Koagulan merupakan bahan kimia yang dibutuhkan untuk membantu proses pengendapan
partikel – partikel kecil yang tidak dapat mengendap dengan sendirinya ( secara grafitasi ).
ALUMINIUM SULFATE
Biasanya disebut tawas, bahan ini • Rumus molekul: Al2(SO4)3
sering dipakai karena efektif untuk • Berat molekul: 342,15 gr/mol (anhidrat); 666,42 gr/mol
menurunkan kadar karbonat. Tawas (oktadekahidrat)
berbentuk kristal atau bubuk putih, • Penampilan: Kristal padat putih, higroskopik
larut dalam air, tidak larut dalam
• Densitas: 2,672 gr/cm3 (anhidrat);1,62 gr/cm3
alkohol, tidak mudah terbakar,
(oktadekahidrat)
ekonomis, mudah didapat dan mudah
disimpan. Penggunaan tawas memiliki • Titik leleh: 77,0 °C (terurai, anhidrat); 86,5 °C (oktadekahidrat)
keuntungan yaitu harga relatif murah • Kelarutan dalam air: 31,2 gr/100 mL (0 °C);36,4 gr/100 mL (20
dan sudah dikenal luas oleh operator °C);89,0 gr/100 mL (100 °C)
water treatment. Namun Ada juga • Kelarutan dalam pelarut lain: Sedikit larut dalam alkohol dan
kerugiannya, yaitu umumnya dipasok asam mineral encer
dalam bentuk padatan sehingga perlu • Keasaman (pKa): 3,3-3,6
waktu yang lama untuk proses • Indeks Refraksi (nD): 1,47
pelarutan.
• Struktur Kristal: Monoklin (hidrat)
• Entalpi pembentukan standar, ΔfHo298: -3440 kJ/mol
Karena instalasi pengolahan air berusaha untuk memenuhi standar yang lebih ketat, banyak yang
beralih ke aluminium chlorohydrate (ACH) untuk meningkatkan kualitas air jadi, mengontrol biaya,
dan meningkatkan efisiensi. Koagulan khusus ini juga dapat membantu mengurangi penggunaan zat
padat kimia dan alkali sambil membantu operasi pabrik.
ALUMINIUM CHLOROHYDRATE
Water Treatment Grade
Aluminium Chlorohydrate Solution (ACH) adalah larutan No. Appearance
Powder Liquid
polyaluminum hydroxychloride yang sangat pekat; Hal ini dicirikan 1 Molecular Weight 210.48g/mol
dengan memiliki konsentrasi aluminium tertinggi (23% Al203) dari 2 Molecular formula Al2(OH)5Cl·2H2O
white
setiap larutan berbasis aluminium yang tersedia secara komersial. 3 Appearance
powder
Clear, Coloress Liquid
Kebasaan ACH pada 83% juga yang tertinggi tersedia untuk setiap 4 Al203 Content, w/w% ≥46 ≥23
larutan berbasis polialuminum. Basa mengacu pada tingkat 5 Density g/ml ( Ambient temp) 1.30-1.35 1.30-1.38
netralisasi asam dan juga mewakili ukuran seberapa tinggi 6 Water insolubels ≤0.1 ≤0.1
memiliki muatan kationik yang jauh lebih tinggi daripada 10 Iron ( Fe ) ppm ≤200 ≤100
netralisasi asam (kebasaan) yang tinggi juga berarti bahwa 17 Hg ppm ≤0.1 ≤0.1
100%pass 100%pass
efek pada pH saat menerapkan ACH akan diabaikan. ACH 18 Particle size
100mesh 200mesh
90%pass 90%pass
juga secara efektif mengental pada kisaran pH yang lebih 200mesh 325mesh
G U DA N G
00 0 M G / L
TS S 20 .0 00 - 35
M U LA SI
PR O D U K SI FO R
I
M ET O D E AP LI K AS
H AS IL AK H IR
Before treat
pH 3 pH 4
After treat
pH 7 pH 7
Pasca treatment baik air limbah tambang dengan problem TSS maupun
problem pH rendah adalah terbentuknya endapan. Untuk air limbah tambang
dengan problem tss, total endapan tergantung total nilai TSS awal sedangkan
air limbah tambang dengan problem pH rendah endapan terbentuk
bergantung nilai pH awal dan bahan kimia yang digunakan. Dan pada
umumnya treatment air asam tambang menggunakan kapur. Endapan yang
terbentuk pada proses pengolahan air asam tambang adalah akumulasi dari
terurainya logam berat dan endapan dari material kapur yang tidak terurai.
LOKASI : PT.X
XXXXXXXXXXXXXXXX
XXXXXXXXXXXXX
JEMBAYAN MUARA BARA TANGGAL : 18 JANUARI 2018
DATA AWAL DOSIS CHEMICAL HASIL TREATMENT
No Nama Chemical KETERANGAN
pH TSS FORMULASI A FORMULASI B pH TSS Visual
pH 3 pH 4
2.2. Terurainya kandungan logam berat, jumlah
endapan tergantung nilai pH air asam
tambang. Semakin rendah pH air asam
tambang volume endapan semakin banyak.
pH 7
Air Baku pH 4 sebelum treament TSS 25
mg/ l, setelah treatment TSS 184 mg/ l
Air Baku
Endapan AAT pH 4
setelah treatment.
Endapan AAT pH 2-3
pH 7 setelah treatment.
Pada metode aplikasi ini, selain hasil yang fluktuatif dan penggunaan kapur
kemungkinan lebih banyak, dampak terhadap pekerja yaitu terpapar debu
kapur/ paparan terhadap sistim pernapasan. Partikel – partikel kapur
bersifat iritan namun tidak tergolong karsinogen. Efek utama debu kapur
terhadap tenaga kerja berupa kelainan paru ik bersifat akut dan kronis.
Penerapan JSEA sangat membantu dalam pelaksanaan metode ini.
A
1. Sample A
B 2. Sample B Volume botol sample 250 ml
Volume botol sample 250 ml Volume kapur 15%
Volume kapur 20% Lama proses 5 jam
Lama proses 5 jam Total endapan kapur 50%
Total endapan kapur 60 - 70%
3. Sample C
Volume botol sample 250 ml
Volume kapur 20%
Lama proses 5 jam
C Total endapan kapur 60 - 70%
PENDANGKALAN
Metode pengolahan air dengan cara sedimentasi, baik yang lakukan
dengan proses gravitasi maupun dengan proses koagulasi dan
flokulasi menyebabkan pendangkalan. Dan pendangkalan yang
terjadi bergantung dari kualitas air baku yang diproses tetapi pada
proses pengolahan dengan chemical treatment baik air limbah
tambang dengan TSS tinggi maupun pH rendah dapat direncanakan
titik pendangkalan yang diharapkan hal ini dikarenakan proses
koagulasi dan flokulasi memerlukan waktu yang memungkin
prosesnya dapat rencanakan.
Salah satu contoh proses koagulasi pada proses pengolahan air asam
tambang dengan pH 4, TSS 25 mg/l dengan dosis kapur yang tepat
dan terukur, endapan kapur bisa berkurang lebih dari 50%,
sedangkan endapan dari terurainya logam berat menyebabkan TSS
naik menjadi 184 mg/l.
D a r i pro s e s ko a g u la s i , j i ka
langsung dilakukan proses
pH 4 flokulasi, dibutuhkan waktu 2
menit untuk proses pengendapan.
TSS 25 mg/l
pH 7 Penentuan titik proses koagulasi
TSS 184 mg/l dan flokulasi dapat direncanakan
untuk meminimalisir dampak
pendangkalan yang bisa
memperpanjang duransi
maintenance kolam sedimentasi.