Anda di halaman 1dari 6

TEMPLATE UNTUK PROBLEM BASED LEARNING

Nama Mahasiswa : Komariyah, S.Pd.I

Kelompok Mapel: Kelompok 5

Judul Modul: Ilmu tasawuf

Judul Masalah: Sikap Perilaku Dan Pemikiran Penganut Thoriqoh Dalam Kehidupan

Bermasyarakat

No Komponen Deskripsi
1. Identifikasi Masalah (berbasis Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan Pada
masalah yang ditemukan di lapangan) Jama’ah Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah
(TQN) di Kediri

2. Penyebab Masalah a. Indonesia berkecenderungan pada gaya hidup


(dianalisis apa yang menjadi akar (life style) materialistik tapi juga sekularistik.
masalah yang menjadi pilihan Materi menjadi tolak ukur kebahagiaan bagi
masalah) materialisme yang berpotensi membawa
manusia lepas kontrol, dan menghalalkan
segala cara untuk mencapai tujuan, demi
mendapatkan materi.
b. Nilai-nilai humanitas (prikemanusiaan)
semakin pudar, tipisnya solidaritas dan gaya
yang cenderung memikirkan kepentingan diri
sendiri dan tidak mau memperdulikan
terhadap orang lain.
3. Solusi Di tengah suasana tersebut, manusia tersentak
a. Dikaitkan dengan teori/dalil fitrahnya untuk merasakan kerinduan terhadap
yang relevan nilai-nilai ketuhanan. Kemudian manusia mulai
b. Sesuaikan dengan mencari sesuatu yang dapat mengantarkan pada
langkah/prosedur yang sesuai ketentraman hidupnya. Kondisi ini membawa
dengan masalah yang akan manusia tertarik untuk mempelajari banyak hal
dipecahkan dan khususnya mempelajari dan mengamalkan
ajaran terekat di berbagai daerah di Indonesia.
Hal ini dibuktikan dengan tumbuh-suburnya
majlis-majlis tarekat dengan segala amalan dan
zikir-zikirnya.

Awal penekanan tarekat adalah menegakkan


konsistensi pemberdayaan kualitas batiniah
melalui jalan tarekat dan mewujudkannya ke
perilaku nyata sebagai bentuk penyerahan kepada
Allah SWT. secara tulus. Namun di sisi lain ada
juga gerakan sufisme yang lebih tertera pada
pencarian pengetahuan mengenai hakikat
kenyataan, pencerahan (gnosis) atau ma’rifat.
Adapun penempuh tarekat untuk wushul ilā
Allāh (sampai ke Allah SWT) diibaratkan
sebagai musafir atau salik.
Tarekat tidak hanya memiliki potensi
keberagamaan saja, tetapi juga potensi sosial,
ekonomis dan bahkan kultural. Di sini tarekat
menjadi wahana bagi penanaman transmisi (etika
dan spiritual) untuk penanaman nilai-nilai
keagamaan di tengah-tengah masyarakat.5
Mengapa, bisa demikian?. Karena tarekat bukan
produk instan tapi produk proses yang selalu dan
terus berkembang dari masa ke masa. Para sufi
bertujuan sama yakni menuju penyucian jiwa
dalam ber-taqarrub illā Allāh. Kemudian
munculah pembedaan istilah-istilah dalam
tasawuf seperti istilah syari’ah, tarekat, haqiqat,
dan ma’rifat.

Fenomena seperti itulah yang membuat banyak


orang merasa heran karena pada umumnya jika
seseorang sudah mengikuti tarekat maka orang
itu kebanyakan meniggalkan kehidupan dunia,
atau paling tidak kurang memperhatikan terhadap
aspek kehidupan material. Konsentrasi dan
orientasi hidupnya hanya akan dicurahkan pada
berbagai dimensi yang bersifat ibadah dan
dimensi spiritualitas. Dengan semakin luasnya
jama’ah yang mengikuti tarekat, hal itu
menunjukkan adanya penerimaan yang luas
terhadap tarekat ini. Mengikuti tarekat dalam
kenyataanya tidak hanya akan membuat
seseorang menjadi manusia yang shaleh dengan
mengamalkan berbagai ajaran tarekat tetapi
keikutsertaan dalam tarekat juga membawa
implikasi pada terjadinya perubahan perilaku
sosial. Perubahan perilaku sosial bukan sesuatu
yang terjadi begitu saja. ada beberapa faktor yang
mempengaruhi terjadinya perubahan perilaku
sosial. Dalam hal ini, tarekat ternyata menjadi
salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya
perubahan perilaku sosial keagamaan.

Al-Qur’an pun menegaskan tentang keberadaan


Allah SWT. dimanapun hamba-hamba-Nya
berada. Sebagaimana yang terdapat dalam QS.
Al-Baqarah:115:
“Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, Maka
kemanapun kamu menghadap di situlah wajah
Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-
Nya) lagi Maha mengetahui.”

Bagi kaum sufi, ayat di atas mengandung arti


bahwa dimana saya ada, disitu pula Tuhan dapat
di jumpai. Allh SWT. pun memberi cahaya
kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya
sebagaimana Firman-Nya QS. An-Nur: 35:
“Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan
bumi. perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti
sebuah lubang yang tak tembus yang di dalamnya
ada pelita besar. pelita itu di dalam kaca (dan)
kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya)
seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak
dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun
yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan
tidak pula di sebelah barat(nya) yang minyaknya
(saja) Hampir-hampir menerangi, walaupun tidak
disentuh api. cahaya di atas cahaya (berlapis-
lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya
siapa yang Dia kehendaki, dan Allah
memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi
manusia, dan Allah Maha mengetahui segala
sesuatu.

Allah SWT. pun memberikan penjelasan tentang


kedekatan manusia dengan-Nya seperti dalam
QS. Al-Baqarah: 186:
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya
kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah),
bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan
permohonan orang yang berdoa apabila ia
memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka
itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan
hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar
mereka selalu berada dalam kebenaran.

Paham dan praktik keagamaan pada Jama’ah


Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah adalah
Berupa konsep ajaran Tarekat Qadiriyah Wa
Naqsabandiyah yang diterapkan di Pondok
Pesantren Mifahul Huda Gading sebagai tempat
pusat ajaran Tarekat Qadiriyah Wa
Naqsabandiyah baik iu berupa; bai’at (ijazah),
khataman/ khususiyah, manaqiban, pengajian
umum dan haul akbar, uzlah, rabithoh
(hubungan) baik hubungan pengikut tarekat
dengan mursyi tarekat maupun hubungan sesama
pengikut tarekat, dzikir (dzikir jahf maupun
dzikir sirri). Ajaran-ajaran tersebut merupakan
bagian terpenting terhadap suatu ajaran tarekat
untuk di amalkan di dalam kehidupan sehari-hari
karena mengantarkan seseorang kepada
peningkatan pemahaman keagamaan dan
perubahan perilaku individual dan lebih –lebih
perubahan perilaku sosial keagamaan yang di
alami oleh Jama’ah Tarekat setelah memahami
dan mengamalkan ajaran tarekat tersebut.
Dengan mengalami sutau peningkatan
pemahaman kegamaan melalui ajara tarekat itu
yang berorientasi kepada nilai untuk mencapai
tujuan yang dinginkan oleh Jama’ah Tarekat dan
dengan tindakan nyata.
Solusi:
1. Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah,
sudah sepantasnya untuk lebih
dikenalkan lagi ditengantengah
masyarakat pedesaan maupun
masyarakat kota terhadap ajaranajaran
yang diterapkan oleh Tarekat itu sendiri,
agar supaya menumbuhkan kasadaran
terhadap masyarakat karena begitu
pentingnya untuk mendalami suatu
ajaran tarekat yang merupakan bagian
dari pada ajaran Islam yaitu tentang
Ihsan

2. Bagi Jama’ah Tarekat Qadiriyah Wa


Naqsabandiyah, agar lebih istiqomah
dalam mengamalkan ajaran tarekat
tersebut, karena ajaran tarekat bisa
mengantarkan kepada kebahagiaan dunia
maupun kebahagian akhirat kelak dengan
dzikir-dzikir yang di anjurkan oleh
seorang mursyid. Dan tetap menjadikan
skala prioritas untuk di amalkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Contoh Problem Based Learning

Nama: Aisyah

Kelompok Mapel : PAI A

Judul Modul : Fikih

Judul Masalah :

Pelaksanaan shalat Jum’at di berbagai situasi dan kondisi yang berkembang di masyarakat,
terutama untuk masyarakat yang sedang bepergian

No Komponen Deskripsi
1. Identifikasi Masalah (berbasis a. Menyelesaikan permasalahan hukum
masalah yang ditemukan di lapangan) Islam penyelenggaraan shalat Jum’at
ketika seseorang bepergian
b. Memberikan gambaran tentang hukum
Islam pelaksanaan shalat Jum’at baik
tata cara, jumlah orang yang ikut
dalam shalat Jum’at dan hal-hal lain
yang berkaitan dengan shalat Jum’at.

2. Penyebab Masalah a. Seseorang yang sedang bepergian


(dianalisis apa yang menjadi akar dengan menggunakan kapal laut,
masalah yang menjadi pilihan udara dan darat
masalah) b. Bagaimana pelaksanaan shalat Jum’at
dalam keadaan tersebut
c. Bagaimana gambaran sholat jumat
yang dilaksanakan pada situasi dan
kondisi lain.

3. Solusi a. Penentuan kiblat ditentukan


a. Dikaitkan dengan teori/dalil berdasarkan arah kompas, bila dalam
yang relevan perjalanan tersebut tidak memenuhi
b. Sesuaikan dengan syarat 40 orang, maka ditentukan
langkah/prosedur yang sesuai berdasarkan
dengan masalah yang akan hukum dari madzhab Maliki terutama
dipecahkan harus ada imam, makmum, dan
terdapat
khotbah yang menjadi syarat utama
sahnya shalat Jum’at
b. Agama Islam memberikan
keringanan bagi seseorang yang
bepergian, tetapi tetap berpedoman
pada aturan
agama.

Anda mungkin juga menyukai