“ Sel Tumbuhan ”
OLEH :
2021310305
A Syamsul Rijal 2021310331 Dila Yulistiawati
2021310323
Fajar 2021310307 Mulfira
2021310321
Ahmad Fauzan 2021310333 Nur Istikhamah
2021310319
Elfira Yustika 2021310329 Dilla
2021310317
Sri Hartika 2021310327 Sri Ramadani
2021310311
Lilis Angriani 2021310315 Nurmiati
2021310309
Devi Endriani 2021310313 Sri Wahyuni
2021310325 2021310303
Zulfiani Asrah Zul Aidina Irnas
DAFTAR ISI
JUDUL 1
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 1
BAB I PENDAHULUAN 1
B. RUMUSAN MASALAH 1
C. TUJUAN 1
BAB II PEMBAHASAN 1
B. SARAN 1
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Sel Tumbuhan”.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat
kekurangan-kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Untuk itu,
kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sel merupakan unti struktural dan fungsional pada makhluk hidup. Bentuk sel ada yang
pipih, memanjang, sangat panjang, dan bikonkaf. Sedang ukuran dari sel pada umumnya
mikroskopis. Sel pertama kali dikenalkan oleh Robert Hooke pada tahun 1665 yang mengamati
jaringan gabus pada tumbuhan yang merupakan kesatuan fungsional makhluk hidup. Semua
fungsi kehidupan diatur dan berlangsung di dalam sel. Karena itulah sel dapat berfungsi secara
autimon asalkan seluruh kebutuhan hidupnya terpenuhi.
Tumbuhan termasuk organisme multiseluler yang terdiri dari berbagai jenis sel
terspesialisasi yang bekerja sama melakukan fungsinya. Sel tumbuhan meliputi berbagai organel
dan penyusun-penyusun lainnya seperti dinding sel, sitoplasma, membran plasma, retikulum
endoplasma, badan golgi, vakuola, peroksisom dan glioksisom, rangka sel, ribosom,
mitokondria, plastida dan nukleus. Masing-masing organel memiliki struktur dan fungsi yang
berbeda. Fotosintesis, metabolisme, pertumbuhan serta perkembangan tumbuhan merupakan
aktivitas sel-sel tumbuhan. Misalnya organel plastida yang berperan dalam fotosintesis
tumbuhan.
Tumbuhan tingkat tinggi tubuhnya tersusun oleh sejumlah sel, baik sel hidup maupun sel
mati. Sel-sel hidup memiliki persamaan dan perbedaan dalam struktuk dan fungsinya.
Persamaannya adalah sel itu mempunyai dinding sel, terisi plasma yang terbungkus oleh
membran plasma. Sedangkan perbedaannya terutama diakibatkan oleh lingkungan dan faktor
genetik, yaitu akibat proses diferensiasi yang mengikuti proses pembelahan sel.
Pembelahan sel merupakan faktor penting dalam kehidupan mahluk hidup. Setiap sel dapat
memperbanyak diri dengan membentuk sel-sel baru melalui proses pembelahan sel atau
reproduksi sel. Pada dasarnya, pembelahan sel dibedakan menjadi dua, yaitu pembelahan secara
langsung (amitosis) dan pembelahan secara tidak langsung (mitosis dan meiosis).
Pada makalah ini akan dijelaskan tentang sel tumbuhan khususnya mengenai dinding
sel, organel dan penyusun-penyusun sel lainnya serta pembelahan sel yang mengakibatkan
terjadinya pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana struktur dan fungsi dinding sel pada tumbuhan ?
2. Bagaimana struktuk dan fungsi membran sel pada tumbuhan ?
3. Bagaimana struktur dan fungsi organel-organel pada sel tumbuhan ?
4. Bagaimana struktur dan fungsi dari inti sel pada sel tumbuhan ?
5. Bagaimana proses pembelahan sel pada tumbuhan ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahuai struktur dan fungsi dinding sel pada tumbuhan.
2. Untuk mengetahuai struktuk dan fungsi membran sel pada tumbuhan.
3. Untuk mengetahuai struktur dan fungsi organel-organel pada sel tumbuhan.
4. Untuk mengetahuai struktur dan fungsi dari inti sel pada sel tumbuhan.
5. Untuk mengetahuai proses pembelahan sel pada tumbuhan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dinding Sel
Dinding sel merupakan bagian terluar sel tumbuhan. Dinding sel adalah struktur di luar
membran plasma yang membatasi ruang bagi sel untuk membesar. Dinding sel dibentuk oleh
diktiosom. Dinding sel merupakan ciri khas yang dimiliki tumbuhan.
Dinding sel menyebabkan sel tidak dapat bergerak dan berkembang bebas, layaknya sel
hewan. Namun demikian, hal ini berakibat positif karena dinding-dinding sel dapat memberikan
dukungan, perlindungan dan penyaring (filter) bagi struktur dan fungsi sel sendiri. Dinding sel
mencegah kelebihan air yang masuk ke dalam sel. Dinding sel bersama-sama dengan vakuola
berperan dalam turgiditas sel atau kekakuan sel.
Dinding sel terbuat dari berbagai macam komponen, tergantung golongan organisme. Pada
tumbuhan, dinding-dinding sel sebagian besar terbentuk oleh polimer karbohidrat (pektin,
selulosa, hemiselulosa, dan lignin sebagai penyusun penting).
Gambar dinding sel tumbuhan :
Pada awal pembentukannya, dinding sel berupa selaput tipis tersusun atas selulosa
(polisakarida kompleks). Di antara dua dinding sel yang berdekatan terdapat lamela tengah. Dua
sel yang berdekatan dihubungkan oleh saluran yang di dalamnya terdapat benang-benang plasma
yang disebut plasmodesmata.
B. Membran Sel
1. Pengertian Membran Sel
Membran sel merupakan batas kehidupan. Membran sel memisahkan sel yang “hidup”
dengan lingkungan sekitarnya yang “tidak hidup”. Setiap sel diselimuti oleh sebuah lapisan yang
disebut membran sel. Karena membran sel sangat tipis, maka ia tidak bisa dilihat dengan
mikroskop cahaya, tetapi bisa diamati dengan menggunakan mikroskop elektron (dibawah akan
Anda lihat gambar dari membran sel). Membran sel terdiri dari barisan lemak. Selain itu pada
membran sel juga terdapat protein. Membran sel memiliki ketebalan 8 nm. Susunan membran sel
yang lengkap dijelaskan menurut suatu model mosaik cair.Model membran ini pertama kali
diperkenalkan oleh dua orang ilmuwan, yaitu Jonathan Singer dan Garth Nicolson. Membrane
sel adalah selaput yang terletak paling luar yang tersusun atas senyawa
kimia lipoprotein (gabungan dari senyawa lemak atau lipid dengan senyawa protein). Lapisan
tipis yang luar biasa ini tebalnya kira-kira hanya 8nm (dibutuhkan lebih dari 8000 membran
plasma untuk menyamai tebal kertas halaman ini) membran plasma mengontrol lalulintas ke
dalam dan keluar sel yang dikelilinginya. Seperti semua membran biologis, membran plasma
memiliki permeabilitas selektif; yakni, membran ini memungkinkan beberapa substansi dapat
melintasinya dengan lebih mudah daripada substansi yang lainnya. Salah satu episode paling
awal dalam evolusi kehidupan mungkin berpa pembentukan membran yang membatasi suatu
larutan yang mempunyai komposisi yang berbeda dari larutan sekelilingnya, tetapi masih bisa
melakukan penyerapan nutrient dan pembuangan produk limbahnya kemampuan sel untuk
membedakan pertukaran kimiawainya ini dengan lingkungannya merupakan hal yang mendasar
bagi kehidupan, dan membran plasma inilah yang membuat keselektifan ini bisa terjadi.
2. Struktur Membran Sel
Membran sel memiliki struktur seperti lembaran tipis. Membran sel tersusun dari molekul-
molekul protein, lipid (lemak), dan sedikit karbohidrat yang membentuk suatu lapisan dengan
sifat dinamis dan asimetri. Bersifat dinamis karena memiliki struktur seperti fluida (zat cair),
sehingga molekul lipid dan protein dapat bergerak. Bersifat asimetri karena komposisi protein
dan lipid sisi luar tidak sama dengan sisi dalam membran sel. Molekul-molekul tersebut
menyusun matriks lapisan fosfolipid rangkap (fosfolipid bilayer) yang disisipi oleh protein
membran. Berikut ini gambaran dari struktur membran sel
(Gambar 1. Struktur Membran Sel)
Terdapat dua macam protein membran, yaitu protein yang terbenam (integral) dan yang
menempel (peripheral) di lapisan fosfolipid. Satu unit fosfolipid terdiri dari bagian kepala
(fosfat) dan ekor (asam lemak). Sisi kepala merupakan sisi hidrofilik (suka air) yang menghadap
ke luar membran sel. Sisi ekor merupakan sisi hidrofobik (tidak suka air) yang bersembunyi di
bagian dalam membran sel. Pada bagian membran sel yang menghadap ke luar sel, terdapat
karbohidrat yang melekat pada protein membran atau fosfolipid. Fungsi biologis membran sel
bergantung pada molekul-molekul penyusunnya, yaitu lipid, protein, dan karbohidrat.
Menurut Dalle (2007:1) Ada beberapa teori tentang struktur dari membran sel diantaranya :
a. Gortel & Grendel (1925)
Membran berupa struktur yang membatasi sel, terdiri atas lipid yang
mengandung gugus polar dan gugus yang bersifat hidrofob(yang tidak dapat larut dalam air
tetapi dapat larut dalam minyak)
Gugus polar mengarah ke bagian luar dari bilayer, sedangkan gugus hidrofob (rantai asam
lemak) berada di bagian tengah dari lipid bilayer
Gambar 2. Struktur Membran Sel Berdasarkan Teori Gortel & Grendel. (Dalle,2007:1).
3) Glikolipid
Glikolipid ialah molekul molekul lipid yang mengandung karbohidrat, biasanya pula
sederhana seperti galaktosa atau glukosa. Akan tetapi istilah istilah glikolipid biasanya dipakai
untuk lipid yang mengandung satuan gula tetapi tidak mengandung fosfor.Glikolipid dapat
diturunkan dari gliserol atau pingosine dan sering dimakan gliserida atau sebagai spingolipida
b. Protein
Protein dalam membran merupakan kunci untuk fungsi membran secara keseluruhan.
Protein berguna terutama dalam transportasi bahan kimia dan sistem informasi di seluruh
membran. Setiap membran memiliki kandungan protein yang berbeda-beda. Protein bisa dalam
bentuk perifer atau integral. Jumlah protein berbeda pada tiap spesies dan bergantung pada
fungsinya bagi spesies tersebut. Terdapat 4 kelompok protein:
1) Protein peripheral
Dapat ditemukan baik di dalam ataupun di luar permukaan membran yang membentuk
ikatan nonkovalen dengan permukaan membrane.
2) Protein integral
Dapat ditemukan di antara membran dan memiliki daerah hidrofobik yang menempel di
antara membran serta daerah hidrofilik yang menonjol dari dua permukaan bilayer. berfungsi
untuk memasukkan zat-zat yang ukurannya lebih besar.
3) Protein transmembran
Protein ini terintegrasi pada lapisan lipid dan menembus 2 lapisan lipid / transmembran.
Bersifat amfipatik, mempunyai sekuen helix protein, hidrofobik, menembus lapisan lipida, dan
untaian asam amino hidrofilik. Banyak diantaranya merupakan glikoprotein, gugus gula pada
sebelah luar sel. Di sintesis di RE, gula dimodifikasi di badan golgi.
4) Protein yang berikatan dengan lipid
Dapat ditemukan di luar membran lipid pada ekstraseluler atau sitoplasmik. Protein plasma
memiliki fungsi antara lain sebagai berikut:
a. Protein pembawa (carrier) senyawa yang melewati membran plasma,
b. Menerima isyarat (signal) hormonal,
c. Meneruskan isyarat tersebut ke bagian sel sendiri atau ke sel lainnya,
d. Sebagai pangkal pengikat komponen-komponen sitoskeleton dengan
senyawa-senyawa ekstraseluler.
c. Karbohidrat
Karbohidrat pada membrane sel terdapat dalam bentuk yang berikatan dengan lipid atau
protein (glikolipid dan glikoprotein). Selain itu juga terdapat pada permukaan sel dan berfungsi
dalam interaksi sel dan sekitarnya. Pada sel epitel glikolipid terdapat pada permukaan apical
yang terpapar dan berfunsi untuk melindungi dari pH rendah dan degradasi enzim.Karbohidrat
pada membran plasma terikat pada protein atau lipida dalam bentuk glikolipida dan glikoprotein.
Pada membran plasma terkandung 2 – 10% karbohidrat. Karbohidrat dalam lemak berfungsi
untuk meningkatkan hidrofisilitas lemak dan protein. Peran penting karbohidrat dalam berbagai
aktivitas sel :
1) Sistim kekebalan
Karbohidrat pada Molekul karbohidrat bertanggung jawab terhadap kekhasan sifat antigenis
membran sel. Sifat antigenis ini berkaitan dengan sistem kekebalan (imun) tubuh dan
kemampuannya membedakan sel sendiri dari sel asing. Sel asing dapat dikenali sebagai sel
asing, karena glikoprotein pembentuk membrannya memiliki karbohidrat yang berbeda dengan
karbohidrat glikoprotein pembentuk membran sel penerima. Keadaan seperti ini memacu
tanggapan kekebalan.
2) Pengenalan sel
Karbohidrat mampu membedakan sel yang satu dengan sel lainnya. Penting pada
perkembangan jaringan dan organ, Dasar pada penolakan sel asing oleh sistem imun.
4. Kerangka Membran
Kerangka membran atau disebut juga sitoskeleton mempunyai tiga macam jenis yaitu
mikrotubulus, mikrofilamen, dan filamen intermediet (Dhiyas,2012:1).
a. Mikrofilamen (Filamen aktin)
Bersifat fleksibel, filamen aktin biasanya berbentuk jarring atau gel. Aktin berfungsi membentuk
permukaan membran.
b. Mikrotubula
Mikrotubula atau mikrotubulus adalah tabung yang disusun dari mikrotubulin.
c. Filamen Intermediet
Berbentuk serat mirip tali, filamen intermediet member kekuatan mekanis pada membran sel .
5. Fungsi Membran Sel
Anonim (2010:1) menjelaskan fungsi dari membran sel sebagai berikut:
a. Kompertemenisasi
Membran sel merupakan selaput berkelanjutan dan tidak putus yang membatasi dan
menyelubungi suatu ruangan (kopertemen). Membran sel menyelubungi isi seluruh sel, selain itu
ada juga membrane yang membatasi nukleus dan ruang-ruang di sitoplasma. Ini kita ibaratkan
sebagai ruang-ruang yang ada di dalam gedung. ruang-ruang tersubut perlu di batasi oleh partisi
atau tembok. Sehingga kegiatan di masingmasing di satu ruangan dengan ruang yang lain. Di
dalam sel kompertemenisasi mutlak perlu ada, karena ruang-ruang di dalam sel berisi cairan dan
adanya percampuran cairan dari ruang-ruang tersebut merupakan malapetaka bagi sel tersebut.
b. Interaksi Antar Sel
Pada organisme bersel banyak, membran sel bertanggung jawab terhadap interksi antara sel
satu dengan yang lainnya. Alat tubuh pada umumnya terdiri dari macam sel yang berbeda yang
harus bekerja sama untuk melaksanakan fungsi keseluruhan. Membran sel menyilahkan sel untuk
saling mengenal kemudian saling bertukar substansi dan informasi dengan tidak memandang
apakah sel sudah terpakai di tempat tertentu, seperti dari jaringan.
c. Perubahan Energi
Perubahan satu bentuk energi menjadi bentuk energi lain merupakan hal yang sangat
penting dalam proses hidup, dan membran sel sangat terlibat dalam proses ini. Hal yang sangat
mandasar bagi semua kehidupan adalah kemampuan sel tumbuh-tumbuhan untuk mengubah
energi cahaya matahari menjadi energi kimia yang terkandung dalam karbohidrat. Sel hewan
maupun tumbuh-tumbuhan juga mampu untuk mengubah energi kimia dari karbohidrat tersebut
manjadi ATP atau senyawa lain berenergi tinggi. Proses pengikatan energi ini terjadi di dalam
mambran dari mitokondria dan kloroplas. Energi cahaya, termal, makanikal diubah oloeh
reseptor dari sistem saraf menjadi implus saraf yang merupakan cara kumunikasi dalam sistem
saraf tersebut. Meskipun mekanisme pengubahan ini belum diketahui secara pasti, namun
demikian membran sangat terlibat dalam proses ini.
d. Transfer Informasi
Membran mempunyai peranan mentransfer informasi dari satu sel ke sel yang lain. Di
dalam membran teradapt reseptor yang mampu mengkombinasi dengan mulekul tertentu dengan
bentuk yang sesuai, seperti yang selalu berkombinasi dengan suatu subtrat yang sesuai. Sel yang
berbeda mempunyai membran yang memiliki reseptor yang juga berbeda, sehingga bermacam-
macan reseptor akan berkombinasi dengan bermacam-macam “ligand”. Ligand adalah molekul
atau ion yang dapat berkombinasidengan reseptor yang terdapat dalam membran. Ligand yang
paling banyak dipelajari adalah hormon, faktor tumbuhdan neurotrasmitter, semuanya terikat
pada membran sel tampa menembusnya. Interaksi antara reseptor yang terdapat di membran sel
dengan ligand yang terdapat di luar sel dapat menimbulkan stimulus baru yang terlibat dalam
pengaturan bermacam-macam kejadian dalam sel.
e. Penyediaan Enzim
Banyak yang terdapat di dalam sel merupakan bagian dari membran. Contoh dapat
dikemukakan di sini bahwah “Na-Kactivated ATPase yang berkaitan dengan pompa sodium dan
kalium terdapat di dalam membran sel . enzim sitokrom yang terlibat dalam respirasi merupakan
bagian dari membran dari mitokondria. Sebaliknya enzim monoamin oksidase yang
menyebabkan katekolamin tidak aktif hanya terdapat di bagian luar membran mitokondria.
Sejumlah protein dan glikoprotein banyak terdapat di dalam membran sel, bertindak sebagai
reseptor dari hormon dan benda penolak atau terlibat dalam pengangkutan substansi ke dalam
sel. Ditempatkannya enzim di dalam membran sel mempunyai beberapa tujuan. Pada proses
fosforilasi oksidatif yang terjadi di mitokondria, transpor elektron yang paling efisien tercapai
apabila enzim berada saling berdekatan. Bagian dalam membran menyediakan bantuan fisik dan
orientasi yang diperlukan. Protein dalam membran yang bertindak sebagai tempat pengikat bagi
bermacam-macam ion, asam aminon dan gula dikenal sebagai “carrier” dipandang sebagai
mekanisme dalam proses dalam trnspor aktif. Sistem enzim dalam membran pada umumnya
disebut adenilsiklase yang terdapat pada hampir semua jaringan mamalia kecuali sel darah
merah. Aktivasi terhadap adenilsiklase menimbulkan perubahan ATP menjadi adenosin
monofosfat siklik (cAMP) didalam sel. Meningkatnya jumlah cAMP didalam sel selanjutnya
membawa pengaruh terhadap respons fisiologik dari sel, misalnya:sistem enzim menjadi aktif,
terjadi perubahan permeabilitas membran terhadap substansi tertentu, terjadi sintesa atau sekresi
hormon, sintesa protein.
f. Membran Sel Sebagai Perantara
Membran sel merupakan perantara bagi keluar masuknya zat terlarut. Kemampuan
membran plasma meluluskan substansi tertentu masuk ke atau keluar dari sel, tetapi membatasi
pergerakan substansi tertentu disebut permeabilitas selektif. Suatu membran dikatakan permeabel
terhadap suatu substansi tersebut. Permeabilitas membrane plasma tergantung dari :
1) Ukuran Sel
Molekul berukuran besar tidak dapat menembus membrane plasma. Molekul air dan asam
amino berukuran kecil dengan mudah dapat menembus membran plasma, tetapi kebanyakan
protein yang merupakan gabungan dari banyak asam amino tergolong molekul besar dan tidak
dapat menembus membran plasma.
2) Kelarutan Dalam Lemak
Substansi yang larut dalam menembus membran plasma dengan lebih mudah dibandingkan
dengan substansi lain. Hal inimsebabkan karena membran plasma terdiri lapisan lemak. Contoh
substansi yanglarut dalam lemak : O2, CO2 dan hormon steroid.
3) Muatan Ion
Muatan ion yang akan menumbus membran plasma sangat menentukan susah mudahnya
ion tersebut masuk ke atau keluar dari sel. Zat yang mempunyai muatan berlawanan dengan
muatan membrane plasma akan di tarik ke arah membran plasma sehingga lebih muda
menembus membran plasma,tetapi bila ion mempunyai muatan sama dengan muatan membran
plasma akan di tolak oleh membran plasma dan pergerakan ion menembus mambran plasma
sangat terbatas. Gejala ini seuai dengan hukum fisika yang menyatakan bahwa dua muatan yang
sama akan saling tolak menolak dan dua muatan yang berbeda saling tarik menarik.
4) Ada atau Tidak Adanya Mulekul Pengangkut
Beberapa protein yang disebut “carrier” maupun untuk mengikat dan mengangkut substansi
melintasi membran plasma.
g. Pergerakam Substansi Melintasi Membran
Mekanisme bagaimana suatu substansi bergerak menembus membran sel adalah sangat
penting bagi hidup matinya sel. Substansi tertentu misalnya harus bergerak masuk ke dalam
seluntuk menyokong agar sel itu hidup, namun sebaliknya zat-zat buangan yang di hasilkan oleh
metabolisme sel harus di keluarkan dari dalam sel untuk selanjutnya di buang keluar tubuh.
Pergerakan substansi dapat dilakukan dengan cara pasif maupun aktif. Anonim (2011:1)
berpendapat tentang trasport aktif dan transport pasif sebagai berikut:
1) Transpor pasif
Transpor pasif merupakan suatu perpindahan molekul menuruni gradien konsentrasinya.
Transpor pasif ini bersifat spontan. Difusi, osmosis, dan difusi terfasilitasi merupakan contoh
dari transport pasif. Difusi terjadi akibat gerak termal yang meningkatkan entropi atau
ketidakteraturan sehingga menyebabkan campuran yang lebih acak. Difusi akan berlanjut selama
respirasi seluler yang mengonsumsi O2 masuk. Osmosis merupakan difusi pelarut melintasi
membran selektif yang arah perpindahannya ditentukan oleh beda konsentrasi zat terlarut total
(dari hipotonis ke hipertonis). Difusi terfasilitasi juga masih dianggap ke dalam transpor pasif
karena zat terlarut berpindah menurut gradien konsentrasinya. Contoh molekul yang berpindah
dengan transpor pasif ialah air dan glukosa. Transpor pasif air dilakukan lipid bilayer dan
transport Pasif glukosa terfasilitasi transporter. Ion polar berdifusi dengan bantuan protein
transpor.
2) Transpor aktif
Transpor aktif merupakan Transpor aktif merupakan faktor utama yang menentukan
kemampuan suatu sel untuk mempertahankan konsentrasi internal molekul kecil yang berbeda
dari konsentrasi lingkungannya. Oleh karena itu, ia memerlukan tenaga (yang terdiri daripada
Adenosine Trifosfat atau ‘ATP’) untuk menggerakkan bahan-bahan melalui membran plasma.
Umumnya, bahan-bahan ini terdiri daripada molekulmolekul berukuran besar seperti protein-
protein tertentu dan mikroorganisme. Bahan-bahan ini bergerak melintasi membran sel melalui
salah satu dari 2 bentuk utama transpor aktif,yaitu endositosis, atau eksositosis. Transpor aktif
merupakan pemompaan zat terlarut melawan gradiennya.Disamping membantu protein transpor,
difusi yang dipermudah masih dianggap transpor pasif karena zat terlarutnya berpindah
menuruni gradien konsentrasinya.Definisi transport aktif, pertama kali dicetuskan oleh
Rosenberg sebagai sebuah proses yang menyebabkan perpindahan suatu substansi dari sebuah
area yang mempunyai potensial elektrokimiawi lebih rendah menuju ke tempat dengan potensial
yang lebih tinggi. Proses tersebut dikatakan, memerlukan asupan energi dan suatu mekanisme
kopling agar dapat digunakan demi menjalankan proses perpindahan substansi. Transpor aktif
merupakan faktor utama yang menentukan kemampuan suatu sel untuk mempertahankan
konsentrasi internal molekul kecil yang berbeda dari konsentrasi lingkungannya. Oleh karena itu,
ia memerlukan tenaga (yang terdiri daripada Adenosine Trifosfat atau ‘ATP’) untuk
menggerakkan bahan-bahan melalui membran plasma. Umumnya, bahan-bahan ini terdiri
daripada molekulmolekul berukuran besar seperti protein-protein tertentu dan mikroorganisme.
Bahan-bahan ini bergerak melintasi membran sel melalui salah satu dari 2 bentuk utama transpor
aktif,yaitu endositosis, atau eksositosis.
Transpor aktif merupakan pemompaan zat terlarut melawan gradiennya.Disamping
membantu protein transpor, difusi yang dipermudah masih dianggap transpor pasif karena zat
terlarutnya berpindah menuruni gradien konsentrasinya.Definisi transport aktif, pertama kali
dicetuskan oleh Rosenberg sebagai sebuah proses yang menyebabkan perpindahan suatu
substansi dari sebuah area yang mempunyai potensial elektrokimiawi lebih rendah menuju ke
tempat dengan potensial yang lebih tinggi. Proses tersebut dikatakan, memerlukan asupan energi
dan suatu mekanisme kopling agar dapat digunakan demi menjalankan proses perpindahan
substansi.
Selain transport aktif dan transpor pasif kartolo (2007) manambahkan bahwa ;
3) Fagositisis
Proses aktif lain dimana sel memasukan substansi melintasi membran disebut fagositosis
atau disebut juga makan sel. Pada proses ini uluran sitoplasma yang disebut psedopodia
mendekap (melingkari) partikel padat disebelah luar sel. Sekali partikel dilingkari, membrane
melekuk kedalam, membentuk kantung yang berisi partikel tersebut. Kantung yang terbentuk ini
disebut vakuola fagositik yng kemudian memisahkan diri dari membran sel. Pada waktu
bersamaan terjadi pencernaan partikel yang terdapat di dalam vakuola fagositik. Partikel yang
tidak tercerna dan zat ampas hasil metabolisme sel di singkirkan dari dalam sel dengan fagositik
terbalik.
4) Pinositosis
Pada pinositosis atau dikenal juga sebagai minum sel, substansi yang di dekap lebih
merupakan larutan dari pada partikel padat . disini tidak nampak ada uluran sitoplasma sehingga
caranya adalah dengan menarik larutan ke permukaan membran, dan membrane melekukkearah
dalam dan melingkari larutan dan akhirnya terpisah dari membran. Hanya beberapa sel saja yang
melakukan fagositosis, sedangkan kebanyakan sel lainnya melakukan pinositosis. Pergerakan
substrat ke dalam sel dengan cara fagositosis atau pinisitosis disebut endositosis, langkah
pergerakan substansi kearah luar sel disebut eksositosis.
Badan Golgi sebagai organel sel eukariotik mempunyai fungsi yang beragam, antara lain
1) mengemas bahan-bahan sekresi yang akan dibebas-kan dari sel, 2) memproses protein-protein
yang telah disintesa oleh ribosom dari retikulum endoplasma, 3) mensintesa polisakarida tertentu
dan glycolipids, 4) memilih protein untuk berbagai lokasi di dalam sel, 5) memperbanyak elemen
membran yang baru bagi membran plasma, dan 6) memproses kembali komponen-komponen
membran plasma yang telah memasuki sitosol selama endositosis. Badan Golgi berperan dalam
banyak proses selular yang berbeda tetapi yang utama adalah dalam hal sekresi (Sheeler and
Bianchi, 1987).
Badan Golgi menerima produk sel tertentu dari RE dan membawa produk ini ke dalam
vesikula sekretori yang akan meneruskan lintasannya menuju ke bagian luar membran plasma
sel, dan berdiffusi dengan membran. Bagian ini dapat terbuka untuk membebaskan isi vesikula
keluar. Proses ini disebut eksositosis (Lehninger, 1993).
Protein yang disintesis oleh RE dipindahkan ke dalam badan Golgi. Disini karbohidrat
tambahan dapat dibubuhkan kepadanya. Protein-protein ini terkumpul di dalam vesikula tadi
sampai penuh. Vesikula-vesikula ini dapat berpindah ke permukaan sel dan mengeluarkan isinya
ke bagian luar. Vesikula-vesikula berprotein yang lain pada badan Golgi dapat disimpan di
dalam sel sebagai lisosom (Kimbal, 1983).
Pemrosesan protein dimulai pada RE dan dilanjutkan di dalam sisterna badan Golgi.
Protein ditransfer ke bagian cis diktiosom. Semua glycoprotein dari RE yang sampai pada cis
badan Golgi memiliki cincin oligosakarida. Sebelum melewati satu sisterna Golgi ke sisterna
berikutnya, protein akan mengalami pemrosesan. Misalnya di dalam sisterna cis, kelompok
fospat ditambahkan pada akhir cincin oligosakarida dari protein untuk lisosom, sekresi protein
dan protein untuk membran plasma yang akan menjalani pengolahan ekstensif (Sheeler and
Bianchi, 1987).
Di samping peranannya di dalam sekresi, badan Golgi berperan dalam mempersiapkan
elemen-elemen membran untuk organel seperti lisosom dan membran plasma. Protein yang
ditujukan sebagai komponen membran lisosom atau membran plasma ditambatkan pada
membran RE. Pada saat sintesis, protein kemungkinan bergerak dari RE ke bagian cis, dan dari
bagian cis melalui sisterna medial ke bagian trans sebagai komponen membran. Membran dari
pembuluh ini keluar dari permukaan trans yang mengandung protein. Pembuluh ini mengandung
protein sekresi yang digabungkan dengan membran plasma dan mengosongkan isinya diluar sel
(Sheeler and Bianchi, 1987). Gambaran proses ini disajikan pada gambar berikut.
Beberapa vesikula yang berada di dekat membran plasma yang bersebelahan dengan
dinding sel, melebur antara vesikula dengan membran plasma hingga menambah luas permukaan
membran sewaktu sel tumbuh (Salisbury and Ross, 1995).
Badan Golgi juga bertindak memilih protein. Protein yang ditujukan untuk granular
sekresi, lisosom dan membran plasma dikirimkan ke cis dari diktiosom sepanjang adanya
kelebihan protein membran RE. Protein RE diyakini kembali ke retikulum endoplasma oleh
pembuluh kecil yang dibebaskan dari cis sisterna Rothman (Dalam Sheeler and Bianchi, 1987)
menyatakan bahwa diktiosom terdiri dari tiga kompartemen, yaitu kompartemen cis,
kompartemen medial dan kompartemen trans. Kompartemen cis menyortir dan melepaskan
protein RE serta menambahkan phosfat pada terminal gula dari protein lisosom. Kompartemen
medial (bagian tengah sisterna) adalah tempat dimana N-acetyglucosamine ditambahkan.
Penambahan galaktosa terminal dan asam N-acetylneuraminik terjadi dalam kompartemen trans
dan juga di mana berbagai protein akan diurutkan berdasarkan tujuan akhir.
Peranan lainnya dari badan Golgi selain mempersiapkan elemen-elemen membran plasma
yang baru, juga terlibat dalam pemrosesan kembali membran plasma yang memasuki sitosol
selama endositosis.
Komponen-komponen membran yang memasuki badan Golgi menyusul endositosis dapat
diproses dan digunakan kembali dalam sekresi, dan pada pembentukan lisosom atau perbaikan
membran plasma itu sendiri (Sheeler and Bianchi, 1987).
3. Retikulum Endoplasma
Retikulum endoplasma (RE) adalah organel yang dapat ditemukan di seluruh sel
eukariotik. Retikulum endoplasma memiliki struktur yang menyerupai kantung berlapis-lapis.
Kantung ini disebut cisternae. Retikulum endoplasma terbagi menjadi dua berdasarkan ada
tidaknya butir butir ribosom pada permukaannya yaitu retikulum endoplasma kasar yang
mempunyai ribosom pada permukaannya dan retikulum endoplasma halus yang tidak memiliki.
3. Proteinoplas
Proteinoplas adalah Plastida leukoplas yang terspesialisasi dalam menyimpan asam
amino/protein dan memproduksinya
5. Vakuola
Vakuola merupakan ruang dalam sel yang berisi cairan (cell sap dalam bahasa Inggris).
Cairan ini adalah air dan berbagai zat yang terlarut di dalamnya. Vakuola ditemukan pada semua
sel tumbuhan namun tidak dijumpai pada sel hewan dan bakteri, kecuali pada hewan uniseluler
tingkat rendah.
fungsi vakuola adalah :
1. memelihara tekanan osmotik sel
2. penyimpanan hasil sintesa berupa glikogen, fenol, dll
3. mengadakan sirkulasi zat dalam sel
Semua sel tumbuhan yang hidup dan sudah dewasa memiliki sebuah organela yang
dibatasi membran yang sangat besar, yang terisi cairan, disebut vakuola tumbuhan pusat.
Vakuola pusat menempati lebih dari 90-95% volume dan sel yang dewasa. Membran vakuola
disebut tonoplas. Tonoplas sangat tidak permeabel terhadap air dan materi-materi yang larut
dalam air
Gambar Vakuola pusat pada tumbuhan
Senyawa simpanan pada vakuola menarik air yang meningkatkan tekanan cairan di dalam
vakuola. Tekanan ini dikenal sebagai tekanan turgor dan ini penting dalam meningkatkan ukuran
dan area permukaan sel tumbuhan selama pertumbuhan sel. Tekanan ini juga memberi kekuatan
sitoplasma melawan membran plasma dan dinding sel yang membantu untuk membuat sel tetap
kaku, menjaga kondisi turgor. Turgor memberikan sokongan dan kekuatan untuk tumbuhan
herbaceous dan bagian tumbuhan yang lain dari kehilangan dinding sel sekunder. Pada saat
tumbuhan kehilangan turgor, mereka akan layu, suatu keadaan yang secara biologis dikenal
sebagai plasmolisis. Layu yang permanen merupakan eufemisme botani untuk kematian.
6. Ribosom
Fungsi utama dari ribosom adalah untuk sintesis protein. Ribosom terdiri dari asam
ribonukleat yang sering disingkat RNA (RNA merupakan kepanjangan dari Ribonucleat Acid)
dan protein, dalam jumlah yang hampir sama. Asam ribonukleat berasal dari nukleolus, di mana
ribosom disintesis dalam sel. Sebuah sel prokariotik sederhana (misalnya, bakteri) terdiri dari
beberapa ribu ribosom, sedangkan sel eukariotik sangat maju (misalnya, sel manusia) memiliki
beberapa jutaan ribosom. Ribosom prokariotik lebih kecil dalam ukuran dibandingkan dengan
yang eukariotik.
Ribosom terdiri atas dua subunit, masing-masing berisi RNA dan protein. Kedua subunit
dikategorikan sehubungan dengan tingkat sedimentasi dalam media tertentu. Sebagai contoh, dua
subunit dalam sel eukariotik adalah 40S (subunit kecil) dan 60S (subunit yang lebih besar), di
mana 'S' adalah singkatan dari unit kepadatan, Svedberg. Dengan demikian, semakin tinggi nilai
yang diberikan subunit, semakin besar adalah ukuran subunit.
Dalam sel, ribosom berada di dua wilayah sitoplasma. Beberapa ribosom ditemukan
tersebar di sitoplasma (disebut sebagai ribosom bebas), sementara yang lain yang melekat pada
retikulum endoplasma (ribosom terikat). Dengan demikian, permukaan retikulum endoplasma
ketika terikat dengan ribosom disebut retikulum endoplasma kasar (RER). Kedua ribosom bebas
dan ribosom terikat memiliki struktur yang sama dan bertanggung jawab untuk produksi protein.
Berbicara tentang fungsi utama ribosom, mereka memainkan peran perakitan asam amino
untuk membentuk protein tertentu, yang pada gilirannya sangat penting untuk melaksanakan
kegiatan sel. Seperti yang kita semua memiliki ide yang adil mengenai produksi protein, asam
deoksiribonukleat (DNA) pertama menghasilkan RNA (messenger RNA atau mRNA) oleh
proses transkripsi DNA, setelah itu pesan genetik dari mRNA diterjemahkan menjadi protein
selama terjemahan DNA.
Untuk lebih tepat tentang sintesis protein oleh ribosom, urutan untuk perakitan asam amino
selama sintesis protein yang ditentukan dalam mRNA. MRNA disintesis dalam nukleus
kemudian diangkut ke sitoplasma untuk kelanjutan lebih lanjut dari sintesis protein. Dalam
sitoplasma, dua subunit ribosom mengikat sekitar polimer mRNA dan protein sintesis dengan
bantuan RNA transfer (tRNA), sesuai dengan kode genetik. Ini seluruh proses sintesis protein
juga disebut sebagai dogma sentral.
Biasanya, protein disintesis oleh ribosom bebas digunakan dalam sitoplasma itu sendiri,
sementara molekul protein yang diproduksi oleh ribosom terikat diangkut luar sel. Mengingat
fungsi utama dari protein ribosom dalam membangun, dapat dimengerti bahwa sel tidak dapat
berfungsi tanpa ribosom.
7. Peroksisom
a. Struktur peroksisom
Untuk mengetahui struktur dan fungsi peroksisom, teknik sentrifugasi gradient kepadatan
tidaklah menandai relative kecilnya perbedaan kepadatan antara lisosom dan peroksisom. Untuk
itu dilakukan injeksi dengan deterjen Triton WR-1339 dilanjutkan dngan penggunaan mikroskop
elektron (Kleinsmith dan Kish,1988 : Sheeler dan Bianchii, 1980). Hasinya menunjukkan bahwa
peroksisom mengkonfirmasikan identitas yang unik. Bentuknya kecil seperti bola kasar,
berukuran antara mitokondria dan ribosom. Karena ukurannya yang kecil inilah (0,2-2 µm),
bersama-sama dengan glioksisom maka peroksisom digolongkan dalam benda-benda mikro.
Peroksisom mempunyai stuktur yang terdiri dari kristal-kristal padat dan pekat yang terbungkus
oleh satu lapis membran unit (gambar 2).
b. Fungsi peroksisom
Tolbert, seorang ahli fisiologi tumbuhan dari Amerika (Prawiranata, Harran dan
Tjondronegoro, 1981) menemukan bahwa ada dua enzim utama yang amat berperan pada
peroksisom tumbuhan yaitu asam glikolat oksidase dan katalase. Pada tumbuhan fungsi
peroksisom adalah berperan dalam fotorespirasi, bersama-sama dengan organel sel lainnya yaitu
kloroplas dan mitokondria membentuk rangkaian kerja 3 in 1. Hal ini mengakibatkan mengapa
sering diperoleh pengamatan (dengan mikroskop elektron) bahwa ketiga organel sl tersebut
selalu terletak berdekatan satu dengan lainnya.
Fotorespirasi didefinisikan sebagai respirasi yang terjadi pada saat pencahayaan (terang).
Decker (dalam Prawiranata dkk, 1981) menyatakan bahwa fotorespirasi berlangsung bersama-
sama dengan respirasi normal. Salah satu perbedaan antara respirasi normal dan fotorespirasi
adalah responnya terhadap konsentrasi oksigen (O2) pada atmosfir luar, dimana respirasi normal
jenuh pada konsentrasi O2 sebanyak 2 %, sedang fotorepirasi terus meningkat hingga
konsentrasi )2 udara normal 21 %. Untuk dapat memahami tentang fotorespirasi, diperlukan
pengetahuan tentang enzim RubisCO serta mengenai biosintesa dan metabolisme asam glikolat
(CH2OHCOOH).
Bergantung kepada perbandingan konsentrasi O2 dan CO2 dalam atmosfer, enzim
RubisCO dapat mengkarboksilasi atau sebaliknya mengoksidasi atau sebaliknya mengoksidasi
substrat RuBP. Bila RuBP bergabung dengan CO2 akan masuk ke lintasan atau siklus calvin
dari fotosintesis menghasilkan 2 molekul asam fosfogliserat (PGA), tetapi bila RuBP bergabung
dengan O2 akan masuk ke lintasan fotorespirasi menghasilkan satu molekul asam fosfogliserat
dan satu molekul asam fosfoglikolat. Asam fosfoglikolat selanjutnya mengalami reaksi
defosforilasi oleh enzim glikolat fosfatase membentuk asam glikolat. Pembentukan asam glikolat
terjadi di kloroplas. Kemudian asam glikolat menuju ke peroksisom dan dioksidasikan oleh
enzim glikolat oksidase menghasilkan asam glioksilat dan hydrogen peroksida.
Hidrogen peroksida selanjutnya diurai menjadi oksigen dan air oleh enzim katalase.
Asam glioksilat beberap rangkaian reaksi akan menghasilkan glisin (salah satu jenis asam
amino). Metabolisme selanjutnya terjadi dalam mitokondria, dimana 2 molekul glisin bergabung
membentuk satu molekul serin (jenis asam amino) dan juga karbondioksida (CO2). Reaksi oleh
enzim serin transhidroksimetilase ini merupakan sumber utama dari produksi CO2 pada
fotorespirasi. Serin kembali ke peroksisom dan melalui beberapa rangkaian reaksi akan
membentuk gliserat. Gliserat oleh kloroplas dengan bantuan enzim gliserat kinase dan dengan
membutuhkan satu molekul ATP akan membentuk satu molekul asam fosfogliserat dan satu
molekul ADP.
8. Glioksisom
Glioksisom merupakan badan mikro yang hanya ditemukan pada sel tumbuhan. Diameter
glioksisom antara 0,5 sampai 1,0 mikrometer. Glioksisom hanya terdapat pada sel tumbuhan,
misalnya pada lapisan aleuron biji padi-padian. Aleuron merupakan bentuk dari protein atau
kristal yang terdapat dalam vakuola. Glioksisom banyak ditemukan pada biji-bijian yang
berperan sebagai tempat menyimpan asam lemak untuk pembentukan energi dalam proses
perkecambahan.
Berkut gambar struktur dari glioksisom :
Adapun fungsi dari glioksisom adalah sebagai berikut :
1. Mengontrol dan mengkatalisis dekomposisi senyawa secara bertahap; khusus penyimpanan
lemak.
2. Menyalurkan produk terhadap sintesis senyawa karbon banyak atau karbohidrat. Mereka
sangat penting selama pertumbuhan karena mereka membantu sintesis dinding sel baru.
3. Sebagai tempat metabolisme asam lemak
4. Tempat terjadinya siklus glioksilat
D. Inti Sel
1. Struktur Inti SeL
Inti sel (Nukleus) adalah organel pertama yang ditemukan, yang pertama kali
dideskripsikan oleh Franz Bauer pada 1802 dan dijabarkan lebih terperinci oleh ahli
botani Skotlandia, Robert Brown, pada tahun 1831 Inti sel merupakan organel yang sangat
penting bagi kehidupan. Inti sel berperan mengendalikan seluruh kegiatan
sel.
Sumber : (wiki.faithlutheranlv.org)
Inti sel (nukleus) adalah sebuah organel yang ditemukan di sel eukariotik. Inti sel
mengandung banyak materi genetik seperti kromosom, DNA, dan bermacam-macam protein.
Biasanya sel hanya memiliki satu nukleus saja, namun ada sel yang memiliki lebih dari satu
nukleus seperti sel parenkim hati dan sel otot jantung. Bahkan ada beberapa sel seperti sel
eritrosit dan sel trombosit tidak memiliki nukleus. Pada umumnya, sel mengandung satu nukleus
akan tetapi beberapa organisme memiliki jumlah nukleus yang bervariasi. Cairan yang melekat
pada inti sel disebut nukleoplasma, dan komposisinya mirip dengan sitosol yang ditemukan
diluar inti sel. Komposisi inti sel terdiri dari membran inti, nukleoplasma, kromosom, dan anak
inti (nukleolus).
Berdasarkan jumlah inti dalam sel dapat dibedakan menjadi :
1. Sel berinti tunggal ( Sel monukleat ), umumnya terdapat pada sel hewan dan sel tumbuhan
2. Sel berinti ganda ( sel Binukleat ). Terdapat pada Paramecium.
3. Sel berinti banyak ( Sel Polinukleat ), Sel yang berinti lebih dari dua misalnya sel otot lurik, sel
osteoblast dan sel alga Vaucheria.
Bentuk inti biasanya berkaitan dengan bentuk sel. Akan tetapi, umumnya bentuk inti tidak
beraturan, ada yang berbentuk lonjong, kubus, persegi banyak beraturan. Volume inti berkaitan
dengan jumlah kromosom dalam inti sel. Inti sel haploid ukurannya lebih kecil daripada ukuran
inti diploid. Nukleus mengandung materi genetil ( DNA dan RNA ), protein inti, dan garam
mineral ( Karmana, 2008 : 6 )
Bagian – bagian Inti sel terdiri dari
1. Membran inti
Inti sel pada sel eukariot diselubungi oleh membran inti. Secara garis besar, membran inti
terdiri dari tiga bagian yaitu membran luar, ruang perinuklear, dan membran dalam. Membran
luar seringkali terhubung dengan retikulum endoplasma (RE) yang ditempeli oleh ribosom. Di
membran inti terdapat pori inti yang bertujuan untuk memudahkan melakukan pertukaran
molekul antara inti sel dengan sitoplasma. Molekul tersebut kebanyakan merupakan mRNA yang
digunakan untuk sintesis protein.
Membrane inti atau selubung inti merupakan struktur pembatas materi inti
sel dengan sitoplasma. Struktur membran inti saat diamati di bawah mikroskop electron tampak
sebagai dua lapisan membran yang masing-masing dipisahkan oleh celah sebesar 20-30 nm.
Celah ini dinamakan spatiumn perinuclearis. Kedua lapisan tersebut tidak sama kepadatannya.
Lapisan luar kurang padat dan ditempeli oleh butir- butir yang diduga ribosom dengan ukuran
sebesar 15 nm. Dalam fase awal mitosis lapisan luar selubung inti tersebut berhubungan dengan
sistem membran yang membentuk organella bermembran, sehingga strukturnya pun memiliki
struktur dwi lapis lipid seperti membran plasma. Celah dalam selubung inti diisi oleh bahan yang
amorf. Lapisan dalam selubung inti lebih rata daripada lapisan luar karena diseluruh bagian
terdapat kelompok–kelompok butir ktomatin. Diduga bahwa lapisan luar selubung inti berperan
dalam memelihara keberadaan lubang – lubang inti dan bentuk inti, sedang lapisan dalam
berfungsi memegang bagian – bagian kromosom inti
Antara inti dan sitoplasma disekitarnya terdapat hubungan timbal balik terutama
mengenai proses biokimia, Untuk keperluan tersebut terdapat lubang - lubang pada selubung inti
yang disebut pori nuclearis. Umumnya lubang – lubang tersebut terdapat sangat banyak yang
masing – masing dipisahkan pada jarak 0,1 – 0,2 mikron. Jumlahnya sampai 3000 – 4000 lubang
untuk setiap lubang inti. Diameter lubang sebesar 30 – 40 nm, Pada inti sel mamalia
diperhitungkan bahwa jumlah lubang inti meliputi 10 % dari seluruh permukaan selubung inti.
Lubang – lubang inti masaih dilengkapi suatu bangunan silindris yang berlubang dengan ujung –
ujung sebelah dalam dan luar lebih besar diamternya daripada diameter lubang inti, sehingga
bangunan ini bertindak sebagai diafragma., dan dinamakan annnulus atau cincin. Cincin dan
lubang inti membentuk kesatuan sehingga disebut pore complex. Kesatuan tersebut berfungsi
untuk mengatur molekul atau ion – ion yang keluar masuk inti. Pada waktu mitosis sel, selubung
inti akan larut dan akan berbentuk lagi menjelang berakhirnya mitosis.
Adanya lubang pada selubung inti agaknya mempunyai korelasi dengan beberapa sifat
elektrokimiawi selubung tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaaan
potensial yang diduga bertinddak sebagair difusi ion – ion seperti K+ dan Na+ atau Cl-. Namun
pada selubung inti oosit tidak terdapat potensial yang berarti sehingga memungkinkan pertukaran
ion – ion sitoplasma dan inti secara bebas.
(Sumber : http://micro.magnet.fsu.edu/cells/nucleus/nucleolus.html)
Sedangkan dalam pengamatan dengan mikroskop elektron terdapat beberapa komponen
sebagai :
Daerah granuler atau pars granulosa
Daerah granuler terdiri dari butir – butir sebesar 15 – 20 nm, lebih kecil sedikit daripada butir-
butir ribosom, Seringkali daerah ini terdapat bagian perifer anak inti.
Daerah fibriler atau pars fibrosa
Daerah fibriler terdiri atas benang dengan diameter 5 – 10 nm. Komponen ini terdapat ditengah –
tengah anak inti karena daerah granuler dan daerah fibrilier keduanya dicerna oleh enzim
ribonuklease, maka diduga keras kedua daerah tersebut mengandung ribosom
Daerah amorf atau pars amorfa.
Daerah amorf merupakan daerah yang mengandung matriks anak inti yang digunakan
untuk untuk mengikat 2 komponen yang disebutkan diatas. Matriks ini menempelkan bahan
protein.
Disekitart anak inti terdapat khromatin yang terbentuk sebagai benang – benang halus
setebal 10 nm. Adanya khromatin yang mengelilingi anak inti menyebabkan warna basofil pada
pengamatan dengan mikroskop cahaya. Pada anak inti yang berukuran besar kadang – kadang
terlihat butir – butir besar yang diduga butir – butir kromatin (Subowo. 107 : 1995).
Berlangsungnya transkripsi gen untuk rRNA yang berjalan terus – menerus akan menjamin
terbentuknya rRNA untuk ribosom yang ada dalam sitoplasma. rRNA yang baru terbentuk dari
transkripsi tersebut segera dikemas bersama protein ribosom untuk membentuk riboso.
Pengemasan tersebut berlangsung dalam anak inti. Untuk keperluan tersebut maka dalam anak
inti terdapat sejumlah penggal – penggal DNA ( rDNA ) untuk transkripsi menjadi rRNA secara
berulang – ulang dan berjalan sangat cepat dengan bantuan enxim ploimerasi RNA I. Penggal –
penggal DNA tersebut dinamakan “nucleolar organizer”.
Dapat dipastikan bahwa anak inti berfungsi untuk membuat ribosom yang terbuat dari
sitoplasma. Karena ribosom diperlukan dalam proses sintesis protein, maka dapat dimengerti
apabila dalam sitoplasmanya akan memiliki anak inti yang membesar. Apabila dikaitkan dengan
struktur khromatin pada saaat mitosis maka nucleolar organizer terdapat pada kromososm
sebagai bagian yang mengecil dinamakan kontraksi sekunder yang letaknya dekat satelit, Dengan
demikian jumlah nucleolar organizer akan menentukan jumlah anak inti dalam inti sel. Bahkan
kadang – kadang terlihat bahwa beberapa anak inti berdekatan sehingga nampan anak inti
tersebut menyatu.
Kandungan RNA dalam anak inti jika dibandingkan dengan bagian – bagian lain dari inti
tidak selalu tetap yaitu berkisar 5 % - 20 %. Untuk kepentingan sintesis protein ribosom
diperlukan rRNA sebagai hasil transkripsi DNA, namun dengan berbagai pewarnaan terhadap
DNA, tidak dapat dibuktikan adanya DNA dalam anak inti kecuali dalam beberapa anak inti
yang besar. ( Subowo. 110 : 1995 ).
3. Khromatin
Didalam inti terlihat adanya butir-butir basofil yang disebabkan adanya khromatin. Dengan
pewarnaan HE tampak biru oleh hematoksilin oleh kerana adanya molekul DNA yang menyusun
khromatin. Untuk setiap jenis sel tampak adanya perbedaan ukuran dan penyebaran butir-butir
khromatin tersebut. Hal ini dikaitkan dengan proses sintesis protein yang untuk setiap jenis sel
tadaklah sama.
Antara gambaran inti interfase dengan inti yang sedang mitosis terdapat perbedaan besar,
khususnya mengenai struktur khromatinnya. Pada inti interfase, khromatin tampak sebagai butir-
butir yang tersebar pada seluruh inti tanpa adanya gambaran benang-benang khromosom, tetapi
sebaliknya pada inti yang sedang mitosis tidak tampak gambaran butir-butir khromatin namun
diganti dengan gambaran benang-benang khromosom.
Beberapa dasawarsa yang lalu para ahli yakin bahwa khromatin dalam inti interfase
memang berbentuk sebagai butir-butir terlepas yang nantinya akan disusun dengan cara tertentu
pada waktu mitosis menjadi benang khromosom. Dan sudah sejak lama pula diketahui bahwa
khromosom merupakan bagian inti sel yang membawa gena yang akan menentukan sifat-sifat
yang diturunkan dalam individu yang bersangkutan. Tetapi dengan perkembangan pengetahuan
bahan dasar kimia gena yang ada, terbukti membawa konsep yang menyatakan bahwa butir-butir
khromnatin merupakan bangunan yang satu sama lain terlepas yang kemudian disusun kembali
oleh cara-cara tertentu menjadi benang-benang khromosom tidak benar. Dari penelitian-
penelitian yang mendalam dapat disimpulkan bahwa pada waktu interfase butir-butir khromatin
masih dihubungkan satu sama lain seperti halnya dalam khromosom, hanya saja hubungan
tersebut tidak dapat dibuktikan melalui pengamatan dengan mikroskop cahaya. Sehingga dapat
dikatakan sebenarnya dalam interfase khromosom masih ada dalam bentuk khromatin. Konsep
terakhir ini menyatakan bahwa khromosom merupakan susunan benang halus yang dikemas
menjadi batang-batang halus, sedang butir-butir khromatin sebenarnya sebagian dari kemasan
benang-benang halus yang tidak tampak, sehingga kemasan benang menjadi butir-butir yang
masih tetap dihubungkan oleh benang yang tidak dikemas. Alasan penolakan konsep pertama
apabila terjadi mitosis yang berulang dalam siklus sel, maka jika butir-butir khromatin tersebut
merupakan butir-butir terlepas sangatlah sulit menyusun kembali dengan urutan yang tetap sama
agar tidak mengganggu urutan gena yang merupakan sandi untuk sintesis protein. Konsep kedua
sangat masuk akal apabila dikaitkan dengan harus tetap terjadinya urutan gena sehingga tidak
akan mengganggu proses sintesis protein urutan gena yang pada dasarnya digunakan untuk sandi
pembentukan protein pada gilirannya akan menentukan fenotipe dari sel atau individu
bersangkutan.
Sebaliknya konsep yang menyatakan bahwa urutan gena dalam khromosom masih tetap
ada walaupun sel tersebut dalam keadaan mitosis dan interfase, didukung oleh dua penemuan,
yaitu : adanya gambaran benang-benang halus yang terlihat pada pengamatan dengan mikroskop
kontras fase dan adanya benang-benang halus yang berdiameter 20-30 nm apabila sel dalam
interfase diamati dengan mikroskop elektron. Benang-benang tersebut menunjukkan benjolan-
benjolan pada beberapa tempat. Kedua gambaran tersebut diduga sebagai penghubung butir-butir
khromatin pada waktu sel interfase.
Selanjutnya konsep tersebut menyatakan bahwa butir-butir khromatin yang nampak pada
inti interfase dengan mikroskop cahaya tidak lain adalah lanjutan benang-benang khromosom
yang bergelung. Benang halus khromosom yang menghubungkan ( yang diameternya sekitar 20-
30 nm) tidak dapat diamati dengan mikroskop cahaya. Dari konsep tersebut dapat disimpulkan
bahwa bahan-bahan yang menyusun khromosom dan khromatin adalah sama, namun lazimnya
istilah khromosom diperuntukkan bagi khromatin yang membentuk gambaran sebagai batang-
batang halus pada saat sel tersebut membelah.
Pada sel interfase dibedakan dua macam khromatin :
a. Heterokhromatin atau “condensed chromatin” yaitu benang khromatin yang bergelung sehingga
terlihat sebagai butir-butir khromatin. Karena bagian tersebut lebih terlihat mengikat warna,
maka dinamakan pula “heteropyknotic positive”.
b. Ekhromatin atau “extended chromatin” yaitu bagian benang kromatin yang tidak bergelung
sehingga sulit terlihat pada sel interfase. Bagian benang khromatin ini dinamakan pula sebagai
“heteropyknotic negative”. Sebenarnya bagian khromatin ini merupakan bagian yang aktif dalam
mengatur kegiatan sel, karena bagian tersebut merupakan sandi yang sedang berfungsi.
Didalam sel hati dibedakan tiga macam butir khromatin bedasarkan letaknya :
a. Khromatin perifer, yaitu khromatin yang berdekatan dengan permukaan dalam selubung inti,
sehingga selubung inti tampak biru pada pewarnaan HE.
b. Butir-butir atau pulau-pulau khromatin, yaitu khromatin yang membentuk kelompok-kelompok.
c. Khromatin terkait nukleolus, yaitu khromatin yang terdapat disekeliling anak inti.
Penelitian terhadap komposisi kimia dalam inti sudah dimulai sejak akhir abad ke- 19.
Freidrich Miescher (1845-1895) dengan cara sangat sederhana meneliti bahan-bahan yang
diambil dari nanah yang berasal dari luka. Kita tahu sekarang bahwa nanah sebenarnya
mengandung sisa-sisa leukosit yang mati yang tentunya mengandung bahan bahan inti. Oleh
Miescher, nanah tersebut dibubuhi getah lambung (kini kita tahu bahwa didalam getah lambung
terdapat enzim pepsin) yang kemudian terhadap campuran ini dilakukan analisis kimia. Dari
analisis kimia tersebut dapat disimpulkan bahwa nanah mengandung bahan dengan berat
molekul tinggi serta mengandung gugus fosfor.
Penelitian yang lebih mendalam dalam abad ke-20 menemukan bahwa susunan
kimia khromosom terdiri atas :
DNA 16%
RNA 12%
Nukleoprotein 72%
Nukleoprotein terdiri atas beberapa jenis protein, yaitu :
Protamin,
Histon,
Nonhiston,
Berbagai enzim diantaranya polimerase DNA dan RNA.
4. Nukleoplasma
Nukleoplasma adalah cairan yang terdapat di dalam inti sel yang transparan dan kental.
Nukleoplasma mengandung kromatin, granula, nukleoprotein, dan senyawa kimia kompleks.
Pada saat pembelahan sel, benang kromatin menebal dan memendek serta mudah menyerap zat
warna disebut kromosom. Benang kromatin tersusun atas protein dan DNA. Di dalam benang
DNA inilah tersimpan informasi kehidupan. DNA akan mentranskripsi diri (menyalin diri)
menjadi RNA yang selanjutnya akan dikeluarkan ke sitoplasma.
5. Kromosom
Inti sel mengandung banyak gen dari DNA yang tersusun dan membentuk struktur yang
disebut kromosom. Setiap sel manusia mempunyai untaian DNA sepanjang dua meter. Di dalam
inti sel juga terbentuk protein DNA kompleks yang dikenal sebagai kromatin. Terdapat dua jenis
kromatin yaitu eukromatin dan heterokromatin. Eukromatin merupakan bentuk DNA yang lebih
sederhana dan mengandung gen yang diekspresikan oleh sel. Sedangkan heterokromatin adalah
bentuk DNA yang lebih kompleks dan mengandung DNA yang telah ditranskripsi.
2. Fungsi Inti Sel
Inti sel mampu untuk melakukan transkripsi gen yang dipisahkan dari tempat
transkripsi di sitoplasma. Fungsi utama inti sel adalah untuk mengontrol ekspresi gen dan
mereplikasi DNA di dalam sel. Fungsi dari inti sel hewan dan inti sel tanaman hampir sama. Hal
ini karena fungsi dikategorikan berdasarkan sifat sel prokariotik dan eukariotik. Sel tumbuhan
dan hewan keduanya eukariotik.
a. Pengendali Metabolisme Seluler
Fungsi inti sel dalam mengendalikan metabolisme yang terjadi dalam sel dapat
terjadi dikarenakan adanya proses menghasilkan protein yang dilakukan melalui proses
transkripsi dan translasi. Setiap gen akan menjadi protein yang dihasilkan melalui
cetakan DNA. Protein tersebut setelah melalui proses ‘packing‘ oleh protein caperon
akan menjadi protein fungsional.
Protein yang dihasilkan nantinya akan menjadi enzim yang berperan dalam
metabolisme sel atau metabolisme individu (multiseluler). “One gene one enzim”.
b. Penyimpan Informasi Genetik
Fungsi inti sel dalam menyimpan informasi genetik dapat terjadi karena adanya
membran inti yang mempertahankan DNA dalam wadah nya (nukleus). Rangkaian
DNA seperti kita ketahui, tersusun atas banyak gen yang mewakili spesies tersebut.
DNA kemudian terangkai menjadi kromosom yang terbagi bagi sesuai dengan jumlah
kromosom spesies tersebut.
Fungsi inti sel yang satu ini sangat esensial dalam kelestarian sebuah makhluk
hidup. Dengan adanya DNA (spesifik ke gen), sifat sifat suatu makhluk dapat
diteruskan ke generasi berikutnya.
c. Pengatur Siklus Sel
Fungsi inti sel dalam mengatur siklus sel seperti apakah sel tersebut harus membelah,
tidak membelah atau membesar saja. Hal ini sebenarnya untuk sel pada umumnya
kecuali sel kanker telah terkode kan dalam gen yang berada di inti sel. Dengan adanya
gen tersebut, pembelahan ataupun tidak membelah nya suatu sel dapat diatur sesuai
dengan kebutuhan.