Anda di halaman 1dari 6

Kisah Lengkap Tentang Pandawa Lima

Posted by Danar on Rabu, 14 November 2012 | 6 komentar


Pandawa Lima merupakan tokoh yang tidak dapat dipisahkan dengan kisah Mahabarata,
karena Pandawa Lima merupakan tokoh sentralnya bersama dengan Kurawa.

Pertempuran antara Pandawa Lima dengan Kurawa yang masih mempunyai hubungan
saudara, karena Pandawa Lima memperjuangkan hak tahtanya atas Kerajaan Hastinapura
yang di kuasai oleh para Kurawa ( Prabu Suyudhana dengan saudara-saudaranya yang
berjumlah seratus ).
Pandawa lima adalah sebutan lima bersaudara, putra dari Pandu Dewanata yakni Yudistira,
Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa.

Yudistira dengan nama kecilnya Puntadewa, Bima dengan nama kecilnya Sena, dan Arjuna
dengan nama kecilnya Permadi dilahirkan dari ibu Dewi Kunti sedang Nakula dengan nama
kecilnya Punten dan Sadewa dengan nama kecilnya Tangsen dilahirkan dari ibu Dewi
Madrim.

Pandu Dewanata adalah Raja Hastinapura, tetapi mati muda dan anak-anaknya masih kecil-
kecil sehingga belum memungkinkan untuk memegang kendali pemerintahan, untuk mengisi
ke kosongan pemerintahan Hastinapura, maka diangkatlah Destaratra yang buta, kakak Pandu
Dewanata untuk menduduki jabatan sementara tahta Hastina, kelak jika putra-putra Pandu
telah dewasa, Hastinapura akan diserahkan pada Pandawa Lima, putra Pandu yang
mempunyai hak atas tahta Hastina secara syah.

Rencana penyerahan tahta Hastinapura ke para Pandawa Lima Putra Pandu secara damai
kelaknya hanya tinggal rencana saja, karena ren-cana tersebut terhalang oleh Dewi Gendari
Istri Destarastra yang sangat ambisius, apa lagi ambi si Dewi Gendari didukung oleh adiknya
Harya Su man alias Sengkuni, menjadi patih Hastinapura, mempunyai watak iri, dengki dan
syirik yang menghalakan segala cara untuk mencapai tujuannya.
Destarastra disamping buta, pendiriannya juga kurang kuat, mudah berubah, mudah diha sut
dan mudah dibujuk oleh anak-anaknya yang berjumlah seratus, dikenal dengan Kurawa atau
Sata Kurawa yang hampir seluruh anaknya berwatak pendusta, iri, dengki, tamak, syirik dlsb.

Patih Harya Suman alias Sengkuni sangat besar sekali pengaruhnya pada para Kurawa dalam
membentuk anganggapan bahwa Pandawa Lima merupakan musuh dan saingan terberatnya,
karena itu harus disingkirkan dengan cara apapun juga, agar Hastinapura tidak jatuh ketangan
Pandawa Lima Putra Pandu, sebagai pewaris syah atas tahta Hastinapura.

Meskipun Pandawa Lima dan Kurawa berguru pada guru yang sama yakni Resi Durna
( Druna ) dan Resi Krepa, tetapi permusuhan diantara mereka tidak dapat dipadamkan untuk
menjadi rukun, bahkan semakin menjadi-jadi.

Pandawa Lima selalu lebih unggul dlm ke-trampilan ulah senjata dan ulah krida dari pada
para Kurawa. Puntadewa selalu lebih unggul dibi dang sastra dan ketatanegaraan, Bima
unggul dibidang memainkan senjata gada, Harjuna unggul dibidang memanah dan ulah
pedang sedang kan Nakula dan Sadewa tidak ikut berguru kare-na masih terlalu kecil.

Bima bersosok tubuh besar, konon sangat jahil suka mengganggu Kurawa dengan tiada sebab
Kurawa sering ditampar dan ditempeleng oleh Bima terutama Suyudhana/Duryudhana dan
Dursasana ( adik Suyudhana ), akhirnya menimbulkan perkelahian tetapi selalu dimenangkan
oleh Bima meskipun Bima dikeroyok mereka berdua, karena itu Bima selalu menjadi sasaran
pelampiasan dari kekesalan mereka.

Suatu saat Bima yang sangat rakus, dalam makanannya diberi racun oleh Kurawa, setelah
Bima tidak sadarkan diri kemudian dibuang kedalam sumur Jalatunda yang berisi penuh
dengan ular beracun ganas. Karena pertolongan Batara Dadungnala, Bima dapat selamat dan
sejak itu Bima menjadi kebal terhadap segala macam racun betapapun ganasnya racun
tersebut.

Mengetahui usahanya menyingkirkan Bima gagal, maka Kurawa berusaha lagi untuk
menyingkirkan Pandawa Lima dengan cara membakar bale Sigala-gala tempat menginap para
Putra Pandu dan Ibunya Dewi Kunti, tetapi usaha itupun gagal lagi, karena Putra Pandu
memperoleh pertolongan dari Batara Naradha, Sang Hyang Antaboga dan Yama Widura.

Untuk mencegah Pandawa Lima dan para Sata Kurawa agar tidak terjadi sengketa terus
menerus, para tetua mereka terutama Resi Bis- ma dan Yama Widura, menganjurkan kepada
Destarastra agar Pandawa Lima diberi hutan Kan dawaprastha atau Wanamarta, saran
tersebut diikuti oleh Destarastra dan hutan Wanamartalah yang diberikan pada Pandawa
Lima.

Dalam waktu singkat Pandawa Lima yang dibantu oleh beberapa Dewa dan sahabat saha-
batnya, berhasil merubah hutan belantara menja di sebuah kerajaan yang besar dengan nama
Amerta dan Indraprasta sebagai ibu kotanya.

Semakin lama Amerta menjadi semakin ma ju, kerajaannya menjadi semakin besar dan kuat,
banyak kerajaan kecil-kecil, bergabung berkat perjuangan Bima dan Harjuna.

Sebagai pernyataan syukur kepada Sang Hyang Widhi Wasa atau Sang Maha Pencipta Ja-gad
Raya ini, maka para pembesar Kerajaan A-marta mengadakan syukuran, sesaji kepada Raja
Suya dan para Kurawapun diundang untuk meng hadiri upacara sesaji itu dan dalam
pelaksanaan upacara sesaji tersebut terdapat keributan antara Prabu Kresna dengan Prabu Si
Supala, berakhir dengan meninggalnya Prabu Si Supala, tetapi tidak menggangu kelancaran
jalannya upacara sesaji.

Karena sudah mempunyai bibit rasa iri dan dengki pada Pandawa Lima, maka Kurawa
menilai bahwa upacara tersebut merupakan pameran kekuatan Pandawa Lima, hal demikian
dimanfaatkan oleh Patih Sengkuni untuk mempengaruhi para Kurawa agar membuat sengsara
pada Pandawa Lima (Putra Pandu).

Prabu Duryudhana atas nama Kurawa, mengundang Pendawa Lima untuk menghadiri pes-ta
yang diadakan di kerajaan Hastinapura, atas hal tersebut para tetua Hastinapura seperti Pra bu
Destarastra, Resi Bisma dan Yama Widura menilai bahwa antara Pandawa Lima dengan para
Sata Kurawa telah berdamai dan bersahabat.

Penilaian tetua Hastinapura ternyata mele-set, karena undangan Kurawa hanya merupakan
siasat untuk membuat sengsara Pandawa Lima.

Waktu itu Pandawa Lima diajak minum mi-numan yang memabukkan sampai mabuk dan
dalam kondisi mabuk itulah Pandawa Lima dia-jak main judi, Pandawa Lima diwakili oleh
Yudistira dan Hastinapura diwakili oleh Patih Sengkuni (Harya Suman). Dalam permainan
judi tersebut Pandawa Lima di kalahkan, karena di curangi oleh para Kurawa, judi dan
mabuk-mabukan sudah merupakan kebiasaan sehari-hari bagi para Kurawa.

Awalnya Pendawa Lima sering dimenang-kan, tetapi setelah taruhan diperbesar dan
merupakan target Para Kurawa, maka Pendawa Lima dikalahkan, sesudah kerajaan Amarta
dipertaruhkan dan dikalahkan, keadaan semakin panas, ke-mudian setelah adik-adiknya dan
dirinya yang di jadikan taruhan kalah juga, maka Dewi Drupadi istrinyapun dipertaruhkan
pula.

Dewi Drupadi waktu itu dikaputren kemudian diseret kebalairung, dipermalukan dan menarik
rambutnya sampai terurai. Pada saat itulah Dewi Drupadi mengucapkan sumpahnya, bahwa
ia tidak akan menyanggul rambutnya lagi, kecuali setelah keramas dengan darahnya
Dursasana adik Prabu Duryudhana ( Suyudhana ), demikian juga Bima bersumpah, bahwa
dalam perang Bha ratajuda nanti akan membunuh Prabu Duryudhana (Suyudhana) dan
meminum darahnya.

Nasib Pandawa Lima dan Dewi Drupadi a-gak tertolong dengan campur tangannya tetua
Hastinapura Resi Bisma dan Yama Widura. Dewi Drupadi diminta untuk diserahkan kepada
Resi Bisma dan diberikan, untuk ini para Kurawa salah sangka dikiranya Resi Bisma ingin
menikmati kemenangannya pada hal Dewi Drupadi akan diserahkan kembali kepada
Pandawa Lima oleh Resi Bisma.

Atas kekalahan judi para Pandawa Lima, te tua Hastina mengambil kebijaksanaan dan jalan
tengah, bahwa Pandawa Lima harus menjalani hukuman pembuangan di hutan selama 12
tahun dan masa penyamaran selama 1 tahun, dalam masa penyamaran apabila salah satu dari
Panda wa lima dapat dipergoki, maka mereka semua ha rus menjalani pembuangan ulang lagi
selama 12 tahun, dan masa penyamaran 1 tahun.

Dewi Drupadi-pun mengikuti para Pandawa Lima dalam menjalani hukuman pembuangan,
sedangkan Dewi Kunti ibu para Pandawa Lima tetap tinggal Kerajaan Hastinapura. Sebagian
Istri dan anak-anaknya Raden Harjuna dititipkan di Kerajaan Cempalaradya, Dewi Wara
Subadra dan sebagian lagi istri-istri Raden Harjuna dan anak-anaknya dititipkan di Kerajaan
Dwarawati.

Dalam masa menjalani hukum pembuang - an, Raden Harjuna dan Bima memanfaatkan wak
tunya untuk memperdalam ilmunya dan mencari senjata pusaka. Bima bertemu dengan
Anoman saudara tunggal Bayu yang mengajarkan berbagai ilmu kesaktian kepadanya.

Setelah Pandawa Lima menyelesaikan ma-sa pembuangan 12 tahun lamanya, kemudian


menjalani masa penyamaran di Kerajaan Wirata. Puntadewa menyamar sebagai ahli sejarah
dan tatanegara dengan nama Wijakangka, Bima sebagai Jagal/penyembelih hewan dengan
nama Jagal Abilawa, Harjuna sebagai guru tari yang kebanci-bancian dengan nama Kandhi
Wrahatmala, Nakula dan Sadewa sebagai pelatih dan pemelihara kuda dengan nama
Darmagranti dan Tantripala. Dewi Drupadi menjadi dayang istana dengan nama Sailandri
atau Salindri.

Disaat hari penyamaran Pandawa Lima ber-akhir terjadilah penyerbuan Hastinapura dengan
sekutu-kutunya ke Kerajaan Wirata. Para Pandawa Lima tidak dapat tinggal diam ketika
melihat kejadian penyerbuan yang telah mengganggu ketenangan dan ketentraman Kerajaan
Wirata tempat mereka menyamar selama ini.

Dengan ikutnya Pandawa turun kemedan perang, akibatnya para Sata Kurawa mengetahui
penyamaran Pandawa Lima. Maka ketika diada kan perundingan untuk memulihkan hak
Panda wa Lima atas Kerajaan Amarta dan setengah Kerajaan Hastina, ditolak oleh Kurawa
dengan alasan penyamarannya telah dipergoki, karena itu Pandawa harus menjalani ulang
kembali masa hukumannya 12 tahun dalam pembuangan dan 1 tahun masa penyamaran.

Menurut perhitungan tetua Hastina, Panda wa Lima telah menjalani masa hukuman dengan
sempurna, karena itu mereka harus dikembalikan hak-haknya termasuk setengahnya Kerajaan
Hastinapura, namun hal demikian ditolak oleh Kurawa. Meskipun Pandawa Lima dalam
perundingan diwakili oleh Prabu Kresna sebagai duta Pandawa Lima.

Karena perundingan damai mengalami ke-gagalan, maka pecahlah pertempuran utk mem-
perjuangkan haknya, kemudian dikenal dengan kisah “MAHABHARATA”, masa
pertempurannya selama 18 hari, berakhir dengan kemenangan Pandawa Lima, tetapi semua
putra Pandawa Lima gugur dimedan perang di Tegal Kurusetra.

Yudistira dikenal sebagai sosok suci tanpa dosa, sedangkan Bima dan Raden Harjuna dikenal
sebagai sosok yang telah mencapai kesempurnaan diri, mengetahui sejatinya urip/hidup.

Bima waktu itu diperintah oleh Resi Druna untuk mencari air suci, maksudnya untuk mence
lakakan Bima, tetapi sebaliknya Bima bertemu dengan Dewa Ruci yang memberi wejangan
tentang ilmu kasampurnan hidup, Raden Harjuna memperoleh wejangan ilmu Hasta Brata
dari Panembahan Kesawasidhi di Puncak gunung Suwelagiri Pertapaan Kutharunggu. Hasta
Brata merupakan ilmu spiritual setingkat dengan air suci yang diperoleh Bima untuk
mencapai kesempurnaan hidup.

Dihari tuanya, Pandawa Lima dengan sadar merupakan hari-hari utk menyongsong saat ke-
matian, setelah menobatkan Parikesit cucu Ra-den Harjuna sebagai Raja Hastinapura,
beberapa tahun kemudian Pandawa Lima mendaki kepun cak Gunung Himalaya, termasuk
Dewi Drupadi untuk menyongsong kematian, diikuti oleh anjing berbulu putih.

Pertama kali yang dijemput oleh Batara Ya-madipati (Dewa penjemput nyawa) adalah Dewi
Drupadi, dinilai paling banyak dosanya diban -dingkan dengan kelima suaminya yakni Panda
wa Lima. Pertama karena dihati kecilnya ia lebih mencintai Raden Harjuna dari pada dengan
suami lain-lainnya. Kedua karena Dewi Drupadi bermulut tajam, kata-katanya sering melukai
hati orang lain, diantaranya adalah Narpati Basukarna (Adipati Karna), Prabu Duryudhana,
Resi Druna/ Drona, Dursasana dan Jayadrata, terluka hatinya karena ucapan-ucapan Dewi
Drupadi.

Berikutnya giliran Sadewa yang dijemput oleh Batara Yamadipati, karena sering
meremehkan atau memandang rendah orang lain termasuk kakak kakaknya meskipun hanya
didalam hati saja dan tidak pernah diucapkan. Sadewa mempunyai ilmu / aji Pranawa Jati
yang dapat mengetahui kejadian yang akan datang dan mengingat kejadian-kejadian masa
lalu yang pernah dialami.

Setelah Sadewa giliran berikutnya kemudi-an adalah Nakula yang dijemput oleh Batara Ya-
madipati, karena meskipun diam sebenarnya di-dalam hatinya Nakula selalu iri dan dengki
kepada saudara-saudaranya terutama dengan Sadewa.

Giliran berikutnya setelah Nakula adalah Raden Harjuna yang dijemput oleh Batara Yama
dipati, karena didalam hati kecilnya Raden Har-juna terlalu bangga dengan ketampanan yang
dimilikinya dan merasa paling dibutuhkan atau pa-ling penting dibanding dengan saudara-
saudaranya.

Bima giliran berikutnya dijemput oleh Bata ra Yamadipati, karena dinilai sering tidak dapat
menahan nafsu amarahnya.

Yudistira tidak dijemput oleh Batara Yama-dipati dan tidak menemui ajalnya, ia berjalan
sampai didepan pintu Syurga dan dijemput oleh Batara Indra, diajak untuk masuk syurga
tetapi anjingnya dilarang masuk. Yudistira menolak masuk syurga jika anjingnya tidak
diperbolehkan masuk syurga, karena Yudistira menganggap Dewa tidak menghargai suatu
kesetiaan. Maka sebaiknya hamba tidak usah masuk kesyurga jika anjing yang menunjukkan
kesetiaannya dilarang masuk syurga.

Atas ucapan Yudistira yang menghargai ke setiaan, seketika itu juga anjing putih yang selalu
menyertai perjalanan Pandawa Lima dengan setianya sejak dari Istana Hastinapura sampai
kepintu syurga, berubah wujudnya menjadi Batara Darma, jelmaan ayahnya Yudistira yang
sebenarnya .

Kisah berakhir hidupnya para Putra Pandu, mengandung suatu petunjuk, bahwa Allah Maha
Mengetahui segala-galanya, meskipun hanya didalam hati dan tidak pernah dikeluarkan atau
dinyatakan kepada orang lain, Allah sudah mengetahui kebaikan atau kebathilan itu.

Jalan hidup dan pegangan hidup para Putra Pandu yang kemudian dikenal dengan Pandawa
Lima, tidak dapat dilepaskan dari punakawan Semar dan anak-anaknya yang tidak lain dari
jelmaan Dewa Ismaya yang selalu memberi petunjuk dan bimbingan serta nasehat kepada
para Putra Pandu.
Nama-nama atau sebutan orang tua laki-laki selalu disertakan dalam memberi nama putra-
putranya, seperti Pandawa Lima adalah keturunan Pan yaitu Pandu. Kurawa adalah keturunan
Kuru, Drupadi adalah keturunan Drupada, Madrim adalah keturunan Raja Mandra dst.

Yudistira dalam pewayangan adalah simbul atau lambang sosok yang suci, tidak mempunyai
dosa dan diibaratkan darahnya berwarna putih tanpa noda sediktpun.

Bima dalam pewayang adalah simbul kete-gasan dan keadilan serta kejujuran dalam
menegakkan hukum, tidak pandang bulu, siapapun yang salah harus dihukum meskipun itu
saudara maupun anaknya sendiri. Bima selalu menepati janjinya, bertubuh tinggi besar dan
kokoh.

Raden Harjuna adalah lambang atau sim - bul sosok tampan dan rupawan tetapi donyuan,
banyak anak banyak istri tetapi semuanya rukun.

Kisah-kisah pewayangan banyak mengan-dung ajaran-ajaran Falsafah yang bermakna spiri


tual tinggi, kata-kata Adiluhung yang memben tuk budi luhur dan pekerti/perbuatan mulia
Bangsa Indonesia.

Dunia pewayangan mempunyai andil yang sangat besar dalam membentuk watak Budi Luhur
dan Hati Mulia Bangsa Indonesia yang dika gumi oleh bangsa lain didunia ini.

Menonton pertunjukan wayang yang memakan waktu panjang saja sudah mengandung
pendidikan, dimana penonton dididik untuk sabar dalam menghadapi kenyataan hidup, dan
tekun menerima/menanti ilmu atau wejangan spiritual yang bermakna tinggi lewat dalangnya.
Sumber: umum.kompasiana.com

Anda mungkin juga menyukai