Anda di halaman 1dari 7

HASIL WAWANCARA

Asumsi Depresif Berat Dengan Gejala Psikotik

Disusun Untuk Memenuhi Tugas UTS Mata Kuliah Psikodiagnostik III Wawancara

Dosen Pengampu : Rika Fu’aturosida, S.Psi, M.A

Disusun Oleh :

Akasyah Satyarendra (200401110024)

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2022
BAB II

Pembahasan

Interviewer

Identitas : Akasyah Satyarendra

Umur : 21 tahun

Tgl pelaksana : 08 Oktober 2022

A. Asumsi Depresif dengan Gejala Psikotik


Depresi psikotik sebuah gejala depresi berat yang disertai dengan adanya halusinasi atau
gangguan psikotik, halusinasi yang dialami melihat atau mendengar sesuatu yang sebetulnya
tidak nyata. Pada intervewee yang akan saya wawancarai menurut dugaan saya mengalami
gejala depresif psikotik, pada tahap pencarian data interviewer menggunakan wawancara
bebas terpimpin yakni, dalam wawancara terdapat sbuah kerangka, dan mempunyai
kebebasan yang luas terstruktur.

B. Hasil wawancara
No Aspek jawaban

1 Kognitif Awal mula kejadian ini ketika 17 tahun yang lalu dimana suatu
hari salah satu pelaku menuduh korban mengalami stress kepada
pihak1 lain, nah dari pihak1 bercerita kepada korban jika dituduh
telah mengalami stress. Dari sini korban awal mula tidak terima
bermaksud meminta klarifikasi terhadap ucapan pelaku terhadap
pihak1 apakah betul seperti itu. Akan tetapi pelaku tidak mau,
hingga mengakibatkan korban memendam perasaan tuduhan
tersebut secara berlaut-larut sampai akhirnya berdampak kepada
psikis korban, mulai dari halusinasi, nafsu makan berkurang,
menggangu tidur(terkadang tidak tidur), menganggap dirinya
tidak berguna, pernah berkeinginan untuk bunuh diri,
kepercayaan yang dimiliki rendah,prasangka buruk terhadap
suaminya yang tidak benar.

2 kognitif Marah-marah terhadap suami, berbicara sendiri, berjalan ke desa


lain, dan pernah melakukan perilaku diluar ubnormal.

3 Kognitif Setelah kejadian hal itu korban masih belum bisa memaafkan diri
sendiri akan tetapi berangsur hari demi hari akan bisa
memaafkan.
4 Kognitif Merasa tenang, antara korban dan pelaku saling memaafkan.

5 Kognitif Berdamai dengan pelaku menjalin hubungan dengan baik.

6 Kognitif Faktor internal penyebab tidak ada dari keluarga tidak ada riwayat
penyakit seperti stress, depresi, halu.

1 Afektif Jika diingat atau ada permasalahan yang menyebabkan


teriangatnya lagi akan muncul lagi, jika tidak ada faktor penyebab
maka akan kembali normal.

2 Afektif Sudah tidak menyimpan perasaan marah kembali normal.

3 Afektif Ketika berinteraksi dengan lingkungan sekitar sudah merasa


nyaman.

1 Perilaku Korban pernah melakukan sebuah tindakan berbahaya(mencekik


pelaku) dan lontaran ucapan luapan yang ada difikiran yang telah
terpendam selama bertahun-tahun.

2 Perilaku Dalam keadaan ubnormal korban memiliki dendam berniat untuk


membalas perilaku dari pelaku hingga mau membunuh, yang
telah terjadi yaitu mencekik pelaku.

3 Perilaku Keluarga telah memberikan dukungan berkali-kali ketika


mengalami kejadian ubnormal baik moral dan psikis dengan
contoh jarno omongan korban ga usah direken, pihak selain
keluarga juga memberikan dorongan saran agar lebih
memperbanyak ibadah.

1 Tahap kesadaran Menyadari dirinya terluka, ketika mendapat tudingan stress dari
pelaku sedangkan tidak mengalami pada masa itu

3 Tahap keasadaran Korban menyimpan dendam terhadap pelaku (kembali ke aspek


kognitif 1)

4 Tahap kesadaran Korban menyadari adanya dampak yang ditimbulkan bagi


kesehatan, berdampak kepada kesehatan tidak mau makan, lesu,
berjalan mondar-mandir.

5 Tahap kesadaran Korban berperilaku negate, berjalan entah kemana, mondar


mandir, berjoget, dan mengobrol sendiri

1 Tahap khusnudzon Korban masih melihat sisi baik dari orang lain saling memaafkan

2 Tahap muhasabah Kenginan dari keluarga terhadap pelaku agar tidak membuat
dampak seperti dulu yang telah dibuat dikarenakan korban ketika
diri mendapat sebuah informasi yang menyudutkan beliau langsung
dimasukan kehati dan memendamnya sendiri dan berlarut-larut.

1 Tahap perubahan Iya sudah bisa menerima dan beraktivitas seperti biasanya saling
perilaku yang berinteraksi
positif

2 Tahap perubahan Beraktivitas normal seperti biasanya


perilaku yang
positif

Surat Persetujuan/Penolakan Wawancara

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Bapak Suparlan


Jenis Kelamin(L/P) : laki-laki
Umur/Tgl Lahir : 50/19 Mei
Alamat : Jl. Raya Kendalpayak
Telp :-
Menyatakan dengan sesungguhnya dari saya sendiri/*sebagai orang suami dari: Ibu
Mutiningsih Dengan ini menyatakan SETUJU untuk dilakukan Wawancara.
Dari penjelasan yang diberikan, telah saya mengerti segala hal yang berhubungan dengan
penyakit tersebut, serta tindakan medis yang akan dilakukan dan kemungkinana pasca
tindakan yang dapat terjadi sesuai penjelasan yang diberikan.

Malang, 08 Oktober 2022

Pewawancara Yang membuat pernyataan

Lailaturrohmah
Muhammad Charismawan
C. Validitas dan Reliabilitas
Validitas merupakan ketepatan atau kecermatan dalam suatu instrument
pengukuran. Sedangkan uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi item
pertanyaan yang digunakan dan tetap konsisten narasumber dalam menjawab sebuah
pertanyaan tersebut diulang.
Reliabilitas merupakan kelanjutan dari pengukuran validitas yakni tidak
menyimpang dari tujuan khusus, pertanyaan yang disusun oleh interviewer terarah
dan bebas terpimpin dimana dalam wawancara bebas terpimpin menyusun sebuah
pertanyaan sebelum melakukan wawancara dan nantinya dikembangkan lagi dalam
wawancara setelah mendapatkan hasil dari beberapa item pertanyaan, pembicaraan
yang dilakukan masih terarah sesuai dengan tujuan (Dewi, 2018).
untuk menentukan validitas dan reliabilitas dari hasil wawancara yang telah
dilakukan antara interviewer dan interviewee dengan menggunakan trianggulasi data
(primer, sekunder dan tersier) dalam menggali data primer terdapat kesulitan
dikarenakan pihak bersangkutan tidak mau,melibatkan pihak keluarga yang
bersangkutan dan lingkungan sekitar proses wawancara berlangsung selama 30 menit
kepada pihak keluarga. Dalam pertanyaan yang telah disusun yang akan diajukan
pada subjek wawancara terdapat beberapa pertanyaan yang merupakan pertanyaan
lanjutan dari pertanyaan sebelumnya, semisal pada aspek pertanyaan kognitif pertama
“ibu bisa menceritakan tentang yang dialami saat ini” pada pertanyaan selanjutnya
merujuk kepada lanjutan pertanyaan “Perilaku yang muncul saat mengalami hal
tersebut seperti apa” nah dalam contoh pertanyaan tersebut untuk menentukan apakah
valid atau tidak terhadap jawaban yang telah diberikan oleh narasumber.

Validitas dan reliabilitas dari hasil wawancara juga bisa dilihat dalam buku PPDGJ
yaitu:

DSM-V dan PPDGJ III (Maslim, 2013) Depresif berat dengan gejala psikotik (F32.3)

1. Gejala utama (afek depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, dan


berkurangnya energi mengakibatkan mudah lelah).
2. Ditambah 4 dari gejala lainya dan berintensitas berat.
3. Bila ada gejala penting maka pasien tidak mau memperinci gejalanya.
4. Episode depresif sekurang-kurangnya 2 minggu.
5. Pasien tidak mungkin mampu meneruskan kegiatan sosial.
6. Disertai waham,halusinasi yang melibatkan malapetaka.
D. Analisa
Dalam buku “Depresi tinjauan psikologis” Lumongga, merupakan suatu
sindrom klinis gangguan mental yang sering terjadi di masyarakat berawal dari
stress yang tidak bisa diatasi maka seseorang bisa jatuh ke fase depresi.

Menurut Atkinson (dalam Lamongga, 2016) depresi sebagai sesuatu gangguan


mood yang dicirikan tidak ada harapan dan patah hati, ketidak berdayaan yang
berlebihan, tidak mampu mengambil sebuah keputusan akan memulai sesuatu
kegiatan, tidak mampu konsentrasi, tidak mempunyai semangat hidup tegang dan
mencoba melukai diri sendiri. Maka dapat disimpulkan bahwa depresi adalah suatu
pengalaman yang menyakitkan, suatu perasaan tidak ada harapan lagi. Gejala
depresif lainya menurut DSM-5 yaitu :

1. Konsentrasi dan perhatian berkurang


2. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
3. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
4. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
5. Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
6. Tidur terganggu
7. Nafsu makan berkurang

Berdasarkan DSM-V F 32.3 Episode depresif berat dengan gejala psikotik yaitu:

 Episode depresi berat yang memenuhi kriteria menurut F 32.2.


 Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya melibatkan
ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam, dan pasien
merasa bertanggung jawab atas hal itu.

E. Kesimpulan Sementara
Dari hasil wawancara dan juga panduan dalam PPDGJ kesimpulan sementara
yang didapatkan adalah interviewee masuk kedalam kategori depresif berat dengan
gejala psikotik.

Daftar Pustaka
Lamongga, N. (2016). Depresi: Tinjauan Psikologis. Kencana.
https://books.google.co.id/books?id=p%5C_pDDwAAQBAJ
Maslim, R. (2013). DIAGNOSIS GANGGUAN JIWA RUJUKAN RINGKAS dari PPDGJ -
III. In DIAGNOSIS GANGGUAN JIWA RUJUKAN RINGKAS dari PPDGJ - III dan
DSM - 5.

Anda mungkin juga menyukai