Melonggarkan atau lepaskan pakaian, berikan
Peningkatan laju cairan oral ,lakukaan pendinginan eksternal
metabolisme (kompres) dan anjurkan tirah baring dan pemberian
obat paracetamol.

E. Evaluasi

No Diagnosa Evaluasi

1 Bersihan jalan S : Pasien bisa bernapas dengan baik


nafas tidak efektif O : Pasien kelihatan lebih baik
berhubungan A : masalah teratasi sebagian
dengan Terdapat P : intervensi dilanjutkan
secret pada jalan
nafas
2 Defisit Nutrisi S : keluarga mengatakan pasien sudah mau makan
berhubungan O : Pasien kelihatan lebih baik
20

dengan Ketidak A : masalah teratasi sebagian


mampuan P : intervensi dilanjutkan
mencerna
makanan.
3 Hipertermi S : suhu tubuh pasien normal
berhubungan O : Pasien kelihatan lebih baik
dengan A : masalah teratasi sebagian
Peningkatan laju P : intervensi dilanjutkan
metabolisme
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

fisioterapi dada adalah sejumlah terapi yang digunakan dalam

kombinasi untuk kombinasi sekresi pulmonaria. Fisioterapi dada harus diikuti

dengan batuk efektif dan mencustion klien /pasien yang mengalami

penurunan kemampuan untuk batuk. Fisioterapi dada adalah salah satu

fisioterapi yang sangat berguna bagi penyakit respirasi untuk mengeluarkan

sekresi yang bertujuan untuk membersihkan jalan nafas, melepaskan mukus

kental, meningkatkan efisiensi pola pernapasan, melonggarkan saluran

pernapasan dan memberikan rasa nyaman

B. Saran

Peran keperawatan dalam penangananan pasien dengan fisioterapi

dada sangat besar terutama dalam hal intervensi keperawatan disamping tim

kesehan lain. Oleh karna itu perawat diharapkan dapat melakukan perawatan

yang intensif serta memberikan penyuluhan pada pasien dan keluarganya agar

dapa mempercepat penyembuhan pasien halusinasi.

Utamakan kerjasama yang baik dengan keluarga pasien dalam

membantu pelaksanaan perawatan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari

pasien, dimana dengan bantuan tersebut pasien merasa terlindung serta

mendapat curahan kasih sayang dari keluarganya sehingga dalam proses

penyembuhan terhadap penyakit lebih cepat.

21
22

DAFTAR PUSTAKA

Aryayuni. (2015). Gangguan Saluran Pernapasan, Jakarta: EGC

Manurung & Zuriati. (2021). Fisioterapi Dada dan Posisi Tripoid Nursing
Intervention. Sebatik : Samarinda

Prasetyawati, R. Y. (2019). Inovasi Keperawatan Fisioterapi Dada Untuk


Mempertahankan Bersihan Jalan Napas Pada Anak Dengan Ispa Di
Kabupaten Magelang (Doctoral Dissertation, Tugas Akhir, Universitas
Muhammadiyah Magelang).

Anda mungkin juga menyukai