Suryami
Pusat Pengembangan dan Pelindungan
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Jalan Daksinapati Barat IV, Rawamangun, Jakarta 13220
Pos-el: mimisuryami@yahoo.co.id
(Diterima 14 April 2014; Revisi 15 Oktober 2014; Disetujui 22 Oktober 2014)
Abstract
Tambo Minangkabau is a historical literary that tells the history of ethnic
groups, and the land of origin, also Minangkabau’s traditions. In addition, there
is also in the Minangkabau Tambo, praise of God, and His Prophet Muhammad
and other things. As a literary work, there is meaning that can be performed and
used as guide in life. Guide here means, there is an element of leadership in
Tambo Minangkabau is leadership priest in the past. The priest in question is
responsible to the people, or communityin his land. There is also moral value that
can be taken by reader, especially the Minakabau’s young generation as
inheritor of custom from Minangkabau’s leadership in Tambo such as Sultan Sri
Maharaja, Cati Bilang Pandai, Datuak Suri Dirajo, and Indo Jati. Through the
analysis of structural and textual criticism, the leadership concept of some of the
prince such as wisdom, and making concensus. That is the philosophy of
Minangkabau society in getting a policy together.
Keywords: tambo, the priest, leadership, structural.
Abstrak
Tambo Minangkabau adalah sebuah karya sastra sejarah, menceritakan
sejarah asal usul suku bangsa, asal usul negeri, adat istiadat negeri
Minangkabau. Di samping itu, dalam tambo Minangkabau juga terdapat puji-
pujian kepada Allah SWT, shalawat kepada Nabi Muhammad dan beberapa hal
lainnya. Sebagai sebuah karya sastra, dalam tambo terdapat makna yang dapat
diangkat dan dijadikan arah/pedoman dalam menjalani kehidupan. Arah atau
pedoman yang dimaksud adalah unsur kepemimpinan dalam Tambo
Minangkabau yaitu kepemimpinan penghulu pada masa dulu. Penghulu yang
dimaksud adalah penghulu yang mengepalai suatu suku, bertanggung jawab dan
berkewajiban memelihara anggota kaum, suku dan negerinya. Ada beberapa
pesan moral yang dapat diambil pembaca sebagai penikmat karya sastra,
khususnya generasi muda Minangkabau sebagai pewaris adat dari beberapa
kepemimpinan penghulu yang ada dalam cerita Tambo Minangkabau, antara
lain dari tokoh Sultan Sri Maharaja Diraja, Cati Bilang Pandai Datuak Suri
Dirajo, dan Indo Jati. Melalui analisis struktural, konsep kepemimpinan
beberapa penghulu ini dapat diketahui, antara lain bijaksana dan gemar
bermufakat. Itulah falsafah masyarakat Minangkabau yaitu kebersamaan,
bersama untuk bermufakat dan bersama pula untuk membuat kebijakan.
Kata-kata kunci: tambo, penghulu, kepeminpinan, structural.
203
Kandai Vol. 10, No. 2, November 2014; 203—215
204
Suryami: Konsep Kepemimpinan dalam Tambo Minangkabau
205
Kandai Vol. 10, No. 2, November 2014; 203—215
206
Suryami: Konsep Kepemimpinan dalam Tambo Minangkabau
207
Kandai Vol. 10, No. 2, November 2014; 203—215
208
Suryami: Konsep Kepemimpinan dalam Tambo Minangkabau
209
Kandai Vol. 10, No. 2, November 2014; 203—215
210
Suryami: Konsep Kepemimpinan dalam Tambo Minangkabau
211
Kandai Vol. 10, No. 2, November 2014; 203—215
212
Suryami: Konsep Kepemimpinan dalam Tambo Minangkabau
ketua itu tentulah akan dipilih dari kita Minangkabau yang membidangi seluk
yang hadir di sini, yaitu orang yang beluk urusan adat.
lebih pandai dan baik tingkah lakunya. Maksudnya pernyataan di atas,
Sebab orang itu, pergi tempat kita dahulu penghulu bertanggung jawab
bertanya, pulang tempat kita berberita. atas masyarakat kampung yang
Orang itulah yang akan memelihara dipimpinnya, anak, saudara dan
buruk baiknya kita sekalian, tempat kemenakan, namun sekarang sudah
kita mengadukan segala hal. Orang itu bergeser pengertiannya, penghulu tidak
akan menimbang mudharat dan lagi mengurus masyarakat luas. Hal ini
manfaat di atas kita sekalian serta adalah karena di masa sekarang setiap
menghukum barang sesuatu dengan wilayah telah dipimpin oleh seorang
baik dan buruk. kepala yang dipilih oleh warganya,
misalnya, dusun dikepalai oleh kepala
Relevansi Kepemimpinan Masa dusun, kampung dikepalai oleh kepala
Dahulu dengan Kepemimpinan kampung, nagari dikepalai oleh
Masa Kini seorang wali nagari, dan seterusnya.
Jadi peghulu masa kini adalah
Dilihat dari sistem penghulu yang hanya memimpin kaum
kepemimpinan di Minangkabau sesuai dengan suku yang dikepalainya.
sekarang ini tidak jauh berbeda dengan Sesuai kedudukannya, penghulu
kepemimpinan di masa lalu. Di masa sekarang adalah pemimpin suku dalam
kini, orang Minang masih urusan adat, terutama kelanjutan hidup
mengokohkan penghulu sebagai orang saudara dan kemenakannya termasuk
yang tinggi dianjung, dan besarnya masalah harta pusaka.
dipelihara. Adat tradisisonal dan Dalam kelanjutan hidup sanak
karismatik pemimpin masih terlihat saudara dan kemenakan, dibutuhkan
dengan jelas. Saat mengukuhkan perhatian penghulu yang demokratis.
kepenghuluannya (batagak panghulu) Penghulu menerima usul-usul dari
dilakukan di depan orang banyak anggota suku untuk diputuskan dan
dengan pidato-pidato adat dan bertanggung jawab terhadap
pernyataan penting bahwa dialah yang permasalahan yang terdapat dalam
akan menyelesaikan yang kusut dan sukunya. Ketika salah seorang
menjernihkan yang keruh. kemenakan (terutama kemenakan
Sebagai seorang pemimpin (masa perempuan) yang akan menikah,
kini), penghulu sudah menanamkan penghulu mengadakan mufakat dengan
dalam dirinya landasan pokok berupa seluruh anggota kaum. Penghulu
nilai-nilai moral kepemimpinan, yaitu mengumpulkan segala ninik mamak
bijaksana, adil, dan memegang teguh dan urang sumando untuk pembagian
azaz mufakat. Jika dahulu (dalam tugas masing-masing. Begitu juga saat
tambo Minangkabau) dikatakan bahwa acara duka atau kematian, penghulu
penghulu sebagai pemimpin adalah pun memutuskan segala sesuatu
orang yang memerintahi dengan cara musyawarah bersama
bawahan/masyarakat. Namun sekarang anggota sukunya.
dalam sistem pemerintahan di Masalah adat yang agak pelik di
Minangkabau, menurut Bimisral masa kini dan ini menjadi perhatihan
(http://perjalananhidupqu.blogspot.com serius bagi pimpinan/penghulunya
) penghulu adalah seorang laki-laki adalah masalah harta pusaka. Sekilas
yang dituakan pada sebuah suku di berbicara mengenai harta pusaka,
213
Kandai Vol. 10, No. 2, November 2014; 203—215
214
Suryami: Konsep Kepemimpinan dalam Tambo Minangkabau
215