Anda di halaman 1dari 1

Bab 1

Selama beberapa abad terakhir, embriologi telah berkembang dari ilmu observasional menjadi ilmu yang
melibatkan teknologi canggih dan kemajuan dalam molekular. Bersama-sama, observasi dan teknik modern
memberikan pemahaman yang lebih jelas mengenai asal mula perkembangan normal dan abnormal dan pada
akhirnya, dapat memberikan saran mengenai cara-cara untuk mencegah dan mengobati cacat lahir. Dalam hal
ini, pengetahuan mengenai fungsi gen telah mencipta- kan pendekatan-pendekatan baru secara menyeluruh
terhadap subjek ini.
Terdapat sekitar 23.000 gen di dalam genom manu-sia, namun gen ini mengkodekan sekitar 100.000
protein. Gen-gen yang terkandung di dalam suatu kompleks DNA dan protein, disebut kromatin, dan unit
struktur dasarnya adalah nukleosom. Kromatin tampak melingkar erat sebagai manik-manik nukleosom pada
untaian dan disebut heterokromatin. Agar terjadi transkripsi, DNA harus dilepaskan dari manik-manik sebagai
eukromatin. Gen terletak di dalam untai DNA dan mengandung regio-regio yang dapat ditranslasikan menjadi
protein, disebut ekson, dan regio-regio yang tidak dapat ditranslasikan, disebut intron. Gen tipikal juga
mengandung regio promotor yang mengikat RNA polimerase untuk memulai transkripsi; tempat permulaan
transkripsi, untuk menandai asam amino pertama di dalam protein; kodon terminasi translasi; dan regio 3'
yang tidak ditranslasikan yang mencakup satu sekuens (tempat penambahan poli A) yang membantu stabilisasi
mRNA. RNA polimerase berikatan dengan regio promotor yang biasanya mengandung sekuens TATA, yang
disebut boks TATA. Pengikatan ini membutuhkan protein tambahan yang disebut faktor transkripsi. Metilasi
basa sitosin di dalam regio promotor meredam gen dan mencegah transkripsi. Proses ini berperan dalam
inaktivasi kromosom X yang menye¬babkan ekspresi gen terhadap salah satu kromosom X pada wanita
diredam dan juga berperan dalam pencetakan genom yang menyebabkan penekanan ekspresi gen pada paternal
atau maternal.
Protein yang berbeda dapat dihasilkan dari satu gen tunggal melalui proses alternative splicing yang
melepaskan intron yang berbeda-beda menggunakan spliceosom. Protein yang berasal dari cara ini disebut
splicing isoform atau splice variant. Juga, protein dapat diubah melalui modifikasi pasca- translasi, seperti
fosforilasi atau pembelahan.
Induksi adalah proses yang terjadi ketikasekelompok sel atau jaringan (penginduksi) menyebabkan
kelompok lainnya (responder) mengubah nasibnya. Kapasitas untuk berespons disebut kompetensi dan harus
diberikan oleh faktor kompetensi. Banyak fenomena induktif melibatkan interaksi epitel-mesenkim.
Jalur transduksi sinyal mencakup suatu molekul pembentuk sinyal (ligan) dan suatu reseptor. Reseptor
biasanya terentang menembus membran sel dan diaktif-kan melalui pengikatannya dengan ligan yang spesifik.
Pengaktifan ini biasanya melibatkan kapasitas untuk memfosforilase protein lainnya, paling sering sebagai suatu
kinase. Pengaktifan ini membentuk suatu rang-kaian aktivitas enzim antar protein yang pada akhirnya
mengaktifkan suatu faktor transkripsi untuk memulai ekspresi gen.
Pembentukan sinyal dari sel ke sel lain dapat bersifat parakrin, yang melibatkan faktor-faktor yang
dapat berdifusi, atau jukstakrin, yang melibatkan sejumlah faktor yang tidak dapat berdifusi. Protein
yang berperan dalam pembentukan sinyal parakrin disebut faktor parakrin atau growth and
differentiation factor (GDF). Terdapat empat famili utama GDF: FGF, WNT, hedgehog, dan TGF-β. Selain
protein, neurotransmitter, seperti serotonin (5HT) dan norepinefrin, juga bekerja melalui pembentukan
sinyal parakrin, bertindak sebagai ligan dan berikatan dengan reseptor untuk menghasilkan respons
selular spesifik. Faktor jukstakrin dapat mencakup produk-produk dari matriks ekstraselular, ligan yang
berikatan dengan permukaan sel, dan ko- munikasi sel ke sel secara langsung.

Anda mungkin juga menyukai