Anda di halaman 1dari 18

SEJARAH PERKEMBANGAN PRA-KODIFIKASI HADIS

( PERIODE RASUL,SAHABAT,DAN TABI’IN )

Semester I (Satu) Kelas A.1/1


Tahun Akademik 2022/2023

Dosen :
Cheppy Risnandar Angga Wiajaya, M.Pd.

Kelompok 3 :

Hapid Abdul Rahman NIM 21030802221005


Amelya Herlyani Rachmah NIM 21030802221007

FAKULTAS AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kita nikmat sehat,iman dan
islam sehingga makalah yang berjudul “SEJARAH PERKEMBANGAN PRA-
KODIFIKASI HADIS ( PERIODE RASUL,SAHABAT,DAN TABI’IN )” ini
dapat diselesaikan. Shalawat dan salam tak lupa penulis panjatkan kepada
junjungan kita yakni Nabi Muhammad SAW.,kepada keluarganya, sahabatnya,
tabi’in, dan semoga sampai kepada kita sebagai umatnya di akhir jaman amiin ya
rabbalalamin.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah ulumul hadits. Selain
itu,makalah ini juga nertujuan untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
bagi para pembaca dan juga penulis sendiri.

Penulis menyadari dalam makalah ini masih jauh dari kata sempurna.Oleh karena
itu, kami meminta kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki makalah
ini menjadi sempurna.

Bandung, 26 September 2022

Penulis
ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1-2
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
BAB II PEMBAHASAN 3-12
A. Perkembangan Hadits 3
1. Perkembangan Hadits Pada Masa Rasulullah SAW 3
2. Perkembangan Hadits Pada Masa Khulafa’Ar-Rasyidin 4
3. Perkembangan Pada Masa Sahabat Kecil dan Tabi’in 4-5
4. Perkembangan Hadits Pada Abad II dan III Hijriah 6-7
5. Masa Men-tashih-kan Hadits dan Penyusunan Kaidah-
Kaidahnya 7-8-9-10
6. Dari Abad IV hingga Tahun 656 Hijriah 10
7. 656 Hijriah sampai Sekarang 10-11-12
BAB III PENUTUP 13
A. Kesimpulan 13
DAFTAR PUSTAKA 14
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sejarah perkembangan hadits merupakan masa atau periode yang telah
dilalui oleh hadits dari masa lahirnya dan tumbuh dalam pengenalan,
penghayatan, dan pengamalan umat dari generasi ke generasi. Dengan
memerhatikan masa yang telah dilalui hadits sejak masa timbulnya/lahirnya
di zaman Nabi SAW. meneliti dan membina hadits, serta segala hal yang
memengaruhi hadits tersebut. Para ulama Muhaditsin membagi sejarah
hadits dalam beberapa periode. Adapun para ulama penulis sejarah hadits
berbeda-beda dalam membagi periode sejarah hadits. Ada yang membagi
dalam tiga periode, lima periode, dan tujuh periode.
M. Hasbi Asy-Shidieqy membagi perkembangan hadis menjadi tujuh
periode sejak periode Nabi SAW. hingga sekarang.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana perkembangan hadits pada periode pertama atau periode
Rasulullah SAW?
2. Bagaimana perkembangan hadits pada periode kedua atau pada masa
Khulafa’Ar-Rasyidin?
3. Bagaimana perkembangan hadits pada periode ketiga atau pada masa
sahabat kecil dan tabi’in?
4. Bagaimana perkembangan hadits pada periode keempat atau pada abad II
dan abad III hijriah?
5. Bagaimana perkembangan hadits pada periode kelima atau pada masa
men-tashih-kan hadits dan penyusunan kaidah-kaidahnya?
1
6. Bagaimana perkembangan hadits pada periode keenam atau abad IV
hingga tahun 656 H?
7. Bagaimana perkembangan hadits pada periode ketujuh atau abad 656 H
hingga sekarang?
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PERKEMBANGAN HADITS
1. Periode Pertama: Perkembangan Hadits pada Masa Rasulullah
SAW
Periode ini disebut wa ‘Ashr Al-Wahyi wa At-Taqwin’ (masa turunnya
wahyu dan pembentukan masyarakat islam). Pada periode inilah,
haditslahir berupa sabda (aqwal), af’al, dan taqrir Nabi yang berfumgsi
menerangkan Al-Qur’an utuk menegakkan syariat islam dan membentuk
masyarakat islam.
Para sahabat menerima hadits secara langsung dan tidak langsung.
Penerimaan secara langsung misalnya saat Nabi SAW. memberi
ceramah, pengajian, khutbah, atau penjelasan terhadap pertanyaan para
sahabat. Adapun penerimaan secara tidak langsung adalah mendengar
dari sahabat yang lain atau dari utusan-utusan.
Pada masa Nabi SAW., kepandaian baca tulis di kalangan para
sahabat sudah bermunculan,hanya saja terbatas sekali. Sehingga Nabi
menekankan untuk menghapal, memahami, memelihara, mematerikan,
dan memantapkan hadits dalam amalan sehari-hari serta
mentabligkannya kepada orang lain.
Dalam sejarah penulisan hadits terdapat nama-nama sahabat yang
menulis hadits, di antaranya:
a. ‘Abdullah Ibn Amr Ibn ‘Ash, Shahifah-nya disebut Ash-Shadiqah.
b. Ali Ibn Abi Thalib, penulis hadits tentang hukum diyat, hukum
keluarga dan lain-lain.
c. Anas Ibn Malik.
3
2. Periode Kedua: Perkembangan Hadits pada Masa Khulafa’Ar-
Rasyidin (11 H – 40 H)
Periode ini disebut ‘Ashr-At-Tatsabbut wa Al-Iqlal min Al-Riwayah
(masa membatasi dan menyedikitkan Riwayat). Pada masa Khalifah Abu
Bakar dan Umar, periwayatan hadits secara terbatas. Penulisan hadits pun
masih terbatas dan belum dilakukan secara resmi. Bahkan, pada masa itu,
Umar melarang para sahabat untuk memperbanyak meriwayatkan hadits,
malah Umar menekankan agar para sahabat mengerahkan perhatiannya
untuk menyebarluaskan Al-Qur’an.
Dalam praktiknya, ada dua sahabat yang meriwayatkan hadits, yaitu:
 Dengan lafazh asli, yakni menurut lafazh yang mereka terima dari
Nabi SAW. yang mereka hapal benar lafazh dari Nabi.
 Dengan maknanya saja, yakni mereka meriwayatkan maknanya
karena tidak hapal lafazh asli dari Nabi SAW.
3. Periode Ketiga: Perkembangan pada Masa Sahabat Kecil dan
Tabi’in
Periode ini disebut ‘Ashr Intisyar al-Riwayah ila Al-Amshar (masa
berkembang dan meluasnya periwayatan hadits). Pada masa ini daerah
Islam sudah tersebar luas, yakni ke negeri Syam, Irak, Mesir, Samarkand,
bahkan pada tahun 93 H, meluas sampai ke Spanyol. Para sahabat kecil
dan tabi’in yang ingin mengetahui hadits-hadits Nabi SAW. diharuskan
berangkat ke seluruh pelosok wilayah Daulah Islamiyah untuk
menanyakan hadits kepada sahabat-sahabat besar yang sudah tersebar di
wilayah tersebut. Karena meningkatnya periwayatan hadits,muncullah
bandaharawan dan Lembaga-lembaga (Gentrum perkembangan) hadits di
berbagai daerah di seluruh negeri. Di antara bendaharawan hadits yang
banyak menerima, menghapal, dan mengembangkan atau meriwayatkan
hadits adalah :
4
 Abu Hurairah, menurut Ibn Al-Jauzi, beliau meriwayatkan 5.374
hadits, sedangkan menurut Al-Kirmany, beliau meriwayatkan
5.364 hadist.
 ‘Abdullah Ibn Umar meriwayatkan 2.630 hadits.
 ‘Aisyah, istri Rasulullah SAW, meriwayatkan 2.276 hadits.
 ‘Abdullah Ibn ‘Abbas meriwayatkan 1.660 hadits.
 Jabir Ibn ‘Abdullah meriwayatkan 1.540 hadits.
 Abu Sa’id Al-Khudri meriwayatkan 1.170 hadits.
Adapun lembaga-lembaga hadist yang menjadi pusat bagi uasaha
penggalian, Pendidikan, dan pengembangan hadist terdapat di:
a. Madinah
b. Mekah
c. Bashrah
d. Syam
e. Mesir
Pada periode ketiga ini mulai muncul usaha pemalsuan oleh
orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Halini terjadi setelah
wafatnya Ali r.a. Pada masa ini, umat islam mulai terpecah-pecah
menjadi beberapa golongan:
a. Golongan ‘Ali Ibn Abi Thalib, yang kemudian dinamakan
golongan syi’ah.
b. Golongan Khawarij, yang menentang ‘Ali, dan golongan
Mu’awiyah.
c. Golongan Jumhur (golongan pemerintah pada masa itu).
Terpecahnya umat islam itu menyebabkan mereka membuat hadits
palsu dan menyebarkan kepada masyarakat.
5
4. Periode Keempat: Perkembangan Hadits pada Abad II dan Abad III
Hijriah
Periode ini disebut ‘Ashr Al-Kitabah wa Al-Tadwin (masa penulisan
dan pembukuan). Penulisan dan pembukuan secara resmi, yakni yang
diselenggarakan oleh atau atas inisiatif pemerintah. Masa pembukuan
secara resmi dimulai pada awal abad II H, yakni pada masa pemerintahan
Khalifah Umar Ibn Abdul Azis tahun 101 H. Sebagai Khalifah sadar
bahwa para perawi yang menghimpun hadits dlam hapalannya semakin
banyak yang meninggal. Untuk mewujudkan maksud tersebut, pada
tahun 100 H, Khalifah meminta Gubernur Madinah, Abu bakar Ibn
Muhammad Ibn Amr Ibn Hazmin (120 H) untuk membukukan hadits
Rasul yang terdapat pada penghapal wanita. Di samping itu, Umar
mengirimkan surat-surat kepada gubernur yang ada di bawah
kekuasannya untuk membukukan hadits yang ada pada ulama yang
tinggal di wilayah mereka masing-masing.
Yang ditegaskan sejarah sebagai pengumpulan hadits adalah:
 Pengumpul pertama di kota Mekah, Ibnu Juraij (80-150 H)
 Pengumpul pertama di kota Madinah, Ibnu Ishaq (w. 150 H)
 Pengumpul pertama di kota Bashrah, Al-Rabi’ Ibn Shabih (w. 160
H)
 Pengumpul pertama di Kuffah, Sufyan Ats-Tsaury (w. 161 H)
 Pengumpul pertama di Syam, Al-Auza’i (w. 95 H)
 Pengumpul pertama di Wasith, Husyain Al-Wasithy (104-188 H)
 Pengumpul pertama di Yaman, Ma’mar al-Azdy (95-153 H)
 Pengumpul pertama di Rei, Jarir Adh-Dhabby (110-188 H)
 Pengumpul pertama di Khurasan, Ibn Mubarak (11-181 H)
 Pengumpul pertama di Mesir, Al-Laits Ibn Sa’ad (w. 175 H)
6
Semua ulama yang membukukan hadits ini terdiri dari ahli-ahli
pada abad kedua Hijriah. Para ulama abad kedua membukukan hadits tanpa
menyaringnya, yakni mereka tidak hanya membukukan hadits saja, tetapi
fatwa-fatwa sahabat pun dimasukkan ke dalam bukunya. Oleh karena itu,
dalam kitab-kitab itu terdapat hadits-hadits marfu’, hadits mauquf, dan
hadits maqthu’. Kitab-kitab hadits yang masyhur di kalangan ahlis hadits
adalah:
 Al-Muwaththa’, susunan Imam Malik (95 H-179 H)
 Al-Maghazi wal Siyar, Susunan Muhammad ibn Ishaq (150 H)
 Al-Jami’, susunan Abdul Razzaq As-San’any (211 H)
 Al-Mushannaf, susunan Sy’bah Ibn Hajjaj (160 H)
 Al-Mushannaf, susunan Sufyan Ibn ‘Uyainah (198 H)
 Al-Mushannaf, susunan Al-Laits Ibn Sa’ad (175 H)
 Al-Mushannaf, susunan Al-Auza’i (150 H)
 Al-Mushannaf, susunan Al-Humaidy (219 H)
 Al-Maghazin Nabawiyah, susunan Muhammad Ibn Waqid Al-
Aslamy.
 Al-Musnad, susunan Abu Hanifah (150 H)
 Al-Musnad, susunan Zaid Ibn Ali
 Al-Musnad, susunan Al-Imam Asy-syafi’i (204 H)
 Mukhtalif Al-Hadits, susunan Al-Imam Asy-Syafi’i
Keadaan seperti ini menyebabkan Sebagian ulama mempelajari
keadaan rawi-rawi hadits dan dalam masa ini telah banyak rawi-rawi
yang lemah.
5. Periode kelima: Masa Men-tashih-kan Hadits dan Penyusunan
Kaidah-Kaidahnya
Abad ketiga hijriah merupakan puncak usaha pembukuan
hadits. Pada abad ini Al-Bukhari mulai meluaskan daerah yang
dikunjungi untuk mencari hadits. Beliau pergi ke Maru, Naisabur,
7
Rei, Baghdad, Bashrah, Kufah, Mekah, Madinah, Mesir, Damsyik,
Qusariyah, ‘Asqalani, dan Himsh. Enam tahun lamanya Al-
Bukhari terus menjelajah untuk menyiapkan kitab shahihnya.
Namun, setelah terjadi pemalsuan hadits dan adanya upaya dari
orang-orang zindiq untuk mengacaukan hadits, para ulama pun
melakukan hal-hal berikut:
a. Membahas keadaan rawi-rawi ari berbagai segi, baik dari segi
keadilan, tempat kediaman, masa, dan lain-lain.
b. Memisahkan hadits-hadits yang sahih dari hadits yang dha’if yakni
dengan men-tashih-kan hadits.
Tokoh-tokoh hadits yang lahir dalam masa ini adalah:
1. ‘Ali Ibnul Madany
2. Abu Hatim Ar-Razy
3. Muhammad Ibn Jarir Ath-Thabari
4. Muhammad Ibn Sa’ad
5. Ishaq Ibnu Rahawaih
6. Ahmad
7. Al-Bukhari
8. Muslim
9. An-Nasa’i
10.Abu Dawud
11.At-Tirmidzi
12.Ibnu Majah
13.Ibnu Qutaibah Ad-Dainuri.
Kitab-kitab sunnah yang tersusun dalam abad yang ketiga, antara
lain:
1. Al-Musnad, susunan Musa Ibn ‘Abdillah Al-‘Abasy

8
2. Al-Musnad, susunan Musaddad ibn Musarhad
3. Al-Musnad, susunan Asad Ibn Musarhad
4. Al-Musnad, susunan Abu Daud Ath Thayalisy
5. Al-Musnad, susunan Nu’aim ibn Hammad
6. Al-Musnad, susunan Abu Ya’la Al-Maushuly
7. Al-Musnad, susunan Al-Humaidy
8. Al-Musnad, susunan ‘Ali Al-Madaidi
9. Al-Musnad, susunan ‘Abid Ibn Humaid (249 H)
10.Al-Musnadu Al-Mu’allal, susunan Al-Bazzar
11.Al-Musnad, susunan Baqiy Ibn Makhlad (201-296 H)
12.Al-Musnad, susunan Ibnu Rahawaih (237 H)
13.Al-Musnad, susunan Ahmad Ibn Ahmad
14.Al-Musnad, susunan Muhammad Ibn Nashr Al-Marwazy
15.Al-Musnad, susunan Abu Bakr ibn Abi Syaibah (235 H)
16.Al-Musnad, susunan Abu Al-Qasim Al-Baghdawy (214 H)
17.Al-Musnad, susunan ‘Utsman ibn Abi Syaibah (239 H)
18.Al-Musnad, susunan Abdul Husain ibn Muhammad Al-Masarkhasy
(298 H)
19.Al-Musnad, susunan Ad-Darimi
20.Al-Musnad, susunan Sa’id Ibn Mansur (227 H)
21.Tahdzibu Al-Atsarm, susunan Al-Imam ibnu Jarir
22.Al-fami’u Ash-Shahih, susunan Bukhari
23.Al-fami’u Ash-Shahih, susunan Muslim
24.As-Sunan, susunan An-Nasa’i
25.As-Sunan, susunan Abu Dawud
26.As-Sunan, susunan At-Tirmidzi
27.As-Sunan, susunan Ibnu Majah

9
28.As-Sunan, susunan Ibnu Al-Jarud
29.Ath-Thabaqat, susunan Ibnu sa’ad
6. Periode keenam: Dari Abad IV hingga Tahun 656 H
Periode ini dinamakan Ashru At-Tahdib wa At-tartibi wa Al-Istidraqi
wa Al-fami’. Ulama hadits yang muncul pada abad ke-2 dan ke-3,
digelari Mutaqaddimin, yang mengumpulkan hadits semata-mata
berpegang pada usaha sendiri dan pemeriksaan sendiri, dengan menemui
para penghafal yang tersebar di setiap pelosok dan penjuru Arab, Parsi,
dan lain-lainnya.
Pada abad ke-4 dan seterusnya digelari ‘Mutaakhirin’. Kebanyakan
hadits yang mereka kumpulkan adalah petikan atau nukilan kitab-kitab
Mutaqaddimin, hanya sedikit yang dikumpulkan dari usaha mencari
sendiri kepada para penghapalnya. Pada periode ini muncul kitab-kitab
sahih,antara lain:
1. Ash-Shahih, susunan Ibnu Khuzaimah
2. At-Taqsim wa Anwa’, susunan Ibnu Hibban
3. Al-Mustadrak, susunan Al-Hakim
4. Ash-Shalih, susunan Abu ‘Awanah
5. Al-Muntaqa, susunan Ibnu Jarud
6. Al-Mukhtarah, susunan Muhammad Ibn Abdul Wahid Al-Maqdisy.
Pada periode ini muncul usaha Istidrak, yakni mengumpulkan hadits-
hadits yang memiliki syarat-syarat Bukhari dan Muslim atau salah
satunya yang kebetulan tidak di riwayatkan atau di shahihkan oleh
Bukhari dan Muslim. Kitab ini mereka namai mustadrak. Di antaranya
Al-Mustadrak oleh Abu Dzar Al-Harawy.
7. Periode ketujuh: 656 H – Sekarang
Periode ini adalah masa sesudah meninggalnya Khalifah Abbasiyah

10
ke XVII Al-Mu’tasim (w. 656 H) sampai sekarang. Periode ini
dinamakan Ahdu As-Sarhi wa Al-fami’ wa At-Takhriji wa Al-Bahtsi, yaitu
masa pensyarahan, penghimpunan, pen-tahrij-an, dan pembahasan.
Usaha-uasaha yang dilakukan oleh ulama dalammasa ini adalah
menerbitkan kitab-kitab hadits, menyaringnya, dan Menyusun kitab enam
kitab tahrij, serta membuat kitab-kitab fami’ yang umum.
Pada periode ini disusun kitab-kitab Zawa’id, yaitu usaha
mengumpulkan hadits yang terdapat dalam kitab yang sebelumnya ke
dalam sebuah kitab tertentu, di antaranya Kitab Zawa’id susunan Ibnu
Majah, Kitab Zawa’id As-Sunan Al-Kubra disusun oleh Al-Bushiry.
Tokoh-tokoh yang terkenal pada masa ini adalah:
1. Adz-Dzahaby (748 H)
2. Ibnu Sayyidinnas (734 H)
3. Ibnu Daqiq Al-‘Ied
4. Muglathai (862 H)
5. Al-Asqalany (852 H)
6. Ad-Dimyaty (705 H)
7. Al-‘Ainy (855 H)
8. As-Suyuthi (911 H)
9. Az-Zarkasy (794 H)
10.Al-Mizzy (742 H)
11.Al-‘Alay (761 H)
12.Ibnu Katsir (774 H)
13.Az-Zaily (762 H)
14.Ibnu Rajab (795 H)
15.Ibnu Mulaqqin (804 H)
16.Al-Bulqiny (805 H)

11
17.Al-‘Iraqy (w. 806 H)
18.Al-Haitsamy (807 H)
19.Abu Zurah (826 H)
12
BAB III
PENUTUPAN
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan yang dikemukakan di atas, dapat dikemukakan beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada periode pertama para sahabat menerima hadits dari Nabi SAW
secara langsung dan tidak langsung. Seperti saat nabi memberi
ceramah,pengajian,khutbah atau mendengar dari sahabat yang lain.
2. Pada periode kedua periwayatan hadits tersebar secara terbatas dan
penulisannya pun masih belum dilakukan secara resmi. Dalam praktiknya
hanya ada 2 sahabat yang meriwayatkan hadits,yaitu: (1) Dengan lafazh
asli, (2) Dengan maknanya saja.
3. Pada periode ketiga para sahabat dan tabi’in kecil yang ingin mengetahui
hadits Nabi SAW diharuskan ke seluruh pelosok wilayah Daulah
Islamiyah untuk menanyakan hadits kepada sahabat-sahabat besar yang
sudah tersebar di wilayah tersebut.
4. Pada periode keempat penulisan dan pembukuan hadits mulai dilakukan
secara resmi,yaitu diselenggarakan oleh atau atas inisiatif pemerintah.
5. Pada periode kelima adalah puncak usaha pembukuan hadits oleh Al-
Bukhari yang bermula memperluas daerah yang dikunjungi untuk
mencari hadits.
6. Pada periode keenam ulamahadits yang muncul abad ke-2 dan ke-3
mengumpulkan hadits dengan semata-mata berpegang pada usaha sendiri
dan pemeriksaan sendiri,dengan menemui para penghapal yang tersebar
di setiap pelosok. Pada abad ke-4 kebanyakan hadits dikumpulkan
dengan petikan atau nukilan dari kitab-kitab.
7. Pada periode ketujuh usaha yang dilakukan oleh ulama-ulama adalah
menerbitkan isi kitab-kitab hadits, menyaringnya, dan Menyusun.
13
DAFTAR PUSTAKA
Drs. M. Agus Solahudin, M.Ag.;Agus Suryadi, Lc.M.Ag.2009. Ulumul
Hadis. Bandung: Pustaka Setia
14

Anda mungkin juga menyukai