Stabilitas
Panas Tahan terhadap panas. Dapat mengalami kristalisasi pada suhu
rendah (The Pharmaceutical Codex, 12thed, 1994, halaman 728) tidak
mudah terhidrolisis/ teroksidasi
1
Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat (Farmakope Indonesia IV, hlm. 95)
Inkompabilitas larutan natrium klorida berair merusak besi. Mereka juga bereaksi
membentuk endapan dengan garam perak, timbal, dan merkuri.
Oksidator kuat membebaskan klorin dari solusi natriun klorida
diasamkan. Kelarutan methylparaben pengawet antimikroba
menurun dalam larutan natrium klorida berair dan viskositas gel
karbomer dan solusi dari hidroksietil selulosa atau hidroksipropil
selulosa berkurang dengan penambahan natrium klorida (HOPE
6th2009, hlm 637)
2. Carbon aktif
Pemerian Serbuk halus, bebas dari butiran; hitam; tidak
berbau; tidak berasa ( FI V hlm.130 pdf )
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air dan dalam
etanol ( FI V hlm.130 pdf )
Stabilitas Karbon aktif ditentukan stabil di bawah kondisi yang diuraikan
penyimpanan, pengiriman dan penggunaan. (MSDS)
Kegunaan Depirogenasi
2
Inkompabilitas Pembakaran yang cepat adalah mungkin ketika kontak dengan
oksidasi kuat seperti ozon, oksigen cair, klorin, dll (MSDS)
Stabilitas
Panas Stabil terhadap panas. (HOPE 6th2009, hlm 766)
th
Hidrolisis/oksidasi Stabil di semua keadaan fisik(padat,cair,gas). (HOPE 6 2009, hlm
Cahaya 766)
4. Pendekatan Formula
No Bahan Jumlah (%) Fungsi / alasan penambahan bahan
1 Ammonium 0,49% Sebagai zat aktif
klorida
2 NaCl 0,383% Pengisotonis
3 HCL/NaOH 0,1 N qs PH
4 Aqua pro injeksi Ad 100% Pembawa
: 10 ml + 500 ml
Kadar ammonium klorida untk injeksi : 95% - 105%. Kadar yang di buat 0,45%.
Kadar : 0,45% x 650 ml : 2,925 g
Dilebhkan 5% : (5% x 2,925 g) + 2,925 g
: 3,071 g ~ 0,47%
Tonisitas
Ammonium klorida :EXC
: 1,1 x 0,47%
: 0,517% ( Hipitonis)
NaCl yang dibutuhkan : 0,9% - 0,517% : 0,383%
Osmolaritas
g
4,7 x 1000 x 2
Ammonium klorida : L = 175,733 mosmol / L
53,47
g
3,83 x 1000 x 2
NaCl : L = 131,074 mosmol /L
58,44
Total osmolaritas : 306,807 mosmol / L (Isoosmol)
4
6 Batang 1 Autoklaf 121 °C selama 15 menit
pengaduk
7 Kertas Qs -
perkamen
8 Corong Autoklaf 121 °C selama 15 menit
9 Gelas ukur 10 1 Autoklaf 121 °C selama 15 menit
ml
10 Gelas ukur 25 1 Autoklaf 121 °C selama 15 menit
ml
11 Gelas ukur 20 1 Autoklaf 121 °C selama 15 menit
ml
b. Wadah
No Nama alat Jumlah Cara sterilisasi (lengkap)
1 Botol infus 1 Autoklaf 121 °C selama 15 menit
2 Tutup karet 1 Direndam alkohol 70%
botol
c. Bahan
No Nama bahan Jumlah Cara sterilisasi (lengkap)
1 Ammonium 3,224 g Autoklaf 121 °C selama 15 menit
klorida
2 NaCl 2,489 g Autoklaf 121 °C selama 15 menit
3 Carbon aktif 0,7 g/0,65 g Autoklaf 121 °C selama 15 menit
4 Aqua pro 600 ml Autoklaf 121 °C selama 15 menit
Injeksi
: 510 ml
: 102 ml + 510 ml
: 612 ml ~ 650 ml
5
rendah serta penambahan 20% untuk mencegah kehilangan volume selama
proses produksi.
No Nama bahan Jumlah yang ditimbang
1 Ammonium klorida 3,224 g
2 NaCl 0,383% x 650 ml : 2,489 g
3 Carbon aktif 0,1% x 700 ml : 0,7 g
1. Semua alat dan wadah dicuci bersih, dibilas dengan aquadest dan
dikeringkan
2. Botol infus 500 mL dikalibrasi 510 mL, kemudiann dikeringkan
3. Bagian mulut botol infus, gelas ukur, gelas kimia, erlenmeyer dan pipet
tetes disumbat dengan aluminium foil atau kertas perkamen
4. Gelas ukur (250 ml, 25 mL), Membran filtrasi (0,45 μm, 0,22 μm), pipet
tetes disterilisasi menggunakan autoclave pada suhu 121℃ selama 15
menit, 15 psi.
5. Batang pengaduk, gelas kimia (1L,50mL), spatula, kaca arloji disterilisasi
menggunakan oven pada suhu 170℃ selama 60 menit
6. Tutup botol infus dan karet pipet disterilisasi dengan cara desinfeksi yaitu
direndam dalam alkohol 70% selama 24 jam
7. Pembuatan aqua pro injeksi
Aqua bidest dalam gelas kimia 1L disterilisasi dengan autoclave pada suhu
121℃ selama 15 menit, dikalibrasi 650 mL tambahkan 0,7 karbon aktif ke
dalam aqua pro injeksi panaskan pada suhu 60-70 ℃ selama 15 menit
(waktu dihitung setelah dicapai suhu 60-70 ℃) sambbil sesekali diaduk,
cek suhu dengan termometer. Siapkan erlenmeyer steril bebas pirogen,
corong dan kertas saring rangkap 2 yang telah dibasahi dengan air bebas
pirogen. Saring larutan hangat-hangat ke dalam erlenmeyer steril sebanyak
2 kali untuk menghilangkan karbon aktif.
8. Setelah disterilisasi alat-alat dipindahkan ke white area dengan pass box
6
b. Grey area
(ruang penimbangan)
7
menggunakan corong
12. Botol ditutup dengan tutup karet
13. Botol di tutup menggunakan penutup aluminium, setelah itu dimasukkkan
mesin untuk mengencangkan penutup aluminium di grey area
14. Sediaan yang telah dibuat dilakukan sterilisasi akhir dengan menggunakan
autoclave pada suhu 121 selam 15 menit dengan tekanan 15 Psi
15. Dilakukan evaluasi sediaan
16. Sediaan diberi etiket dan brosur kemudian dikemas dalam wadah sekunder
8
V. Evaluasi Sediaan
Hasil
Jumlah
No Jenis evaluasi Prinsip evaluasi pengamata Syarat
sampel
n
1 Uji kebocoran Sediaan yang 1 Tissue Tissue dalam
telah tertutup dalam wadah tidak
rapih diletakan wadah tidah boleh basah
secara terbalik di basah, setelah 5
dalam wadah sediaan tidak menit
beralaskan tissue, bocor
tunggu hingga 5
menit.
9
dan wana warna jernih bebas harus jernih
menggunakan partikult bebas
latar belakang berwarna partikel
berwarna hitam diliat secara berwarna jika
dan putih visual dilihat secara
dibawah lampu visual
untuk melihat
partikel partikel
berwarna
VI. Pembahasan
Dalam praktikum teknologi sediaan steril ini, praktikan membuat sediaan steril infus
intravena dengan bahan aktif ammonium klorida 0,45%. Infus amoniun klorida ini menghasilkan
diuresis sementara dan asidosis. Ini dapat digunakan dalam pengobatan alkalosis metabolik yang
parah dan perlu penanganan secara cepat (Anonim,2013). Infus merupakan sediaan steril berupa
larutan atau emulsi (Britis Pharmacope, 2009).
Bahan aktif yang digunakan adalah bahan aktif yang mudah larut dalam air (Depkes RI,
2013) bahan yang digunakan merupakan bentuk garamnya dan mudah larut dalam air, sehingga
sediaan infus ini dibuat dalam bentuk larutan. Penggunaan WFI sebagai pelarut zat aktif. Sediaan
infus merupakan bentuk sediaan parenteral volume besar (Goeswin,2013). Sediaan infus dengan
bahan aktif yang tidak larut sempurna dengan air dapat dibuat dalam bentuk emulsi. Emulsi yang
biasa dibuat adalah emulsi m/a dengan air sebagai fase kontinu. Emulsi pada infus tidak
menunjukkan adanya pemisahan fase (Britis Pharmacope, 2009).
Infus tidak mengandung tambahan berupa pengawet antimikroba (Britis Pharmacope,
2009) sehingga dalam pembuatan formula, praktikan tidak mencantumkan adanya pengawet anti
10
mikroba. Pengawet anti mikroba tidak diperbolehkan karena infus merupakan sediaan yang
langsung di injeksikan ke pembulu darah, dikhawatirkan dosis penggunaannya akan berlebih dan
dapat berakibat toksik secara cepat untuk tubuh. Larutan intravena volume besar adalah injeksi
dosis tunggal untuk intravena (Depkes RI, 2013) dengan demikian, penggunaan pengawet anti
mikroba tdak dianjurkan untuk penggunaan sediaan infus.Zat aktif yang digunakan adalah zat
aktif yang tahan pemanasan. Terdekomposisi pada suhu 338° c (pubchem.ncbi.nim.nih.gov)
sehingga zat aktif tersebut dapat di sterilsasi akhir. Karena zat tersebut terdekomposisi pada suhu
yang cukup tinggi dan sediaan yang dibuat berupa larutan, sterilisasi akhir menggunakan
autoklaf 121°c 15 psi selama 15 menit.
Sediaan steril infus intravena yang dibuat oleh praktikan merupakan sediaan yang bersifat
hipotonis. Sediaan infus isotonis setara dengan 0,9% NaCl. Sediaan infus biasanya dibuat
isotonis dengan darah (Britis Pharmacope, 2009), sehingga perlu penambahan pengisotonis yaitu
NaCl. Penggunaan NaCl sebagai pengisotonis karena dengan penambahan NaCL zat aktif yang
digunakan tidak rusak. Sediaan infus juga merupakan sediaan yang diinginkan memiliki pH yang
sesuai dengan pH darah namun dalam keadaan tersebut diinginkan zat aktif yang tetap stabil.
Penambahan adjust pH dianjurkan bila sediaan yang dinginkan belum memenuhi pH yang
diinginkan. Praktkan tidak menggunkan pengadust pH karena sediaan yang diinginkan telah
masuk rentang pH yang diinginkan.
Larutan untuk infus, diperiksa secara visibel pada kondisi yang sesuai adalah jernih dan
praktis bebas partikel-partikel. Dengan demikian praktkan melakukan penyaringan untuk
mendapatkan sediaan yang bebas partikel. Penyaringan dilakukan sebanyak 2 kali menggunakan
membranfilter dengan ukuran yang berbeda. Pertama menggunakan membrane filter 0,45 µm
kemudian menggunakan membrane filter 0,22 µm. sediaan yang telah jadipun dilakukan
depirogenasi untuk mencegah adanya bakteri atau pirogen. Sediaan ini di depirogenasi
mengguakan karbon aktif selama 15 menit dengan suhu 60-70°c kemudian dilakukan
penyaringan. Sedian tersebut bebas partikel dan bebas pirogen.
Zat aktif yang digunakan merupakan zat aktif yang biasa digunakan intuk injeksi intra
vena. Kadar ammonium klorida untuk injeksi adalah 95% - 105% (pubchem.ncbi.nim.nih.gov)
sehingga zat aktif yang digunakn dilebihkan 5 %. penetapan volume terpindahkan untuk masing-
masing wadah sebesar 2% ml (Depkes RI, 2003) sehingga sediaan dilebihkan 2% per botolnya.
11
Sediaan infus yang telah jadi dikemas rapih dalam wadah tertutu. Sediaan infus disimpan
dalam suhu sejuk. Praktikan melakukan ujI evaluasi untuk sediaan infus ammonium klorida.
Sediaan yang dibuat memenuhi syarat uji evaluasi. Sediaan yang dihasilkan adalah sediaan bebas
partikel secara visual, bebas progen dan memiliki pH yang sesuai denan ph yang diinginkan.
Sediaan yang dibuat juga tidak mengalami kebocoran. Sediaan infus ammonium klorida
memenuhi syarat penetapan volume terpinahkan. Pada etikrt harus tertera bahwa sediaan yang
dibuat memenuhi syarat peetapan volume injeksi dan keseragaman volume.
12
VII. Daftar Pustaka
13