Anda di halaman 1dari 9

112

STUDI KASUS: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK


DENGAN MENINGITIS
Sahla Rizky, P1 IGA Dewi Purnamawati2
Akademi Keperawatan Pasar Rebo, Departemen Keperawatan Anak
sahlarizky28@gmail.com, ig4dewi@gmail.com

Abstrak

Latar Belakang: Meningistis merupakan penyakit infeksi pada selaput otak yang disebabkan oleh virus,
bakteri, jamur dan parasit. Penyakit ini dapat menyerang anak mulai dari usia bayi sampai dengan remaja.
Tujuan: penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pengalaman dalam memberikan asuhan
keperawatan pada anak dengan meningitis. Metode : penelitian menggunakan metode deskriptif studi
kasus melalui pendekatan proses keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan
meningitis. Hasil: penelitian ini menemukan manifestasi klinik berupa anak mengalami kesulitan
menggerakkan ekstremitas kanan, nyeri seperti ditusuk-tusuk dengan skala nyeri lima dan terasa pegal,
nyeri hilang timbul, tangan dan kaki sebelah kanan terasa lemas, hasil CT Scan terdapat
meningoensefalitis. Masalah keperawatan yang ditemukan antara lain gangguan perfusi jaringan serebral,
nyeri akut, gangguan mobilitas fisik, kecemasan dan risiko infeksi. Implementasi keperawatan berupa
monitor peningkatan tekanan intracranial, pemantauan skala nyeri, mengajarkan tehnik distraksi, serta
membantu ambulasi. Simpulan: anak dengan penyakit meningitis memerlukan perawatan yang
komprehensif dengan melibatkan seluruh komponen untuk meminimalkan kecacatan pada anak.

Kata kunci: Asuhan Keperawatan, Anak, Meningitis

Abstract
Background: Meningitis is an infectious disease of the lining of the brain caused by viruses,
bacteria, fungi and parasites. This disease can affect children from infancy to adolescence.
Objective: This study aims to gain experience in providing nursing care to children with
meningitis. The research method uses a descriptive case study method through a nursing
process approach in providing nursing care to children with meningitis. Results: this study
found clinical manifestations in the form of children having difficulty moving the right
extremity, stabbing pain with a pain scale of five and feeling sore, intermittent pain, limp right
hand and leg, CT scan results showed meningoencephalitis. Nursing problems found include
impaired cerebral tissue perfusion, acute pain, impaired physical mobility, anxiety and risk of
infection. Implementation of nursing in the form of monitoring increased intracranial pressure,
monitoring pain scales, teaching distraction techniques, and assisting ambulation. Conclusion:
children with meningitis require comprehensive care by involving all components to minimize
disability in children.

Keywords: Nursing Care, Child, Meningitis


yang belum bisa diatasi dan masih
Pendahuluan
menjadi masalah di negara berkembang.
Meningitis merupakan salah satu
Meningitis dapat menyebabkan
penyakit pada system syaraf pada
kematian namun dapat disembuhkan,
manusia. Penyakit saraf seperti
kecacatan dapat terjadi seperti
meningitis dapat menyerang semua
kerusakan otak, gangguan pendengaran,
tingkat usia, dari bayi hingga orang tua
dan ketidakmampuan belajar (CDC,
(Octavius, 2021). Meningitis
2019).
merupakan salah satu penyakit menular
Buletin Kesehatan Vol.6 No.1 Januari-Juli 2022 E-ISSN:2746-5810 ISSN: 2614-8080
113

Secara global, diperkirakan terjadi dewasa. Manifestasi klinis yang sering


500.000 kasus dengan kematian sebesar ditemukan pada anak adalah demam,
50.000 jiwa setiap tahunnya (Borrow, kaku kuduk, dan perubahan kesadaran.
2017). Meningitis bakterial menjadi Gejala non spesifik juga bisa terjadi
salah satu dari 10 penyakit infeksi akibat oleh penyakit yang menyertai
penyebab kematian di seluruh dunia. anak. Penyakit yang biasa menyertai
WHO mencatat sampai dengan bulan anak pada meningitis bakterial seperti
Oktober 2018 dilaporkan 19.135 kasus pneumonia, otitis media, sinusitis,
suspek meningitis dengan 1.398 mastoiditis, dan infeksi gigi (Piotto,
kematian di sepanjang meningitis belt 2019). Berdasarkan hasil penelitian
(Case Fatality Rate 7,3%). Dari 7.665 Aulia, (2021) yang dilakukan di RSUP
sampel yang diperiksa diketahui 846 DR. M Djamil Padang menunjukkan
sampel positif bakteri Nesseria kejadian meningitis bakterial lebih
meningitidis (Kemenkes, 2019). sering terjadi pada anak dengan jenis
Di Indonesia untuk menditeksi adanya kelamin laki-laki (71%) dan umur
suspek meningitis pada masyarakat, dibawah 5 tahun (67%). Manifestasi
digunakan Sistem Kewaspadaan Dini klinis terbanyak yang muncul adalah
dan Respon (SKDR). Berdasarkan data demam (91%). Pada anak didapatkan
SKDR 3 tahun terakhir, jumlah kasus paling banyak status gizi baik (71%)
suspek meningitis pada tahun 2015 dan tidak pernah diimunisasi hib (48%)
sebanyak 339 kasus, pada tahun 2016 dan angka mortalitas tinggi mencapai
sebanyak 279 kasus, dan pada tahun 24%. Berdasarkan Medical Record
2017 sebanyak 353 kasus (Kemenkes RSUD dr. Chasbullah Abdul Madjid
RI, 2019). Menurut Anniazi (2020), Kota Bekasi tercatat pada bulan Januari
23,9 % dari 46 pasien anak dengan sampai dengan Desember 2021 jumlah
meningitis akut klinis dikategorikan anak yang dirawat sebanyak 1579 anak
sebagai meningitis bakterial. Saat ini dan terdapat 2 orang anak yang
diperkirakan angka kejadian meningitis menderita meningitis, jika melihat
pediatrik di Indonesia masih terus jumlah anak yang menderita meningitis
meningkat dengan tingkat kematian 18 - sangatlah sedikit dibandingkan penyakit
40%. Pada anak gejala meningitis infeksi lainnya di ruang anggrek, namun
bakterial yang muncul lebih bersifat non dampak yang ditimbulkan berdampak
spesifik atau umum dari pada orang kecacatan yang cukup berat, untuk itu

Buletin Kesehatan Vol.6 No.1 Januari-Juli 2022 E-ISSN:2746-5810 ISSN: 2614-8080


114

dibutuhkan peran perawat dan orang tua pendekatan proses keperawatan. Asuhan
untuk mencegah dampak gejala sisa keperawatan yang dilakukan pada anak
yang berat pada anak. dengan meningitis dimulai dengan
melakukan pengkajian, enyusun
Anak sakit dan dirawat dirumah sakit
diagnosis keperawatan, intervensi
atau hospitalisasi menyebabkan
keperawatan, implementasi dan
kecemasan pada anak dan orang tua,
evaluasi.
untuk itu anak membutuhkan adaptasi
terhadap kondisi sakit untuk tetap
Pembahasan
melanjutkan tumbuh kembang yang
Meningitis adalah peradangan pada
normal selama anak mengalami sakit
selaput yang melapisi otak dan medulla
dan dirawat di rumah sakit. Perawatan
spinalis dan dapat menginfeksi sistem
anak di rumah sakit merupakan
saraf pusat (Ferasinta, 2022). Meningitis
pengalaman yang dapat tidak
dapat disebabkan oleh bakteri atau virus
menyenangkan bagi anak, hal ini
seperti streptococcus pneumoniae,
disebabkan oleh lingkungan fisik rumah
neisseria meningitidis, Haemophilus
sakit seperti bangunan atau ruang rawat,
influenzae, Listeria monocytogenes,
alat-alat, bau yang khas, pakaian putih
staphylococcus aureus dan diplococcus
petugas rumah sakit. Di lingkungan
pneumonia (CDC, 2019; Nurarif dan
sosial rumah sakit seperti interaksi
Kusuma, 2016). Bakteri atau virus dapat
dengan sesame pasien anak ataupun
memasuki tubuh melalui hematogen
interaksi dan sikap petugas kesehatan
atau trauma kepala terbuka yang dapat
menimbulkan perasaan takut, cemas,
menembus selaput otak. Masuknya
tegang, nyeri, dan perasaan tidak
bakteri pada meningen mengakibatkan
menyenangkan lainnya yang sering
respon peradangan. Netrofil bergerak ke
dialami oleh anak. Maka dari itu anak
ruang subaraknoid dan memfagosit
perlu mendapatkan perhatian khusus
bakteri menghasilkan eksudat dalam
dalam proses tumbuh kembang
ruang subaraknoid. Eksudat tersebut
(Fauziah, 2017).
dapat menimbulkan bendungan diruang
Metode Penelitian subaraknoid yang dapat menyebabkan
keadaan hidrosepalus. Eksudat yang
Metode penelitian dengan
terkumpul akan mempengaruhi saraf-
menggunakan studi kasus dengan
saraf cranial dan perifer. Bertambahnya

Buletin Kesehatan Vol.6 No.1 Januari-Juli 2022 E-ISSN:2746-5810 ISSN: 2614-8080


115

eksudat menimbulkan peningkatkan dan kultur cairan serebro spinal, darah,


tekanan intrakranial. Tanda dan gejala urin dan pemeriksaan elektrolit serum,
berupa demam, nyeri kepala, mual dan MRI serta CT Scan (Hudak dan Gallo,
muntah, kejang umum, perubahan 2012).
tingkat kesadaran, perubahan pola Diagnosa Keperawatan yang muncul
nafas, ataksia, kaku kuduk, ptechial pada anak dengan meningitis antara lain
rash, kejang focal atau umum, hipertemia berhubungan dengan proses
opistotonus, nystagmus, fotophobia, penyakit infeksi, resiko perfusi serebral
ptosis, gangguan pendengaran, tanda tidak efektif berhubungan dengan
brundzinki’s dan kerniq’s positif proses infeksi, Nyeri akut berhubungan
(Tarwoto, 2013). Komplikasi berupa dengan agen pencedera fisiologis atau
epilepsi, retardasi mental, hidrosefalus, inflamasi dan gangguan mobilitas fisik
dan deafness atau penurunan berhubungan dengan penurunan
pendengaran pada anak. (Baxter, 2015). kekuatan otot. Intervensi keperawatan
Penatalaksanaan Anak dengan pada anak dengan meningitis dapat
meningitis menurut Nurarif dan disusun berdasarkan permasalahan
Kusuma (2016) berupa pemberian yang ditemukan pada anak.
cairan parenteral, pemberian diazepam Diagnosis keperawatan yang muncul
apabila anak mengalami kejang sesuai secara konsep teori antara lain
order, pemberian antibiotik, tempatkan hipertemia berhubungan dengan proses
anak pada ruangan dengan rangsangan penyakit infeksi. Resiko perfusi serebral
minimal seperti rangsangan suara, tidak efektif berhubungan dengan
cahaya dan polusi, serta tindakan proses infeksi, nyeri akut berhubungan
suction sesuai kebutuhan. Pengkajian dengan agen pencedera fisiologis atau
yang dilakukan dengan metode inflamasi dan gangguan mobilitas fisik
wawancara, observasi dan pemeriksaan berhubungan dengan penurunan
fisik. Mengkaji keluhan utama anak, kekuatan otot.
tingkat kesadaran, sistem syaraf cranial
Hasil Penelitian
serta sistem sensorik (Arydina, 2014).
Subyek penelitian adalah anak C
Pemeriksaan penunjang dibutuhkan
dengan meningitis, usia 11 tahun dan
untuk menegakkan diagnosa medis anak
sedang duduk di sekolah dasar. Keluhan
berupa, data penunjang pada anak
utama saat dirawat adalah nyeri pada
dengan meningitis adalah fungsi lumbal

Buletin Kesehatan Vol.6 No.1 Januari-Juli 2022 E-ISSN:2746-5810 ISSN: 2614-8080


116

ekstremitas atas dan bawah sebelah dengan agen pencedera fisiologis,


kanan, terasa pegal dan sulit untuk gangguan mobilitas fisik berhubungan
digerakan terjadinya mendadak dan dengan penurunan kekuatan otot,
telah dirasakan oleh anak selama tiga ansietas berhubungan dengan
hari anak mengatakan kesulitan hospitalisasi, prognosis penyakit dan
menggerakkan ekstremitas kanan, nyeri kurang pengetahuan serta resiko infeksi
pada ekstremitas kanan, dengan skala berhubungan dengan prosedur invasif
nyeri 5 (lima), nyeri terasa seperti pemasangan infus.
ditusuk-tusuk dan terasa pegal, nyeri Intervensi keperawatan yang disusun
hilang timbul, tangan dan kaki sebelah untuk mengatasi masalah keperawatan
kanan terasa lemas, dan tidak mampu pertama gangguan perfusi jaringan
melakukan aktifitas secara mandiri. serebral berhubungan dengan proses
Penilaian kekuatan otot tangan kanan infeksi antara lain: monitor tanda dan
dengan hasil tiga. Dilakukan gejala peningkatan tekanan intra cranial
pemeriksaan laboratorium pada tanggal (TIK) seperti tekanan darah, frekuensi
15 Maret 2022 dengan lekosit 7.7 nadi, pola napas dan tingkat kesadaran.
ribu/Ul (5-10 ribu/Ul), hemoglobin 11.9 Monitor status pernapasan, monitor
g/dL (11- 14.5 g/dL), hematokrit 38 % intake dan output cairan, berikan posisi
(37 - 47%), trombosit 245 ribu/uL (150- semi fowler dan berkolaborasi
400 ribu/uL). Pemeriksaan CT-Scan pemberian terapi citicoline 1 x 500 mg
pada tanggal 19 Maret 2022 dengan methylprednisolone 3 x 20 mg
hasil meningoensefalitis. ceftriaxone 2 x 1 gr melalui intravena.
Penatalaksanaan yang diberikan pada Implementasi keperawatan dilakukan
anak antara lain pada tanggal 15 Maret selama tiga hari yaitu dimulai pada
2022: diberikan cairan ringer lactat 500 tanggal 21 sampai 23 Maret 2022.
cc/24 jam, citicoline 1 x 500 mg, Tindakan keperawatan yang dilakukan
ceftriaxone 2 x1 gr, methylprednisolone mulai pada jam 08.00 memonitor tanda
3 x 20 mg, dan omeprazole 2 x 40 mg gejala peningkatan TIK didapatkan hasil
melalui intravena. tidak ditemukan tanda-tanda
Diagnosis keperawatan yang ditemukan peningkatan intrakranial dan anak telah
pada anak antara lain gangguan perfusi mampu mengerakan kaki terbatas. Pada
jaringan serebral berhubungan dengan jam 09.00 memonitor status pernapasan
proses infeksi, nyeri akut berhubungan didapatkan hasil frekuensi napas 15

Buletin Kesehatan Vol.6 No.1 Januari-Juli 2022 E-ISSN:2746-5810 ISSN: 2614-8080


117

x/menit, dan pernapasan spontan. Pada 09.10 mengidentifikasi respon nyeri non
jam 10.00 memberikan obat citicoline verbal dengan memonitor tanda-tanda
500 mg, metylpregnisolon 20 mg, vital anak dengan hasil tekanan darah
ceftriaxone 1 gram melalui bolus infus 100/70 mmHg, nadi 110 x/menit, suhu
hasil yang didapatkan tidak ditemukan 36,3c, anak tampak meringis. Pada jam
efek samping pemberian therapi yang 11.15 mengajarkan teknik non
diberikan seperti tanda-tanda alergi, farmakologis tarik nafas dalam dengan
demam atau gatal. Pada jam 12.00 hasil anak kooperatif melakukan yang
memonitor intake output cairan dianjurkan peneliti. Pada jam 12.00
didapatkan hasil intake 1500 cc output memfasilitasi anak untuk istirahat dan
1000 cc. Evaluasi keperawatan pada tidur hasil anak tidur nyeyak. Evaluasi
anak didapatkan perfusi jaringan keperawatan pada diagnosa ke dua
serebral belum teratasi, anak masih masalah belum teratasi anak masih
mengeluh nyeri dan kelemahan pada merasakan nyeri pada ekstremitas
ekstremitas bagian kanan. dengan skala nyeri 3.
Diagnosis ke dua yang diangkat adalah Diagnosis keperawatan ke tiga yaitu
nyeri akut berhubungan dengan agen gangguan mobilitas fisik berhubungan
pencedera fisiologis. Dan intervensi dengan penurunan kekuatan otot.
keperawatan yang disusun antara lain: Intervensi keperawatan yang disusun
identifikasi Provokes, Quality, identifikasi adanya nyeri atau keluhan
Radiates, Severety, Time (PQRST) fisik lainnya: identifikasi tolerasi fisik
nyeri, identifikasi respon nyeri non melakukan ambulasi, jelaskan tujuan
verbal, berikan teknik non dan prosedur ambulasi, anjurkan
farmakologis, fasilitasi istirahat dan melakukan ambulasi dini dan libatkan
tidur dan kontrol lingkungan yang keluarga untuk membantu anak dalam
memperberat rasa nyeri. Tindakan meningkatkan ambulasi. Tindakan
keperawatan yang dilakukan pada keperawatan yang dilakukan pada
tanggal 21 Maret 2022 pada jam 09.00 tanggal 21 Maret 2022 antara lain jam
mengidentifikasi PQRST nyeri dengan 08.30 mengidentifikasi adanya nyeri
hasil anak mengatakan nyeri pada atau keluhan fisik dengan hasil anak
tangan dan kaki kanan, nyeri terasa mengatakan kesulitan menggerakan
pegal, skala nyeri 5, nyeri hilang timbul, tangan dan kaki kanan, terasa pegal dan
dan anak tampak meringis. Pada jam nyeri dan anak bedrest. Pada jam 08.40

Buletin Kesehatan Vol.6 No.1 Januari-Juli 2022 E-ISSN:2746-5810 ISSN: 2614-8080


118

mengidentifikasi toleransi fisik dalam diagnostik yang dilakukan pada anak


melakukan ambulasi dengan hasil anak telah sesuai dengan konsep teori yaitu
mengatakan tidak mampu menggerakan pemeriksaan CT-Scan dimana hasil
tangan dan kaki sebelah kanan dan yang ditemukan adanya
kekuatan otot tangan kanan dengan nilai meningoencepalitis. Penatalaksanaan
tiga, kekuatan otot kaki kanan dengan yang diberikan pada anak telah sesuai
nilai tiga. Pada jam 09.20 melibatkan dengan konsep teori antara lain
keluarga untuk membantu anak dalam pemberian cairan parenteral dan
meningkatkan ambulasi dengan hasil antibiotik. Pemberian cairan parenteral
keluarga terlibat dalam perawatan anak. yang diberikan adalah ringer lactat
Setelah melakukan perawatan selama dengan dosis pemberian 500 cc dalam
tiga hari didapatkan evaluasi 24 jam dan pemberian antibiotic yaitu
keperawatan masalah belum teratasi ceftriaxone 1 gram diberikan 2 kali
anak belum mampu melakukan dalam sehari. Diagnosis keperawatan
mobilisasi secara mandiri yang muncul pada kasus terdapat lima
diagnose keperawatan hanya dua
Simpulan diagnose yang tidak terdapat pada
Simpulan pada penelitian ini telah konsep teori yaitu cemas pada anak dan
menjawab tujuan penelitian yaitu risiko infeksi. Sedangkan masalah
diperoleh gambaran kasus anak dengan keperawatan yang tidak muncul pada
meningitis terjadi kesenjangan antara kasus namun pada konsep teori muncul
teori dengan kasus. Pada kasus anak adalah masalah keperawatan
peneliti tidak menemukan tanda gejala hipertermia. Prioritas masalah
seperti demam, nyeri kepala, mual dan keperawatan pada anak adalah
muntah, perubahan tingkat kesadaran, gangguan perfusi jaringan cerebral
perubahan pola nafas, ataksia, kaku dengan intervensi keperawatan yang
kuduk, ptechial rash, kejang, disusun sesuai dengan kondisi anak.
opistotonus, nystagmus, fotophobia, Tindakan keperawatan yang disusun
ptosis, gangguan pendengaran, tanda telah dilakukan pada anak berupa
brundzinki’s dan kerniq’s positif monitoring tanda-tanda terjadinya
melainkan gangguan pada ekstremitas peningkatan TIK akibat infeksi di
bawah bagian kanan anak yang meningen otak, memonitor tingkat
mengalami kelemahan. Pemeriksaan kesadaran, pernapasan dan monitoring

Buletin Kesehatan Vol.6 No.1 Januari-Juli 2022 E-ISSN:2746-5810 ISSN: 2614-8080


119

intake dan output anak serta pemberian Andalas


terapi obat untuk memperbaiki perfusi
Baxter, R., & dkk. (2015). Meningitis
cerebral pada anak dan menekan Bakterial Infeksi Sistem Saraf Pusat.
Animal Genetics.
terjadinya infeksi. Evaluasi keperawatan
pada lima masalah keperawatan yang Borrow, R., Caugant, D. A., Ceyhan,
M., Christensen, H., Dinleyici, E. C., &
muncul terdapat satu masalah yang
Findlow, J. (2017). Meningococcal
teratasi yaitu risiko infeksi pada area disease in the Middle East and Africa:
Findings and updates from the Global
pemasangan infus, tujuan tercapai
Meningococcal Initiative. Journal of
masalah teratasi, sedangkan empat Infection, 75(1), 1-11.
diagnosa keperawatan yaitu gangguan CDC. (2019). Bacterial Meningitis.
https://www.cdc.gov/meningitis/bacteri
perfusi jaringan serebral berhubungan al.html diakses pada tanggal 28 maret
dengan proses infeksi, nyeri akut 2022.

berhubungan dengan agen pencedera Ferasinta, dkk. (2022). Konsep Dasar


fisiologis, gangguan mobilitas fisik Keperawatan Anak. Aceh: Yayasan
Penerbit Muhammad Zaini.
berhubungan dengan penurunan
kekuatan otot, ansietas berhubungan Hudak dan Gallo. (2012). Keperawatan
Kritis. Vol 1. EGC Jakarta
dengan hospitalisasi, prognosis penyakit
dan kurang pengetahuan belum teratasi Kemenkes RI, (2019), Panduan Diteksi
dan Respon Penyakit Meningitis
dan intervensi keperawatan dilanjutkan. Meningokokus.

DAFTAR PUSTAKA Masriadi. (2016). Epidemiologi


Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Trans
Info.
Anniazi. M. L (2020). Nilai Diagnostik
Tnf-? Dalam Cairan Serebrospinalis
Membedakan Meningitis Bakterialis Muttaqin, A. (2012). Pengantar Asuhan
Dengan Meningitis Viral Anak Keperawatan Pasien Dengan
(Doctoral dissertation, UNS (Sebelas Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta:
Maret University)). Salemba medika.

Arydina, dkk. (2014). Bacterial Nurarif, A. H & Kusuma, H. (2016).


Meningeal Score (BMS) Sebagai Asuhan Keperawatan Praktis. Edisi
Indikator Diagnosis Meningitis Revisi Jilid 2. Yogyakarta: Mediaction
Bakterialis di RSUP Dr. Sardjito Jogja.
Yogyakarta. Sari Pediatri, vol 5.
Octavius, G. S., Raditya, A. B.,
Aulia, A.P. (2021). Profil Pasien Kimberly, E., Suwandi, J., Christy, M.,
Meningitis Bakterial Pada Anak di & Juliansen, A. (2021). Infeksi Susunan
RSUP DR. M. Djamil Padang Periode Saraf Pusat pada Anak: Sebuah Studi
2018-2020. Diploma thesis, Universitas Potong Lintang Deskriptif Selama Lima
Buletin Kesehatan Vol.6 No.1 Januari-Juli 2022 E-ISSN:2746-5810 ISSN: 2614-8080
120

Tahun. Sari Pediatri, 23(1), 6-14.

Piotto. (2019). Paradoxical


Inflammatory Response Syndrome in a
Previously Healthy, HIV-Negative,
Pediatric Patient With Cryptococcus
gatii Meningitis. Frontiers in
Pediatrics. Vol. 9.

Tarwoto. (2013). Keperawatan Medikal


Bedah. Jakarta: CV Sagung Seto

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017).


Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia Definisi dan Indikator.
Diagnostik Edisi 1. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja S I KI DPP PPNI.


(2017). Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia Defnisi
dan Tindakan Keperawatan Edisi 1.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2017).


Standar luaran keperawatan Indonesia
definisi dan kriteria hasil keeprawatan
Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
PPNI

Widagdo, W, dkk. (2013). Asuhan


Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta:
Katalog Dalam Terbitan (KDT) .

World Health Organization (WHO).


(2018). Meningococcal disease.
Diakses pada 25 Maret 2022 dari
https://www.who.int/

Buletin Kesehatan Vol.6 No.1 Januari-Juli 2022 E-ISSN:2746-5810 ISSN: 2614-8080

Anda mungkin juga menyukai