6 SISTEM KOLOID
Sistem koloid adalah campuran homogeny antara fase terdispersi dana fase
pendispersi. Sistem disperse ada 3 macam yaitu: Sistem larutan, Sistem suspense, dan
Sistem koloid, sebagaimana disajikan persamaan dan perbedaannya pada Tabel 5.6:
Sifat
Sifat
Dispersi
Larutan Koloid Suspensi
Bentuk Campuran Homogen Homogen Heterogen
Tidak dapat
Penyaringan Dapat disaring dengan Dapat disaring dengan
disaring dengan
penyaringan ultra penyaring biasa
penyaringan
apapun
Adapun pengelompokkan koloid secara umum ada 8 macam (Tabel 5.7).
Tabel 5.7 Macam – macam koloid.
5.6.1.3 Adsorpsi
Beberapa partikel koloid mempunyai sifat adsorpsi (penyerapan pada
permukaan) terhadap partikel atau ion atau senyawa lain. Penyerapan terhadap ion
positif atau ion negatif dari partikel koloid menyebabkan koloid menjadi bermuatan.
Seperti misalnya pada partikel koloid Fe(OH)3 sebetulnya tidak bermuatan, tetapi
karena partikel koloid Fe(OH)3 mampu mengikat (mengadsorpsi) ion-ion positif (ion
H+) maka permukaan koloid Fe(OH)3 menjadi bermuatan positif.
5.6.1.4 Koagulasi
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan.
Koagulasi dapat terjadi secara fisik karena pemanasan, pendinginan, pengadukan atau
secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda
muatan. Ketika pada koloid terjadi koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi
nembentuk koloid.
5.6.1.5 Koloid Liofil dan Liofob
Koloid liofil adalah koloid sol dimana partikel koloid sebagai fasa terdispersi
yang dapat menarik/mengikat cairannya sebagai fasa pendispersinya. Contohnya sol
kanji, agar-agar, lam, cat, gelatin, protein, sabun, dan lain-lain. Sedangkan Koloid
liofob adalah sistem koloid yang fase terdispersinya tidak suka menarik medium
pendispersinya. Contoh koloid hidrofil seperti sabun, detergen, agar-agar, kanji, dan
gelatin.
5.1.1 Peristiwa Elektroforesis
Peristiwa pergerakan partikel koloid yang bermuatan ke salah satu ke salah satu
elektroda disebut elektroforesis. Elektroforesis dapat digunakan untuk menentukan
muatan partikel koloid. Jika partikel koloid berkumpul di elektroda positif berarti
koloid bermuatan negatif dan jika partikel koloid berkumpul di elektroda negatif
berarti koloid bermuatan positif.
5.1.2 Dialisis
Dialisis adalah proses pemurnian partikel koloid dari ion-ion yang menempel
pada permukaannya. Adanya ion-ion tersebut merupakan sisa dari pereaksi pada
proses pembuatannya. Misalnya pada pembuatan koloid Fe(OH)3 terdapat ion-ion H+
dan Cl-.
5.1.3 Pembuatan Sistem Koloid
Dalam pembuatan sistem koloid terbagi menjadi 5 cara, antara lain:
1. Cara Kondensasi
Pada proses kondensasi (secara kimia), molekul-molekul dari larutan
direaksikan menghasilkan suatu senyawa yang sukar larut dalam air dan
membentuk partikel koloid. Reaksi kimia untuk menghasilkan partikel koloid
dapat merupakan:
a) Reaksi Redoks
Pada reaksi ini terjadi perubahan bilangan oksidasi.
Contoh: pembuatan sol belerang
2H2S (g) + SO2(aq) 3 S (s) + 2H2O (i)
b) Reaksi Hidrolisis
Sol senyawa hidrolisis yang sukar larut seperti Fe(OH)3, Al(OH)3 dapat
dibuat dari reaksi hidrolisis dengan air
Contoh: pembuatan sol Fe(OH)3
Larutan FeCl3 ditambahkan pada air mendidih maka,
FeCl3 (aq) + 3H2O (g) As2S3 (s) + 6 H2O (i)
c) Reaksi Subtitusi
Salah satu contoh reaksi subsitusi adalah pada pembuatan sol As2S3. Dimana sol As2S3 dibuat
dengan mengalirkan gas H2S ke dalam larutan asam arsenic yang encer melalui reaksi subtitusi
berikut:
2H3AsO3 (aq) + 3H2S (g) As2S3 (s) + 6H2O (i)
2. Cara Disepersi
Dilakukan dengan mengubah partikel berukuran besar menjadi partikel
koloid.
3. Cara Mekanik
Dilakukan dari gumpalan materi yang besar kemudian dihaluskan dengan
cara penggerusan atau penggilingan. Setelah diperoleh partikel yang halus,
kemudian didispersikan dalam medium pendispersi. Agar partikel padatan tidak
mengendap maka ditambahkan zat penstabil.