Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

PROTEIN

DISUSUN OLEH :
NAMA : NIKE SUCIATI ANGGRAENI
NIM : L1C020014
KELAS : ILMU KELAUTAN B

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
JURUSAN ILMU KELAUTAN
PURWOKERTO

2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI……………………………….………………………………….……..ii
I. TUJUAN…………..…….……………………………...………………………..1
II. TINJAUAN PUSTAKA…….…………………………………...……………....1
III. METODOLOGI PERCOBAAN……………..…………………...…………....4
3.1. Alat……….………………….………...……….……...……………….....4
3.2. Bahan…………………………………………………….………….…....4
3.3 Prosedur Percobaan…………………………..…………...………….….4
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN……………….………………………….….......6
4.1. Hasil Pengamatan…………………………………………..……..……..6
4.2. Data Perhitungan………….………………………….…..……….…….8
4.3. Pembahasan ………………………………………………..………..…..8
V. KESIMPULAN…………………………………………………………...……15
VI. SARAN………………………………………………………………...………..15

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….………16
LAMPIRAN…………………………………………………………………………17

ii
PROTEIN

I. TUJUAN
1. Memisahkan protein dengan mengendapkannya dengan penambahan etanol
absolut.
2. Mengendapkan protein secara denaturasi ireversibel dengan penambahan
logam berat.
3. Menentukan kadar protein dengan metode Lowry.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Protein berasal dari kata protos atau proteos yang berarti pertama atau utama.
Protein merupakan komponen utama sel hewan dan manusia yang tersusun atas
unit-unit molekul kecil yaitu asam amino yang disatukan dengan ikatan peptida.
Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O,
dan N serta mengandung fosfor dan belerang (Tsania, 2017). Protein merupakan
senyawa polimer organik yang berasal dari monomer asam amino yang
mempunyai ikatan peptida. Protein memiliki peran yang sangat penting pada
fungsi dan struktur seluruh sel makhluk hidup. Hal ini dikarenakan molekul
protein memiliki kandungan oksigen, karbon, nitrogen, hidrogen, dan sulfur.
Sebagian protein juga mengandung fosfor (Rozi, 2011).
Protein mempunyai fungsi utama yang kompleks dalam semua proses biologi.
Protein berfungsi sebagai katalisator, sebagai pengangku dan penyimpan molekul
lain seperti oksigen, mendukung secara mekani sistem kekebalan tubuh,
menghasilkan pergerakan tubuh, sebagai transmittor gerakan syaraf dan
mengendalikan pertumuhan dan perkembangan (Katili, 2009). Di dalam tubuh,
protein mempunyai fungsi yang penting. Fungsi utamanya sebagai zat
pembangun atau pembentuk struktur sel, misalnya untuk pembentukan kulit, otot,
rambut, membran sel, jantung, hati, ginjal, dan beberapa organ penting lainnya.
Kemudian terdapat pula protein yang mempunyai fungsi khusus, yaitu protein
yang aktif. Beberapa diantaranya adalah enzim yang berperan sebagai
biokatalisator, hemoglobin sebagai pengangkut oksigen, hormon sebagai
pengatur metabolisme tubuh dan antibodi untuk mmpertahankan tubuh dari
serangan penyakit. Kekurangan protein dalam waktu lama akan mengganggu
berbagai proses metabolism di dalam tubuh serta mengurangi daya tahan terhadap
serangan penyakit (Nursanti dan Yazid, 2006).

1
2

Protein memiliki berbagai macam sifat. Protein yang larut dalam air akan
membentuk ion yang mempunyai muatan positif dan negatif. Protein mempunyai
titik isoelektrik. Titik isoelektrik mempunyai arti penting karena berhubungan
erat dengan sifat fisik dan sifat kimia. Pada pH di atas isoelektrik protein
bermuatan negatif, sedangkan di bawah titik isoelektrik protein bermuatan positif.
Protein juga dapat terdenaturasi. Denaturasi merupakan perubahan konformasi
alamiah menjadi suatu konformasi yang tidak menentu. Proses denaturasi ini
dapat berlangsung secara reversibel maupun ireversibel. Pada umumnya
penggumpalan protein didahului oleh proses denaturasi yang berlangsung baik
pada titik isoelektrik protein tersebut. Denaturasi dapat terjadi karena pengaruh
pH, gerakan mekanik, adanya alkohol, aseton, eter, dan detergen. Sifat lainnya
yaitu larutan protein dalam air memiliki viskositas atau kekentalan yang relatif
lebih besar daripada viskositas air sebagai pelarutnya. Viskositas larutan protein
tergantung pada jenis protein, bentuk molekul, kemolaran dan suhu larutan
(Marzuki et al. 2010).
Etanol absolut bersifat sangat kuat menarik air (higrokospis). Penambahan
etanol absolut pada suatu larutan protein, akan menyebabkan molekul air yang
berinteraksi dengan molekul protein melalui ikatan hidrogen ditarik oleh etanol.
Akibatnya molekul-molekul protein beragregasi satu sama lain sehingga
mengendap, dan bila agregat partikel protein tersebut dibiarkan bersentuhan
dengan etanol untuk waktu yang lama endapan yang terbentuk tidak dapat
dilarutkan lagi sehingga denaturasi yang terjadi ireversibel. Logam berat akan
mendenaturasi dan mengendapkan protein. Peristiwa ini terjadi apabila berbagai
gugus di permukaan molekul protein bermuatan negatif, sehingga membentuk
garam dengan kation logam berat. Jumlah protein yang diendapkan sebanding
dengan jumlah logam berat yang ditambahkan. Makin banyak logam berat yang
ditambahakan makin banyak protein yang mengendap, selama dalam larutan
masih terdapat protein. Protein tertentu memerlukan penambahan beberapa tetes
alkali supaya protein tersebut bermuatan negatif. Selain itu, kelebihan logam
berat dapat pula melarutkan kembali kompleks logam berat – protein, walaupun
protein tersebut tetap dalam keadaan terdenaturasi (Mardiyah, dkk., 2019).
Metode Lowry merupakan uji protein secara kuantitatif secara modern, yaitu
dengan spektrofotometer visible. Metode ini digunakan untuk menguji kadar
protein terlarut atau protein yang dapat diserap oleh tubuh. Dalam metode Lowry
3

dikenal dua reagen yaitu reagen Lowry A dan reagen Lowry B. Prinsip kerja dari
metode Lowry adalah reaksi antara protein dengan asam fosfotungstat-
fosfomolibdat pada suasana alkalis akan memberikan warna biru yang
intensitasnya tergantung pada konsentrasi protein yang ditera. Sebelum dilakukan
peneraan, terlebih dahulu dilakukan pengenceran terhadap sampel supaya masuk
dalam range standar protein yang telah dibuat sebelumnya. Dalam hal ini sampel
diencerkan sampai 100 kali faktor pengenceran (1 ml ditambah aquadest sampai
volumenya 100 ml) (Nisa et al., 2007).
III. METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat
Alat yang digunakan pada percobaan pemisahan protein dengan etanol
absolut adalah tabung reaksi, pipet tetes, gelas ukur 5 mL, kertas saring,
corong. Alat yang digunakan pada percobaan pengendapan protein dengan
logam berat adalah tabung reaksi, pipet tetes, gelas ukur 5 mL. Sedangkan
pada percobaan penentuan kadar protein dengan Metode Lowry, alat-alat yang
digunakan adalah tabung reaksi, pipet ukur 1 mL, pipet ukur 5 mL atau 10
mL, spektrofotometer visibel.
3.2 Bahan
Bahan – bahan yang digunakan pada percobaan pemisahan protein dengan
etanol absolut adalah serum, larutan albumin telur, etanol absolut, larutan
NaOH, larutan CuSO4. Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan
pengendapan protein dengan logam berat adalah putih telur, susu, larutan
HgCl2 1%, larutan Pb-asetat. Sedangkan pada percobaan penentuan kadar
protein dengan Metode Lowry, bahan-bahan yang digunakan adalah larutan
protein sampel, larutan standar protein 50-200 µgr, pereaksi A= 2% Na2CO3
dalam 0,1 M NaOH, pereaksi B= 0,5% CuSO4.5 H2O dalam 1% Na-K tartat,
pereaksi C= campuran 50 mL pereaksi A dengan 1 mL pereaksi B, pereaksi
E= larutan 1 N pereaksi Follin Ciocalteu.
3.3 Prosedur Percobaan
A. Pemisahan Protein dengan Etanol Absolut
1. Sebanyak 3 buah tabung reaksi yang sudah kering disiapkan.
2. Sebanyak 2 mL susu dimasukkan ke tabung reaksi 1, 2 mL larutan
albumin telur dimasukkan ke tabung reaksi 2, dan 2 mL larutan
akuades dimasukan ke dalam tabung reaksi 3.
3. Sebanyak 2 mL etanol absolut ditambahkan ke dalam msing-masing
tabung reaksi.
4. Hasil menunjukkan terdapat endapan pada tabung reaksi 1 dan 2, dan
tidak ada endapan di tabung reaksi 3.
5. Endapan dan filtrat dipisah dengan kertas saring.
6. Dilakukan uji biuret terhadap filtrate dan endapan. Uji biuret terhadap
filtrat dilakukan dengan menambahkan 1 mL NaOH dan 2 tetes CuSO4
lalu diaduk sampai menimbulkan warna violet. Uji biuret terhadap

4
5

endapan dilakukan dengan menambahkan 1 mL NaOH dan 2 tetes


CuSO4 sampai menimbulkan warna violet.
B. Pengendapan Protein dengan Logam Berat
1. Sebanyak 4 tabung reaksi bersih dan kering disiapkan.
2. Sebanyak 2 mL larutan putih telur dimasukkan ke tabung reaksi 1 dan
2, 2 mL susu dimasukkan ke tabung reaksi 3 dan 4.
3. Sebanyak 10 tetes HgCl2 ditambahkan ke tabung reaksi 1 dan 3,
sebanyak 10 tetes Pb-asetat ditambahkan ke tabung reaksi 2 dan 4.
4. Hasil yang diperoleh terdapat endapan pada semua tabung reaksi.
C. Penentuan Kadar Protein dengan Metode Lowry
1. Tabung reaksi disiapkan sebanyak 7 buah.
2. Tabung reaksi 1 dimasukkan 2 mL larutan protein yang mengandung
100 µg/ml, tabung reaksi 2 dimasukkan 2 mL larutan protein yang
mengandung 200 µg/ml, tabung reaksi 3 dimasukkan 2 mL larutan
protein yang mengandung 300 µg/ml, tabung reaksi 4 dimasukkan 2 mL
larutan protein yang mengandung 400 µg/ml, tabung reaksi 5
dimasukkan 2 mL larutan protein yang mengandung 500 µg/ml, tabung
reaksi 6 dimasukkan 2 mL larutan protein sampel, tabung reaksi 7
dimasukkan 2 mL akuades.
3. Semua tabung reaksi ditambahkan 5 mL pereaksi C.
4. Tabung reaksi dikocok dan dibiarkan di suhu ruang selama 10 menit.
5. Masing-masing tabung reaksi ditambah 0,5 mL pereaksi E dan segera
dikocok. Kemudian tunggu sampai 30 menit.
6. Masaing-masing larutan diukur serapannya menggunakan
spektofotometer dengan panjang gelombang 750 nm.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Tabel 1. Pemisahan Protein dengan Etanol Absolut
No Prosedur Pengamatan
Sebanyak 3 buah tabung reaksi yang 3 tabung reaksi siap
1. sudah kering disiapkan
Sebanyak 2 mL susu dimasukkan ke Ketiga tabung reaksi terisi
tabung reaksi 1, 2 mL larutan albumin susu, albumin telur dan
2. telur dimasukkan ke tabung reaksi 2, akuades.
dan 2 mL larutan akuades dimasukan ke
dalam tabung reaksi 3.
Sebanyak 2 mL etanol absolut Terdapat endapan pada
ditambahkan ke dalam masing-masing tabung reaksi 1 dan 2, dan
3.
tabung reaksi. tidak ada endapan di tabung
reaksi 3.
Endapan dan filtrat dipisah dengan Endapan dan filtrat terpisah.
4.
kertas saring.
Dilakukan uji biuret terhadap filtrat dan Menghasilkan larutan
endapan yang dilakukan dengan berwarna violet.
5.
menambahkan 1 mL NaOH dan 2 tetes
CuSO4.

Tabel 2. Pengendapan Protein dengan Logam Berat


No Prosedur Pengamatan
Sebanyak 4 tabung reaksi bersih dan 4 tabung reaksi siap
1.
kering disiapkan
Sebanyak 2 mL larutan putih telur Keempat tabung terisi
2. dimasukkan ke tabung reaksi 1 dan 2, 2 mL susu ataupun putih telur
susu dimasukkan ke tabung reaksi 3 dan 4
Sebanyak 10 tetes HgCl2 ditambahkan ke Terdapat endapan pada
tabung reaksi 1 dan 3, sebanyak 10 tetes semua tabung reaksi
3.
Pb-asetat ditambahkan ke tabung reaksi 2
dan 4

6
7

Tabel 3. Penentuan Kadar Protein dengan Metode Lowry


No Prosedur Pengamatan
Tabung reaksi disiapkan sebanyak 6 6 buah tabung reaksi siap
1.
buah
Tabung reaksi 1 dimasukkan 2 mL Keenam tabung terisi
larutan protein yang mengandung 150 larutan
ppm, tabung reaksi 2 dimasukkan 2 mL
larutan protein yang mengandung 300
ppm, tabung reaksi 3 dimasukkan 2 mL
2. larutan protein yang mengandung 450
ppm, tabung reaksi 4 dimasukkan 2 mL
larutan protein yang mengandung 600
ppm, tabung reaksi 5 dimasukkan 2 mL
larutan protein sampel, tabung reaksi 6
dimasukkan 2 mL akuades
Semua tabung reaksi ditambahkan 5 mL Belum terjadi perubahan
3.
pereaksi C
Tabung reaksi dikocok dan dibiarkan di Larutan tercampur
4.
suhu ruang selama 10 menit
Masing-masing tabung reaksi ditambah Tabung 1= hijau
0,5 mL pereaksi E dan segera dikocok. Tabung 2= hijau (+)
Kemudian tunggu sampai 30 menit. Tabung 3= hijau (++)
5.
Tabung 4= hijau (+++)
Tabung 5= hijau (++++)
Tabung 6= hijau kuning
Masing-masing larutan diukur Tabung 1= 0,213
serapannya menggunakan Tabung 2= 0,308
spektrofotometer dengan panjang Tabung 3= 0,449
6.
gelombang 750 nm Tabung 4= 0,606
Tabung 5= 0,431
Tabung 6= 0,056
8

4.2 Data Perhitungan


Diketahui:
Konsentrasi larutan standar protein Absorbansi
150 0,213
300 0,308
450 0,449
600 0,606
Sampel 0,431
Akuades 0,056
Ditanya: Konsentrasi protein
Jawab:
A. Mencari nilai a, b, dan R
a= 0,0592
b= 8,9 x 10-4 = 0,00089
R= 0,997
B. Mencari konsentrasi fosfor dengan persamaan y = bx + a dimana
y= Absorbansi
b= Koefisien regresi
a= Konstanta
x= Konsentrasi sampel
Maka:
y = bx+a
0,431 = 0,00089 (x) + 0,0592
0,00089 (x) = 0,431- 0,0592
0,00089 (x) = 0,3718
x = 417,7528
Jadi, konsentrasi sampel adalah 417,7528

4.3 Pembahasan
Protein berasal dari kata protos atau proteos yang berarti pertama atau
utama. Protein merupakan komponen utama sel hewan dan manusia yang
tersusun atas unit-unit molekul kecil yaitu asam amino yang disatukan dengan
ikatan peptida. Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung
9

unsur-unsur C, H, O, dan N serta mengandung fosfor dan belerang (Tsania,


2017). Protein merupakan senyawa polimer organik yang berasal dari
monomer asam amino yang mempunyai ikatan peptida. Protein memiliki
peran yang sangat penting pada fungsi dan struktur seluruh sel makhluk hidup.
Hal ini dikarenakan molekul protein memiliki kandungan oksigen, karbon,
nitrogen, hidrogen, dan sulfur. Sebagian protein juga mengandung fosfor
(Rozi, 2011).
Protein dapat diklasifikasikan berdasarkan fungsi biologinya, yaitu
sebagai enzim, protein transport, protein nutrient dan penyimpanan, protein
kontraktil atau motil, protein structural, protein pertahanan, dan protein
pengatur. Protei dapat juga dibagi menjadi globular dan protein serabut
(Lehninger, 1982). Berdasarkan komposisi kimianya protein dibagi atas :
1. Simpel protein merupakan protein yang hanya mengandung 1-alfa-asam
amino atau derivatnya. Beberapa contohnya albumin, globulin, glutein,
protamine, albuminoid, dan histon.
2. Conjugated protein merupakan protein yang bergabung dengan zat bukan
protein. Zat yang bukan protein disebut gugus prostetik. Beberapa
contohnya glikoprotein,fosfoprotein, lipoprotein, dan metalloprotein.
(Panil,2004).
Denaturasi protein dapat diartikan suatu perubahan atau modifikasi
terhadap struktur sekunder, tersier dan kuartener molekul protein tanpa
terjadinya pemecahan ikatan-ikatan kovalen. Karena itu, denaturasi dapat
diartikan suatu proses terpecahnya ikatan hydrogen, interaksi hidrofobik,
ikatan garam dan terbukanya lipatan atau wiru molekul protein. Denaturasi
protein dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan panas, pH,
bahan kimia, mekanik, dan sebagainya. Masing – masing cara mempunyai
pengaruh yang berbeda terhadap denaturasi protein. Senyawa kimia seperti
urea dan garam dapat memecah ikatan hidrogen yang menyebabkan denaturasi
protein karena dapat memecah interaksi hidrofobik dan meningkatkan daya
larut gugus hidrofobik dalam air. Deterjen atau sabun dapat menyebabkan
denaturasi karena senyawa pada deterjen dapat membentuk jembatan antara
gugus hidrofobik dengan hidrofilik sehingga terjadi denaturasi. Selain deterjen
dan sabun, aseton dan alkohol juga dapat menyebabkan denaturasi. Enzim
10

protease juga termasuk bahan kimia alami yang dapat menyebabkan


denaturasi protein (Winarno, 2008).
Protein mempunyai fungsi utama yang kompleks dalam semua proses
biologi. Protein berfungsi sebagai katalisator, sebagai pengangku dan
penyimpan molekul lain seperti oksigen, mendukung secara mekani sistem
kekebalan tubuh, menghasilkan pergerakan tubuh, sebagai transmittor gerakan
syaraf dan mengendalikan pertumuhan dan perkembangan (Katili, 2009). Di
dalam tubuh, protein mempunyai fungsi yang penting. Fungsi utamanya
sebagai zat pembangun atau pembentuk struktur sel, misalnya untuk
pembentukan kulit, otot, rambut, membran sel, jantung, hati, ginjal, dan
beberapa organ penting lainnya. Kemudian terdapat pula protein yang
mempunyai fungsi khusus, yaitu protein yang aktif. Beberapa diantaranya
adalah enzim yang berperan sebagai biokatalisator, hemoglobin sebagai
pengangkut oksigen, hormon sebagai pengatur metabolisme tubuh dan
antibodi untuk mmpertahankan tubuh dari serangan penyakit. Kekurangan
protein dalam waktu lama akan mengganggu berbagai proses metabolism di
dalam tubuh serta mengurangi daya tahan terhadap serangan penyakit
(Nursanti dan Yazid, 2006).
Uji biuret merupakan reaksi yang terjadi antara ikatan peptida pada
struktur albumin dengan ion Cu2+. Reaksi tersebut terjadi setelah dilakukan
penambahan larutan CuSO4 dan hanya akan terjadi pada suasana basa. Pada
uji biuret ini diperlukan penambahan larutan NaOH sebagai agen basa.
Perlakuan dari uji biuret menghasilkan perubahan warna menjadi warna ungu
pada larutan sampel (Jamaluddin et al, 2020). Perubahan warna ungu ini
disebabkan oleh adanya kompleks ion Cu+ dengan ikatan peptide protein
(Yuliani, 2018). Uji biuret mempunyai prinsip bahwa semakin banyak peptide,
maka semakin pekat pula warna ungu yang terbentuk (Jamaluddin et al, 2020).
Protein dapat dianalisis melalui dua metode, yaitu metode secara kualitatif
dan kuantitatif. Metode Lowry merupakan salah satu metode analisis kadar
protein yang dilakukan secara kuantitatif. Metode Lowry merupakan uji
protein secara kuantitatif secara modern, yaitu dengan spektrofotometer
visible. Metode ini digunakan untuk menguji kadar protein terlarut atau
protein yang dapat diserap oleh tubuh. Dalam metode Lowry dikenal dua
reagen yaitu reagen Lowry A dan reagen Lowry B. Prinsip kerja dari metode
11

Lowry adalah reaksi antara protein dengan asam fosfotungstat-fosfomolibdat


pada suasana alkalis akan memberikan warna biru yang intensitasnya
tergantung pada konsentrasi protein yang ditera. Sebelum dilakukan peneraan,
terlebih dahulu dilakukan pengenceran terhadap sampel supaya masuk dalam
range standar protein yang telah dibuat sebelumnya. Dalam hal ini sampel
diencerkan sampai 100 kali faktor pengenceran (1 ml ditambah aquades
sampai volumenya 100 ml) (Nisa et al., 2007).
Pada percobaan pemisahan protein dengan etanol absolut disiapkan tabung
reaksi yang bersih dan kering, lalu sebanyak 2 mL susu dimasukkan kedalam
tabung reaksi 1, sebanyak 2 mL larutan albumin telur dimasukkan kedalam
tabung reaksi 2, dan sebanyak 2 mL aquades dimasukkan kedalam tabung
reaksi 3. Setelah itu ditambahkan 2 mL etanol absolut kedalam masing –
masing tabung reaksi. Adapun tujuan penambahan etanol absolut yaitu untuk
menghilangkan molekul-molekul air yang terdapat pada albumin, dimana
diketahui bahwa sifat dari etanol absolut sangat kuat dalam menarik air atau
dengan kata lain bersifat higroskopis, sedangkan tujuan didiamkan agar
albumin terendapkan seluruhnya oleh etanol absolut. Terlihat hasil yang
terbentuk menunjukkan terdapat endapan pada tabung reaksi 1 dan 2,
sedangkan pada tabung reaksi 3 tidak terdapat endapan. Terbentuknya
endapan ini disebabkan penambahan etanol absolut pada larutan protein yang
menyebabkan molekul air yang berinteraksi dengan molekul protein melalui
ikatan hydrogen ditarik oleh etanol absolut, akibatnya molekul-molekul
protein beragregasi satu sama lainnya sehingga mengendap. Apabila agregat
partikel protein tersebut dibiarkan bersentuhan dengan etanol untuk waktu
yang lama endapan yang terbentuk tidak dapat dilarutkan lagi sehingga
denaturasi yang terjadi irreversibel (Mardiyah, dkk., 2019).

Gambar 1. Penambahan etanol absolut


12

Selanjutnya melakukan penyaringan pada sampel untuk memisahkan filtrat


dan endapan menggunakan kertas saring. Hasil pemisahan endapan dan filtrat
tersebut diuji menggunakan uji biuret. Uji biuret terhadap filtrat dilakukan
dengan sebanyak 1 mL NaOH dan 2 tetes CuSO4 ditambahkan kedalam
tabunng reaksi. Setelah itu diaduk hingga menghasilkan warna violet.
Sedangkan, uji biuret terhadap endapan dilakukan dengan sebanyak 1 mL
NaOH dan 2 tetes CuSO4 hingga menghasilkan warna violet. Uji biuret ini
bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya ikatan peptida serta jumlah ikatan
peptide dari protein yang akan dipisahkan. Uji positifnya yaitu larutan
berwarna ungu untuk tripeptida dan biru untuk dipeptida. Hasil yang diperoleh
baik filtrat maupun biuret menunjukkan hasil positif yang ditandai
terbentuknya warna violet pada sampel, adapun intensitas warna yang
terbentuk lebih terlihat jelas pada endapan atau residu dibanding filtratnya.
Warna ungu yang terbentuk merupakan kompleks Cu dengan albumin yang
dihubungkan dengan ikatan koordinasi dan Cu bertindak sebagai atom pusat
dan albumin sebagai ligan. Berdasarkan referensi, seharusnya filtrat tidak
memberikan warna ungu sebagaimana yang terbentuk pada residu, sebab
semua protein seharusnya sudah terendapkan atau terdenaturasi oleh pelarut
etanol absolut sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya. Hal ini
kemungkinan terjadi karena protein (albumin) belum terendapkan secara
menyeluruh karena waktu pendiaman yang kurang lama (Rejeki, 2010).

Gambar 2. Hasil Uji Biuret menghasilkan warna violet


Pada percobaan pengendapan protein dengan logam berat, sebanyak 2 mL
telur dimasukkan kedalam tabung reaksi 1 dan 2, serta sebanyak 2 mL susu
dimasukkan kedalam tabung reaksi 3 dan 4. Kemudian sebanyak 10 tetes
HgCl2 ditambahkkan kedalam tabung reaksi 1 dan 3, lalu sebanyak 10 tetes
Pb-asetat ditambahkan kedalam tabunng reaksi 2 dan 4. Hasil yang diperoleh
menunjukkan adanya endapan pada keempat tabung reaksi. Hal ini terjadi
karena adanya denaturasi protein oleh logam berat yang menyebabkan protein
menjadi sukar larut dalam air. Jumlah protein yang diendapkan sebanding
13

dengan jumlah logam berat yang ditambahkan. Makin banyak logam berat
yang ditambahkan, makin banyak protein yang mengndap, selama dalam
larutan masih terdapat protein. Menurut teori, logam berat dapat
mengendapkan protein dengan cara menaikkan pH diatas titik isoelektrik.
Pada penambahan larutan protein dengan HgCl 2 dan Pb-asetat, anion – anion
dari kedua larutan tersebut akan menyebabkan suasana larutan menjadi sedikit
asam, sehingga protein akan mengondisikan diri sebagai basa dan sebagian
terdapat sebagai anion. Anion dari protein ini bereaksi dengan logam berat
membentuk garam proteinat yang tidak larut dalam air (Bintang, 2010).

Gambar 3. Penambahan logam berat menghasilkan endapan


Pada percobaan penentuan kadar protein dengan metode Lowry, sebanyak
2 mL larutan protein yang mengandung 150 ppm dimasukkan kedalam tabung
reaksi 1, 300 ppm dimasukkan kedalam tabung reaksi 2, 450 ppm dimasukkan
kedalam tabung reaksi 3, 600 ppm dimasukkan kedalam tabung reaksi 4,
protein sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi 5, dan tabung reaksi 6 diisi
dengan aquades. Lalu ditambahkan pereaksi C kedalam keenam tabung
kemudian dikocok dan dibiarkan pada suhu kamar selama 10 menit.
Pengocokan tabung reaksi bertujuan untuk menghomogenkan larutan. Hasil
yang diperoleh menunjukkan larutan dalam tabung reaksi tidak berwarna atau
jernih. Setelah itu, sebanyak 0,5 mL pereaksi E ditambakan kedalam keenam
tabung reaksi dan dikocok segera. Hasil yang diperoleh menunjukkan larutan
berwarna hijau pada tabung reaksi 1, 2, 3, 4, dan 5 serta larutan berwarna hijau
kenuningan pada tabung reaksi 6. Setelah 30 menit diukur serapanya dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 750 nm, untuk 5 – 25 gr
protein/nm. Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada kurva.
14

Kurva Standar
0.7
0.6
0.5

absorbansi
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 100 200 300 400 500 600 700
konsentrasi

Gambar 4. Grafik Kurva Standar Protein


V. KESIMPULAN
1. Susu dan albumin setelah ditambah etanol absolut timbul endapan, sedangkan
untuk akuades tidak muncul endapan. Penambahan etanol pada Larutan
protein akan menyebabkan molekul air yang berinteraksi dengan molekul-
molekul protein. Melalui ikatan hydrogen ditarik oleh etanol akibatnya
molekul-molekul protein beragregasi zat sama lain sehingga menghadap.
2. Logam berat dapat mengendapkan protein dengan cara menaikkan pH diatas
titik isoelektrik. Denaturasi yang terjadi irreversible.
Kadar protein yang diperoleh dari metode Lowry adalah 417.7528 mg.

VI. SARAN
Saran yang dapat praktikkan berikan untuk praktikum selanjutnya diharapkan
selama praktikum berlangsung agar selalu menjaga kebersihan di lingkungan
laboratorium. Serta asisten diharapkan dapat membimbing praktikan agar dapat
meminimalisir kesalahan pada saat praktikum.

15
DAFTAR PUSTAKA

Bintang, Maria. 2010. Biokimia Teknik Penelitian. Erlangga, Jakarta.


Jamaluddin, Gugun G., Siti N., Padhlun A. J., Dytha O., Ade F. M., Jessica, Asty I.
S., Armini S., Yusriadi, Agustinus W. 2020. Kadar Albumin Pada Ikan Sidat
Anguilla marmorata Q Gaimard dan Anguilla bicolor Asal Sungai Palu dan
Danau Poso. Ghidza: Jurnal Gizi dan Kesehatan, 4 (1): 60-68.
Katili, A. S. 2009. Struktur dan Fungsi Protein Kolagen. Jurnal Pelangi Ilmu, 2(5):
23-18.
Lehninger, Albert L. 1982. Dasar- Dasar Biokimia Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Mardiyah, Siti., Baterun K., Nastiti K. R., dan Rinza R. S. 2019. Petunjuk Praktikum
Biokimia. Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surabaya.
Marzuki I, Amirullah, dan Fitriana. 2010. Kimia dalam Keperawatan. Takalar :
Pustaka As Salam.
Nisa’ C., Agungpriyono S., dan Maheswari R. R. A. 2007. Uji Aktivitas Ekstrak
Mukosa Abomasum Domba Lokal dalam Mengkoagulasikan Susu. J Med
Vet, II (2): 58-63.
Nursanti, L. dan Yazid, E. 2006. Penuntun Praktikum Biokimia untuk Mahasiswa
Analis. Yogyakarta : Andi.
Panil, Zulbadar. 2004. Memahami Teori dan Praktek Biokimia Dasar Medis. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.
Rozi. 2011. Protein. Yogyakarta : Liberty.
Tsania, Hartami. 2017. Identifikasi Asam Amino. Laporan Praktikum. Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mataram.
Winarno, F. G. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Yuliani, Dewi. 2018. Petunjuk Praktikum Biokimia I. Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

16
LAMPIRAN

Pertanyaan:
A. Pengendapan protein dengan logam berat
1. Apakah tiap kali penambahan logam berat diikuti oleh penambahan
endapan protein? Mengapa?
Jawab:
Iya, protein yang tercampur oleh senyawa logam berat akan terdenaturasi.
Hal ini terjadi pada albumin yang terkoagulasi setelah ditambahkan HgCl2
maupun timbal asetat. Senyawa-senyawa tersebut akan membentuk
endapan logam proteinat. Protein dapat mengendap dengan konsentrasi
yang tinggi dalam larutan protein. Hal tersebut dapat dilihat pada endapan
yang terdapat pada albumin setelah ditambahkan HgCl2 dan Pb asetat.

2. Berapa tetes setiap logam diperlukan untuk mengendapkan protein di


kedua bahan tersebut.
Jawab:
Setiap logam memerlukan 10 tetes logam berat untuk mengendapkan
protein di kedua bahan.

3. Sebutkan logam-logam berat yang menjadi pencemar utama lingkungan,


sumber pencemaran dan jelaskan mengapa logam tersebut berbahaya.
Sebutkan nama suatu penyakit terkenal yang diambil dari suatu nama teluk
di Jepang, yang disebabkan oleh keracunan logam berat. Logam berat
apakah yang menjadi penyebab dan jelaskan bagaimana logam tersebut
meracuni manusia ?
Jawab:
Logam - logam berat seperti Merkuri (Hg), Arsen (As), Kadmium
(Cd), Besi (Fe), dan radioaktif termasuk bahan berbahaya dan beracun
yang biasanya dihasilkan oleh industri berupa limbah. Air limbah menjadi
tempat paling sering ditemukan dalam logam berat. Berbagai sumber
logam berat termasuk erosi tanah, pelapukan alami kerak bumi,
pertambangan, limbah industri, limpasan perkotaan, pembuangan limbah,
agen pengendalian serangga atau penyakit diterapkan untuk tanaman, dan

17
18

banyak lainnya. Logam – logam tersebut berbahaya karena logam berat


sulit didegradasi, sehingga cenderung akan terakumulasi pada lingkungan.
Logam berat dapat terakumulasi dalam tubuh organisme dan konsentrasi
dapat semakin tinggi, atau dapat mengalami bioakumulasi dan
biomagnifikasi. Logam berat mudah terakumulasi pada sedimen, sehingga
konsentrasi selalu lebih tinggi daripada konsentrasi logam dalam air.
Logam yang menjadi pencemar lingkungan di Jepang adalah Merkuri.
Terjadi di Teluk Minamata, terkontaminasi Logam berat merkuri atau air
raksa. Hal ini diakibatkan bahwa sumber merkuri berasal dari pabrik batu
baterai Chisso. Merkuri masuk ke dalam tubuh manusia melalui rantai
makanan. Rata-rata warga Minamata setiap hari mengkonsumsi ikan atau
kerang yang ditangkap di perairan tersebut, ikan dan kerang yang sudah
tercemar logam berat Merkuri dari limbah yang dibuang oleh PT.Chisso.
Akibat merkuri ini warga banyak mengeluhkan penyakit syaraf, seperti
gangguan keseimbangan, sulit tidur, sulit merasakan inderanya. Selain itu
penderita menjadi tidak bertenaga dan selalu gelisah.

4. Apakah yang perlu dilakukan, bila terjadi keracunan logam berat yang
akut ? Sebutkan pula apakah yang perlu dilakukan bila terjadi pemaparan
kronis. Berilah contoh nyata pemaparan.
Jawab:
Apabila terjadi keracunan logam berat yang akut segera segera
menghentikan paparan terhadap merkuri dan memberikan penanganan
sedini mungkin dan hubungi dokter. Contoh nyata pemaparanya yaitu
senyawa arsen terhadap manusia seperti kanker terutama kanker paru -
paru dan hati. Terpapar arsen di udara juga dapat menyebablan
pembentukkan kanker kulit pada manusia. Gejala keracunannya yaitu sakit
dikerongkongan, sukar menelan, menyusul rasa nyeri lambung dan muntah
- muntah. Apabila terjadi pemaparan kronis kita harus menghindari sumber
bahan pangan yang mengandung logam berat, mencuci, dan mengolah
bahan pangan yang akan dikonsumsi dengan baik dan benar. Selain itu
perlu memperhatikan lingkungan sekitar agar tidak terjadi pencemaran
19

B. Penentuan kadar protein dengan Metode Lowry


1. Buatlah kurva standar larutan protein.
Jawab:

Kurva Standar
0.7
0.6
0.5
absorbansi

0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 100 200 300 400 500 600 700
konsentrasi

2. Tentukan kadar protein sampel


Jawab:
Kadar protein sampel yang diperoleh berdasarkan perhitungan dengan
menggunakan metode Lowry didapatkan nilai 417.7528

Anda mungkin juga menyukai