1
(b) pengurugan tanah kembali yang digali dalam rangka pelaksanaan
pekerjaan kontruksi baik dengan tanah maupun pasir.
(3) Pemadatan :
Pekerjaan pemadatan meliputi pekerjaan pemadatan tanah, urugan pasir
dalam rangka perbaikan tanah maupun pelaksanaan konstruksi.
(3) Pemadatan
Penjelasan tentang pekerjaan ini tidak terpisahkan dari pekerjaan urugan.
Penggunaan peralatan untuk pekerjaan ini dengan alat yang memenuhi
syarat dan dilakukan lapis demi lapis.
2
2. Persyaratan Pelaksanaan Pekerjaan
a. Pondasi pada umumnya.
(1) semua pekerjaan pondasi dapat dikerjakan apabila galian tanah telah
diperiksa ukuran dan kedalamannya.
(2) jika lubang galian terdapat banyak air, tergenang air tanah atau air
hujan, maka dasar galian harus dikeringkan lebih dahulu sebelum memulai
pekerjaan pasangan batu kali.
(3) perlakuan terhadap dasar lobang galian dilakukan dengan prosedur :
(a) permukaan galian dipadatkan dengan stamper sampai kepadatan
tertentu yang disetujui oleh Pengawas Lapangan / Pejabat Pembuat
Komitmen.
(b) diurug sirtu/pasir setebal 10 cm atau sesuai yang ditunjukkan
oleh gambar dan dipadatkan lagi sampai kepadatan maksimal.
(4) jika pemasangan pondasi dihentikan maka ujung penghentian pondasi
dibuat bergigi agar penyambungan berikutnya terjadi ikatan yang kokoh dan
sempurna, sama sekali tidak boleh terdapat rongga udara.
3
c. Adukan beton tak bertulang menggunakan campuran dengan perbandingan 1 Pc : 3
PP : 5 Spleet, atau dengan mutu K-100 kecuali ditentukan lain.
3. Pedoman Pelaksanaan ;
Pelaksanaan pekerjaan ini harus mengikuti :
Semua ketentuan dalam SKSNI T-15-1991-03 terutama yang menyangkut pekerjaan
beton struktur.
4. Bahan-bahan Yang Digunakan ;
a. Semen
1). Semen yang digunakan untuk kegiatan ini adalah Portland Cement jenis II
menurut NI 8 atau type I menurut ASTM, memenuhi S.400 menurut Standard
Cement Portland yang digariskan oleh Asosiasi Cement Indonesia ;
2). Merk yang dipilih tidak dapat ditukar-tukar dalam pelaksanaan tanpa persetujuan
Pengawas Lapangan / Pejabat Pembuat Komitmen;
3). Persetujuan PC hanya akan diberikan apabila dipasaran tidak diperoleh semen
dari merk yang telah dipilih dan telah digunakan;
4). Merk semen yang diusulkan sebagai pengganti dari merk semen yang sudah
digunakan harus disertai jaminan dari Penyedia Barang/Jasa yang dilengkapi
dengan data teknis yang membuktikan bahwa mutu semen pengganti setaraf
dengan mutu semen yang digantikannya ;
5). Batas-batas pengecoran yang memakai semen berlainan merk harus disetujui
oleh Pengawas Lapangan / Pejabat Pembuat Komitmen.
b. Aggregates
Aggregates yang digunakan harus sesuai dengan syarat - syarat dalam SKSNI T-15-
1991-03, terdiri dari :
1. Pasir beton (aggregat halus).
Kadar lumpur tidak boleh melebihi 4% berat pasir beton ;
2. Koral atau crushed stone (aggregat kasar) :
□ Harus mempunyai susunan gradasi yang baik, cukup syarat kekerasannya dan
padat (tidak porous). Dimensi maksimum 2,5 cm, dan tidak lebih seperempat
dimensi beton yang terkecil dari bagian konstruksi yang bersangkutan ;
□ Khusus untuk pekerjaan beton, diluar lapis pembesian yang berat batas
maksimum tersebut 3 cm dengan gradasi baik ;
□ Pada bagian dimana pembesian cukup berat (cukup ruwet) digunakan split
pecah/giling mesin.
c. Besi beton
Besi beton yang digunakan ialah : besi beton polos mutu fy = 320 MPa ex Krakatau
Steel/setara, untuk diameter lebih besar atau sama dengan 16 mm dan fy = 240 MPa
untuk diameter lebih kecil dari 13 mm.
Untuk mendapatkan jaminan akan kualitas besi yang diminta, maka disamping
adanya certificate untuk setiap jenis diameter dari pabrik, juga harus dimintakan
certificate dari laboratorium baik pada saat pendatangan secara periodik minimal 2
contoh percobaan tarik (stress-strain) dan atau untuk setiap 20 ton besi. Untuk
pemotong tulangan tidak boleh mempergunakan alat pemanas (las), pemotongan
dengan alat gunting atau besi cutter atau gergaji besi.
d. Admixture
Pemakaian bahan tambahan untuk perbaikan mutu beton dari merk setara Super
Plastet SR (kedap air) dan plastet no. 2 untuk beton biasa. Namun sebelumnya
Penyedia Barang/Jasa diwajibkan mengajukan analisis kimia serta test, dan juga bukti
penggunaan selama 5 tahun di Indonesia. Penggunaan harus sesuai dengan
petunjuk teknis pabrik.
4
b. Penyimpanan Semen.
1). Semen harus didatangkan & disimpan dalam kantung/zak yang utuh. Berat
semen harus sama dengan yang tercantum dalam zak ;
2). Semen harus disimpan dalam gudang yang kering, terlindung dari pengaruh
cuaca, berventilasi cukup dan lantai yang bebas dari tanah ;
3). Semen harus dalam keadaan belum mulai mengeras jika ada bagian yang mulai
mengeras, bagian tersebut harus dapat ditekan hancur oleh tangan bebas (tanpa
alat) dan jumlah bagian yang mulai mengeras ini tidak lebih dari 5% berat semen ;
4). Pada bagian semen yang mengeras tersebut harus dicampurkan semen dalam
jumlah yang sama dengan syarat bahwa kualitas beton yang dihasilkan harus
sesuai dengan yang diminta perencana.
c. Penyimpanan Besi Beton
1). Besi beton disimpan dengan menggunakan bantalan-bantalan kayu sehingga
bebas dari tanah (minimal 20 cm) ;
2). Besi beton harus disimpan bebas dari lumpur, minyak atau zat asing lainnya.
d. Aggregates harus ditempatkan dalam bak-bak yang cukup terpisah dari satu dan lain
jenisnya/gradasinya dan diatas lantai beton ringan untuk menghindari tercampurnya
dengan tanah.
5
7. Pemasangan Pipa-pipa ;
Pemasangan pipa dalam beton tidak boleh merugikan kekuatan konstruksi.
8. Kualitas Beton ;
a. Kecuali ditentukan lain dalam gambar, kualitas beton adalah dengan f 'c = 22,5 Mpa.
Sedang beton praktis dengan f 'c = 17,5 Mpa. Evaluasi penentuan karakteristik ini
digunakan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam SKSNI T-15-1991-03 ;
b. Penyedia Barang/Jasa harus memberikan jaminan atas kemampuannya untuk
memenuhi kualitas beton ini dengan memperlihatkan data-data pelaksanaan dilain
tempat atau dengan mengadakan Trialmix ;
c. Selama pelaksanaan harus dibuat benda-benda uji menurut ketentuan yang disebut
dalam SKSNI T-15-1991-03 ;
d. Pada masa permulaan pembetonan Penyedia Barang/Jasa harus membuat minimum
1 benda uji per 1,5 m3 beton hingga dengan cepat dapat diperoleh 20 benda uji yang
pertama. Pengambilan benda-benda uji harus dengan periode antara yang
disesuaikan dengan kecepatan pembetonan ;
e. Penyedia Barang/Jasa harus membuat laporan tertulis atas data-data kualitas beton
yang dibuat, laporan tersebut harus disahkan oleh Pengawas Lapangan / Pejabat
Pembuat Komitmen dan laporan tersebut harus dilengkapi dengan harga
karakteristiknya ;
f. Selama pelaksanaan harus ada pengujian slump, minimum 7,5 cm maximum 12,5
cm.
Cara pengujian slump adalah sebagai berikut :
1). Beton diambil tepat sebelum dituangkan kedalam cetakan beton (bekesting) ;
2). Cetakan slump dibasahi dan ditempatkan diatas kayu yang rata atau plat beton.
3). Cetakan di isi sampai kurang lebih 1/3 nya kali dengan besi dia. 16 mm panjang
30 cm dengan ujungnya yang bulat (seperti peluru) ;
4). Pengisian dilakukan dengan cara serupa untuk dua lapisan berikutnya. Setiap
lapis ditusuk-tusuk 25 kali dan setiap tusukan harus masuk dalam satu lapis
yang dibawahnya ;
5). Setelah atasnya diratakan, segera cetakan diangkat perlahan-lahan, dan diukur
penurunannya (slumpnya).
g. Pengujian kubus atau silinder percobaan harus dilakukan di laboratorium yang
disetujui oleh Pengawas Lapangan / Pejabat Pembuat Komitmen;
h. Perawatan kubus atau silinder percobaan tersebut adalah dalam pasir basah tapi
tidak tergenang air, selama 7 (tujuh) hari dan selanjutnya dalam udara terbuka ;
i. Jika dianggap perlu, maka Penyedia Barang/Jasa harus mengadakan percobaan
silinder umur 7 (tujuh) hari dengan ketentuan-ketentuan hasilnya tidak boleh kurang
65% kekuatan yang diminta pada 28 hari. Jika hasil kuat tekan benda-benda uji tidak
memberikan angka kekuatan yang diminta, maka harus dilakukan pengujian beton
ditempat dengan cara-cara yang ditentukan dalam SKSNI T-15-1991-03 dengan biaya
ditanggung Penyedia Barang/Jasa ;
j. Pengadukan beton dalam mixer tidak boleh kurang dari 75 detik terhitung setelah
seluruh komponen adukan masuk dalam mixer ;
k. Penyampaian beton (adukan) dari mixer ketempat pengecoran harus dilakukan
dengan cara yang tidak mengakibatkan terjadinya separasi komponen-komponen
beton ;
l. Pemadatan beton sebaiknya menggunakan vibrator.
6
lanjutan dimulai. Letak siar-siar tersebut harus disetujui oleh Pengawas Lapangan /
Pejabat Pembuat Komitmen.
d. Toleransi Besi :
Variasi dalam
Diameter, ukuran sisi (atau jarak antara dua Toleransi
berat yang
permukaan yang berlawanan) diameter
diperbolehkan
7
□ Semua alat-alat pengangkut yang digunakan pada setiap waktu harus dibersihkan
dari sisa-sisa adukan yang mengeras ;
□ Pengecoran beton tidak dibenarkan untuk dimulai sebelum pemasangan besi beton
selesai diperiksa oleh dan mendapat persetujuan tertulis Pengawas
Lapangan/Pejabat Pembuat Komitmen ;
□ Pengecoran harus dilakukan secara kontinyu tanpa berhenti untuk keseluruhan dari
seluruh 1 (satu tiang) dan diberi tanda maupun tanggal pengecorannya ;
□ Pengecoran dilakukan lapis demi lapis dan tidak dibenarkan menuangkan adukan
dengan menjatuhkan dari suatu ketinggian yang akan menyebabkan pengendapan
agregat ;
□ Beton dipadatkan dengan menggunakan suatu vibrator selama pengecoran
berlangsung dan dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak merusak acuan maupun
posisi tulangan ;
□ Penyedia Barang/Jasa harus menyediakan vibrator-vibrator untuk menjamin
efisiensinya tanpa adanya penundaan ;
□ Pemadatan beton secara berlebih-lebihan sehingga menyebabkan kebocoran-
kebocoran melalui acuan dan lain-lain harus dihindarkan.
8
Pasal 07 PEKERJAAN PASANGAN DINDING BATU BATA MERAH
1. Jenis Pasangan dan Penggunaannya
a. Pasangan batu bata merah untuk sebagian besar dinding yang ada dalam
bangunan ini seperti yang ada dalam gambar pelaksanaan.
b. Pasangan batu bata merah trasram untuk dinding-dinding ruang km/wc, dinding-
dinding luar bangunan dan bagian-bagian lain seperti ditunjukkan dalam gambar
pelaksanaan.
2. Jenis Adukan Yang Digunakan
a. Adukan biasa dengan campuran 1 Pc : 6 pasir.
Digunakan untuk seluruh pasangan batu bata merah.
b. Adukan khusus dengan campuran 1 Pc : 4 pasir dan 1 Pc : 5 pasir.
Digunakan dalam pekerjaan pembuatan IPAL dan Septitank.
b. Adukan khusus dengan campuran 1 Pc : 3 pasir
Digunakan dalam pemasangan keramik.
4. Contoh-contoh Bahan
Sebelum memulai pekerjaan pasangan, Penyedia Jasa terlebih dahulu harus
menyerahkan contoh-contoh bahan yang akan digunakan (air, pasir, semen dan batu
bata merah). Bahan yang akan digunakan untuk pekerjaan ini harus mendapat
persetujuan dari Pengawas Lapangan / Pejabat Pembuat Komitmen.
5. Syarat Pemasangan
a. Pasangan batu bata merah :
(1) dinding harus dipasang/didirikan dengan ketebalan dan ketinggian sesuai
gambar rencana.
(2) masing-masing batu bata merah dipasang dengan nat/jarak 1 cm, diberi dasar
adukan pengikat dengan baik.
(3) pemasangan dinding tidak boleh diteruskan di satu bagian setinggi lebih dari
1 meter.
(4) tidak diperbolehkan memakai potongan batu bata merah untuk bagian-bagian
dinding kecuali untuk bagian dinding yang terpaksa harus menggunakan
9
potongan dan diperbolehkan untuk maksud tersebut tidak boleh lebih kecil dari
½ batu bata merah.
b. Perlindungan
Bagian dinding atau pasangan batu bata yang sudah terpasang dan terkena udara
terbuka, pada waktu hujan lebat harus diberi perlindungan dengan penutup bagian
atasnya dengan sesuatu yang memadai.
c. Perawatan
Dinding pasangan balok beton ringan dan pasangan batu kali harus dibasahi terus
menerus selama paling sedikit 7 hari setelah didirikan.
d. Angkur-angkur dan pengikat
Setiap hubungan antara dinding batu bata merah dengan permukaan beton, harus
diberi angkur yang dibuat dari besi beton dengan bentuk, ukuran dan diameter
sesuai dengan kebutuhan. Permukaan beton yang berhubungan dengan dinding
batu bata harus dikasarkan dengan alat yang sesuai agar adukan dinding dapat
melekat.
e. Permukaan dinding yang dihasilkan oleh plesteran dan acian harus benar-benar
vertikal, datar, rata, tidak melengkung atau bergelombang.
f. Kolom, sloof, ring beton / tulangan praktis.
Untuk dinding dengan luasan minimal 10 m2 diharuskan pelaksanaan dengan
perkuatan kolom beton praktis dengan tulangan pokok sesuai gambar.
10
4. Gambar Pelaksanaan (Shop Drawing)
a. Gambar pelaksanaan menunjukkan ukuran, besaran-besaran ketebalan,
kekuatan, alloy, tempers, finish, detail-detail pertemuan dan
hubungannya dengan konstruksi secara keseluruhan.
b. Semua pekerjaan yang akan dirakit dan dipasang harus sesuai dengan
desain arsitek dan gambar kerja yang disetujui Perancang.
5. Pekerjaan Persiapan
a. Periksa semua ukuran di gambar kerja dan disesuaikan dengan kondisi
di lapangan sebelum dilakukan penyetelan. Setiap terdapat perbedaan
segera diberitahukan kepada Direksi Lapangan dan Direksi Lapangan
akan memberikan keputusan tentang perbaikannya.
b. Tanda-tanda cacat akibat proses pemasangan pada permukaan UPVC
harus diganti atas biaya Penyedia Barang/Jasa.
6. Pekerjaan Pelaksanaan
a. Pekerjaan pembuatan/penyetelan dan pemasangan kosen UPVC
beserta kaca harus dilaksanakan oleh Penyedia Barang/Jasa UPVC
yang ahli dalam bidangnya dan disetujui Direksi Lapangan.
b. Untuk mendapat ukuran yang tepat, Penyedia Barang/Jasa UPVC harus
datang ke lapangan dan melakukan pengukuran.
c. Untuk mendapat hasil yang baik, pembuatan / penyetelan kosen UPVC
harus dilakukan di pabrik secara maksimal dan di lapangan tinggal
pasang.
d. Antara tembok/kolom/beton dan kosen UPVC harus diisi dengan
"sealant" yang elastis.
e. Pemasangan kaca pada kosen UPVC harus diisi dengan "sealant" dan
karet gasket.
f. Semua detail pertemuan harus halus, rata dan bersih dari goresan serta
cacat yang mempengaruhi permukaan UPVC.
g. Sambungan-sambungan vertikal maupun horizontal, sambungan sudut
maupun silang, demikian juga pengkombinasian profil-profil dari bahan
stainless steel.
h. Kaca tidak boleh bergetar dan beri tanda setelah terpasang.
i. Pemasangan rangka UPVC dan kaca harus memperhatikan faktor-faktor
akustik ruang, sehingga tidak ada kebocoran suara.
7. Hubungan dengan Material Lain
Apabila UPVC berhubungan dengan besi, maka besi harus dilapis dengan
zinc chromate.
8. Perlindungan Bahan
Perlindungan terhadap UPVC seluruhnya menjadi tanggung jawab Penyedia
Barang/Jasa, oleh karenanya Penyedia Barang/Jasa wajib memberikan
perhatian mengenai cara-cara pengangkutan, penyimpanan dan lain-lain
dengan cara terbaik.
9. Pengetesan
a. Penyedia Barang/Jasa wajib melakukan pengetesan dengan hasil yang
baik, jika hasil pengetesan gagal, Penyedia Barang/Jasa wajib
melakukan perbaikan dan pengetesan ulang hingga mencapai standard
test yang disyaratkan.
Biaya test dan lain-lain menjadi tanggung jawab Penyedia Barang/Jasa.
b. Pengetesan terdiri sebagai berikut :
Performance test (test terhadap kebocoran air, test terhadap
kebocoran udara, beban angin, kekedapan suara dan lain-lain) harus
dilaksanakan di laboratorium yang disetujui oleh Pengawas
Lapangan.
11
Material test (test terhadap bahan, anodized, test korosi, berat dan
lain-lain) dilaksanakan di dalam negeri yang disetujui Pengawas
Lapangan.
c. Hasil test harus diserahkan secara lengkap kepada Pengawas
Lapangan.
3. Pelaksanaan Pekerjaan
a. Sebelum dipakai semua bahan kayu terlebih dahulu harus diperiksa dan diterima baik
oleh Pengawas Lapangan,
b. Pemasangan kusen harus tegak lurus dengan alat penyipat (water pass),
c. Pembuatan pintu harus disesuaikan dengan tinggi rendahnya lantai yang akan
dipasang, untuk lebih jelasnya diperhatikan gambar bestek,
d. Semua rangka daun pintu dan jendela menggunakan UPVC kualitas baik. Ukuran
daun pintu dan untuk daun jendela disesuaikan dengan profile dan gambar bestek.
e. Daun pintu menggunakan rangka UPVC, bentuk dan ukuran disesuaikan dengan
gambar detail
f. Semua bahan harus diperiksa dan mendapat persetujuan dari Pengawas Lapangan,
g. Kaca untuk semua bidang jendela dan kaca mati menggunakan kaca bening dan kaca
es tebal 5 mm dan pemasangannya harus diberi toleransi secukupnya untuk
kemungkinan pemuaian.
h. Pemberian tanda pada kaca memakai kapur dan tidak boleh menggunakan tempelan
kertas.
i. Daun pintu dan daun jendela harus rata. Setiap daun pintu diberi engsel kupu-kupu
dan peredam / cincin plastik berkualitas baik. Sedangkan untuk daun jendela diberi
engsel (Casement).
12
plesteran beton, maksimal 0,5 cm.
g. plesteran digosok berulang-ulang sampai mantap dengan adukan kental dari PC
sehingga tidak terjadi retak-retak.
h. plesteran beton
(1) semua plesteran beton yang tampak diplesteran dengan adukan 1 Pc : 5 Psr.
(2) sebelum plesteran dilaksanakan permukaan beton dibersihkan dari kotoran
dikasarkan dan dibasahi dengan air, kemudian dipelster tipis-tipis dengan
menggosokan yang kuat.
(3) pengacian, baru boleh dilaksanakan setelah plesteran mengering. Pengacian
dilakukan dengan Portland Cemen
i. pekerjaan plesteran terakhir harus lurus , rata, vertical dan tegak lurus terhadap
bidang plesteran lain.
j. sponengan menggunakan campuran 1 Pc : 5 Psr.
k. plesteran harus dijaga sedemikian rupa sehingga tidak terjadi pecah dan retak,
dengan disiram air minimum 3x dalam waktu 24 jam selama 3 hari
13
b. Spesifikasi Teknis.
□ Material Utama : baja ringan mutu tinggi G 550 (light gauge hight
tensil steel) Z atau AZ 100 gr/m2
□ Steel Grade : min. yield strenght = 550 MPA
□ Ultimate tensi strenght = 550 MPA
□ Minimum Modulus of elasticity = 210.000 MPA
□ Minimum Shear Modulus = 80.000 MPA
□ Untuk Perhitungan Struktur, harus lolos angka keamanan diatas 70%
□ Coating : Kombinasi zink, aluminium dan Silicon Alloy (Zn-55 %, Al-
43,5%, Si-1,5 %.
□ Alat penyambung antar elemen rangka dari jenis Self drilling screw
dengan kelas ketahanan korosi minimum (Minimum Corrosion Rating)
Kelas 2 (zink coating).
□ Profil material rangka atap menggunakan profil lip channel berukuran :
(a) C75.100 (tinggi profil 75 mm dengan BMT 1.00 mm) berat 1.29 Kg/M’
(b) C75.75 (tinggi profil 75 mm dengan BMT 0.75 mm) berat 0.97 Kg/M’
(c) C100.100 (tinggi profil 102 mm dengan BMT 1.00 mm) berat 1.7 Kf/M’
□ Profil material reng/batten menggunakan profil top hat (U terbalik)
(a) TS.41.048 (tinggi profil 41 mm dengan BMT 0.48 mm) berat 0.57
Kg/M’
(b) TS.41.055 (tinggi profil 41 mm dengan BMT 0.55 mm) berat 0.66
Kg/M’
(c) TS.61.100 (tinggi profil 61 mm dengan BMT 1.00 mm) berat 1.54
Kg/M’
(d) TS.61.75 (tinggi profil 61 mm dengan BMT 0.75 mm) berat 1.16
Kg/M’
□ T a l a n g Jurai Dalam (valley gutter)
Talang yang dimaksud disini adalah talang jurai dalam dengan ketebalan
BMT 0.45 mm dan telah dibentuk menjadi talang lembah.
c. Jaminan / Garansi Produk.
Penyedia jasa harus memberikan garansi konstruksi dan material dari rangka
atap baja ringan minimal selama 10 tahun, yang dituangkan dalam bentuk
sertifikat yang diterbitkan oleh Pabrikan. Apabila pada saat setelah selesai
pekerjaan penyedia jasa tidak bisa mengeluarkan garansi / jaminan terhadap
material dan struktur, maka hal tersebut akan mengakibatkan ditundanya
pengakuan progress atau ditundanya pembayaran untuk pekerjaan tersebut
(progress 100% setelah dikeluarkannya sertifikat garansi).
d. Persyaratan Pra Konstruksi dan Design
(1) penyedia jasa wajib menyerahkan mill certificate (sertifikat pabrik) dan
material baja yang akan digunakan serta dokumen data-data produk.
(2) penyedia jasa wajib menyerahkan gambar kerja yang lengkap, detail dan
akurat.
(3) penyedia jasa wajib meneliti kebenaran dan bertanggung jawab
terhadap semua ukuran yang tercantum dalam gambar kerja.
(4) setiap bagian yang tidak memenuhi persyaratan yang tertulis disini
yang diakibatkan oleh kurang teliti dan kelalaian penyedia jasa akan
ditolak dan harus diganti kewajiban yang sama juga berlaku untuk
ketidakcocokan, kesalahan maupun kekurangan lain akibat penyedia jasa
tidak teliti dan tidak cermat dalam koordinasi dengan gambar
pelengkap dari arsitektur, struktur dan mekanikal/ elektrikal.
(5) perubahan bahan/detail karena alasan tertentu harus diajukan kepada
direksi teknis dan perencana untuk mendapatkan persetujuan secara
tertulis.
(6) penyedia jasa bertanggung jawab atas semua kesalahan detail,
14
fabrikasi dan ketepatan pemasangan semua komponen struktur
konstruksi baja ringan.
(7) seluruh tenaga kerja yang bekerja pada pelaksanaan pekerjaan ini
harus benar-benar memiliki keahlian dan kecakapan yang dibuktikan
dengan sertifikat yang dikeluarkan dari fabrikan yang nantinya akan
mengeluarkan garansi.
f. Persyaratan Konstruksi
1). Alat penyambung antar elemen rangka atap yang digunakan adalah dari
jenis self drilling screw/baut menakik sendiri dengan spesifikasi sebagai
berikut :
(a) kelas ketahan korosi minimum (minimum corrosion rating) class 2.
(b) ukuran baut untuk rangka atap (truss fastener) adalah tipe 12-
14x20 dengan ketentuan diameter ulir 12 gauge (5.5 mm), jumlah
ulir per inchi (threads per inch/TPI) 14 TPI, panjang 20 mm, ukuran
kepala baut 5/16” (8 mm hexagonal socket), material standard AISI
1022 heat treated carbon steel, kuat geser rata-rata (shear
average) 8.8 kN, kuat tarik minimum (tensile min.) 15.3 kN dan kuat
torsi minimum (torque min.) 13.2 kNm.
(c) u k u r a n baut untuk struktur reng (batten fastener) adalah tipe 10-
16x16 dengan ketentuan diameter ulir 10 gauge (4.87 mm), jumlah
ulir per inchi (threads per inch/TPI) 16 TPI, panjang 16 mm, ukuran
kepala baut 5/16” (8 mm hexagonal socket), material standard AISI
1022 heat treated carbon steel, kuat geser rata-rata (shear
average) 6.8 kN, Kuat tarik minimum (tensile min.) 11.9 kN dan kuat
torsi minimum (torque min.) 8.4 kNm.
(d) pemasangan jumlah baut harus sesuai dengan yang ditunjukkan
dalam detail sambungan pada gambar kerja.
(e) pemasangan baut harus menggunakan alat bor listrik 560 watt
dengan kemampuan putaran alat minimal 2000 rpm.
(f) semua komponen baik material profil, baut dan alat kerja (bor)
diajukan lebih dahulu untuk mendapatkan persetujuan Pengawas
Lapangan.
2). Pemotongan Material.
(a) pekerjaan pemotongan material baja ringan harus menggunakan
peralatan yang sesuai (alat potong dan gunting) yang telah ditentukan
fabric.
(b) alat potong harus dalam kondisi baik.
(c) pemotongan material harus mengikuti gambar kerja.
(d) bagian bekas irisan harus benar-benar datar, lurus dan bersih.
15
genteng warna coklat kehitaman serta penutup bubungan dari genteng
kerpus yang dipasang dengan adukan 1 Pc : 3 Psr.
(2) semua penutup atap dipasang rapi dan tidak bocor serta tidak
bergelombang.
16
mendapat persetujuan dari Pengawas Lapangan.
c. pekerjaan lantai dan dinding yang akan dilaksanakan sesuai dengan bill of
quantity.
17
b. Pemasangan water proofing atap beton dengan menggunakan water proofing
jenis coating dengan bahan dasar semen (cement base) sekualitas Lemkra.
2. Persyaratan Pelaksanaan Pekerjaan
a. Pekerjaan persiapan
(1) bidang plat lantai beton yang akan dilapisi water proofing harus dalam
kondisi yang bersih dari segala jenis kotoran dan diusahakan mempunyai
permukaan yang rata dengan cara melakukan leveling/perataan pada
permukaan yang berlubang dengan campuran air semen.
(2) dalam hal pekerjaan water proofing coating ini sebagai pekerjaan akhir
yang tidak ada lagi pekerjaan di atasnya (pekerjaan finishing), maka
sebelum pekerjaan water proofing perlu dilaksanakan pengaturan level
lantai dengan adukan campuran 1 pc:3 psr:5 kr agar air yang mengalir di
atasnya akan mengarah ke roof drain.
b. Pekerjaan Prime Coat
(1) pekerjaan prime coat yang dimaksud adalah pekerjaan memberikan lapisan
dasar pada permukaan bidang yang akan dilapis water proofing dengan
menggunakan material sekualitas produk Lemkra seri TG 301.
(2) takaran pemakaian adalah 1 ltr TG 301 untuk 8-10 m2 permukaan beton.
(3) pemberian lapisan ini bertujuan untuk mengikat partikel debu pada beton
dan memperbaiki permukaan beton agar memiliki tingkat adhesive lebih
baik (memperbaiki daya rekat permukaan).
(4) sebelum memberikan lapisan prime coat ini maka permukaan beton harus
bebas dari minyak, oli, cat atau kotoran lain yang akan mengurangi kualitas
pekerjaan.
c. Pekerjaan Water Proofing.
(1) pekerjaan water proofing coating dengan bahan dasar semen (cement base
water proofing coating) dilaksanakan dengan menggunakan material
sekualitas produk Lemkra seri DS 105.
(2) pekerjaan ini terdiri dari 2 (dua) kali coating dimana pada coating pertama
dengan menggunakan DS 105 warna putih yang disapukan menurut arah
tertentu yang sama untuk satu warna, dengan takaran pemakaian 3-4 kg
DS 105 untuk 1 m2 setelah coating pada tahap ini selesai biarkan lapisan
kering dan selama proses pengeringan lapisan tersebut jangan sampai
terkena air/air hujan. Tahap selanjutnya adalah memberikan coating kedua
dengan menggunakan DS 105 warna abu-abu yang disapukan menurut
arah yang berlawanan dengan tahap pertama, dengan takaran yang sama
tiap m2 nya.
(3) dalam setiap proses pelapisan/coating harus terbentuk lapisan dengan
ketebalan minimal 2 mm sehingga hasil akhir dari proses pekerjaan
water proofing ini adalah setebal ± 4 mm.
18
3). pekerjaan dilakukan berulang kali sampai mendapatkan warna yang merata.
b. Cat kayu
1). cat kayu menggunakan bahan sekualitas Avian.
2). meni kayu dilakukan untuk semua permukaan kayu yang kelihatan dan
tertanam.
3). Pengamplasan dan pendempulan dilakukan sehingga mendapatkan
permukaan yang merata dan halus serta siap serta dilakukan pengecatan.
4). pengecatan dilakukan hingga mengisi pori-pori yang ada pada permukaan
kayu, sehingga menghasilkan warna yang merata.
5). pelaksanaan pekerjaan cat harus sesuai dengan persyaratan yang tercantum
dalam PBBI 1961.
c. Cat yang akan digunakan berada dalam kaleng-kaleng yang masih disegel, tidak
pecah atau bocor dan mendapat persetujuan Pengawas Lapangan. Penyedia jasa
bertanggung jawab bahwa warna dan bahan cat adalah tidak palsu dan sesuai
dengan persetujuan Pengawas Lapangan.
d. Pekerjaan pengecatan tidak boleh dimulai, sebelum dinding atau bagian yang
akan dicat selesai diperiksa dan disetujui oleh Pengawas Lapangan.
e. Sebelum dicat bagian-bagian yang retak, pecah atau kotor harus dibersihkan.
19
Pasal 16 PEKERJAAN PERLENGKAPAN SANITASI
1. Lingkup Pekerjaan
a. meliputi semua tenaga kerja, peralatan dan bahan-bahan yang diperlukan dan
digunakan serta berhubungan dengan pekerjaan perlengkapan sanitasi dengan
gambar rencana dan Spesifikasi Teknis.
b. khusus untuk fitting-fitting, stop kran dan perlengkapan sanitasi lainnya,
penyedia jasa harus memberikan contoh sesuai yang ditentukan dalam
Spesifikasi Teknis untuk disetujui Pengawas Lapangan dan Pejabat Pembuat
Komitmen.
c. pekerjaan perlengkapan sanitasi tidak dapat terlepas dari pekerjaan
mekanikal/plumbing.
2. Bahan-bahan
a. perlengkapan sanitasi harus dilengkapi fitting-fitting, stop kran dan perlengkapannya.
b. barang yang dipakai adalah produk sekualitas TOTO, KIA, atau yang setara,
mempunyai permukaan yang halus, licin dan mengkilap dari bahan keramik dan
granit.
c. perlengkapan Sanitasi terdiri dari :
1). Kloset jongkok, Kloset duduk, washtafel.
2). Kithcen Zink
3). kran
4). floor drain.
5). atau seperti yang dicantumkan dalam gambar.
3. Persiapan
a. pada saat pekerjaan plesteran dilaksanakan, Penyedia Jasa harus menentukan
letak klos-klos kayu untuk pemasangan lavatory fixtures, dll.
b. sebelum pemasangan pelapis dinding, Penyedia Jasa wajib memeriksa tempat-
tempat yang akan dipasang perlengkapan sanitasi dan memasang klos-klos kayu
yang belum terpasang, memeriksa instalasi air yang akan dihubungkan dengan
perlengkapan sanitasi.
c. pemasangan perlengkapan sanitasi dilaksanakan setelah pekerjaan lantai dan
pekerjaan penyelesaian dinding.
4. Pelaksanaan
a. semua perlengkapan sanitasi dipasang ke dinding atau kelantai dengan cara yang
baik atau sambungan-sambungannya kokoh dan tidak merusak fitting.
b. sambungan harus dilaksanakan dengan baik tanpa kebocoran dan tidak miring.
c. selesai dipasang wajib diadakan test dan disaksikan oleh Pengawas Lapangan
lapangan dimana biaya pengujian pemeriksaan dan kerusakan material adalah
menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.
20
dan baik serta diuji dengan seksama dan siap untuk dipergunakan.
b. pemipaan dari sumber air bersih sampai dengan alat-alat sanitair.
c. pemipaan air kotor/air bekas dari semua kloset, bak cuci dan floor drain sampai ke
septic tank dan rembesan atau saluran.
d. pipa ventilasi dari semua titik ventilasi ke udara luar.
e. pembuatan saluran air hujan U 20 cm.
f. pembuatan gorong-gorong saluran air hujan Dia. 20 cm.
2. Penjelasan Teknis
Teminal Udara / Air Termination meliputi peralatan-peralatan sebagai berikut:
a. Lighting Control Terminal Kepala penangkal petir menggunakan type konvensional.
21
b. Batang Peninggi
Batang peninggi terbuat dari metal. Konstruksi batang peninggi tersebut harus kuat
dan diperhitungkan terhadap hembusan angin yang kuat.
c. Penghantar Pentanahan (Down Conductor)
Terdiri dari kabel NYA Ø 70 mm atau kawat BC Ø 50 mm menghubungkan secara
listrik dengan sempurna antara air terminal tersebut diatas dengan sistem
pentanahan.
d. Sistem Pentanahan
Sistem Pentanahan terdiri dari :
1. Terminal Pentanahan.
2. Elektroda Pentanahan, terbuat dari batang tembaga massif dengan diameter ¾”
disambung dengan pipa GIP Ø 1½”.
3. Tahanan / hambatan / resistansi tanah tidak boleh lebihdari 2 Ohm.Bila tahanan
tersebut tidak dapat dicapai dengan satu elektrodamaka harus dibuatkan
beberapa batang pentahanan yang terpasangsecara pararel sampai tahanan
tanah yang diisyaratkan terpenuhi.
22
2. Semua bahan bangunan yang dipakai berkualitas baik dan sesuai dengan syarat
yang tercantum dalam PUBB ’71, PBI ’71, PMI, AV, PTC, AVE dan PKKI.
3. Penyedia jasa membuat gambar detail pelaksanaan dan contoh bahan bangunan
termasuk warna dan bentuk yang akan dipakai sebelum pelaksanaan pekerjaan dan
harus mendapat persetujuan Pengawas Lapangan/Pejabat Pembuat Komitmen.
4. Contoh-contoh yang dipakai sesuai dengan macam dan kualitas keadaan bahan
bangunan yang dimaksud.
6. Semen Portland.
1). Portland Cement (PC) yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah PC yang
memenuhi syarat yang telah tercantum dalam PBI ’71 merk sekualitas Tiga Roda
atau sekualitas lainnya.
2). kantong pembungkus tidak boleh rusak jahitannya sebelum sampai di tempat
pekerjaan.
3). semen yang sudah mulai membatu tidak boleh digunakan.
7. Batu Kali.
1). adalah batu belah dipilih jenis keras, tidak berpori, tidak berkulit dengan minimal tiga
muka pecahan yang bergradasi maksimal 30 cm.
2). batu belah yang sudah ditumpuk ditempat pekerjaan harus dalam keadaan siap
pakai.
8. S p l e e t
1). untuk pekerjaan beton, batu pecah dengan gradasi 2-3 cm, bersih dari bahan
organik/kotoran lain sebelum digunakan harus dicuci terlebih dahulu.
2). untuk pekerjaan perembesan dipakai kerikil dari jenis gradasi 2-3 cm dan 1-2 cm.
3). untuk pekerjaan rembesan dipakai jenis kwarsa yang keras.
4). untuk persyaratan spleet disesuaikan PBI ’71.
9. P a s i r
1). pasir memenuhi persyaratan PUBI ’70 Nomor 3.
2). pasir urug adalah pasir pengisi yang tidak mengandung bahan organik dari lumpur,
gradasi pasir urug minimal 0,35 cm.
3). pasir aduk adalah pasir yang tidak mengandung bahan organik/garam/tidak
tercampur tanah atau bahan yang lain.
4). pasir beton adalah pasir yang bersih, tidakmengandung bahan organik, kasar, tajam
dan memenuhi syarat yang tercantum dalam PBI ’71.
5). untuk pasir aduk dan pasir beton tidak boleh menggunakan pasir laut.
23
11. Besi beton dan Bindrat memenuhi syarat PBI ’71.
13. G u d a n g.
1). penyedia jasa harus membuat gudang material bangunan dan gudang peralatan
pekerjaan.
2). antara material yang satu dengan yang lainnya harus dipisahkan.
3). gudang tidak boleh lembab yang akan mengakibatkan penurunan kualitas dan
rusaknya material.
4). gudang bahan dan alat ditempatkan sedemikian sehingga tidak menganggu lalu
lintas dan pelaksanaan pembangunan.
24