Blok 2 Chapter 1 Baru
Blok 2 Chapter 1 Baru
LA ESCRITOR 22
Spesial dentistry book That are
collected, produced, and distributed
for benefit
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT dan segala karunia-Nya pada makhluknya karena
atas limpahan kenikmatan dan karunia-Nya yang telah diberikan, kami, Tim modul
dapat menyusun buku modul blok 2. Tujuan dari penulisan buku ini tidak lain adalah
untuk membantu teman-teman dalam memahami materi perkuliahan kedokteran gigi
pada blok 2 ini.
Dalam penulisan dan pengerjaan buku ini tentu saja tidak luput dari bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, terima kasih kami tujukan kepada Bapak/Ibu dosen
yang telah memberikan materi yang sangat bermanfaat untuk kami selaku
mahasiswa/mahasiswi prodi kedokteran gigi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
terima kasih kepada teman-teman prodi kedokteran gigi Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta angkatan 2022 yang telah melimpahkan kepercayaan serta memberikan
dukungan kepada kami, dan terima kasih pula untuk semua pihak yang telah
membantu pembuatan modul ini sehingga modul ini dapat terbit dan berada di tangan
teman-teman semua.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan dan pengerjaan buku modul ini masih banyak
ketidaksempurnaan. Oleh karena itu, saran dan masukan yang membangun dari para
pembaca sangat kami perlukan guna memperbaiki kinerja kami dalam pengerjaan
buku modul selanjutnya.
Penyusun,
Tim Modul
iii
DAFTAR ISI
Dra. Idiani D, M.Kes
Sitologi .......................................................................................................................... 1
Siklus Sel ..................................................................................................................... ϮϬ
Dr. Mahendra
Anatomi Osteon (Cranium dan Mandibulae) ............................................................. 2ϵ
Drg. Dian Yosi Arinawati, M.DSc., Ph.D
Path Way of Protein Secretion ................................................................................... 67
Dr. drg. Erlina Sih Maharani, M Kes
Glandula Salivarius ..................................................................................................... 75
Dr. dr. Ikhlas Muh Jennie
Kontraksi Otot ............................................................................................................ 83
Pusat Pengatur Motoris.............................................................................................. 87
Drg. Arya Adiningrat, Ph. D
Central Dogma & Epigenetic Regulation .................................................................... 94
Pengantar Psikologi Perkembangan……………………………………………………………………102
Dr. dr. Triwahyuliati, Sp.S., M.Kes
Nyeri dan Sistem Nervorum ..................................................................................... 107
Drg. Dyah Triswari, M.Sc
Dasar-Dasar Genetika ............................................................................................... 123
Dr. I. L. Gamayanti, Msi, Psi
Mutagenic and Transgenic…………………………………………………………………………………. 133
Dr. Ika Setyawati, M.Sc
Oksidasi dan Reduksi ................................................................................................ 140
Dr. Risal Andy K
Pengantar Anatomi dan Antropologi ....................................................................... 147
Pengantar Ilmu Antropologi ..................................................................................... 163
Yuningtyaswari
Integumentum .......................................................................................................... 172
Prof. Dr. drg. Sudibyo, S. U., Sp. Perio(K)
Etika kedokteran gigi ................................................................................................ 189
Dra. Yoni Astuti, M.Kes., Ph.D
Struktur Primer-Sekunder-Tersier dan Karakterisasi Karbohidrat,Protein,Lemak .. 199
iv
v
SITOLOGI
Pemateri: Dra. Idiani D, M.Kes
Editor: Nadhifa Syahla
Sel merupakan satuan unit dasar terkecil penyusun struktur dan fungsi organisme.
1
1. Eukariotik Tersusun lebih kompleks, terdapat membrane inti sehingga
material genetic terkemas dalam nucleus. Terdapat arparatus golgi,
sitoplasma, lisosom, ribosom, dan reticulum endoplasma.
2. Prokariotik Tidak mempunyai membrane inti sehingga material genetic
(DNA, RNA, protein) tersebar pada sitoplasma, ukuran lebih kecil, tidak
mempunyai organela, terdapat membrane plasma pada bagian dalam.
2
SEL HEWAN SEL TUMBUHAN
Terdapat membrane sel Terdapat dinding sel
Tidak mempunyai vakuola Mempunyai vakuola yang berisi
plastida fungsinya untuk memberi
warna baik warna daun maupun
bunga
Mempunyai sentriol yang berjumlah Terdapat kloroplas dan klorofil
dua
Mempunyai nucleus dan nucleoulus Mempunyai nucleus dan nucleolus
RE Halus: tidak ditempeli ribosom Terdapat RE kasar dan RE halus
RE Kasar: ditempeli oleh ribosom Terdapat mitokondria
Mitokondria memiliki dua Terdapat lisosom, ribosom,
membrane, yaitu membrane luar peroksosom
dan membrane dalam
Terdapat vesikel yang nantinya akan
keluar dari sel lewat pori-pori yang
disebut peristiwa eksositosis
3
Flagellum: alat gerak
4
Perbandingan sel bakteri, sel hewan, dan sel tumbuhan
2. Sitoplasma
Fungsinya:
Mengitari nucleus, dibungkus oleh membrane plasma, dan terdiri dari
sitosol (cairan sitoplasma)
A) Organela
Merupakan struktur metabolic aktif. Mempunyai membrane ganda, yaitu
membrane luar dan membrane dalam
B) Inklusion sitoplasmik
Tidak selalu ada dan jumlahnya berbeda-beda, merupakan produk
metabolisme intraseluler contohnya tetes lemak yang berada di dalam
kulit, granula glikogen di sel hepar, granula zymogen di sel pancreas,
mucinogen di intestinum
C) Sitoskeleton
Kerangka sel dengan anyaman filamentosa yang memberi bentuk sel dan
motalitas sel. Jika tidak terdapat sitoskeleton maka sel akan lembek
5
3. Nukleus
Pusat informasi genetic penting untuk pertumbuhan dan reproduksi
6
Gambaran membrane sel dilihat dengan
mikroskop electron
1. Pembatas
Lapisan yang berkesinambungan
Melingkupi sel, inti sel, dan organel
2. Mendukung aktivitas biokimia yang berlangsung di dalam sel
3. Komunikasi antar sel yang memberikan respon terhadap rangsangan luar
4. Pembatas yang bersifat selektif permeable
Adanya transport membrane yang merupakan pertukaran zat antara sel dan
lingkungannya. Transport membrane dibagi menjadi:
A) Transport pasif (difusi, difusi terfasilitasi, osmosis)
B) Transport aktif (transport melalui pompa sodium-potassium menjadi ATP
energi)
C) Transport makromolekul (endositosis dan eksositosis)
7
Endositosis dan Eksositosis
Mitokondria
8
Organel yang mempunyai dua membrane, yaitu membrane dalam dan membrane
luar.
9
Organ yang dipakai adalah ren
Ciri khas:
Ribosom
1. Ribosom mitokondria
2. Ribosom sitoplasmik
1. Ribosom bebas
Individu tersebar di sitoplasma
2. Poliribosom/polisoma
Kelompok ribosom di sepanjang benang mRNA tersebar di sitoplasma pada sintesis
protein dan enzim untuk penggunaan seluler, dan menempel pada RE kasar
10
Preparate organ yang dipakai adalah Nissl Bodies
(ribosom sitoplasmik)
Bercak biru pada sitoplasma merupakan sel neuron tersebar di dalam sel medulla
oblongasal.
Reticulum Endoplasma
11
Tempat untuk sintesis lipid dan steroid
12
Apparatus Golgi
Sintesis polisakarida
Modifikasi produk sekretorik
Mengemas produk sekretorik
Menentalkan dan menyimpan produk sekretorik
13
Lisosom
Reticulum endoplasma keluar dari aparatus golgi dan akan keluar berupa vesikel.
Vesikel akan bergabung dengan lisosom yang ada di sitoplasma kemudian akan
membentuk endosome, kemudian bergabung dengan membrane sel dan akan
mengeluarkan hasil.
Dari luar partikel masuk (endositosis) bergabung dengan endosome
membentuk produk hasil pencernaan.
14
Peroksisom
Sitoskeleton
15
Struktur sitoskeleton:
1. Mikrotubulin
Sub unit tubulin heterodimer. Tubulin berada di seluruh sitoplasma berkelompok
baik di sentriola, cilia, flagella, basal bodies, dan benang mitotik. Tubulin fungsinya
untuk memelihara bentuk sel.
2. Mikrofilamen
Mikrofilamen itu paling tipis, tersusun dari satu jenis protein aktif. Sifatnya
kontraktil. Untuk berkontraksi harus berinterkasi dengan myosin. Mikrofilamen
dalam sel bukan otot tersebar tidak teratur di sitoplasma.
3. Filamen intermediate
Ukurannya diantara mikrofilamen dengan microtubule, tersusun dari protein yang
structural terkait dengan lamina nucleus, dan berbeda beda tergantung jenis
selnya. Misal, sel apitelial (sitokeratin), sel mensenkim (vintemin), sel otot
(desmin), sel neuron (neurofilament).
Inclusion Sitoplasmik
Tumpukan metabolit atau zat lain
Tidak bergerak
Tidak memiliki atau hanya sedikit aktifitas metabolic
Bukan organel
Contohnya tetes lemak, granula glikogen, granula melanin, dan granula lipofusin
16
Tetes lemak: bulatan lemak dalam vakuola lemak.
Granula glikogen: butir butir merah magenta tersebar dalam sitoplasma
hepatocytes. Berbentuk polygonal, berderet tersusun radier vena centralis.
Nucleus
Fungsi:
17
yang berlubang-lubang. Terdapat porus nuclear yang terikat oleh globuler sub
unit.
2. Kromatin: berisi DNA, terdapat dua jenis yaitu heterokromatin dan eukromatin.
3. Kromosom: kondensasi kromatin, dalam manusia terdapat 46 kromosom atau 22
pasang, dan sepasang kromosom XY.
4. Nucleolus: satu buah, sangat basophil, heterokromatin menempel.
5. Nukleoplasma: matriks nucleus, strukturnya fibriler nukleoskeletal, mengikat
reseptor hormone dan memperbaharui sintesis DNA, tersusun oleh protein
enzimatik atau non enzematik, metabolit, ion, dan air.
18
19
SIKLUS SEL
Pemateri: Dra. Idiani D, M.Kes
Editor: Nadhifa Syahla
Definisi
Siklus sel merupakan salah satu proses terpenting dalam perkembangbiakan sel.
Sel harus melalui proses duplikasi isi dari sel kemudian diikuti pemisahan sel
menjadi dua sel anakan.
Gangguan dalam proses siklus sel berperan terutama dalam penyakit kanker dan
degenerative.
20
Struktur dan Perubahan Kromosom pada Mitosis dan
Meiosis
1) Mitosis
Pembelahan mitosis adalah pembelahan sel yang menghasilkan sel anakan
yang jumlah kromosomnya sama dengan jumlah kromosom sel induknya
Mitosis terdiri dari empat tahap:
A. Profase
B. Metaphase
C. Anafase
D. Telophase
A. Profase
Pada tahap profase, sel ditandai dengan:
Membrane inti rusak menjadi bagian-bagian kecil
Benang-benang kromatin memadat menjadi kromosom
Nucleolus mulai menghilang
Untaian kromosom berubah menjadi pilinan
21
Membrane nucleus mulai menghilang
Kromosom menggandakan diri
B. Metafase
Benang-benang kromatin berubah menjadi kromosom
Terdiri dari dua kromatid yang dihubungkan oleh sentromer dalam bidang
ekuator
Munculnya gelendong
Ujung kromosom dapat acak arahnya
C. Anafase
Diawali saling berpisahnya kromosom yang terduplikasi pada setiap dublet
Kromosom yang terdiri dari dua kromatid akan berpisah
Sentromer akan ditarik oleh binang spindle
Pada akhir anafase kromatid akan berada pada kutub yang berlawanan
D. Telofase
Kromosom mulai membukan gulungannya
Nucleolus terbentuk kembali
Membrane nukleous mulai membentuk di sekitar kromosom
Lempeng sel muncul di daerah ekuator (tengah)
Mulai terbentuk invaginasi pada sel hewan dan manusia, namun untuk sel
tumbuhan akan terbentuk lempeng atau sekat sel
Invaginasi pada telophase awal berada di tepi
Terjadi sitokinesis atau pembagian sitoplasma yang nantinya dibagi ke arah
kutub yang satu dan yang satunya lagi
Di dalam satu sel terdapat dua inti baru
Pada mitosis terjadi dua peristiwa penting yaitu perubahan kromosom yang meliputi
pemisahan inti atau disebut kariokinesis yang dimulai dalam tahap profase awal
sampai profase akhir.
22
2) Interfase
Fase istirahat yang merupakan fase diantara pembelahan mitosis satu ke
mitosis lain.
Sel mulai tumbuh (G1), diikuti dengan periode (S) sintesis DNA dan selama itu
kromosom terduplikasi, kemudian pertumbuhan kedua (G2) terjadi sebelum
mitosis berikutnya.
Inti sel tumbuh besar, keruh, dan lambat laun tampak benang benang kromatin
yang halus seperti granula (kalau udah muncul benang kromatin yang halus
maka masuk ke tahap profase awal).
3) Meiosis
Pembelahan khusus terdapat di sel gamet saja (tidak terdapat di sel tubuh)
Menghasilkan sel anakan dengan jumlah kromosom separuh dari jumlah
kromosom sel induknya (4 sel anakan)
Pada meiosis terjadi dua tahap utama:
1. Meiosis 1
2. Meiosis 2
23
Sel yang bersifat diploid memiliki kromosom (merah dan biru) yang
mempunyai bentuk dan ukuran yang sama nanti akan bergandengan atau
berpasangan.
1. Meiosis 1
A) Profase I
Terdiri dari lima sub tahap (LeZiPaDiDi):
1) Leptotene : lenyapnya selubung inti dan nukleolus masih tampak.
Benang-benang kromosom tampak sebagai benang panjang dan
tunggal.
2) Zigoten : kromosom homolog yang pada awalnya sebagai
kromosom tunggal, pada fase ini akan mengelompokkan diri
berpasang-pasangan menurut ukuran panjangnya.
3) Pakiten : kromosom yang tersusun homolog akan berduplikasi
menjadi 2 kromatid yang disebut tetrad.
4) Diplotene : adanya kiasma di antara kromatid dalam tetrad yang
memungkinkan terjadinya pindah silang.
5) Diakinesis : kromosom menjadi pendek dan tebal, selubung inti dan
nucleolus menghilang.
Membrane inti rusak
Benang kromatin memadat
Kromosom yang ukurannya sama saling bergandengan
Terjadi pindah silang atau crossing over
B) Metafase I
Benang gelondong mulai terbentuk
Kromosom ditarik oleh benang spindel dan kromosom berjejer di
bidang ekuator
C) Anafase I
Kromosom homolog memisah dan bergerak ke kutub berlawanan
Jumlah kromosom anakan berbeda dengan induk
24
D) Telofase I
Kromatid membentuk kromatin, spindle menghilang, dinding inti dan
nucleolus mulai terbentuk
2. Meiosis 2
Antara meiosis I dan meiosis II tidak ada fase istirahat (jadi dari telophase I
langsung ke meiosis II)
Meiosiss II dibagi menjadi ke beberapa tahap:
A) Profase II
Kromatin membentuk kromosom
Sentriol berpisah ke kutub masing-masing
Dinding inti dan nucleolus hilang atau terbentuk spindle
B) Metafse II
Kromosom pindah ke bidang ekuator
C) Anafase II
Masing-masing sentromer dari tiap kromosom membelah
Kromatid memisahkan diri dan bergerak ke arah yang berlawanan
D) Telofase II
Berlangsungnya sitokinesis lagi
Kromatid membentuk benang-benang kromatin dan dinding inti juga
nucleolus terbentuk lagi
Pada bidang ekuator terbentuk sekat dan terbentuklah 4 sel anakan
(jadi pada meiosis sebuah sel induk diploid menghasilkan empat sel
anakan)
PERBEDAAN MITOSIS DAN MEIOSIS
PEMBELAHAN MITOSIS PEMBELAHAN MEIOSIS
Tujuan Memperbanyak jumlah sel dan Mengurangi jumlah kromosom
mengganti yang rusak agar pada generasi berikutnya
jumlahnya tetap
Terjadinya Sel tubuh (somatic) Proses pembentukan sel kelamin
(gamet)
25
Hasil Satu sel induk menjadi dua sel Satu sel induk menjafi 4 sel anak
anak
Sifat sel anak sama dengan sel induk Sel anak tidak identic dengan sel
induk
Amitosis
Merupakan pembelahan biner (terjadi pada pembelahan sel prokariotik)
Terdiri atas tahap-tahap: melekatnya kromosom sirkuler pada suatu titik→
bereplikasi (agar setiap sel anak harus memperoleh seperangkat informasi genetik
yang identik) → 2 kromosom sirkuler yang saling bersisian dan masing-masing
melekat pada satu titik di membran
Saat sel memanjang maka titik-titik perlekatan ini akan bergerak ke ujung-ujung
sel yang berlawanan dengan kromosom sirkuler yang diikatnya terbentuk sekat
dibagian tengah sel → terbelah menjadi 2 sel anak, dengan kromosom yang
lengkap ; ribosom dan struktur sel lain yang telah mengganda jumlahnya terbagi
sama pada kedua sel anak selama pembelahan ; dan dihasilkan dua sel anak yang
identik.
26
Pembelahan eukariotik:
1. Ukuran sel lebih besar dari prokariotik
2. Lebih banyak mengandung DNA
3. Lebih rumit
4. Replikasi segregasi sitokinesis
Pembelahan prokariotik:
1. Mitosis: pembelahan pada sel somatic yang menghasilkan sel anakan yang sama
dengan sel induk
2. Meiosis: pembelahan reduksi yang memisahkan kromosom-kromosom yang
homolog
3. Terjadi pada proses gametogenesis
27
28
Anatomi Osteon (Cranium dan Mandibulae)
Pemateri : dr. Mahendra
Editor : Baiq Ulya Yudisti Mawaddati
29
Fig 1. The Axial Skeleton.
30
Fig 2. The Axial Skeleton
Skeleton Axial
1. Sebagai axis longitudinal
2. Terdiri atas 80 ossa
A. Caranium:
– 8 ossa neurocranium
– 14 ossa viscerocranium
B. Ossa lain yang berhubungan:
– 6 ossicula auditory
– 1 os hyloid
C. Columna vertebra
– 24 vertebrae
– Os sacrum
– Os coccygeus
D. Cavum thorax
– 24 costae
– 1 os sternum
31
Fig 3. Cranial and Facial Subdivisions of the Skull
Neurocranium
Membentuk cavitas cranii
Tempat bagi enchepalon
Beserta liquor cerebrospinal, vasa, nervi, meninges
Viscerocranium
Superficial
• Untuk perlekatan musculi (origo dan insersio)
Profunda
• Membatasi cavitas oris dan cavitas nasal
• Membentuk septum nasi
32
Viscerocranium Superficial
Os Maxillae
Os Lacrimal
Os Nasal
Os Zygomaticus
Os Mandibula
Viscerocranium Profunda
Os Palatinum
Conchae nasalis inferior
Os Vomer
33
34
35
Cranium
36
Cranium
Sutura Cranii
Articulatio terfiksir pada cranium
4 Sutura major :
• Sutura Lambdoidea :
Membatasi os occipital dan os parietal
• Sutura Coronalis :
Membatasi os frontal dengan os parietal
• Sutura Sagittalis :
Diantara kedua os parietal
Dari sutura lambdoidea ke sutura coronalis
• Sutura Squamosa :
Membatasi os temporal dan os parietal
37
Cranium
Sinus Paranasalis
Cavitas, untuk mengurangi berat cranium
Dilapisi membrane mucosa
Terhubung ke cavitas nasi
4 Sinus Paranalis
• Sinus frontalis
• Sinus maxillaris
38
• Sinus ethmoidalis Cranium
• Sinus sphenoidalis
Frontanelles (fonticulus/ubun-ubun)
Area lunak pada cranium, dilapisi jaringan ikat fibrosa
Menutupi bagian sutura yang belum berdifusi
Memungkinkan moulage cranium saat lahir
• Anterior frontanelle:
Frontal, sagittal, coronal sutures
• Occipital frontanelle:
Lambdoid, sagittal sutures
• Sphenoidal fontanelles:
Squamous, coronal sutures
39
• Mastoid fontanelles: Cranium
Squamous, lambdoid sutures
40
Cranium
41
Cranium
Ossa Neurocranium
Os occipital
Os parientale
Os frontale
Os temporale
Os sphenoidale
Os ethmoidale
Os Occipitale
Fungsi
Membentuk facies posterior dan inferior cranium
Articulatio dengan os occipital
o Os parietal
o Os temporal
o Os sphenoid
o Os vertebra cervicial ke-1 (os atlas)
Foramina
• Foramina magnum : Penghubung cavitas cranii dan canalis spinal
• Foramen jugular : Dilewati v. jugularis
• Canalis hypoglossi : Dilewati n. hypoglossus
Bangunan khas
• Protuberantia occipitalis external
• Crista occipitalis externa : Perlekatan ligamentum
• Condylus occipitalis : Articulatio dengan collum
• Linea nuchal inferior dan superior : Perlekatan musculi dan
ligament.
Os Parietal
Fungsi
• Membentuk facies superior dan lateral cranium
Articulatio
• Interparietal
• Os occipital
• Os temporal
• Os frontal
42
• Os sphenoid Cranium
Bangunan khas
• Linea temporalis superior dan inferior
– Perlekatan m. temporalis
– Sulci arteriosi et venosi
43
Os Frontal
Fungsi
• Membentuk facies anterior cranium dan orbita superior
• Terdapat sinus frontal
Articulation
• Os parietal
• Os maxilla
• Os ethmoid
• Sutura metopic (interfrontal)
• Os lacrimal
• Os zygomatic
• Os sphenoid
• Os nasal
Bangunan khas
• Squama frontal
• Margo supra-orbital
• Fossa lacrimal
• Sinus frontalis
Foramina
• Foramen supra-orbital:
Dilalui vasa darah ke palpebral dan sinus frontal.
• Incisura supra-orbital:
Foramen supra-orbital yang inkomplit.
44
45
Os Temporale
Fungsi :
• Membentuk dinding lateral cranium and arcus zygomaticus
• Articulatio dengan mandibular
• Proteksi auris interna
• Perlekatan musculi mandibula dan kepala
Articulatio :
• Os Zygomatic
• Os Sphenoid
• Os Parietal
• Os Occipital
• Os Mandibula
Bangunan khas :
• Pars squamosa: membatasi sutura squamosal
• Fossa mandibularis: articulatio dgn mandibular
• Processus zygomaticus
– Articulatio dgn proc. temporalis os zygomaticus
• Processus mastoideus
– Perlekatan musculi
– Terdapat cellulae mastoidea
• Styloid process
– Perlekatan tendo & ligament hyoid, lingua, pharynx
• Pars petrosa
– Menutupi bangunan pada auris interna
• Ossicula auditory
– maleus, incus, stapes
Foramina :
• Canalis caroticus: dilewati carotis interna
• Foramen lacerum
46
- For carotid and small arteries
- Hyaline cartilage
- Auditory tube
Meatus acousticus externus
Foramen stylomastoid: dilewati n. facialis
Meatus acousticus internus
-Dilewati vasa dan nervi ke auris interna dan n. facialis
47
Os sphenoidae
Fungsi
• Membentuk dasar cranium
• Menghubungkan viscerocranium dan neurocranium
• Terdapat sinus sphenoidalis
Articulatio
• Os ethmoid
• Os frontal
• Os occipital
• Os parietal
• Os temporal
• Os palatine
• Os zygomaticus
• Os maxillae
• Os vomer
Bangunan khas
• Corpus sphenoid : di bagian tengah sphenoid
• Sella tursica : berbentuk pelana, di superior corpus
• Fossa hypophysialis : cekungan di sella tursica
• Sinus sphenoidalis : di inferior sella tursica
• Alae minor : di anterior sella tursica
• Alae mayor : membentuk dinding posterior orbita, terdapat spina
sphenoidalis
• Pterygoid procceses : membentuk lamina pterygoidea, perlekatan
musculi mandibular dan pallatum mole
Foramina
• Canalis opticus : dilewati n. opticus
• Fissure orbitalis superior : dilewati vasa dan nervi ke orbit
• Foramen rotondum : dilewati vasa dan nervi ke wajah
• Foramen ovale : dilewati vasa dan nervi ke wajah
• Foramen spinosum : dilewati vasa dan nervi ke mandibular dan
maxilla
48
The sphenoid
Os ethimodale
Fungsi
• Membentuk dasar anteromedial cranium dan atap cavitas nasi
• Bagian dari septum nasi dan dinding media orbita
• Terdapat sinus (celulla) ethimodalis
Articulatio
• Os frontal
• Os sphenoid
• Os nasal
• Os lacrimal
• Os palatine
• Os maxilla
• Conchae nasi inferior
• Os vomer
49
Bagian pada os Ethimodale
• Lamina cribriformis : dasar cranium, atap cavitas nasi, terdapat crista
galli
• Massa lateral (2) : terdapat celulla ethimoidal, concha nasi superior
dan media
• Lamina perpendicularis : bagian septum nasi
Foramina
• Foramina olfactoria : pada lamina cribriformis, dilewati n. olfactorius
50
The ethmoid
Viscerocranium
Ossa viscerocranium
Os zygomaticum
Os maxillae
Os palatine
Os nasal
51
Os vomer
Os conchae nasalis inf
Os lacrimale
Os mandibular
Os zygomaticum
Fungsi
• Membentuk margo dan dinding lateral orbita
• Membentuk arcus zygomaticus
Articulatio
• Os sphenoid
• Os frontal
• Os temporal
• Os maxillae
Bangunan khas
• Processus temporalis : bertemu dengan processus zygomaticus
Foramina
• Foramen zygomaticofasialis : dilewati nervi sensori daerah pipi
52
Zygomatic bone, lateral and medial view
Os Maxillae
Fungsi
• Tempat tumbuhnya gigi atas
• Membentuk margo orbitalis inferior
• Membentuk margo lateral nares externa
• Membentuk rahang atas dan palatum drum
• Terdapat sinus maxillaris
Articulatio
• Intermaxilla
• Semua ossa cranii selain os mandibula, temporale, occipital, parietale
Bangunan khas
• Margo orbita : proteksi mata dan orbita
• Spina nasalis anterior : perlekatan cartilage septi nasi anterior
• Processus alveolaris : membatasi cavitas oris
• Processus palatinus : membentuk palatum durum
• Sinus maxillaris
• Canalis nasolacrimalis : proteksi saccus lacrimalis dan ductus
nasolacrimalis
Foramina
• Foramen infra-orbita : dilewati nervi sensory ke otak
53
• Fissure orbitalis inferior : dilewati nervi cranalis dan vasa
54
55
The Maxillae, lateral and medial view
Os Palatina
Fungsi
• Membentuk pars posterior palatum durum
• Bagian dinding inferior orbita
Articulatio
• Interpalatina
• Os maxialle
• Os sphenoid
• Os ethmoid
• Concha nasal inferior
• Os vomer
Bagian pada os Palatina
• Lamina horizontal : bagian posterior palatum durum
• Lamina perpendicular : dari lamina horizontal ke processus
orbitalis
Foramina
• Banyak di pars lateral lamina horizontal
• Dilewati vasa-vasa kecil dan nervi kearah palatum oris
56
The palatine, oblique view
57
Os Nasal
Fungsi
• Menyokong basis nasi
• Menghubungkan pars distal cartilage nasalis
Articulatio
• Internasal
• Os ethmoid
• Os frontal
• Os maxillae
58
Fungsi
• Membentuk pars inferior septum nasalis ossea
Articulatio
• Os sphenoid
• Os ethmoid
• Os palatine
• Os maxillae
• Pars cartilago septi nasi
59
Conchae Nasalis Inferior
Fungsi
• Menciptakan turbulensi udara di cavitas nasi
• Memperluas area permukaan epitel
• Menghangatkan dan melembabkan udara inhalasi
Articulatio
• Os ethmoid
• Os maxillae
• Os palatine
• Os lacriminal
60
Os Lacrimale
Fungsi
• Os cranii yang terkecil
• Membentuk dinding medial orbita
Articulario
• Os frontal
• Os maxillae
• Os ethmoid
Bangunan khas
• Sulcus lacrimalis : tempat saccus lacrimalis, berlanjut ke canalis
nasolacriminalis
61
The Smaller Bones of Face (os nasal, vomer, conchae nasalis inf, lacrimale)
Os Mandibula
Fungsi
• Membentuk rahang bawah
Articulatio
• Os temporal (fossa mandibularis)
Foramina
• Foramina mental : dilewati nervi sensori dari bibir dan dagu
• Foramen mandibula :
Pintu masuk canalis mandibularis
62
Dilewati nervi dan vasa ke gigi bawah
Bangunan khas
• Corpus mandibula : pars horizontal
• Processes alveolaris : menyokong gigi bawah
• Protuberantia mental : perlekatan musculi facialis
• Linea mylohyoidea : insersio m. mylohyoid
• Ramus : dua cabang ascendens corpus ke kanan-kiri
• Processus condylaris : membentuk art. Temporomandibularis
• Processus coronoideus : insersio m. temporalis
• Incisura mandibularis : di antara processus condylaris dan
coronoideus
The Mandible
63
The Mandible, oblique view
64
The Mandible, posterior and superior view
65
66
Path Way of Protein Secretion
Pemateri : drg. Dian Yosi Arinawati, M.DSc., Ph.D
Protein merupakan gabungan dari banyak sekali asam amino. Terdapat 20 jenis asam
amino utama yang dibutuhkan oleh tubuh kita. Asam amino tersebut dikelompokkan
menjadi dua;
67
68
Setelah protein melalui tahapan trankripsi dan translasi, maka tahap selanjutnya
adalah sekresi. Organel yang berperan besar dalam tahap ini adalah Endoplasmic
Reticulum dan Aparatus Golgi.
ER (Endoplasmic Reticulum)
ER memiliki bentuk yang beragam, diantaranya
69
1. Co-Translational Translocation (‘co’ artinya sebelum)
a. Free ribosome mulai mentranslasi protein yang harus ditranslokasi ke ER.
Urutan asam amino yang pertama disintesis ini adalah protein khusus
yang menjadi penanda untuk proses translokasi, signal sequence (SS).
b. Signal sequence berikatan dengan signal receptor particle (SRP) pada area
N-terminus dari SS. Hal ini membuat translasi protein terhambat bahkan
terhenti (paused)
c. Kompleks SS-SRP dengan menggunakan GTP bergerak menuju ER.
d. SRP akan berikatan dengan signal sequence particle receptor yang ada di
permukaan membran ER. Sedangkan SS akan membuka translocon
protein channel yang juga ada juga ada di permukaan membran ER.
Pembentukan kompleks SRP-SRP receptor membuat SS berikatan dengan
translocon protein channel membuat kedua molekul ini disebut sebagai
molecular matchmaker. Karena SRP terlepas dari SS maka translasi
protein dilanjutkan (resume)
e. Setelah proses translasi selesai, ribosom akan lepas dari untai protein dan
kembali menjadi free ribosom. SS dipotong dari rantai protein oleh signal
peptidase. Protein hasil translasi masuk ke lumen ER, masuk ke tahap
folding, hingga akhirnya menjadi protein membran atau disekresikan
keluar sel.
f. SS yang terlepas dari translocon protein channel dan menempel pada
membrane ER akan mengalami degradasi secara cepat.
g. Plug protein akan kembali menutup transloco protein channel sehingga
TPC menjadi inaktif
70
h. Ribosom yang menempel (Selamanya atau sementara) ini akan
membentuk area RER.
2. Post-Translational Translocation (‘post’ artinya sesudah)
Translokasi terjadi setelah mRNA selesai ditranslasi menjadi protein oleh free
ribosom. Apabila protein memiliki SS, maka ia akan masuk ke pathway yang
sama dengan co-translation translocation. Yang membedakannya adalah
tidak terjadi ikatan antara ribosom dengan membran ER.
Transmembrane Protein
Tidak semua protein yang datang menuju ER akan masuk ke lumen. Ada juga protein-
protein yang akan berikatan dengan TPC yang tertanam di membrane. Translokasi
yang terjadi pada dasarnya sama dengan translokasi yang sudah dijelaskan di atas.
Perbedaanya terletak pada tahap awal dimana pada protein transmembran terdapat
sekuens protein yang menghentikan terjadinya proses translokasi, hydrophobic
amino acids atau stop transfer protein (stop TP). Ribosom tetap menyelesaikan
translasinya hingga akhir baru melepaskan diri dari protein. SS akan dipotong signal
protease lagi, namun stop transfer protein tidak terpotong sehingga ia akan menjadi
jangkar yang membuat protein tadi melekat pada membrane ER. Jika hanya ada satu
untai protein yang terbentuk dari satu mRNA; single pass protein. Sedangkan pada
multi pass protein, SS dan stop TP akan bergantian ditranslasi oleh ribosom sehingga
dari satu mRNA akan terbentuk banyak protein membran. Pembentukan multiple
pass protein ini sama dengan kerja mesin jahit.
71
Bagaimana jika folding protein bermasalah?
72
Protein yang sudah melalui tahap folding di ER akan bergerak menuju golgi untuk
diproses lagi dan akhirnya disekresikan ke luar atau dikirim untuk menjadi protein
membrane.
Referensi
Bustin S. (2015). Molecular Biology of the Cell, Sixth Edition; ISBN: 9780815344643;
and Molecular Biology of the Cell, Sixth Edition, The Problems Book; ISBN
9780815344537. International Journal of Molecular Sciences, 16(12), 28123–28125.
https://doi.org/10.3390/ijms161226074
73
74
Glandula Salivarius
Pemateri: Dr. drg. Erlina Sih Mahanani, M Kes
B. Tipe-Tipe Saliva
Perbandingan Serous dan Mucous adalah 3:2, kandungan Serous lebih banyak
dibandingkan dengan Mucous di dalam rongga mulut
1. Serous
- Sifatnya/konsentrasinya lebih encer
- Kelenjar Parotid adalah kelenjar yang mengeluarkan saliva serous
2. Mucous
- Sifatnya/konsentrasinya lebih kental
- Kelenjar Sublingual dan Kelenjar Saliva Minor adalah kelenjar yang
mengeluarkan saliva mucous
3. Mixed
2. Submandibular
- Lokasi: Bagian rahang bawah
- Ductus: Wharton’s
- Sekresi: Mixed, tapi lebih banyak serousnya, jadi lebih watery (60-65%
dari total)
- Kelenjar ludah terbesar kedua
3. Sublingual
- Lokasi: Bawah lidah
- Ductus: Bartholins’s
- Sekresi: Mixed, tapi lebih banyak mucousnya,
jadi lebih kental (15% dari total)
76
E. Minor Salivary Glands
1. Labial (bibir): labial mucosa; mucous + serous
2. Buccal (pipi): buccal mucosa;
mucous + serous
3. Palatal (langit-langit): posterior
and lateral palatal; mucous aja
4. Lingual (lidah): tip and posterior
lingual; mucous + serous
Jadi, di minor salivary glands ini
rata-rata semuanya jenis
sekresinya itu mixed, kecuali
PALATAL, karena dia cuman
sekresi mucous aja
G. Clinical Aspect
1. Salivary Stones or Sialoliths
- Paling umum terjadi
- Air liur tidak bisa keluar karena ada sumbatan
- Ada deposit kristal-kristal saliva yang menyebabkan ductus tertutup,
sehingga tempat aliran keluarnya saliva ter-blok yang menyebabkan
saliva
77
2. Salivary gland infections or Sialadenitis
- Biasanya terjadi pada kelenjar parotid
- Karena infeksi, jadi benjolannya tidak keras atau lunak dan biasanya
bisa digeser-geser
- Biasanya disertai nanah
- Orang yang menderita ini biasanya disertai demam dan rasa sakit
3. Viral Infections
- Infeksi karena virus
- Flu dan mumps (gondongan) dapat
menyebabkan pembengkakan
pada kelenjar saliva
- Biasanya menular
- Ada pembengkakan salivary glands
- Pada kelenjar parotid biasanya
bengkak hanya di satu sisi dan menyebabkan “chipmunk cheeks”
pipinya besar sebelah
- Beberapa penyakit virus yang
menyebabkan
pembengkakan kelenjar ludah:
Epstein-Barr (EBV),
Cytomegalovirus (CMV),
Coxsackievirus dan HIV
-
4. Bacterial Infections
- Infeksi karena bakteri
- Pembengkakan pada kelenjar parotid hanya pada satu
sisi
- Disertai sakit dan demam
5. Cysts
- Injuries, infeksi, tumor, salivary
stones menghambat jalur dari
saliva itu sendiri
- Terjadi pada kelenjar parotid
78
6. Tumors
- Plemorphic adenomas (parotid glands, submandibular glands, minor
salivary glands)
- Warthin’s tumor (parotid gland)
7. Sjogren’s syndrome
- Chronic autoimmune disease
- Leading to dry mouth and eyes
- Salivary glandsnya mengalami pembesaran
- Biasanya tidak terasa sakit
H. Description of Saliva
- Tidak berbau
- Tidak berwarna atau agak berbusa
- Ropy or watery
- Membasahi gigi dan jaringan di sekitar rongga mulut
- Resting: unstimulated
- Active: stimulated (10x resting rate)
I. Flow of Saliva
- Continuous
- Sources of resting saliva
- Characteristic of flow:
1. Amount: copious vs scanty
2. Viscosity: thickness;consistency:
Ropy (lebih banyak mucous)
Watery (lebih banyak serous)
K. Komposisi Saliva
1. Senyawa-Senyawa Organik
- Urea, uric acid, free glucose, free amino acid, lactate, fatty acid
- Makromolekul di dalam saliva: protein, amylase, peroksida,
thiocyanate, lysozyme, lipid, Ig A, Ig M, Ig G
2. Senyawa Anorganik
- Ca, Mg, F, HCO3, K, Na, Cl, NH4
3. Gases
- CO2, N2 dan O2
4. Water
5. Constituents derived from the oral cavity
- Desquamated epithelial cells, Leukosit PMN from crevicular fluid,
bacteria
L. Ph Saliva
- Saliva memiliki pH noermal sekitar 6-7
- Ph akan turun Ketika kita tertidur
- Ph akan naik Ketika kita makan
- Ph akan turun Kembali Ketika kita selesai makan
- Jika salivary flow meningkat = meningkatkan buffer di dalam mulut
(kemampuan mempertahankan pH agar tetap netral) = pH naik
80
M. General Function Saliva
1. Menjaga gigi tetap sehat dengan menyediakan lubricant, calcium dan
buffer
2. Menjaga Kesehatan gusi kita, jaringan di dalam mulut (mucosa) dan juga
tenggrorokan
3. Mengontrol bakteri yang ada di dalam rongga mulut
4. Self cleansing
5. Menyediakan mineral seperti Ca, F, P
6. Membantu menelan dan mencerna makanan
7. Jika mulut kita kekurangan saliva, maka rongga mulut kita rentan terkena
infeksi dan penyakit
O. Multifunctionality
81
82
KONTRAKSI OTOT
Dr. dr. Ikhlas Muh Jennie
QS. An Nur : 35
ُّ ٰ َل َو ْاْلَرْ ضُ الس َّٰم ٰوتُ هن ْو هُر ا
لل ه ُح مصْ َباحُ ف ْي َها َكم ْش ٰكوةُ هن ْورهُ َم َث ه ُهز َجا َجةُ فيُْ اَ ْلمصْ َبا ه
اج هُة َ لز َج ُّ َْل َز ْي هت ْو َنةُ ٰب َر َكةُ هّ ّّم َش َج َرةُ منُْ ي ُّْو َق هُد هدرِّ يُ َك ْو َكبُ َكا َ َّن َها ا ُ َّ ُْل َشرْ قيَّةُ َ ََُّغرْ بيَّةُ و
ع ٰلى هن ْورُ َنارُ َت ْم َسسْ هُه لَ ُْم َولَوُْ يهض ْۤيْ هُء َز ْي هت َها َّي َكا هُد َُ ُللا ه َيهْدى هن ْور ٰ
ُّ َُش ْۤا هُءَّ ّّي َمنُْ ل هن ْوره
ُّ ٰ ل
ُللا ه َو َيضْ ربه ُّ ٰ ل َو
َُ للا ه لل َّناسُ ْاْلَ ْم َثا ُِّ ليْمَُّع َشيْ ءُ ب هك
Artinya:
Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya, seperti
sebuah lubang yang tidak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di
dalam tabung kaca (dan) tabung kaca itu bagaikan bintang yang berkilauan, yang
dinyalakan dengan minyak dari pohon yang diberkahi, (yaitu) pohon zaitun yang
tumbuh tidak di timur dan tidak pula di barat, yang minyaknya (saja) hampir-hampir
menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah
memberi petunjuk kepada cahaya-Nya bagi orang yang Dia kehendaki, dan Allah
membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia. Dan Allah Maha Mengetahui
segala sesuatu.
Outline:
Mekanisme kontraksi otot skelet
Interaksi myosin, filamen aktin, dan ion-ion kalsium dalam kontraksi
Otot Skelet:
Terdiri dari serabut otot dengan penampang 10 s/d 80 mikrometer
Disusun oleh bundle yang hampir sama panjangnya
Sarkolema :
- Membran serabut otot
- Terdiri dari membrane sel (plasma membrane)
83
- Membran luar disusun oleh polisakarida dengan jaringan kolagen tipis
Pada ujung bundle ottto, sarkolema menjadi satu dengan tendo dan masuk ke
dalam tulang
Myofibril, Aktin dan Filament Miosin:
Myofibril : Penyusun serabut otot (berjumlah ratusan hingga ribuan)
Tiap myofibril didampingi filament myosin dan aktin
84
Jika ada troponin-tropomiosin kompleks ditambahkan dalam filamen aktin,
ikatan tersebut tidak terjadi
hambatan terjadi pada daerah filament aktin yang aktif pada otot yang
relaksasi.
Sebagai akibat tidak dapat menempel pada filament myosin untuk kontraksi.
Dalam keadaan penuh kalsium penghambatan troponin-tropomiosin pada
filamen aktin terhambat.
Filamen
Aktin
85
Aku setelah bayar inhale :
86
PUSAT PENGATUR MOTORIS
Dr. dr. Ikhlas Muh. Jennie
QS. Hud : 56
ُِِّْني ُّ ٰ ُْْل ةَُّ ّّ َد ْۤاب منُْ َما َُو َر ِّب هك ُْم َربِّي
للا َعلَى َت َو َّك ْل ه
ُت ُ َّ َربِّيُْ َّ ّّانُب َناص َيت َها ٰاخذُ ه َُهو ا
مُّسْ َتقيْمُ ص َراطُ َع ٰلى
Artinya :
Sesungguhnya aku bertawakal kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu. Tidak satu pun
makhluk bergerak yang bernyawa melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya
(menguasainya). Sungguh, Tuhanku di jalan yang lurus (adil).
Outline :
Korteks motoris
Traktus kortikospinalis
87
Korteks Motorik
Dari anterior otak sampai ke sulkus sentralis (1/3 posterior lobus frontalis
Dibagi menjadi 3 bagian:
1. Korteks motoris primer (PMC)
2. Daerah premotor
3. Daerah motor suplemen
Daerah Premotor
Terletak di depan PMC lateral
Mulut dan muka (wajah) paling lateral, dan ke atas daerah tangan, lengan,
badan dan kaki.
Kebanyakan signal saraf timbul di daerah premotor memberikan bentuk-
bentuk gerak sebagai kerja dari otot.
Ex: Kelompok otot yang memberikan gerakan khusus seperti halnya gerakan
tangan juga ada kontraksi bahu tangan dapat berfungsi dengan baik
Daerah premotor mengirim signal
1. Langsung ke PMC untuk menggiatkan macam-macam kelompok otot
2. Atau melalui ganglia basalis dan talamus untuk kembali ke PMC
sistem kompleks untuk mengontrol bentuk gerakan-gerakan di seluruh aktivitas
badan.
88
Area Khusus
Beberapa area khusus pengawasan motor ditemukan di daerah korteks
motorik manusia.
Jika di area tersebut terdapat kerusakan terjadi hal-hal akibat tidak ada
yang mengontrol
Area Putaran
Dekat dengan daerah lapang gerakan motor mata
Fungsi: Mengatur letak kepala mengikuti jika melihat dari obyek satu ke obyek
lain
89
Area untuk Keterampilan Tangan (skill)
Jika terjadi destruksi di area ini gerakan tangan menjadi inkoordinasi (tidak
terkoordinir) -- > terjadi gerakan tidak bertujuan == motor apraxia
90
Transmisi Signal (Impuls) dari Motor Korteks ke Otot-
Otot
Impuls dijalarkan langsung dari korteks ke spinal melalui traktus
kortikospinalis
Secara tidak langsung melalui banyak area, yaitu basal ganglia, serebelum dan
bermacam nuclei di batang otak.
Impuls yang langsung lebih mengawasi pada gerakan halus
Bagian distalis badan, tangan dan jari-jemari.
91
(merupakan kecepatan transmisi yang paling cepat dari seluruh impuls /
signal dari otak sampai ke corda)
92
93
CENTRAL DOGMA & EPIGENETIC REGULATION
Pemateri : drg. Arya Adiningrat, Ph.D
Editor : Zalfa Nurirbah
A. CENTRAL DOGMA
PENDAHULUAN:
Central dogma adalah biologi molekuler menjelaskan mengenai proses
perubahan gen dari DNA menjadi RNA, dan RNA menjadi protein. Dogma ini
menjelaskan bagaimana proses pembacaan materi genetik menjadi protein
yang berperan di setiap tahap metabolisme di dalam tubuh suatu organisme.
Human Nuclear Genom ada 2 yaitu :
Panjang -> ~3,3 x 109 Bp
Pendek -> 16.569 Bp
Jumlah gen yang ada di tubuh manusia sekitar 30.000 gen
Amino acid manusia = 20 (start), 3 (stop: UAG, UAA, UGA)
A. DNA REPLIKASI
Keterangan :
o RNA Primerase, menggabungkan nukelotida RNA agar dapat
membentuk primer (dimulai pada ujung 5’)
o DNA polymerase, menggabungkan nukleotida menjadi polimer DNA
yang Panjang
94
o DNA ligase, menyambungkan fragmen DNA (fragmeno okazaki)
sehingga menjadi DNA yang utuh
Sel eukariotik dalam sekali proses replikasi akan terbentuk banyak sekali ORI
karena DNA eukariotik sangat panjang.
Contoh sel eukariotik adalah sel-sel alga, tumbuhan, hewan, dan manusia.
Sel prokariotik, dalam sekali proses replikasi hanya akan terbentuk 1 ORI
karena DNA prokariotik ukurannya lebih pendek. Contoh sel prokariotik
adalah sel bakteri dan ganggang hijau biru.
95
B. TAHAPAN SINTESIS PROTEIN
2) Translasi (penerjemahan)
= sintesis polipeptida dengan kode dari mRNA menerjemah RNA
menjadi asam amino. Asam asam amino akan dirangkaikan
membentuk polipeptida
INGAT KEMBALI!!!
Tipe RNA ada tiga
1. mRNA = membawa informasi DNA di nucleus menuju ribosom di
sitoplasma
2. rRNA = bergabung dengan protein untuk membentuk ribosom
3. mentransfer asam amino ke ribosom untuk membantu
pembentukan protein
97
Translasi Prokariotik dan Eukariotik
1) Prokariotik
organisme prokariot merupakan organisme yang masih sederhana,
ditandai dengan inti yang belum terlindungi oleh membrane inti, sehingga
tidak ada batas yang tegas antara inti dan sitoplasma sel.
Pada prokariot, translasi terjadi sebelum transkripsi sepenuhnya
dirampungkan artinya sebelum transkripsi selesai dilakukan, translasi
sudah dapat dimulai. Pada prokariot tidak terdapat membrane inti,
sehingga tidak ada yang memisahkan transkripsi dan translasi
2) Eukariotik
dengan adanya membrane inti, dapat dibedakan tempat terjadinya
transkripsi dan translasi.
Transkripsi terjadi di nukleus sedangkan translasi terjadi di sitoplasma
(ribosom). Ada jeda waktu antara transkripsi dengan translasi (fase
pasca-transkripsi). Waktunya pun tidak terjadi secara bersamaan,
transkripsi selesai terlebih dahulu baru dapat melakukan translasi. Proses
transkripsi dan translasi pada eukariot lebih kompleks daripada prokariot.
Pendahuluan:
Epigenetik mengacu pada studi tentang perubahan bawaan dari
organisme yang disebabkan oleh modifikasi ekspresi gen, daripada perubahan
materi genetik dari organisme. Modifikasi ekspresi gen adalah proses alami
yang terjadi di dalam sel untuk menyesuaikan jenis dan jumlah protein yang
diekspresikan dalam sel. Dua jenis utama modifikasi tersebut adalah metilasi
DNA dan modifikasi histon.
98
Dalam modifikasi histon terjadi penempelan asetil pada protein
histon mengakibatkan laju transkripsi meningkat. Faktor epigenetik berikatan
dengan ekor histones, mengubah tingkat DNA yang dibungkus di sekitar
nukleosom. Histon adalah jenis protein di sekitar mana DNA dapat mengikat
selama pembentukan kromatin. Tingkat pembungkus DNA di sekitar histon
mengubah ekspresi gen.
Pada gambar diatas, gene “switched off” itu maksutnya adalah metilasi DNA
maka kromatin diam (tidak bekerja) dan tidak ada nya asetilasi histon. Metilasi DNA
bekerja untuk menekan kromatin.
Sedangkan Gene “switched on”, asetilasi histon bekerja kromatin aktif dan tidak
terjadinya metilasi di sitosin.
99
100
101
Pengantar Psikologi Perkembangan
Pemateri : Dr. I. L. Gamayanti, Msi, PSi
Editor : Cindy Aprilianti AS
Otak Serabut saraf di otak yang terchebin satu dengan yang lainnya
membentuk sistem yang bekerja menjadi satu kesatuan.
Prinsip Perkembangan
Merupakan hasil dari proses pematangan
Mengikuti pola yang teratur & dapat diramalkann
Saling keterkaitan antar aspek perkembangan
Keberhasilan / kegagalan tahap sebelumnya dapat mempengaruhi tahap
berikutnya
Adanya masa peka & masa kritis
Hasil dari proses perkembangan : sangat individual “individual differences”
102
Aspek Sosial Kemampuan berhubungan social yang dipengaruhi kondisi social
budaya
Aspek Bahasa Berhubungan dengan kemampuan berbicara dan berbahasa
Aspek Motorik Berhubungan dengan koordinasi gerak tubuh yang meliputi
motorik halus dan kasar
Aspek Karakter Berhubungan dengan tabiat, watak, sifat, batin, maupun budi
pekerti.
Perkembangan Optimal
Perkembangan yang optimal terjadi apabila potensi yang ada pada diri anak dapat
dikembangkan dan dibina sehingga tercapai suatu kemampuan tertinggi yang dapat
dicapai sesuai dengan taraf, ragam potensi dan usia masing-masing individu
103
Bermain
Pentingnya bermain
Bermain sambil belajar
Belajar sambil bermain
Penggunaan Bahasa
Bahasa Ibu/ Bahasa Daerah Bahasa Indonesia Bahasa Asing
104
Karakter
Watak
Sikap
Ciri Khusus
105
106
NYERI DAN SISTEM NERVORUM
Dr. dr. Triwahyuliati, Sp.S., M.Kes
DEFINISI NYERI
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan
sehubungan dengan kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial, atau dalam
penggambarannya. (Mersky, 1994)
Nyeri adalah tanda vital kelima, American Pain Society menggarisbawahi pentingnya
memantau dan mengelola nyeri pada pasien.
KLASIFIKASI NYERI
Berdasarkan patofisiologi:
107
2. Nyeri neuropatik (stimulus diproses oleh sistem saraf secara abnormal. Nyeri
neuropatik adalah nyeri tanpa stimulus yang jelas, disebabkan oleh kerusakan
pada jaringan saraf yang menyebabkan rasa sakit seperti terbakar atau
menusuk. Biasanya menjalar sesuai dermatome. Salah satu contohnya adalah
saraf terjepit.
Dermatome:
108
PERADANGAN CEDERA PADA JARINGAN
Saat terjadi cedera pada suatu jaringan, mediator-mediator inflamatori dan sel-sel
fagosit akan dilepaskan untuk merangsang nosiseptor (reseptor penerima nyeri).
1. Nosiseptor Mekanik
Nosiseptor mekanik merespons kerusakan mekanis seperti memotong,
menghancurkan, atau mencubit.
2. Nosiseptor Termal
Nosiseptor termal merespon suhu ekstrim, terutama panas.
3. Nosiseptor Polimodal/Kemikal
Nosiseptor polimodal/kemikal memberikan respons yang sama terhadap
semua jenis rangsangan kerusakan, termasuk bahan kimia bersifat mengiritasi
yang dilepaskan dari jaringan yang terluka.
110
4 TAHAPAN TERJADINYA SENSASI NYERI
1. STIMULASI, stimulus yang mampu mengaktifkan neuron sensorik (reseptor)
harus terjadi
2. TRANSDUKSI, reseptor harus mentransduksi rangsangan menjadi impuls saraf
3. KONDUKSI, impuls harus dilakukan sepanjang jalur saraf ke otak
4. TRANSLASI, wilayah otak harus menerjemahkan impuls menjadi sensasi
kemudian menjadi persepsi (kesadaran & interpretasi sensasi)
111
ANATOMI TULANG BELAKANG (COLUMNA
VERTEBRALIS)
112
SEGMEN TULANG BELAKANG
1. Kornu anterior/dorsalis, yang
mengandung serat saraf motorik
2. Kornu posterior/ventralis, yang
membawa serat serat saraf sensorik
3. Kornu intermedium, yang membawa
serat-serat asosiasi
4. Kornu lateral, merupakan bagian dari kornu intermedium yang membawa serat
saraf simpatis
113
TERMINOLOGI
1. Nyeri Nosiseptik : Nyeri yang disebabkan oleh cetusan spontan pada
nosiseptor atau inflamasi pada kerusakan jaringan yang dikarenakan adanya
stimuli langsung.
2. Nyeri Neuropatik : Nyeri yang disebabkan oleh adanya lesi atau disfungsi
primer pada sistem saraf.
a. Nyeri neuropatik perifer, kerusakan sistem saraf perifer
b. Nyeri neuropatik sentral, kerusakan sistem saraf sentral
3. Paresthesia : nyeri spontan yang dirasakan seperti panas, tusuk, geli terjadi
dengan atau tanpa rangsang dari luar, dimana dalam keadaan normal tidak
ada.
4. Hiperalgesia : Respons yang berlebihan terhadap stimulus yang secara normal
menimbulkan nyeri.
a. Hiperalgesia primer, peningkatan kepekaan nosiseptor
b. Hiperalgesia sekunder, sensitisasi/pengkaktifan pada penjalaran impuls pd
serabut saraf perifer dan sentral
5. Allodinia : nyeri yang ditimbulkan oleh stimulus yang secara normal tidak
menimbulkan rasa nyeri. Hal ini terjadi karena sensitisasi sentral, reorganisasi
serabut AB dan kontrol inhibisi hilang.
6. Nyeri alih : nyeri yang dirasakan dibagian tubuh yang letaknya jauh dari
jaringan yang menyebabkan rasa nyeri. Hal ini terjadi karena serabut nyeri
visceral dan kulit difungsikan oleh beberapa neuron yang sama
114
Rangsangan berbahaya dapat menyadarkan respons sistem saraf terhadap
rangsangan selanjutnya. Respon nyeri normal sebagai fungsi dari intensitas stimulus
digambarkan oleh kurva diatas, dimana bahkan rangsangan yang kuat tidak dialami
sebagai nyeri. Namun, cedera traumatis dapat menggeser kurva ke kiri. Kemudian,
rangsangan berbahaya menjadi lebih menyakitkan (hiperalgesia) dan biasanya
rangsangan tanpa rasa sakit dialami sebagai nyeri (allodynia).
115
KARAKTERISTIK NYERI
Secara klasik, nyeri dibedakan berdasarkan lama diderita:
116
SSESMEN NYERI INISIAL
TAHAPAN DIAGNOSIS UNTUK NYERI (SECARA
SKEMATIS)
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan fisik umum
b. Pemeriksaan neurologik
Kesadaran Saraf-saraf kranial
Motorik Sensorik
117
SKALA ANALOG VISUAL
SKALA UNIDIMENSIONAL
• Skala peringkat verbal menggunakan peringkat kata dalam urutan tingkat
keparahan
• Skala analog
visual mungkin
kontinu atau
berselang
118
SKALA MULTIDIMENSIONAL
McGill pain questionnaire terdiri dari 20 skala descriptor, masing-masing berisi
sejumlah variabel kata sebagai daftar peringkat dalam intensitas λ dibagi menjadi 4
dimensi utama. Pasien diminta untuk memilih satu kata dari daftar yang relevan.
PENATALAKSANAAN NYERI
Prinsip penatalaksanaan:
NYERI
WHO STEP LADDER ANALGESIA
120
OBAT-OBATAN TAMBAHAN
121
122
Dasar-Dasar Genetika
Pemateri : drg. Dyah Triswari, M.Sc
123
QS. An-Nisa ayat 23 (tidak menikah dengan mahram, himbauan menikah
dengan saudara dekat)
ِ ات ْاَأْل ُ ْخ
ت ُ ات ْاَأْلَ ِِخ َو َب َن ُ ت َعلَ ْي ُك ْم أ ُ َّم َها ُت ُك ْم َو َب َنا ُت ُك ْم َوأَ َخ َوا ُت ُك ْم َو َعمَّا ُت ُك ْم َو َخ َااَل ُت ُك ْم َو َب َن
ْ حُرِّ َم
الَلتِي َّ ات ِن َسا ِئ ُك ْم َو َر َبا ِئ ُب ُك ُمُ ضا َع ِة َوأ ُ َّم َه َ َّضعْ َن ُك ْم َوأَ َخ َوا ُت ُك ْم م َِن الر َ ْالَلتِي أَر َّ َوأ ُ َّم َها ُت ُك ُم
َخ ْل ُت ْم ِب ِهنَّ َف ََل ُج َنا َح َعلَ ْي ُك ْم َ َخ ْل ُت ْم ِب ِهنَّ َفإِنْ لَ ْم َت ُكو ُنوا د َ الَلتِي د َّ ُور ُك ْم مِنْ ِن َسا ِئ ُك ُم ِ فِي ُحج
َ َّ َّف َۗ ِإِن
ّللا َ َِين مِنْ أَصْ ََل ِب ُك ْم َوأَنْ َتجْ َمعُوا َبي َْن ْاَأْل ُ ْخ َت ْي ِن ِإِ َّاَل َما َق ْد َسل َ َو َح ََل ِئ ُل أَ ْب َنا ِئ ُك ُم الَّذ
ان َغفُورً ا َرحِيم َ ّ َك
Genetika
Ilmu yang mempelajari tentang gen, sifat-sifat keturunan (hereditas) dan
variasinya pada makhluk hidup karena mutasi gen
Ilmu yang berkaitan dengan pertumbuhan, perkembangan, dan reproduksi
Ilmu yang dapat digunakan untuk penentuan etiologi , diagnosa, perawatan,
prognosis penyakit/kelainan dan penyuluhan genetik
Sebelum kita diagnosa harus anamnesa (pemeriksaan subjektif untuk mengumpulkan
informasi) terlebih dahulu untuk mengetahui faktor resiko seperti faktor genetik
(keturunan) atau diet (lingkungan).
124
Bahan genetik
Material Genetik GEN ialah DNA yang memiliki struktur Double helix ( Gugus fosfat,
Gula dioksiribosa, Basa nitrogen) dalam Basa nitrogen terdapat Purin (Guanin,
Adenin) dan Pirimidin (Sitosis,Timin). Agar dapat memproduksi menjadi protein harus
masuk ke ribosom, tetapi ribosom hanya dapat menerjemahkan RNA, sehingga DNA
diproses di nukelus untuk melakukan proses transkripsi (diterjemahkan menjadi
untaian RNA). DNA dari nukleus pindah ke ribosom dengan menggunakan RNA
mesengger.DNA akan melakukan proses transkripsi (inisiasi,elomasi,terminasi)
kemudian di ribosom terdapat tRNA membawa anti kodon/asam amino.Ketika DNA
diterjemahkan menjadi RNA, timin jadi urasil.
Terjadi mutasi pada basa nitrogen menyebabakan pengkodean asam amino berubah
( urutan asam amino berubah)
Sintesis Protein
125
Transkripsi terjadi pada nukleus, transkripsi bertujuan untuk menerjemahkan
DNA template berubah menjadi mRNA/RNAd (RNA mesengger)
mRNA akan diubah menjadi asam amino yang terangkai menjadi polipeltida
sehingga terbentuk protein
Kromosom
Bentuk kromosom : Metasentrik, Telosentrik, Submetasentrik, Akrosentrik
Kelainan Kromosom
Terjadi karena perubahan struktur dan jumlah kromosom
Peristiwa kromosm gagal berpisah (nondisjunction) kromosom bisa berkurang
atau bertambah jumlahnya
Kegagalan kromosom berpisah pada waktu meiosis (gonosom)
Sel gamet (sperma atau ovum) mengalami pengurangan atau penambahan
jumlah kromosom (mutase aneuploid)
Akibatnya tidak dapat menjadi individu baru atau individu baru dengan kelainan
(sindrom)
126
Substitusi (Pergantian)
Delesi (Asam amino hilang)
Insersi (Penambahan struktur)
Sindrom Akibat mutasi jumlah kromosom
1. Sindrom Turner : Penampilan perempuan tetapi perkembangan organ
kewanitaan nya tidak berkembang dengan baik, ovarium tidak berfungsi
dengan baik, tidak menstruasi, payudara tidak tumbuh.
Monosomi (2n-1) : 22AA+X0 pengurangan jumlah kromosom seks/gonosom
(perempuan dengan ovarium rudimeter) (karyotype 45 X)
3. Sindrom jacob : Laki-laki dengan ciri fisik normal tetapi secara mental perilaku
agresif
Trisomi (2n+1) : 22AA+XYY penambahan jumlah kromosom seks/gonosom (laki-laki
dengan ciri fisik normal) (karyotype 47, XYY)
5. Down Syndrome : Sering terlihat di praktik dokter gigi , terjadi kelainan pada
kromosom 21, jumlah tidak sepasang tetapi 3
Trisomi (2n+1) : 47,XX/XY penambahan jumlah kromosom somatis/autosom (laki-
laki/perempuan)
6. Syndrome Edward : Bayi tidak bisa bertahan lama, kelainan pada kromosom
18
Trisomi (2n+1) : 47,XX/XY penambahan jumlah kromosom somatis/autosom (laki-
laki/perempuan)
Terminologi Genetika
• P = Parental
• F = Filial/ keturunan
• Homozigot = sifat individu yang genotipnya berasal dari gen yang sama
• Hibrid = hasil perkawinan 2 individu dengan sifat beda, misalnya pada F1 (Aa,
AaBb, AaBbCc)
128
Contoh X-linked Recessive : Hemophilia, Fabry disease, Buta warna
Berkaitan dengam kromosom Y.
Jenis hemoflia
Hemofilia A
Jenis hemofilia yang paling umum. 8 dari 10 penderita hemofilia memiliki
hemofilia A. penderita hemofilia A tidak memiliki cukup faktor pembekuan
VIII (Faktor delapan)
Hemofilia B
juga dikenal sebagai penyakit natal dan termasuk jenis hemofilia yang kurang
umum. penderita hemofilia B tidak memiliki cukup faktor pembekuan IX
(faktor sembilan). disebabkan oleh defisiensi faktor pembekuan IX
Hemofilia C
disebut juga defisiensi faktor XI (Faktor sebelas). Termasuk hemofilia bentuk
ringan. diwariskan secara berbeda dari hemofilia A atau B, akibatnya dapat
ditularkan ke anak laki-laki dan perempuan
Dentinogenesis Imperfecta
Dentinogenesis imperfecta merupakan kelainan genetik berupa struktur
dentin abnormal pada gigi desidui dan/atau permanen yang diwariskan
secara autosomal dominan
Pada gigi yang mengalami dentinogenesis imperfecta terlihat mahkota yang
membulat dan diskolorasi serta ruang pulpa yang sempit secara radiograf
Mutasi yang terjadi pada COL1A1 dan COL1A2 merupakan penyebab type 1,
sedangkan type 2&3 disebabkan mutasi genetik dentine sialophosphoprotein
(DSPP)
129
Tooth Agenesis
Tooth Agenesis referred to:
- Hypodontia Agenesis < 5 gigi (tidak termasuk molar ketiga)
- Anodontia tidak ada benih pada semua gigi, biasanya pada kasus sindromal
Note : Gambar-gambar lebih jelas bisa dilihat pada ppt Dasar-dasar genetika.
130
131
132
Mutagenic and Transgenic
drg. Arya Adiningrat, Ph.D
Mutagenic
Mutagen atau Mutagenic agent adalah sesuatu yang dapat menyebabkan mutasi.
Mutasi dalam beberapa gen dapat menyebabkan transformasi sel yang parah. Mutasi
spontan biasanya tumbuh lambat, keberadaan mutagen akan sangat meningkatkan
laju dari mutasi.
Klasifikasi :
1. Chemical
a. Base Analogs
Bahan kimia yang mirip dengan nukelotida yang menyusun DNA. “Base”
mengacu pada basa nitrogen di nukleotida, dan “analog” berat mirip
(sama)
133
c. Alkylating Agents
Agen alkilasi, obat yang sangat reaktif yang berikatan dengan gugus kimia
tertentu (gugus fosfat, amino, sulfhidril, hidroksil, dan imidazol) yang biasa
ditemukan dalam asam nukleat dan makromolekul lainnya, menyebabkan
perubahan DNA dan RNA sel
d. Intercalating agents
Agen interkalasi adalah molekul cincin heterosiklik hidrofobik yang
menyerupai struktur cincin pasangan basa, termasuk ethidium bromida,
acridine orange, dan actinomycin D.
134
2. Physical Mutagenic Agents
a. Ionizing radiation
Berupa X-ray dan Gamma-ray yang memiliki gelombang pendek dan tinggi
energi. Bisa menyebabkan terhapusnya basis, tautan silang, nick tunggal
dalam untai DNA, dan kromosom pecah
b. Non-ionizing radiation
Berupa electromagnetic radiation (UV radiation)
Bisa bereaksi dengan DNA dan molekul biologi lainnya
135
Berbagai pertahanan untuk melindungi molekul DNA dari serangan mutagen :
a. Physical shield, berupa kulit dan pigmen melanin
b. Detoxifying enzymes, berupa suproxide dismutase (SOD) dan katalis
c. Free-radical scavengers, berupa vitamin C, vitamin E, dan bilirubin
d. Glutathione-S-transferase (GSTs) yang bereaksi dengan senyawa elektrofilik
Ames Test
Tes Ames adalah metode yang digunakan secara luas yang menggunakan bakteri
untuk menguji apakah bahan kimia tertentu dapat menyebabkan mutasi pada DNA
organisme uji. Secara lebih formal, ini adalah pengujian biologis untuk menilai
potensi mutagenik senyawa kimia. Tes positif menunjukkan bahwa bahan kimia
tersebut bersifat mutagenic.
136
Transgenesis
Trans-genesis adalah proses memperkenalkan eksogen gen-disebut transgen-
menjadi organisme hidup sehingga organisme akan menunjukkan properti baru dan
mengirimkannya properti kepada keturunannya.
1. Lebih specific, ilmuwan dapat memilih dengan lebih akurat sifat tersebut mereka
ingin mendirikan. Jumlah tambahan sifat yang tidak diinginkan dapat dijaga
seminimal mungkin.
2. Lebih cepat, membangun sifat hanya membutuhkan satu generasi dibandingkan
dengan banyak generasi sering dibutuhkan untuk selektif tradisional berkembang
biak, di mana banyak yang tersisa untuk kesempatan
3. Lebih flexible, ciri-ciri yang seharusnya tidak tersedia di beberapa hewan atau
tumbuhan dapat dicapai dengan menggunakan metode transgenic
4. Less costly, banyak biaya dan tenaga kerja yang terlibat dalam administrasi
suplemen pakan dan perawatan kimia untuk hewan dan tanaman bisa dihindari.
137
Proses Biologi
gen yang diinginkan harus diekstraksi dari donor organisme dengan menggunakan
enzim restriksi (restriction endonuklease). Penting agar enzim restriksi memotong
keseluruhan diperlukan gen. Gen ini kemudian dapat dimasukkan ke dalam sel inang
(lainnya enzim, DNA ligase, sangat penting di sini)
138
139
Oksidasi dan Reduksi
Pemateri: dr. Ika Setyawati, M.Sc
A. Eritrosit
- Sel darah merah atau eritrosit adalah sel yang tidak berinti tetapi memiliki
membrane inti.
- Sel darah merah membelah setiap 120 hari sekali, setelah 120 hari, eritrosit
dihancurkan (lisis) atau disebut dengan HEMOLISIS
- Eritrosit mengandung Hemoglobin, pada saat dia pecah hemoglobin nanti
akan terpisah menjadi Hem dan Globin
- Hem akan berubah menjadi bilirubin yang berfungsi untuk mewarnai urin
dan feses
- Sel darah merah tidak memiliki organel dan ribosom
- Sel darah merah berbentuk lempeng bikonkaf dengan diameter 7,8
mikrometer dan ketebalan pada bagian yang paling tebal sebesar 2,5
mikrometer dan pada bagian tengah sebesar 1 mikrometer atau bahkan
kurang (berbentuk seperti cakram)
- Eritrosit nanti ada yang warnanya pucat dan merah, tetapi eritrosit yang
bagus adalah eritrosit yang berwarna merah karena dapat menjadi indikasi
seseorang terkena anemia atau tidak, hal ini karena di dalam eritrosit
banyak mengandung hemoglobin yang berfungsi untuk mengikat oksigen,
sedangkan oksigen penting untuk reaksi oksidasi yang berfungsi untuk
bernapas, proses metabolisme,dll
B. Fungsi Eritrosit
- Mengangkut hemoglobin dan oksigen dari paru-paru ke jaringan
- Mengandung enzim karbonik anhydrase mengkatalis (mempercepat)
reaksi antara CO2 dan H2O, sehingga meningkatkan kecepatan reaksi bolak-
balik (bisa oksidasi dan bisa reduksi)
- Kecepatan reaksi membuat air dalam darah bereaksi dengan CO2 dan
mengangkutnya dari jaringan menuju paru-paru dalam bentuk ion
bikarbonat (HCO3-)
140
- Ion bikarbonat berfungsi untuk menjaga kestabilan pH darah di dalam
tubuh
- pH normal darah di dalam tubuh adalah 7,35-7,45 bila terlalu asam atau
terlalu basa maka akan terjadi gangguan keseimbangan
C. Oksidasi
- Pelepasan electron oleh sebuah molekul, atom, atau ion
- Oksidator: senyawa-senyawa yang memiliki kemampuan untuk
mengoksidasi senyawa lain
- Contoh Oksidator: H2O2, MnO-4, Cr2O2-7, OsO4
E. Reduksi
- Penambahan electron oleh sebuah molekul, atom atau ion
- Reduktor: senyawa- senyawa yang memiliki kemampuan untuk mereduksi
senyawa lain dikatakan sebagai reduktif
- Contoh reduktor: Na, Mg, Fe, Zn, Al
141
2. Reaksi yang disertai penangkapan electron
Cl2 + 2e 2Cl-
G. Autoredoks (Disproporsionasi)
- Reaksi redoks dengan satu jenis atom yang bilangan oskidasinya berubah
mengalami oksidasi dan reduksi sekaligus (atom yang mengalami reduksi
dan oksidasi sama)
- Contoh:
142
I. Aturan Penentuan Bilangan Oksidasi
143
L. Tabel penamaan senyawa ion poliatomik
berdasarkan system stock
144
N. Reaksi Redoks di sekitar kita
1. Pengaratan logam besi
2. Pemutihan pakaian
3. Penyetruman akumulator
4. Ekstraksi logam
5. Daur ulang perak
6. Asam Dehidroaskorbat (bentuk teroksidasi berupa Vitamin C) dan asam
askorbat (bentuk tereduksi Vitamin C)
7. Pernapasan sel, oksidasi glukosa (C6H12O6) CO2 dan reduksi O2 H2O
145
146
PENGANTAR ANATOMI DAN ANTROPOLOGI
Pemateri : dr. Risal Andy K
Editor : Zalfa Nurirbah
A. PENGANTAR ANATOMI
Kompetensi :
Menjelaskan arti anatomi,
Dasar pembelajaran anatomi
Cabang-cabang ilmu anatomi
Sistem dalam tubuh manusia
2. Anatomia microscopia
ilmu anatomi yang mempelajari susunan tiap system tubuh dengan
bantuan kaca pembesar atau mikroskop misalnya tentang sel dan
jaringan
147
2) CABANG CABANG ILMU ANATOMI
Osteologia : system tulang (skeleton)
Syndesmologia/arthrologia : sendi
Myologia : otot/musculus
Neurologia : saraf/nervosum
Angiologia : pembuluh/vasa/vascular
Splanchnologia : visceral/organ-organ dalam:
Apparatus respiratorius
Apparatus digestorius
Apparatus urogenitalis
Dermatologi : kulit
Cardiology : jantung
Gastrology : pencernaan
Ophthalmology : penglihatan (mata)
Urology : saluran kemih & kelamin
Nephrology : ginjal
Hepatology : hati
Pulmonology :pernafasan
Embryologia : perkembangan embrio
Anatomi paediatrica: kedokteran anak
Teratologi : kelainan pada manusia
148
b. Skeletal system (system kerangka) dukungan internal dan fleksibel
untuk gerakan tubuh (tulang), memproduksi sel darah dan tempat
penyimpanan mineral
c. Muscular system (system otot) (otot) pergerakan tubuh dan
produksi panas tubuh
d. Lymphatic system (system limfatik) imun tubuh, penyerapan lemak,
kelenjar getah bening
e. Endocrine system (system endokrin) sekresi hormone untuk
regulasi kimia, kelenjar hipofisis (master of gland)
f. Urinary system (system saluran kemih) penyaringan darah,
menjaga volume dan komposisi kimia darah, pembuangan sisa
metabolisme dari tubuh
g. Respiratory system (system pernafasan) pertukaran gas antara
lingkungan eksternal dan darah (pernafasan)
h. Nervous system (system saraf) kontrol dan pengaturan semua
sistem tubuh lainnya
i. Circulatory system (system sirkulasi) pengangkutan bahan-bahan
penopang kehidupan ke sel-sel tubuh; pembuangan sisa metabolisme
dari sel
Arteri : membawa darah bersih dari jantung ke seluruh tubuh
(berwarna merah)
Vena : membawa darah kotor dari seluruh tubuh ke jantung, kecuali
vena pulmonalis itu darah bersih yang diangkut (berwarna biru)
Digestive system (system pencernaan) : pemecahan dan penyerapan
bahan makanan
Female reproductive system ( system reproduksi Wanita) produksi
sel kelamin wanita (ovum) dan hormon wanita; wadah untuk sperma
dari laki-laki; tempat pembuahan ovum, proses tertanamnya embrio
yang merupakan hasil dari konsepsi, ke dinding uterus (endometrium)
untuk selanjutnya mengalami perkembangan (implantasi), dan
perkembangan embrio dan janin; persalinan janin
Male reproductive system (system reproduksi laki-laki) produksi sel
kelamin laki-laki (sperma) dan hormon laki-laki; transfer sperma ke
sistem reproduksi Wanita
149
B. TERMINOLOGI ANATOMIKA
1) POSISI ANATOMI
Badan berdiri tegak, arah padangan lurus ke depan, posisi telapak
tangan menghadap ke dapan dan arah ibu jari menjauhi garis tengah
tubuh
Gambar 2.a
1 = linea axillaris anterior
2 = linea medioclavicularis
3 = linea parasternalis
4 = linea sternalis
5 = linea mediana anterior
Gambar 2.b:
1 = linea axillaris posterior
150
2 = linea scapularis
3 = linea paravertebralis
4 = linea mediana posterior
151
3) REGIO/WILAYAH TUBUH
Tubuh manusia dibagi menjadi dua bagian utama yang disebut
bagian aksial (sumbu/poros) dan apendikular (anggota badan).
Bagian aksial = sumbu utama tubuh
Capitis (kepala),
1. Facial
2. Cranium, cranial
Colli (leher) dan
Trunkus (batang tubuh)
1. Thorax
2. Abdomen
3. Pelvis
Bagian apendikular =
ekstremitas superior (alat gerak atas) dan
eksterimtas inferior (alat gerak bawah) anggota badan
REGIO TUBUH
152
4) CAVUM (RONGGA) BADAN
ABDOMEN
Cavum posterior :
153
Cavum cranii tengkorak
1) Cavum orbita bagian bola mata
2) Cavum nasi hidung
3) Cavum oris rongga mulut
4) Cavum tympani telinga
Cavum vertebra tulang belakang
154
BAGIAN TUBUH TAK BERONGGA
1. Collum (leher)
2. Brachium (lengan atas)
3. Antebrachium (lengan bawah)
155
4. Manus (telapak tangan)
5. Gluteus (pantat)
6. Femoralis (tungkai atas/paha)
7. Cruris (tungkai bawah)
8. Pedis (kaki)
9. Digiti (jari)
156
6) ANATOMI PERMUKAAN LEHER
157
Keterangan Gambar Anat Dada
1. Clavicula (tulang selangka)
2. Sternum (tulang dada)
3. Papilla mammae = benjolan kecil yang dikelilingi daerah kulit
yang berwarna lebih gelap
4. Proscesus xyphoideus = tulang taju pedang
5. Ictus Cordis = detak jantung yang tampak dari permukaan
6. Spatium Intercostal (SIC) = ruangan yang berada diantara dua
rusuk
Membrana mukosa
Membran yg mengeluarkan cairan mukus (kental, lengket)
MM oral, nasal, respiratorius, urinaria, genital, digestivus
Membrana serosa
Membran yg mengeluarkan cairan serosa (cair)
Terdapat pada cavum thorax (rongga terbesar kedua) dan
abdominal (perut) & pelvis (panggul)
159
ARAH ARAH GERAKAN
160
KETERANGAN:
Flexio : membengkokkan/melipat sendi
Extensio : meluruskan sendi
Abductio : menjauhi sumbu badan
Adductio : mendekati sumbu badan
Rotatio : memutar sendi
Pronasi : menelungkup
Supinasi : menengadah
161
162
PENGANTAR ILMU ANTROPOLOGI
163
C. Sejarah Antropologi
164
agama Islam, sedang penduduk di pedalaman banyak mengerjakan hal-
hal yang haram.
Sekembalinya mengembara ia dan keluarganya tiba di Genoa. Nasib
malang baginya karena ia dimasukkan penjara ketika Genoa perang
melawan Venesia. Di penjara itu ia menceritakan pengalamannya dan
menulisannya yang diterbitkan tahun 1447, isinya sangat menakjubkan
dan menunjuk kepada keajaiban objek dunia Timur.
Pada zaman pertengahan Pada zaman ini tulisan etnografi yang
bersifat subyektif & penilaian terhadap sesuatu dipengaruhi oleh
pikiran dan kepercayaan pada masa itu. Jiwa abad pertengahan adalah
kitab Injil atau lector devina, kepada siapa seluruh pengetahuan
mengabdi ?
Gereja abad pertengahan Gereja sangat berpengaruh untuk
mengatur masyarakat dengan ajaran dogma-dogmanya, dengan
mengemukakan bahwa aturan-aturan sosial tidak dapat salah.
Thomas Aquinas
Pada zaman pertengahan mengemukakan teori-teori yang bersifat
spekulatif, karena keterangan-keterangan tersebut berbeda dengan
apa yang ada di ajaran-ajaran kitab suci, maka mulai saat itu justru
penulisan etnografi dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
Yosep Prancis Lafitau (1600-1740)
Etnografi berkembang bersama dia, melalui tulisannya berjudul
“Moeurs des souvages Americains compares aux mours des pramiers
temps” 1724.
Ia melihat bangsa-bangsa primitif dan tidak dilihatnya sebagai
bangsa yang aneh. Karena ia sebagai anggota misionaris agama dan ia
berusaha untuk menasranikan bangsa Indian.
Jens Kref
Etnografi semakin berkembang berkat tulisan dia dengan judul
“Sejarah Pendek Tentang Lembaga-Lembaga Yang Terpenting, Adat
Dan Pandangan-Pandangan Orang Luar” pada tahun1760.
Kref sependapat dengan Rousseau tentang manusia alam yang
murni. Tulisan Kref Ia menulis sejarah umat manusia dengan
memperhatikan bangsa-bangsa kuno, ia meneliti bangsa Indian
mengenai pertumbuhan, perkembangan, kehidupan ekonomi,
masyarakat, agama dan kesenian
165
Adolf Bastian
Tulisannya lebih ilmiah dan lebih sistematis dan senang etnologi.
Pandangannya mengenai umat manusia adalah manusia dan
kebudayaannya yang dipengaruhi oleh geografis, yang menyebabkan
sifat-sifat khusus dari kebudayaan yang beranekaragam. Tiap-tiap
kebudayaan akan berkembang dan tumbuh sesuai dengan dasarnya
dan lingkungannya.
D. PERKEMBANGAN ANTROPOLOGI
Antropologi berkembang pesat setelah diketemukan dan diketahui
adanya hubungan antara bahasa Sansekerta, Latin, Yunani dan Germani.
Kerena penyelidikannya bersifat historis komparatif dalam kebudayaan
yang terus berkembang. Kemudian berdiri museum etnologi dan etnografi
diseluruh dunia selama abad ke 19 dan awal abad 20.
Perkembangan di Indonesia
Fase Pertama
166
Fase Kedua
Fase Ketiga
Fase Keempat
Sesudah tahun 1930-an ilmu Antropologi mengalami perkembangan
luar biasa, dipengaruhi oleh metode ilmiah dalam melakukan
penelitian.
Masyarakat terjajah mengalami perkembangan, maka Antropologi
seakan mengalami kehilangan objek penelitian. Antropologi
mengembangkan metode ilmiah terutama di sejumlah universitas di
Eropa, Amerika dan seluruh dunia.
E. METODE ANTROPOLOGI
Deskriptif :
Memberikan gambaran mengenai kehidupan manusia dari
berbagai tempat dan waktu
167
Holistik :
Komparatif :
Membandingkan kesamaan dan perbedaan ciri-ciri fisik dan
budaya manusia, dengan cara
a. Diakronik : Memperbandingkan lintas waktu
b. Sinkronik : Memperbandingkan lintas tempat
Kualitatif :
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan :
a. Pengamatan (Pengamatan Biasa, Pengamatan Terkendali,
Pengamatan Terlibat)
b. Wawancara mendalam (in-depth interview)
F. Hal-hal yg diamati:
1. Pelaku
2. Kegiatan
3. Tujuan
4. Perasaan (ungkapan emosi)
5. Ruang / tempat
6. Benda / alat
7. Peristiwa
H. CABANG ANTROPOLOGI
ANTROPOLOGI :
ANTROPOLOGI FISIK manusia sebagai organisme biologis
ANTROPOLOGI BUDAYA manusia sebagai makhluk budaya.
1) Antropologi Fisik
Ilmu yang mempelajari tentang manusia sebagai organisme
biologis.
2) Antropologi Budaya
ilmu yang mempelajari tentang manusia sebagai makhluk
budaya
169
I. PERHATIAN ANTROPOLOGI
J. ANTROPOLOGI FISIK
Tulisan Darwin yang berjudul “The origin of species” telah
menjadikan antropologi fisik berkembang pesat dengan
melakukan penelitian-penelitian terhadap asal mula dan
perkembangan manusia.
Melalui tulisan tersebut diketahui, manusia asalnya monyet yang
mengalami evolusi, pembuktian dilakukan dengan mengadakan
penelitian terhadap kera dan monyet di seluruh dunia.
Antropologi fisik mempelajari manusia dari segi biologi:
o bentuk tubuh,
o warna rambut,
o warna kulit, dan lainnya.
170
171
INTEGUMENTUM
Pemateri: Yuningtyaswari
Editor: Nadhifa Syahla
Ada dua macam kulit, yaitu tipis (selain telapak) dan tebal (telapak tangan atau
kaki). Perbedaannya bisa dilihat dari warna, ataupun adanya pertumbuhan rambut
pada kulit tipis
Integumentum berasal dari Bahasa Latin, yaitu integument atau integer yang
artinya tubuh
Integumentum adalah bagian terluar manusia yang menutupi organ tubuh
Mukosa adalah lapisan terluar rongga tubuh yang mengeluarkan lendir (mucous),
mialnya mukosa pada rongga mulut, paru, dan vagina
Kulit merupakan organ terluas atau terbesar pada manusia
Luas: 1,89 𝑚2
Setiap 𝑐𝑚2 mengandung 6 juta sel dan 5.000 ujung saraf perasa
Berat: 2,72 kg
Tebal: 2-3 mm (berbeda-beda antara tubuh)
2 juta hingga 3 juta sel kulit dilepas setiap harinya. Penggantian diperlukan
karena kulit merupakan organ yang penting untuk melindungi manusia
terhadap cedera, suhu, infeksi, dan dehidrasi
Kulit menyerap bahan yang dioleskan dan memilikik kemampuan
menetralisasinya
VARIASI KULIT
Ketebalan
Warna atau pigmentasi ditentukan oleh melanin
Distribusi rambut
Kelenjar kelenjar minyak atau kelenjar keringat
DERIVAT KULIT
Rambut
Kuku
Kelenjar sebacea
Kelenjar sudorifera
172
Berdasarkan strukturnya, kulit dibedakan menjadi:
1) KULIT TEBAL
Tidak memiliki folikel rambut
Stratum corneum (lapisan yang di isi sel yang sudah mati) tebal
Terdapat pada kulit telapak tangan dan kaki
1. Epidermis
2. Dermis
3. Subcutan
1. Stratum corneum
2. Strat. Lucidum
3. Strat. Granulosum
4. Strat. Spinosum
5. Strat. Basale
6. Strat. Papilare
173
7. Strat. Reticulare di isi oleh serabut
8. Tela subcutan (jaringan ikat longgar)
2) KULIT TIPIS
Memiliki folikel rambut
Stratum corneum tipis
Terdapat pada bagian lain tubuh selain telapak tangan dan kaki
Penampang melintang
1. Stratum corneum tipis
2. Folikel rambut
3. Glandula sebacea
Penampang membujur
PERKEMBANGAN KULIT
Kulit berasal dari lapisan benih ectoderm
Kulit berkembang sesuai dengan usia
174
Pada usia muda, fungsi kulit belum berkembang sepenuhnya (respon terhadap
panas, dehidrasi, rangsangan imunologis misalnya infeksi)
Pada usia lanjut, kulit mengalami kemunduran baik dalam segi anatomis maupun
faali (respon terhadap suhu, trauma, dan bahan kimia)
FUNGSI KULIT
Perlindungan
Perlindungan terhadap sinar ultraviolet (biasanya makin banyak melanin maka
akan tahan terhadap sinar ultraviolet)
Pengaruh mekanis, kimia, dan suhu
Mecegah dehidrasi karena permukaan relative tidak tembus
Barrier fisik terhadap invasi mikroorganisme
Sensori
Organ sensori terluas di tubuh
Kulit mengandung reseptor untuk:
1. Perabaan Meisner corpuscale
2. Tekanan Vater pacini
3. Nyeri
4. Suhu panas Ruffini
5. Suhu dingin Krause
Fungsi estetika
175
Kulit terdiri dari tiga lapisan utama, yaitu epidermis, dermis, dan hypodermis.
1. EPIDERMIS
Epitel berlapis pipih dengan penandukan (tipis dan tebal)
Bersifat avaskuler
Nutrisi di dapat dari pembuluh darah jaringan ikat dibawahnya
Epidermis pada telapak tebal
Pada ujung jari memiliki pola unik yang bisa digunakan untuk sidik jari
Terdiri dari lapisan-lapisan:
1. Stratum germinavitum/basale
2. Stratum spinosum awal sintesa keratin
3. Stratum granulosum awal pertandukan
4. Stratum lucidum hanya ada pada kulit tebal
5. Stratum corneum protein fibrosa (keratin)
176
HISTOLOGI EPIDERMIS PADA KULIT TIPIS
Epidermis merupakan kompartemen terluar yang terdiri dari tiga lapisan sel
hidup yang selalu beregenerasi, terdiri dari:
1. Keratinosit menyusun bagian besar epidermis (menghasilkan keratin)
2. Melanosit membuat pigmen melanin
3. Sel Langerhans sel penyaji antigen dalam system kekebalan tubuh
(untuk imun tubuh)
177
KOMPONEN STRATUM INTEGUMENTUM
178
3. Stratum Spinosum
Pada lapisan atas stratum basal, keratinosit membentuk organel yang
disebut lameliar granules yang mensekresi lemak (glikoseramid), enzim
hidrolitik dan protein yang berfungsi dalam deskuamasi (pengelupasan)
stratum corneum
Lemak yang dihasilkan mengisi ruang antar keratin di stratum corneum
hingga terbentuk membrane lipid yang selektif menahan bahan kimia
eksternal
4. Stratum Granulosum
Terbentuk keratohyalin granules (membuat stratum ini tampak gelap)
yang mengandung protein filaggrin agar kelak sel keratinosit yang hidup
ini dapat menggunakan membrannya saat mati dan
menggabungkannya dengan keratin dalam keratinosit menjadi suatu
struktur protektif di stratum korneum.
179
5. Basement Membrane Zone (Membrana Basalis)
DEJ = Dermo Epidermal Junction
Berikatan erat dengan dermis dibawahnya melalui struktur basement
membrane zone
Stratum basale merupakan stratum yang berhubungan langsung
dengan epidermis
Struktur berisi protein structural yang mengikat keratinosit di atasnya,
misalnya BPAg2 dan integrin
Terdapat serabut kolagen tipe VII yang mengikat basal membrane zone
dengan dermis dibawahnya
Interface (Antarmuka)
Antarmuka epidermis dan dermis tidak lempang pada penampang sagittal agar
memperkuat ikatan antara epidermis dan dermis dengan tonjolan-tonjolan papilla
dermis
Terdapat bagian epidermis yang menjorok ke dermis yang disebut rate ridges dan
bagian dermis yang menonjok ke epidermis yang disebut papilla dermis
Pada usia tua, antarmuka akan lebih datar sehingga gaya geser pada permukaan
kulit dapat memisahkan epidermis dengan dermis di bawahnya
180
Papilla dermis
181
2. DERMIS
Terdapat di bawah lapisan epidermis
Untuk mengatur suhu
Sel fibroblast memproduksi kolagen dan elastin
Terdapat beberapa lapisan:
1. Papilla dermis Mengandung pembuluh darah, limfa, Meissner
2. Stratum papillare Jaringan longgar yang tersusun serabut kolagen halus
dan elastin, sangat vaskuler
3. Stratum retikulare Paling tebal, serabut kolagen kasar dan elastin,
pembuluh darahnya arteriol
3. HYPODERMIS
Disebut juga dengan subdermis
Memiliki jaringan ikat longgar
Mengandung jaringan lemak dengan jumlah yang bervariasi
182
STRUKTUR HISTOLOGI KULIT TIPIS
RESEPTOR KULIT
183
1. UJUNG SARAF BEBAS
Cabang halus serabut saraf aferen
Terdapat di sepanjang batas dermis – epidermis
Pelebaran pada bagaian terminal sel merkel
Pada ujung jari tangan dan kaki, papilla mammae, palpebra (kelopak mata),
bibir, dan genital (alat kelamin)
184
Menerima rangsang perabaan ringan
Terdapat banyak akhiran saraf bebas yang tidak memiliki struktur bangunan
185
5. BADAN KRAUSE
Reseptor halus pada lapisan orofaring dan konjugtiva
Warna Kulit
Warna kulit ditentukan oleh:
a) Pigmen karoten pada lemak subkutan yang kekuningan
b) Oksigenasi hemoglobin
c) Melanin
Melanin diproduksi oleh melanosit di lapisan basal dalam vesikel melanosum dan
juga tergantung pada individu, sinar matahari, dan ras
Adneksa
Adneksa adalah aksessoris kulit. Tanpa adanya adneksa fungsi kulit tidak akan
sempurna.
Rambut dibagi menjadi dua, yaitu terminal (panjang lebih dari 2 cm, berpigmen,
dan kasar) sedangkan vellus (panjang kurang dari 1 cm, halus)
Derivate Kulit
1. FOLIKEL RAMBUT
Mengandung melanosit aktif dan besar
2. KELENJAR SEBASEA
Kelenjar holokrin
Meminyaki rambut
Menghasilkan minyak yang terdiri dari trigliserida.
Pada wajah, gangguan pada kelenjar sebasea dan proses keratinisasi berakibat
pada tersumbatnya muara kelenjar hingga terbentuknya komedo
186
Memiliki bau yang khas
4. KUKU
Lempeng keratin padat pada ujung jari
Pertumbuhan dari matriks kuku
FOLIKEL RAMBUT
Rambut tumbuh mengikuti siklus, yaitu:
a) Fase anagen fase pertumbuhan
b) Fase katagen fase rontok
c) Fase telogen fase istirahat sebelum masuk ke siklus anagen
Pada kulit kepala, 90% rambut berada pada fase anagen, 1-2% dalam fasen
katagen, dan 10% dalam fase telogen
Terdapat muscullus arector fili yang membuat rambut atau bulu dapat berdiri
187
188
Etika kedokteran gigi
Pengantar filosofi makna lafadz sumpah drg. dan
kekuatan hukumnya
Pemateri : Prof. Dr. drg. Sudibyo, S. U., Sp. Perio(K)
Editor : Zahwa Aqqila
Kewajiban Umum :
Setiap dokter harus
- Menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah dokter
- Senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan standar
profesi yang tinggi
- Tidak boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya
kebebasan dan kemandirian profesi
- Menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji
- Mengutamakan kepentingan dan kebaikan pasien walaupun tiap
perbuatan / nasehat yang diberikan, mungkin melemahkan daya tahan
psikis / fisik pasien.
- Senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan setiap
penemuan teknik / pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya
(contoh kasus Menkes RI / dr. Terawan)
- Hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa
sendiri kebenarannya
- Memberikan pelayanan medis yang kompeten dengan kebebasan teknis
dan moral sepenuhnya
- Bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan sejawat
- Menghormati hak-hak pasien, sejawat, dan termasuk tenaga kesehatan
lainnya.
- Senantiasa mengingat kewajiban melindungi hidup mekhluk insani
- Memperhatikan kepentingan masyarakat (promotif, preventif, kuratif,
dan rehabilitatif)
- Bekerja sama dengan para pejabat pemerintah
189
Kewajiban Dokter terhadap Pasien
191
Lafal Sumpah Dokter
192
3) Saya akan meneruskan ilmu pengetahuan ini kepada
anak-anak saya sendiri, dan kepada anak-anak guru saya,
dan kepada mereka yang telah mengikatkan diri
dengan janji dan sumpah untuk mengabdi kepada ilmu
pengobatan, dan tidak kepada hal-hal yang lainnya.
Sumpah dokter mengalami beberapa kali revisi sejak tahun 1948 sampai
dengan kodeki 2012.
3) Saya akan menjalankan tugas saya sesuai dengan hati nurani dengan
cara yang terhormat.
194
9) Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai dari saat
pembuahan.
11) Saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh-sungguh dan bebas, dengan
mempertarukan kehormatan diri saya.
3) Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara yang terhormat dan
bersusila, sesuai dengan martabat pekerjaan saya sebagai dokter.
195
6) Saya akan tidak mempergunakan pengetahuan kedokteran saya
untuk sesuatu yang bertentangan dengan perikemanusiaan,
sekalipun diancam
10) Saya akan memberikan kepada guru-guru dan bekas guru-guru saya
penghormatan dan pernyataan terima kasih yang selayaknya.
196
4) Sekalipun diancam, saya tidak akan mempergunakan pengetahuan
kedokteran gigi saya untuk sesuatu yang bertentangan dengan
hukum perikemanusiaan
Kesimpulan :
Lafal sumpah mempunyai pokok-pokok sbb:
- Sumpah dokter baik lulusan dalam negeri & luar negeri wajib
mengucapkan sumpah dokter.
197
198
STRUKTUR PRIMER-SEKUNDER-TERSIER DAN
KARAKTERISASI KARBOHIDRAT, PROTEIN, DAN
LEMAK
Pemateri : Dra. Yoni Astuti, M.Kes., Ph.D
Editor : Hana Kayla Nisa
Peran :
Cadangan Energi Jangka Pendek (Shorterm Energy Resources)
Gula membentuk simpanan sederhana
Cadangan Energi Jangka Menengah
Pati Glikogen membentuk simpanan yang lebih kompleks daripada gula
Unit ini dirangkai oleh Ikatan Glikosida atau Rantai yang menyusun dari rantai
Karbonatnya
Monosakarida Penting :
1. D-Gliseraldehid : Banyak protein dan lemak yang bereaksi dengan nya
Bedanya D dan L itu saling berlawanan arah atau cerminan, tidak bisa dicerna
dengan enzim yang sama ( Enzim Dextro dan Enzim Levo ) karena keduanya
memiliki sensitivitas stereokimia yang berbeda. Sebagai upaya enzim untuk
mencerna substratnya berdasarkan stereokimianya
1. Glukosa : Terpenting dalam diet
2. D-Ribose : Populer dalam RNA. Gula Karbon 5 untuk menyusun struktur RNA
3. D-Fruktosa : Termanis dab kebanyakan ada di buah-buahan.
4. D-Galaktosa : Gula Susu, ada pada campuran susu.
Disakarida :
1. Maltosa : Disusun 2 Glukosa
2. Laktosa : Disusun oleh Glukosa dan Galaktosa
3. Sukrosa : Disusun oleh Glukosa dan Fruktosa (Gula Inert)
Polisakarida :
1. Amilosa : Ikatan 1-4 - Ikatan Glikosida
2. Amilopektin : Ikatan 1-6, banyak terdapat dinding tumbuh-tumbuhan yang
membuat struktur tumbuhan menjadi kaku
3. Glikogen : Ikatan 1-6, banyak terdapat pada hepar dan jaringan otot
4. Selulosa : Ikatan 1-4, sebagai serat untuk membantu proses pencernaan
5. Mukopolisakarida : Suatu materi yang tipis dan kental mengisi ruang antar
jaringan
200
6. Glikoprotein : protein yang berikatan dengan unit karbohidrat secara kovalen,
sebagai proteksi imunologis, pembekuan darah, pengenalan sel-sel, serta
interaksi dengan bahan kimia lain.
Jenis Gula
Gula Pereduksi
Dapat dibuktikan dengan pereaksi Fehling, Benedict, dan Tolens. Memiliki
gugus Keton dan Aldehid. Senyawa yang termasuk gula pereduksi adalah
monosakarida, kecuali fruktosa, dan disakarida kecuali sukrosa. Sukrosa
mengandung Fruktosa yang merupakan gula non pereduksi.
201
3. Uji Barfoed : Hasil positifnya untuk gula pereduksi atau monosakarida,
menunjukkan cairan biru dengan endapan merah.
4. Uji Selwanoff : Untuk menunjukkan gugus keton sehingga hasil positifnya
ketosa, menunjukkan warna merah.
5. Uji Benedict : Untuk menunjukkan semua gula pereduksi atau aldehid,
menunjukkan warna orange.
6. Uji Bial : Hasil positifnya untuk Pentosa, terutama untuk menunjukkan
senyawa penyusun gula-gula RNA dan DNA, berwarna biru.
Serum adalah contoh yang paling umum menggambarkan status ketersediaan gula
pada darah.
1. Non Polar
Alphatic R : Glycine, Alanine, Proline, Valine, Leucine, Isoleucin, Methionine
Aromatic R : Phenylalanine, Tyrosine, Tryotophan
2. Polar
Uncharged R : Serine, Thereonine, Cytstine, Asparigine, Glutanine
Positive charged : Lysine, Arginine, Histidine
Negative charged : Aspartate, Glutamate
Apabila jumlah asam dan basanya sama maka disebut isoelektrolit atau
dikatakan zwitter ion dalam keadaan tak bermuatan untuk menjaga pH darah
yang toleransinya sangat rendah 7,35-7,45. Sementara reaksi pada tubuh kita
dapat bersifat asam atau basa yang menyebabkan perubahan pH yang ekstrim.
Dengan sifat dan muatan yang berbeda beda maka protein dan asam amino
bisa dintervasi atau diisolasi dengan mudah. Cara mengisolasikannya adalah
dengan mencari kelarutan rendah atau menggumpal dan tidak mudah larut.
Kita perlu mengisolasi enzim, imunoglobulin dengan mencari titik kelarutan
terendahnya.
203
3. Struktur tersier : Ikatan peptida, sulfida, dan sekunder yang bergabung
menjadi satu.
4. Struktur Kuartener : 2 ikatan tersier yang bergabung menjadi satu,
misalnya hemoglobin. Yang menentukan apakah protein berfungsi
normal atau tidak. Jika terurai atau rusak fungsional protein tersebut
terganggu
Peptida kecil
Glutathione : sebagai antioksidan, banyak di semua sel
Neurotransmitter : Enkepalin, pentapeptida, dihasilkan oleh otak
pengurang nyeri, reseptornya juga dapat berikatan dengan morphin
dan kode sebagai penghilang nyeri jangka panjang
Oxytoxin dan Vasoopresin : nanopeptida (9AA; beda di No. 3 dan 8; AA
No. 1-6 sebagai loop dan ikatan disulfida)
Bentuk protein
1. Protein fibrosa
Bentuknya memanjang
Sebagai pendukung dan pelindung
Jumlah terbanyak dalam tubuh
Beragregate membentuk rambut dan kuku
2. Protein Globular
Bentuk sperik atau globuler
Terlibat pada metabolisme, transport, enzim, signalling
3. Protein membrane
Berhubungan dengan membran sel
Umunya tidak larut dalam air
Membantu transport molekul melewati membran
204
Hidrolisis Protein
In vitro : Dapat dilakukan oleh air, asam, basa, temperatur tinggi
In vivo : Dilakukan enzim
Hasil Hidrolisi : Peptida lebih pendek dan asam amino, ikatan peptide dipotong
Enzim pencernaan : Memotong protein menjadi asam amino diserapan usus masuk
ke aliran darah masuk sel untuk sintesis protein baru.
Dalam sel : Protein tua dipecah menjadi asam amino, dan sebagian dibuang sebagian
dipakai kembali
Denaturasi protein
Hilangnya sifat alamiah protein disebabkan oleh intervensi atau gangguan struktur
sekunder, tertier, dan kuartener, hilangnya fungsi protein jika terjadi denaturasi
mayor
Penyebab : Panas, asam, basa, logam
Denaturasi kecil memungkinkan renaturasi
205
Uji Millon : Hasil positifnya berwarna merah, untuk mengetahui senyawa protein dan
proteosa
Uji Hopskin Cole : Hasil positifnya berwarna cincin ungu, untuk mengetahui triptofan
Uji Ninhidrin : Hasil positifnya berwarna, menunjukkan Alpha asam amino dan Aa
bebas
Uji PBs : Hasil positifnya berwarna hitam, untuk mengetahui Asam amino S
Uji Nitroprusida : Hasil positifnya berwarna merah, untuk mengetahui Sistein
Uji Biuret : Hasil positifnya berwarna merah untuk oligopeptida, dan ungu untuk
polipeptida
STRUKTUR DAN KARAKTERISASI LIPID
Kegunaan Lipid :
206
Sebagai komponen membran sel dan molekul penyimpan energi, penahan panas dan
hormon.
Lipid merupakan biomolekul yang sangat penting dalam kebutuhan makanan
kita. Salah satu bentuk lipid adalah trigliserol dan lipoprotein. Trigliserol adalah
sumber cadangan kalori yang memiliki energi tinggi. Jika dibandingkan,
metabolisme karbohidrat dan protein akan menghasilkan energi sekitar 4 sampai
5 kkal/g, sedangkan trigliserol bisa menghasilkan 9 kkal/g. Fungsi biologi lipid
tergantung pada struktur kimianya. Minyak dan lemak merupakan cadangan
makanan pada banyak organisme. Fosfolipid dan sterol merupakan struktur
primer pembentuk membran. Beberapa jenis lipid yang jumlahnya terbatas pada
sel organisme memiliki fungsi sebagai kofaktor, electron carriers, pigmen
pengabsorpsi cahaya, ujung hidrofobik protein, agen pengemulsi, hormon dan
messenger intraselular. Sebagai bentuk umum lipid yang berfungsi sebagai
cadangan makanan, minyak dan lemak memiliki bentuk sebagai asam lemak dan
derivatnya. Asam lemak merupakan derivat hidrokarbon yang memiliki tingkat
oksidasi rendah. Lipid relatif tidak bisa larut dalam air dan bisa larut dalam
pelarut nonpolar seperti eter dan kloroform.
Klasifikasi Lipid
1) Lipid Sederhana. Ester yang terbentuk dari asam lemak dengan beberapa
gugus alkohol.
Trigliserida Lipid sederhana yang terdiri atas asam lemak adalah triasilgliserol
atau trigliserida. Triasilgliserida terdiri atas tiga asam lemak yang tersambung
dengan single gliserol. Asam lemak pembentuk trigliserida dapat terdiri dari jenis
yang sama atau campuran dua atau lebih asam lemak. Gugus hidroksil polar pada
gliserol dan gugus karboksil polar pada asam lemak akan membentuk ikatan
ester. Trigliserida yang terbentuk bersifat nonpolar, hidrofobik dantidak larut
dalam air.
Prostaglandins
Memiliki fungsi penyebab : Nyeri, Inflamasi, Demam, Memengaruhi tekanan darah,
Menginduksi kelahiran
208
Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drugs (NSAIDs)
Aspirin, acetaminophen, dan ibuprofen menurunkan nyeri, inflamasi, dan
demam dengan menghambat aktivitas enzim yang terlibat pada perubahan
arachidonic acid menjadi prostaglandins dan thromboxanes. Terdapat 2
bentuk enzim : COX-1 dan COX-2
Kelainan infatile Tay Sac : Akumulasi berlebiham sphingoglikolipid sel syaraf otak,
sphingolipidosis, defisiensi hexoaminidase.
Steroid
Terdiri dari 3 bentuk cincin dengan 6 karbon dan satu bentuk cincin dengan 5 karbon
1. Kolesterol
2. Hormon steroids
3. Garam empedu
Analisis Kualitatif
1. Uji Kelarutan : Lipid dan senyawa derivatnya memliki karakteristik kelarutan
yang berbeda.
2. Uji Kobalt Asetat : Untuk membedakan lipid yang terdiri atas asam lemak
jenuh dan tak jenuh
Analisis kuantitatif
1. Penentuan triasigliserol secara enzimatik-colometry
2. Penentuan kolesterol total secara enzimatik-colorimetry
3. Penentuan konsentrasi fosfolipid secara patoelektroklorimetri
209
210
211