Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM LISTRIK
DASAR
JOB: DAYA LISTRIK ARUS SEARAH

NAMA : Suryadi Fajar (216121013)


Andi Pratama
(216121014)
Aditya Maulana (216121015)
Muhammad Alifullah Syah (216121016)

KELAS/KELOMPOK : 2A-D3/4
TANGGAL : 19-03-2022

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
2022
BAB II
DAYA LISTRIK ARUS SEARAH

2.1 Tujuan
Adapun tujuan dari dilakukannya praktikum ini adalah sebagai berikut:
 Menentukan daya dari tahanan-tahanan yang dihubung secara seri maupun parallel
 Mengamati perubahan daya suatu tahanan bila arus dan tegangannya berubah
 Mengetahui Karateristik dari rangkaian seri dan parallel

2.2 Alat dan komponen yang digunakan


 Tahanan 100 ohm / 5 Watt : 2 buah
 Multimeter : 4 buah
 Saklar : 1 buah
 Kabel dan penjepit : secukupnya

2.3 Landasan Teori


Arus listrik searah (DC) adalah aliran elektron dari suatu titik yang energi potensialnya
tinggi ke titik lain yang energi potensialnya lebih rendah.
Arus searah dulu dianggap sebagai arus positif yang mengalir dari ujung positif sumber
arus listrik ke ujung negatifnya. Pengamatan-pengamatan yang lebih baru menemukan bahwa
sebenarnya arus searah merupakan arus negatif yang mengalir dari kutub negatif ke kutub
positif. Aliran elektron ini menyebabkan terjadinya lubang-lubang bermuatan positif, yang
“tampak” mengalir dari kutub positif ke kutub negatif.
Sebelum suatu tahanan listrik (resistor) digunakan dalam rangkaian listrik, maka kita
harus terlebih dahulu mengetahui berapa ohm dan berapa watt nilai dan daya tahanan
tersebut. Kedua besaran ini harus selalu diketahui , karena arus listrik yang melalui tahanan
akan menghasilkan panas.
Dalam pemakaiannya, panas (daya) yang diserap tahanan tidak boleh melebihi rating
daya maksimum yang telah ditentukan. Daya listrik suatu beban akan bekerja sesuai rating
nya bila dipasang pada tegangan nominalnya. Daya yang diserap tahanan berupa panas dapat
dihitung dengan rumus :
P = V . I = Watt
P = V² / R = Watt
P = I² . R = Watt
Dimana :
P = daya listrik
V = tegangan listrik (Volt)
I = arus listrik (ampere)
R = tahanan listrik (ohm)
2.4 Langkah Percobaan
Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Teliti semua komponen sebelum digunakan
2. Buat rangkaian seperti pada gambar 2.4.1.

Gambar 2.4.1.

3. Sebelum melakukan pengukuran hitung terlebih dahulu berapa tegangan maksimum


yang digunakan berdasarkan data tahanan.
4. Bila tegangan maksimum telah diketahui tentukan lima macam harga Vs dengan catatan
tidak boleh melebihi tegangan maksimum yang diperbolehkan.
5. Tutup saklar S dan lakukan pengukuran catat arus dan tegangan serta hitung harga P
(daya). Buatlah tabel sendiri untuk percobaan ini.
6. Ubalah rangkaian menjadi seperti gambar 4-2.
7. Lakukan langkah pengukuran seperti point 3 s/d nomor 5.

Gambar 2.4.2.
8. Rangkaian 2.4.2. diubah menjadi rangkaian paralel seperti gambar 2.4.3.

9. Lakukan pengukuran seperti pada point 3 s/d 5.


2.5 Data Hasil

Percobaan Tabel

Gambar 2.4.1

NO R₁ (Ω) Pengukuran perhitungan

V₀ Amp P = V²/R P=V.I


(volt) (Ampere)
1 100 6V 0,06 A 0,36W 0,36W

2 100 8V 0,08A 0,64W 0,64W


3 100 10V 0.1A 1W 1W

4 100 12V 0,12A 1,44W 1,44W

5 100 15V 0,15A 2,25W 2,25W

Tabel Gambar 2.4.2

NO R₁ (Ω) R₂ (Ω) Pengukuran perhitungan

V1 (volt) V2 Amp P1 = V . I P2 = V . I
(volt) (Ampere)
1 100 100 6V 6V 0,06A 0,36W 0,36W

2 100 100 9v 9v 0,09A 0,81W 0,81W


3 100 100 12V 12V 0,12A 1,44W 1,44W

4 100 100 13V 13V 0,13A 1,69W 1,69W

5 100 100 16V 16V 0,16A 2,56W 2,56W


Tabel Gambar 2.4.3

NO R₁ (Ω) R₂ (Ω) Pengukuran perhitungan

V1 V2 (volt) Amp1 Amp2 P1 = V . I P2 = V . I


(volt) (Ampe (Ampe
re) re)
1 100 100 8V 8V 0,08A 0,08A 0,64W 0,64W
2 100 100 10v 10v 0,10A 0,10A 1W 1W

3 100 100 12V 12V 0,12A 0,12A 1,44W 1,44W

4 100 100 15V 15V 0,15A 0,15A 2,25W 2,25W

5 100 100 20V 20V 0,20A 0,20A 4W 4W

2.6 Analisis Data :


 Analisis data
o Tabel perbandingan gambar 2.4.1 Simulasi dan Perhitungan

Tegangan (V) Simulasi Perhitungan


A (Amperemeter) P (Daya) A (Amperemeter) P (Daya)
6V 0,06 A 0,36W 0,06 A 0,36W
8V 0,08 A 0,64W 0,08 A 0,64W
10V 0,1 A 1W 0,1 A 1W

12V 0,12 A 1,44W 0,12 A 1,44W


15V 0,15 A 2,25W 0,15 A 2,25W

o Tabel perbandingan gambar 2.4.2 simulasi dan perhitungan

Tegangan (V) Simulasi Perhitungan


A V1 V2 P (Daya) A V1 V2 P (Daya)
(Ampere) (Ampere)
12V 0,06A 6V 6V 0,36W 0,06A 6V 6V 0,36W

18V 0,09A 9v 9v 0,81W 0,09A 9V 9V 0,81W


24V 0,12A 12 12 1,44W 0.12A 12V 12V 1,44W
V V
32V 0,13A 13 13 1,69W 0,13A 13V 13V 1,69W
V V
26V 0,16A 16 16 2,56W 0,16A 16V 16V 2,56W
V V

o Tabel perbandingan gambar 2.4.3 simulasi dan perhitungan

Tegangan (V) Simulasi Perhitungan


A1 A2 V1 V2 P A1 A2 V1 V2 P
(Daya) (Daya)
12V 0,08 0,08A 8V 8V 0,64W 0,08A 0,08 8V 8V 0,64W
A A
18V 0,10 0,10A 10v 10v 1W 0,10A 0,10 10v 10v 1W
A A
24V 0,12 0,12A 12 12 1,44W 0,12A 0,12 12 12 1,44W
A V V A V V
32V 0,15 0,15A 15 15 2,25 0,15A 0,15 15 15 2,25
A V V A V V
26V 0,20 0,20A 20 20 4 0,20A 0,20 20 20 4
A V V A V V

 Jawaban Pertanyaan
1. Bandingkan ketiga percobaan dan beri penjelasan?
Pada rangkaian pertama arus sama dengan tegangannya, karna memiliki satu
hambatan. Pada rangkaian 2 termasuk rangkaian seri sehingga tegangan dibagi dua
terhadap resistor, karna tegangan dari sumber akan dibagi dengan jumlah tahanan ,
Sedangkan arus yang mengalir pada masing-masing beban adalah sama. Pada
rangkaian 3 termasuk rangkaian parallel sehingga tegangan dikali lipatkan terhadap
resistor, karna arus yang mengalir pada masing-masing cabang tergantung nilai
tahanan , Sedangkan tegangan pada masing-masing beban listrik sama dengan
tegangan sumber.

2. Bagaimana hubungan antara tahanan dengan daya bila rangkaian paralel


dan rangkaian seri?
bahwa semakin besar daya, disebabkan oleh semakin besar
tegangan/beda potensial atau arusnya.
3. Gambarkan karakteristik P = f (I), dan P = f (V) pada tahanan dari ketiga percobaan?
 Rangkaian Tunggal

2.5
P = ƒ (I)

2
D
a
1.5
y
a
1
(

P
)

0.5

0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 0.16
Arus (I)

P = ƒ(V)
2.5

1.5
Daya

0.5

0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Tegangan V
 Rangkaian Seri

P = ƒ (I)
3

2.5

1.5
Daya

0.5

0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 0.16 0.18


Arus (I)

P = ƒ (V)
3

2.5

1.5
Daya

0.5

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
Arus (I)
 Rangkaian Paralell

P = ƒ (I)
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
Daya

1
0.5
0

0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25


Arus (I)

P = ƒ (V)
4.5
4
3.5
3
2.5
2
Daya

1.5
1
0.5
0

0 5 10 15 20 25
Tegangan (V)
4. Jelaskan apa yang terjadi pada lampu L1 dan L2 bila S pada rangkaian ditutup?

Lampu akan menyala karna tegangan 220V dan lampu memakai hanya 110V.

5. suatu motor induksi dengan name plate 20 volt, 0,2 A akan dioperasikan dengan
sumber tegangan 220 Volt. Disediakan komponen tahanan yang lengkap (dengan
nilai/harga yang ada dipasaran) yang masing-masing mempunyai rating daya 5 Watt.
Bagaimana caranya agar motor tersebut dapat bekerja dengan daya nominal?
Dengan memasang secara parallel.

2.7 Kesimpulan
Dalam pratikum ini dapat ditarik kesimpulan yaitu:

 Dapat menentukan daya dari tahanan-tahanan yang dihubung secara seri maupun
parallel.
 Mengetahui Karakteristik dari rangkaian seri adalah tegangan dari sumber akan dibagi
dengan jumlah tahanan yang dipasang pada masing-masing cabang. Sedangkan arus yang
mengalir pada masing-masing beban adalah sama. Karakteristik dari rangkaian parallel
adalah arus yang mengalir pada masing-masing cabang tergantung nilai tahanan yang
dipasang pada cabang. Sedangkan tegangan pada masing-masing beban listrik sama
dengan tegangan sumber.
Daftar Pusaka

https://docplayer.info/45314885-Laporan-praktikum-elektronika-dasar-i-arus-listrik-searah-nama-
arini-qurrata-a-yun-nim-h-kelompok-lima-v-asisten-rahmi.html
https://www.gurupendidikan.co.id/listrik-arus-searah/
https://www.slideshare.net/ekostereo/02-bab-05-motor-listrik-ac
LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan pada gambar 2.4.1

NO R₁ (Ω) Pengukuran perhitungan

V₀ Amp P = V²/R P=V.I


(volt) (Ampere)
1 100 12V 0,12A 1,44W 1.44W

2 100 6v 0,06A 0,36W 0,36W

3 100 15V 0.15A 2,25W 2,25W

4 100 8V 0,8A 0,64W 0,64W

5 100 10V 0,10A 1W 1W


Lampiran 2. Perhitungan pada gambar 2.4.2

NO R₁ (Ω) R₂ (Ω) Pengukuran perhitungan

V1 (volt) V2 Amp P=V.I P2 = V . I


(volt) (Ampere)
1 100 100 6V 6V 0,06A 0,36W 0,36W

2 100 100 9v 9v 0,09A 0,81W 0,81W

3 100 100 12V 12V 0,12A 1,44W 1,44W

4 100 100 16V 16V 0,16A 2,56W 2,56W

5 100 100 13V 13V 0,13A 1,69W 1,69W


Lampiran 3. Perhitungan pada gambar 2.4.3
NO R₁ (Ω) R₂ (Ω) Pengukuran perhitungan

V1 V2 (volt) Amp1 Amp2 P1 = V . I P2 = V . I


(volt) (Ampe (Ampe
re) re)
1 100 100 12V 12V 0,12A 0,12A 1,44W 1,44W

2 100 100 10v 10v 0,10A 0,10A 1W 1W

3 100 100 15V 15V 0,15A 0,15A 2,25W 2,25W

4 100 100 20V 20V 0,20A 0,20A 4W 4W

5 100 100 8V 8V 0,08A 0,08A 0,64W 0,64W

Anda mungkin juga menyukai