tBur tbrâä!$t±n@ HwÎ) br& uä!$t±o„ ª!$# 4 ¨bÎ) ©!$# tb%x. $¸JŠÎ=tã $VJ‹Å3ym $
ÇÌÉÈ
“Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki
Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.”.
c1.Dalam surat al-An’am ayat 122:
tBurr& tb%x. $\GøŠtB çm»oY÷uŠômr'sù $oYù=yèy_ur ¼çms9 #Y‘qçR ÓÅ`
.´ôJtƒ ¾ÏmÎ/ †Îû Ĩ$¨Y9$# `yJx
ã&é#sW¨B ’Îû ÏM»yJè=—à9$# }§øŠs9 8lÍ‘$sƒ¿2 $pk÷]ÏiB 4 šÏ9ºx‹x. z`Îiƒã— ¼
.tûïÌÏÿ»s3ù=Ï9 $tB (#qçR%x
šcqè=yJ÷ètƒ ÇÊËËÈ
“Dan Apakah orang yang sudah mati kemudian Dia Kami hidupkan dan
Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu Dia dapat berjalan di
tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam
gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah Kami jadikan orang
yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan”
d1. Dalam surat al-Hadid ayat 22:
tB z>$|¹r& `ÏB 7pt6ŠÅÁ•B ’Îû ÇÚö‘F{$# Ÿwur þ’Îû öNä3Å¡àÿRr& žwÎ) ’Îû $!
%5=»tGÅ2 `ÏiB È@ö6s
br& !$ydr&uŽö9¯R 4 ¨bÎ) šÏ9ºsŒ ’n?tã «!$# ׎šo„ ÇËËÈ
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri
melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya.
Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.”
e1.Dalam surat al-Anfal ayat 17:
öNn=sù öNèdqè=çFø)s? ÆÅ3»s9ur ©!$# óOßgn=tGs% 4 $tBur |Mø‹tBu‘ øŒÎ) |
Mø‹tBu‘ ÆÅ3»s9ur ©!$# 4’tGu‘ 4 u’Í?ö7ãŠÏ9ur šúüÏZÏB÷sßJø9$# çm÷ZÏB ¹äIxt/
$·Z|¡ym 4 žcÎ) ©!$# ìì‹ÏJy™ ÒOŠÎ=tæ ÇÊÐÈ
“Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah
yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-
lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi
kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah
Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”[17]
B. Aliran Qadariyah
1. Sejarah munculnya Aliran Qadariyah
Qadariyah berasal dari bahasa Arab, yaitu kata qadara ( )قدرyang artinya kemampuan ()استطاع
dan kekuatan ()قوي.[18] Nama Qadariyah berasal dari pengertian bahwa manusia mempunyai
qudrah atau kemampuan untuk melakukan kehendaknya, Dalam istilah Inggrisnya, paham ini
dikenal dengan nama free will dan free act (manusia bebas berkeinginan dan berkehendak).[19]
Golongan Qadariyah pertama kali muncul kira-kira pada tahun 70 H-689 M di Irak pada masa
Khalifah Abdul Malik bin Marwan yang hidup antara tahun 685–705 M. Kelompok Qadariyah
ini dimotori oleh Ma’bad bin Juhani al-Bisry (w. 699 M) dan Al-Ja’du bin Dirham.[20] Pada
awal munculnya kelompok Qadariyah ini diduga sebagai protes atas kezaliman politik Bani
Umayah. Qadariyah sangat bertolak belakang dengan paham kelompok Jabariyah. Jabariyah
mempunyai kepercayaan bahwa segala sesuatu tentang manusia sudah terkait dengan ketentuan
Allah, sementara Qadariyah mengatakan bahwa manusia tidak selamanya terkait pada ketentuan
Allah semata, tetapi harus disertai dengan upaya dan usaha untuk menentukan nasibnya. Aliran
Qadariyah termasuk yang cukup cepat berkembang dan mendapat dukungan cukup luas di
kalangan masyarakat. [21]
Ma’bad al-Juhaini menyebarkan pahamnya di Irak, sedang Ghailan menyebarkannya di
Damaskus. Menurut Ibn Nabatah, Ma’bad maupun temannya Ghailan mengambil paham itu dari
seorang Kristen yang masuk Islam dan murtad kembali. Ma’bad sendiri adalah seorang tabi’I
yang jujur. Akan tetapi, ia memasuki lapangan politik dan memihak kepada Abd al-Rahman Ibn
al-Asy’as dalam menentang kekuasaan bani Umayah. Dalam pertempuran dengan Hujjad,
Ma’bad mati terbunuh pada tahun 80 H/699 M.
Sepeninggal Ma’bad, Ghailan terus menyebarkan pahamnya di Damaskus. Akan tetapi ia
mendapat tantangan dari Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Setelah Umar wafat, Ghailan terus
menyebarkan pahamnya, sehingga akhirnya ia mati dihukum bunuh oleh Hisyam bin Abdul
Malik.[22]
Sejak terbunuhnya tokoh-tokoh Qadariyah, bukan berarti aliran Qadariyah ikut terkubur
bersama tokohnya. Meskipun dari kalangan minoritas, paham Qadariyah dihidupkan terus oleh
kelompok Mu’tazilah dan dibangkitkan kembali oleh kalangan para pembaru Islam di zaman
modern.
2. Pemikiran dan Ajaran Aliran Qadariyah
a. Pemikiran Aliran Qadariyah
Qadariyah juga melahirkan pemikiran tentang perbuatan manusia. Qadariyah menganut
paham kebebasan manusia dalam berbuat.[23]Aliran Qadariyah menyatakan bahwa segala
tingkah laku manusia dilakukan atas kehendaknya sendiri. Manusia mempunyai kewenangan
untuk melakukan segala perbuatannya atas kehendaknya sendiri, baik itu berbuat baik maupun
berbuat jahat. Karena itu ia berhak menentukan pahala atas kebaikan yang dilakukannya dan juga
berhak memperoleh hukuman atas kejahatan yang telah ia perbuat.[24] Paham ini tampaknya
lebih mendorong kemajuan bagi manusia, meningkatkan rasa tanggung jawab, dan
menumbuhkan prasangka baik kepada Tuhan.[25]
Kelompok Qadariyah juga percaya kepada taqdir. Akan tetapi taqdir bagi mereka bukanlah
bermakna “nasib” melainkan bermakna kemampuan, kekuatan, atau kekuasaan. Faham takdir
dalam pandangan Qadariyah adalah ketentuan Allah yang diciptakan-Nya untuk alam semesta
beserta seluruh isinya yang dalam istilah Al-qur’an adalah sunatullah[26], yaitu hukum-hukum
Tuhan yang diciptakan-NYA, dan hukum-hukum itu berlaku untuk alam semesta beserta isinya.
Alam semesta beserta segala isinya tentulah berjalan menurut sunnatullah yang telah ditetapkan
oleh Allah. Sunnatullah menunjukkan perjalanan sebab akibat. Manusia mampu mengetahui dan
membuat rencana untuk melaksanakan pilihan dalam hidupnya. Bahkan manusia harus mampu
menguak rahasia sunnatullah yang amat banyak dan rumit itu. Apalagi sesuai dengan yang
dinyatakan oleh Allah sendiri bahwa sunnatullah itu tidaklah akan pernah berubah.[27]
b. Ajaran Aliran Qadariyah
Di antara cirr-ciri paham Qadariyah adalah sebagai berikut.
a1.Manusia berkuasa penuh untuk menentukan nasib dan perbuatannya, maka perbuatan dan
nasib manusia itu dilakukan dan terjadi atas kehendak dirinya sendiri, tanpa ada campur tangan
Allah SWT.
b1. Iman adalah ma’rifah serta mengetahui dengan lisan adanya Allah dan Rasul-NYA,
yakni dengan hati dan lisan saja. Sedangkan amalan itu bukan bagian dari iman. Amalan
menduduki tempat kedua setelah iman. Artinya, apabila seseorang yang telah menyatakan
imannya dengan pengakuan hati dan ucapan lisan, maka dia tidak lagi dituntut sesudahnya untuk
beramal.[28]
c1.Orang yang sudah beriman tidak perlu tergesa-gesa menjalankan ibadah dan amal-amal
kebajikan lainnya.[29]
Adapun pokok-pokok ajaran Qadariyah Menurut Dr. Ahmad Amin dalam kitabnya Fajrul
Islam halaman 297/298, adalah sebagai berikut:[30]
a1. Orang yang berdosa besar itu bukanlah kafir, dan bukanlah mukmin, tapi fasik dan orang fasik
itu masuk neraka secara kekal.
b1. Allah SWT tidak menciptakan amal perbuatan manusia, melainkan manusia lah yang
menciptakannya dan karena itulah maka manusia akan menerima pembalasan baik (surga) atas
segala amal baiknya, dan menerima balasan buruk (siksa Neraka) atas segala amal perbuatannya
yang salah dan dosa karena itu pula, maka Allah berhak disebut adil.
c1. Kaum Qadariyah mengatakan bahwa Allah itu maha esa atau satu dalam ati bahwa Allah tidak
memiliki sifat-sifat azali, seprti ilmu, Kudrat, hayat, mendengar dan melihat yang bukan dengan
zat nya sendiri. Menurut mereka Allah SWT, itu mengetahui, berkuasa, hidup, mendengar, dan
melihat dengan zatnya sendiri.
d1. Kaum Qadariyah berpendapat bahwa akal manusia mampu mengetahui mana yang baik dan
mana yang buruk, walaupun Allah tidak menurunkan agama. Sebab, katanya segala sesuatu ada
yang memiliki sifat yang menyebabkan baik atau buruk.
c. Dasar Al-Qur’an yang sejajar dengan pemahaman aliran Qadariyah
a1.Dalam surat al-Ra’ad Ayat 11:
çms9 ×M»t7Ée)yèãB .`ÏiB Èû÷üt/ Ïm÷ƒy‰tƒ ô`ÏBur ¾ÏmÏÿù=yz ¼
¼çmtRqÝàxÿøts† ô`ÏB ÌøBr& «!$# 3 žcÎ) ©!$# Ÿw çŽÉitóム$tB BQöqs)Î/
! 4Ó®Lym (#rçŽÉitóム$tB öNÍkŦàÿRr'Î/ 3
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di
belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah
keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”
b1. Dalam Surat al-Kahfi ayat 29:
È@è%ur ‘,ysø9$# `ÏB óOä3În/§‘ ( `yJsù uä!$x© `ÏB÷sã‹ù=sù ÆtBur uä!$x©
öàÿõ3u‹ù=sù 4 !$¯RÎ)
tRô‰tGôãr& tûüÏJÎ=»©à=Ï9 #·‘$tR xÞ%tnr& öNÍkÍ5 $ygè%ÏŠ#uŽß 4 bÎ)ur $
(#qèVŠÉótGó¡o„ (#qèO$tóãƒ
ä!$yJÎ/ È@ôgßJø9$%x. “Èqô±o„ onqã_âqø9$# 4 š[ø©Î/ Ü>#uŽ¤³9$# ôNuä!&
$y™ur $¸)xÿs?öãB ÇËÒÈ
“Dan Katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka Barangsiapa yang
ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan Barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir".
Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya
mengepung mereka. dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum
dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling
buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.”
c1.Dalam surat Ali Imran ayat 165:
Js9urr& Nä3÷Gu;»|¹r& ×pt7ŠÅÁ•B ô‰s% Läêö6|¹r& $pköŽn=÷VÏiB £$!
÷Läêù=è% 4’¯Tr& #x‹»yd ( ö@è% uqèd ô`ÏB ωYÏã
öNä3Å¡àÿRr& 3
“Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), Padahal kamu
telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar),
kamu berkata: "Darimana datangnya (kekalahan) ini?" Katakanlah: "Itu dari (kesalahan)
dirimu sendiri.”
d1. Dalam surat Fushilat ayat 40:
bÎ) tûïÏ%©!$# tbr߉Åsù=ムþ’Îû $uZÏF»tƒ#uä Ÿw tböqxÿøƒs† !$uZø‹n=tã 3 ¨
`yJsùr& 4’s+ù=ム’Îû Í‘$¨Z9$# îŽöyz Pr& `¨B þ’ÎAù'tƒ $YZÏB#uä tPöqtƒ ÏpyJ»u
ŠÉ)ø9$# 4 (#qè=uHùå$# $tB ôMçGø¤Ï© ( ¼çm¯RÎ) $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? îŽÅÁt/ Ç
ÍÉÈ
“{Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Kami, mereka tidak tersembunyi
dari kami. Maka Apakah orang-orang yang dilemparkan ke dalam neraka lebih baik, ataukah
orang-orang yang datang dengan aman sentosa pada hari kiamat? perbuatlah apa yang kamu
kehendaki; Sesungguhnya Dia Maha melihat apa yang kamu kerjakan.”[31]