Oleh:
Nadia Fauzia
(20/472544/KG/12291)
Dosen Pembimbing:
drg. Agus Mulato, Sp.BM(K)
Kriteria eligibilitas pasien untuk penelitian ini yaitu (1) sedang menerima medikasi
antitrombotik dan (2) menjalani tindakan ekstraksi gigi dengan anestesi lokal di klinik rawat
jalan gigi King Fahad Medical City di Saudi Arabia antara Januari 2012 dan Juni 2016.
Sejumlah 43 pasien dieliminasi dari subjek penelitian karena berbagai alasan, yaitu:
Medikasi antitrombotik rutin dilanjutkan pada setiap kunjungan ke dokter gigi untuk
meminimalisir risiko trombosis, sesuai dengan panduan intitusional kami. Ditentukan bahwa
pasien dengan peningkatan risiko perdarahan adalah mereka yang menjalani ekstraksi ≥5 gigi
dalam satu kunjungan. Pasien yang menerima medikasi warfarin menjalani uji INR 24 jam
sebelum tindakan, dan mereka yang memiliki INR >3,5 dirujuk ke klinik antikoagulan agar
mendapat penyesuaian dosis. Hanya 2 pasien yang membutuhkan modifikasi dosis warfarin
sebelum ektstraksi, dan tidak ada dari keduanya yang mengalami perdarahan post-op.
Pasien yang menerima medikasi warfarin (dengan INR ≤3,5), clopidogrel, atau aspirin
diarahkan untuk melanjutkan ekstraksi gigi tanpa penggantian medikasi. Pasien yang
menerima enoxaparin, rivaroxaban, dan dabigatran mendapat modifikasi dosis jika
diindikasikan, menyesuaikan dengan risiko perdarahan selama bedah dan fungsi ginjal.
Semua pasien menjalani tindakan dengan anestesi lokal di klinik rawat jalan dan
diminta datang kembali pada kunjungan berikutnya untuk follow-up. Sebagian besar pasien
yang menerima medikasi enoxaparin merupakan pasien rawat inap (89,4% n = 236/264).
Pasien-pasien tersebut dirujuk untuk ekstraksi gigi sambil menjalani terapi antitrombotik dan
dirawat karena penyebab di luar tindakan dental. Pasien yang dirawat inap mendapat
medikasi antitrombotik secara rutin karena tingginya prevalensi tromboemboli vena (VTE) di
antara pasien rumah sakit.
Diagnosis perdarahan post-op didasarkan dari Lockhart et al (2003) dengan
modifikasi minor; kami mendefinisikannya sebagai berikut:
Analisis Statistik
Terdapat perubahan frekuensi medikasi yang digunakan per tahun (Grafik 1) (uji Chi-
square, P < 0,0001). Penggunaan clopidogrel berkurang setelah 2012, penggunaan warfarin
berkurang setelah 2013, dan penggunaan enoxaparin meningkat setelah 2013. Penggunaan
dabigatran dan rivaroxaban dimulai di tahun 2014; sejak itu rivaroxaban menjadi obat paling
banyak digunakan setelah enoxaparin dan clopidogrel. NOAC menyumbang sekitar 25%
medikasi antitrombotik yang diresepkan untuk kelompok pasien ini di tahun 2016.
Total 1980 gigi diekstraksi. Rata-rata terdapat 2,4 ± 2,01 (range: 1-15) gigi diekstraksi
per kunjungan pasien. Sebanyak 461 kunjungan (54,9%) berujung pada ekstraksi satu gigi per
sesi. Hanya dalam 62 (7,4%) kunjungan terjadi ekstraksi 5 atau lebih gigi (merepresentasikan
risiko perdarahan lebih tinggi). Usaha hemostatis perioperatif lokal hanya dilakukan pada
setengah dari jumlah kasus (Grafik 2)
Grafik 2. Agen hemostatis lokal yang digunakan untuk seluruh pasien vs pasien dengan perdarahan
Perdarahan paling sering terjadi pada pencabutan gigi molar atas, khususnya molar
satu dan dua (Grafik 3). Dua gigi tersebut kemungkinan adalah gigi-gigi yang paling
berkaitan dengan perdarahan, sementara molar bawah lebih berkaitan dengan dry sockets.
Peninjauan ulang terhadap tindakan ekstraksi gigi pada pasien dalam terapi
antitrombotik dikomparasikan dengan populasi studi kami dan disimpulkan bahwa meski
merupakan risiko yang berkaitan, namun perdarahan dianggap tidak mengkhawatirkan
dibandingkan dengan komplikasi tromboemboli. Mengubah dosis antitrombotik tidak
direkomendasikan kecuali dengan persetujuan dokter yang meresepkan. Sesuai panduan yang
ada, memastikan pasien memiliki INR dalam kisaran yang direkomendasikan sebelum bedah
minor dental sangat direkomendasikan. Usaha hemostatis lokal ditemukan sudah cukup untuk
mengontrol perdarahan. Kurang lebih setengah dari total pasien pada peninjauan ulang ini
mendapatkan agen hemostatis segera setelah ekstraksi (51,9%); hanya saja, penggunaan agen
hemostatik lokal sebagai rekomendasi umum kepada seluruh dokter gigi yang mengekstraksi
gigi dari pasien yang menerima medikasi antitrombotik lebih disarankan.
Pasien yang menjalani ekstraksi sembari menerima medikasi warfarin memiliki INR <
3,5 dan hanya 2 (0,86%) pasien yang membutuhkan penyesuaian medikasi untuk mencapai
nilai ini. Panduan dari Amerika Utara, Inggris, dan Australia merekomendasikan pasien
dalam terapi warfarin untuk memiliki INR terapeutik 2 - 3 untuk sebagian besar indikasi atau
2,5 - 3 untuk pasien dengan katup jantung mekanis spesifik. Konsensus antara British
Committee for Standards in Haematology, British Society for Haematology Committee,
British Dental Association, dan National Patient Safety Agency menyatakan bahwa INR 2 – 4
tidak memerlukan penyesuaian dan berisiko sangat rendah terdahap perdarahan pada pasien
yang menjalani bedah dental rawat jalan.
Obat antikoagulan oral baru (NOAC) semakin banyak digunakan sebagai langkah
preventif penyakit tromboemboli pada pasien dengan fibrilasi atrium non-valvular. Obat-
obatan tersebut tidak membutuhkan pengawasan rutin koagulasi atau penyesuaian dosis
berdasarkan uji laboratorium, meskipun pendosisan berkaitan dengan laju filtrasi glomerulus
(GFR). Beberapa interaksi antar-obat dapat mempengaruhi aktivitas NOAC dan risiko yang
berkaitan dengan perdarahan, sepertil verapamil, quinidine, amiodarone, dronedarone, dan
ketoconazole dengan dabigatran; begitu juga quinidine, quinidine, ketoconazole, HIV
protease inhibitor dan erythromycin dengan rivaroxaban. Pasien yang diresepkan obat-obatan
tersebut kemungkinan menghadapi peningkatan risiko perdarahan selama ekstraksi gigi.
Evaluasi efek antikoagulan dengan obat-obatan tersebut tidak tersedia secara rutin dan
membutuhkan uji khusus.
Beberapa variasi yang berkaitan dengan apa yang dianggap sebagai faktor risiko
perdarahan telah dilaporka. Beberapa menganggap ekstraksi gigi secara bedah (i.e.
melibatkan elevasi flap mukoperiosteal) dan ekstraksi gigi multipel sebagai risiko tinggi
terhadap perdarahan. Meskipun begitu, jumlah gigi yang kami ekstraksi pada pasien dengan
perdarahan sebanding dengan jumlah yang diekstraksi pada pasien tanpa perdarahan.
Pada rumah sakit tersier, dokter gigi yang melakukan prosedur bedah minor pada
pasien dengan medikasi warfarin dan clopidogrel umumnya memiliki pengalaman yang
mendalam dengan medikasi tersebut. Hanya saja, dengan pengenalan NOAC terkini pada
pasien relatif sedikit dibandingkan dengan medikasi lama dan hal ini menjadi tantangan
tersendiri di dunia kedokteran gigi. Survei sebelumnya menemukan bahwa 27% dokter
spesialis bedah mulut di Amerika Serikat secara rutin menghentikan warfarin sebelum
prosedur risiko-rendah. Komplikasi serius seperti emboli dan mortalitas telah dilaporkan pada
0,8% dari 3.500 pasien dengan penghentian warfarin. Tim yang sama menemukan bahwa
<1,3% dari 950 pasien yang menjalani 2400 prosedur bedah mulut mengalami perdarahan.
Terdapat beberapa batasan untuk studi kali ini. Penerimaan data terbatasi oleh
informasi yang didokumentasikan pad rekam medis pasien. Oleh karena populasi studi yang
sedikit, tatalaksana dengan medikasi NOAC membuat deteksi peningkatan atau penurunan
risiko perdarahan menjadi sulit; sehingga studi lebih jauh tentang NOAC dan perdarahan
sangat direkomendasikan. Spesialis bedah mulut memiliki tingkat pelatihan dan keterampilan
yang berbeda-beda; sehingga ekstraksi dilaksanakan berdasarkan pelatihan dan teknik yang
dipelajari. Variasi tersebut dapat berpengaruh terhadap insidensi komplikasi perdarahan.
Lebih jauh, riwayat suplemen herbal dan makanan dapat memiliki efek yang berlawanan
terhadap perdarahan, dan informasi ini tidak dikumpulkan.
BAB V
KESIMPULAN
Ekstraksi gigi tunggal dan multipel dilaksanakan dengan aman tanpa interupsi atau
dengan interupsi minimal terhadap terapi antitrombotik. Risiko komplikasi perdarahan sangat
rendah dan mudah diatasi dengan agen hemostatis pada setengah dari kasus ekstraksi.
Penggunaan rutin terhadap agen hemostatis dapat dilaksanakan secara mudah pada praktek
umum oleh selain spesialis bedah mulut. Risiko yang lebih besar terhadap komplikasi
perdarahan pada wanita ditemukan, dan dokter gigi harus lebih berhati-hati ketika
melaksanakan ekstraksi gigi pada wanita, terlebih pada mereka yang menerima medikasi
antikoagulan. Dokter gigi dapat mempertimbangkan menggunakan agen hemostatis lokal
secara preemtif. Penelitian klinis yang didesain dengan baik dibutuhkan untuk menjelaskan
risiko perdarahan spesifik pada wanita dalam bedah mulut. Pembentukan panduan standar
untuk tatalaksana pasien dengan medikasi NOAC bersama dengan edukasi profesional yang
mendorong dokter gigi dan dokter umum untuk mengikuti panduan-panduan tersebut akan
mengurangi risiko komplikasi perdarahan yang berkaitan dengan ekstraksi gigi.