E-mail : darmono_polines@yahoo.com
FB : Sudarmono Sumarsono
TW : @Sudarmono S
2
6. Sedangkan untuk bentang < 60m (relatif dari 25 m s/d 60 m tergantung kondisi)
digunakan peralatan utama lapangan yang terdiri atas:
a. Alat sondir dengan bor tangan (digerakkan dengan tangan);
b. Pengeboran harus dilakukan sampai kedalaman yang ditentukan (bila tidak
ditentukan lain) untuk mendapatkan letak lapisan tanah dan jenis batuan beserta
ukurannya dan harus mencapai tanah keras/batu dan menembus sedalam kurang
lebih 3.00 m;
c. Boring dan sampling harus dikerjakan dengan memakai ”Manual Operated
Auger” dengan kapasitas hingga kedalaman 10 m;
d. dan Alat tes sondir tipe “Gouda” atau sejenisnya, antara lain “Dutch Cone
Penetrometer” yang memakai sistem metrik dan harus dilengkapi dengan
“Friction Jacket Cone”, kapasitas tegangan konus minimum 250 kg/cm2 dan
kedalamannya dapat mencapai 25 m.
7. Penentuan titik uji harus tepat agar tidak terjadi penyimpangan data dengan lokasi
titik pondasi.
6
Pekerjaan pondasi umumnya merupakan pekerjaan awal dari suatu proyek. Oleh
karena itu langkah awal yang dilakukan :
1. Pemetaan terlebih dahulu, dan dari pemetaan ini dapat diperoleh suatu
patokan yang tepat antara koordinat pada gambar kerja dan kondisi lapangan.
2. Pembersihan /mempersiapkan area proyek dan pembuatan penulangan tiang
bor.
3. Proses pengeboran, bila dipakai pondasi bor pile atau penggalian bila pondasi
dangkal.
8
4.c Pekerjaan Pondasi ...... Lanjutan
1. Pada pekerjaan pondasi tiang bor, kedalaman dan diameter tiang bor
menjadi parameter utama dipilihnya alat bor.
2. Setelah mencapai kedalaman rencana untuk menghindari longsor maka
di pasang casing, (umumnya minimal 6 m).
3. Setelah casing terpasang, maka pengeboran dapat dilanjutkan. Mata
auger sudah diganti dengan Cleaning Bucket untuk membuang tanah
atau lumpur di dasar lubang.
4. Jika pekerjaan pengeboran mencapai tanah keras, maka untuk sistem
pondasi bore pile bagian bawah pondasi yang bekerja dengan
mekanisme bearing dapat dilakukan pembesaran, walau tidak mudah,
bisa dipakai bor khusus (Belling Tools).
9
4.c Pekerjaan Pondasi ...... Lanjutan
10
4.c Pekerjaan Pondasi ...... Lanjutan
5. Setelah pemasangan tulangan maka proses selanjutnya pengecoran beton. Ini merupakan bagian
yang paling kritis yang menentukan berfungsi tidaknya suatu pondasi. Meskipun proses
pekerjaan sebelumnya sudah benar, tetapi pada tahapan ini gagal maka gagal pula pondasi
tersebut secara keseluruhan;
6. Adanya air pada lubang bor menyebabkan pengecoran memerlukan alat bantu khusus, yaitu pipa
tremi. Pipa tersebut mempunyai panjang yang sama atau lebih panjang dengan kedalaman
lubang yang dibor;
7. Memasukkan pipa tremi ke dalam lubang bor menggunakan crane. Setelah pipa tremi sudah
berhasil dimasukkan, ujung atas harus ditahan sehingga posisinya terkontrol dan tidak jatuh, lalu
corong pipa tremi dipasang;
8. Dalam menuangkan beton tidak boleh langsung banyak, karena pipa tremi perlu dicabut lagi,
jadi kalau beton tertuang terlalu banyak maka akan sulit untuk mencabutnya.
9. Jika terlalu dini mencabut pipa tremi dan beton pada bagian bawah belum terkonsolidasi dengan
baik, maka bisa terjadi segresi, tercampur dengan tanah.
10. Jika beton volume beton sudah mencukupi (± 1 panjang), maka pipa tremi harus mulai ditarik ke
atas, dg pipa tremi menyebabkan beton dapat disalurkan ke dasar lubang langsung tanpa
mengalami pencampuran dengan air dan lumpur.
11. Proses pengecoran ini memerlukan supply beton yang selalu siap (tidak boleh terlambat).
12. Jika sampai terjadi keterlambatan pipa treminya bisa tertanam dan tidak bisa dicabut,
13. Sedangkan kalau keburu dicabut maka tiang beton tidak continue. Jadi bagian
logistik/pengadaan beton harus memperhatikan itu
11
4.c Pekerjaan Pondasi ...... Lanjutan
12
4.d Pekerjaan Abutmen(Kepala Jembatan)
2. Pekerjaan Penulangan
3. Pekerjaan Pengecoran
16
4.2.2 Pekerjaan Acuan dan Perancah
P. Tekanan Beton
17
Bila beton dari ready mix. pengecoran menggunakan Concrete Pump dg pemadatan
beton dengan Concrete Vibrator.
23
4.2.4 Perkerjaan Pengecoran