Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN PRANIKAH DAN PRAKONSEPSI

KEHAMILAN REMAJA / KTD, PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS), ABORSI, NAPZA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Asuhan Kebidanan Pelayanan KB dan Kontrasepsi
Kelompok IV :

1. Eka Susilawati ( 110322024 )


2. Iin Sariningsih ( 110322025 )
3. Nurul Hidayah ( 110322066 )
4. Ria Amaliya Rahayu ( 110322031 )
5. Siti Eka Purwanti ( 110322026 )

Dosen Pengampu : Sujianti, M. Kes

PROGRAM STUDI SI KEBIDANAN ALIH JENJANG


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS AL - IRSYAD CILACAP

2022
ii

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
taufiq, hidayah serta inayah-Nya, sehingga kami bisa menyusun makalah tentang Asuhan
Kebidanan Pranikah dan Prakonsepsi dengan materi Kehamilan Remaja/ KTD, Penyakit Senular
Seksual (PMS), Aborsi, NAPZA.
Adapun tujuan makalah ini dibuat untuk menambah wawasan kami, penulis khususnya
dan pembaca.
Kami menyadari bahwa kami tidak mampu menyelesaikan makalah ini tanpa bantuan
dari berbagai pihak. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen mata kuliah Asuhan
Kebidanan Pelayanan KB dan Kontrasepsi Sujianti, M.Kes, dan juga rekan-rekan yang telah
menyusun makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu kami mengharap
kritik dan saran yang bersifat membangun demi kemajuan dimasa yang akan datang.

Kami berharap agar makalah ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber bacaan dan
dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Cilacap, 24 Oktober 2022

Penyusun
iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………………………………. ii


DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………………………………….. iii

BAB I
PENDAHULUAN ......................................................................................................... 5
A. Latar belakang ………………………………………………………………………………………..... 5
B. Tujuan ………………………………………………………………………………………………………. 6
C. Manfaat ……………………………………………………………………………………………………. 7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................. 8

A. Pengertian Kesehatan Reproduksi …………………………………………. 8

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kesehatan Reproduksi ………………… 8

C. Kehamilan Tidak Diinginkan / KTD……………………………………….. 12

1. Pengertian KTD …………………………………………………… 12

2. Sebab KTD ………………………………………………………... 13

3. Dampak KTD ……………………………………………………… 15

4. Tindakan remaja ketika mengalami KTD …………………………. 17

5. Pencegahan KTD ………………………………………………….. 19

6. Penanggulangan kasus KTD pada remaja …………………………. 20

D. Penyakit Menular Seksual (PMS) ………………………………………….. 20

1. Pengertian PMS ……………………………………………………. 20

2. Jenis-jenis PMS ……………………………………………………. 21

3. Dampak PMS ……………………………………………………… 22

4. Penanggulangan PMS ……………………………………………… 22

5. Faktor penghambat proses pencegahan PMS ……………………… 25

E. Aborsi ………………………………………………………………………. 26

1. Pengertian Aborsi ………………………………………………….. 26


iv

2. Macam-macam Aborsi …………………………………………….. 26

3. Penyebab Aborsi …………………………………………………….. 26

4. Akibat Aborsi ………………………………………………………... 27

5. Komplikasi Aborsi …………………………………………………… 28

F. NAPZA ………………………………………………………………………. 28

1. Pengertian NAPZA ………………………………………………….. 32

2. Jenis-jenis NAPZA ………………………………………………….. 32

3. Penyebab penyalahgunaan narkoba pada generasi muda ……………. 32

4. Dampak negatif penyalahgunaan narkoba pada generasi muda ……... 33

5. Pencegahan terhadap penyalahgunaan narkoba pada generasi muda … 35

BAB III
KESIMPULAN ……………………………………………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………………………………….


5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam ruang lingkup kesehatan, yang disebut dengan kesehatan reproduksi
adalah keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial secara utuh (tidak semata-mata
bebas dari penyakit atau kecacatan) dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem
reproduksi, serta fungsi dan prosesnya.
Ruang lingkup kesehatan reproduksi yaitu kesehatan reproduksi pada bayi baru
lahir, kesehatan reproduksi pada remaja, kesehatan reproduksi pada usia subur, dan
kesehatan reproduksi pada usia lanjut.
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan dimana manusia dapat menikmati
kehidupan seksualnya serta mampu menjalankan fungsi dan proses reproduksinya
secara sehat dan aman.
Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi bebas penyakit atau bebas dari
kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial kultural yang berkaitan dengan
sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki remaja.
Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa
ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa yang meliputi perubahan biologi, perubahan psikologi, dan perubahan sosial.
Jumlah remaja yang tidak sedikit merupakan potensi yang sangat berarti dalam
melanjutkan pembangunan di indonesia. Seperti yang tercantum dalam garis-garis
besar pembangunan indonesia bahwa pembinaan anak dan remaja dilaksanakan
melalui peningkatan gizi, pembinaan perilaku kehidupan beragama dan budi pekerti
luhur, penumbuhan minat belajar, peningkatan daya cipta dan daya nalar serta
kreatifitas, penumbuhan idealisme dan patriotisme. Akan tetapi adanya
ketidakseimbangan upaya pembangunan yang di lakukan terutama terhadap remaja,
akhirnya menimbulkan masalah bagi pembangunan itu sendiri.
Salah satu dampak ketidakseimbangan pembangunan itu adalah terjadinya
perubahan mendasar yang menyangkut sikap dan perilaku seksual pranikah
dikalangan remaja. Di amerika latin anak muda berusia 15-24 tahun melakukan
intercourse (hubungan seksual) rata-rata pada usia 15 tahun bagi laki-laki dan usia 17
tahun bagi perempuan, sedangkan di indonesia satu dari lima anak pertama yang
6

dilahirkan pada wanita menikah pada usia 20-24 tahun merupakan anak hasil
hubungan seksual sebelum menikah. Biasanya untuk mengatasi masalah kehamilan
yang tidak diinginkan tersebut mereka menempuh jalan aborsi. Meskipun ara ini
penuh resiko dan mahal. Selain itu dampak lain dapat menyebabkan remaja
terjerumus kedalam NAPZA dan terjadinya Penyakit Menular Seksual (PMS).

B. Tujuan

1. Apa pengertian Kesehatan Reproduksi ?

2. Bagaimana factor-faktor yang mempengaruhi Kesehatan Reproduksi?

3. Kehamilan Tidak Diinginkan / KTD

a. Apa Pengertian KTD ?

b. Bagaimana sebab KTD ?

c. Apa saja dampak KTD ?

d. Bagaimana tindakan remaja Ketika mengalami KTD ?

e. Bagaimana pencegahan KTD ?

f. Bagaimana penanggulangan kasus KTD pada remaja ?

4. Penyakit Menular Seksual (PMS)

a. Apa pemgertian PMS ?

b. Apa saja jenis-jenis PMS ?

c. Bagaimana dampak PMS ?

d. Bagaimana penanggulangan PMS ?

e. Apa saja faktor penghambat proses pencegahan PMS ?

5. Aborsi

a. Apa pengertian Aborsi ?

b. Apa saja macam-macam Aborsi ?

c. Apa penyebab Aborsi ?

d. Bagaimana akibat Aborsi ?

e. Bagaimana komplikasi Aborsi ?


7

6. NAPZA

a. Apa pengertian NAPZA ?

b. Apa saja jenis-jenis NAPZA ?

c. Apa penyebab penyalahgunaan narkoba pada generasi muda ?

d. Bagaimana dampak negatif penyalahgunaan narkoba pada generasi


muda ?

e. Bagaimana pencegahan terhadap penyalahgunaan narkoba pada


generasi muda ?

C. Manfaat

1. Untuk mengetahui pengertian Kesehatan Reproduksi ?

2. Untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi Kesehatan Reproduksi?

3. Kehamilan Tidak Diinginkan / KTD

a. Untuk mengetahui pengertian KTD ?

b. Untuk mengetahui sebab KTD ?

c. Untuk mengetahui dampak KTD ?

d. Untuk mengetahui tindakan remaja Ketika mengalami KTD ?

e. Untuk mengetahui pencegahan KTD ?

f. Untuk mengetahui penanggulangan kasus KTD pada remaja ?

4. Penyakit Menular Seksual (PMS)

a. Untuk mengetahui a pemgertian PMS ?

b. Untuk mengetahui jenis-jenis PMS ?

c. Untuk mengetahui dampak PMS ?

d. Untuk mengetahui penanggulangan PMS ?

e. Untuk mengetahui faktor penghambat proses pencegahan PMS ?

5. Aborsi

a. Untuk mengetahui pengertian Aborsi ?

b. Untuk mengetahui macam-macam Aborsi ?

c. Untuk mengetahui penyebab Aborsi ?


8

d. Untuk mengetahui akibat Aborsi ?

e. Untuk mengetahui komplikasi Aborsi ?

6. NAPZA

a. Untuk mengetahui pengertian NAPZA ?

b. Untuk mengetahui jenis-jenis NAPZA ?

c. Untuk mengetahui penyebab penyalahgunaan narkoba pada generasi


muda ?

d. Untuk mengetahui dampak negatif penyalahgunaan narkoba pada


generasi muda ?

e. Untuk mengetahui pencegahan terhadap penyalahgunaan narkoba


pada generasi muda ?
9

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kesehatan Reproduksi

1. Kesehatan reproduksi adalah segala aspek kesehatan yang berhubungan


dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya yang berada dalam keadaan
sempurna baik secara fisik, mental, dan social dan bukan semata-mata
terbebas dari penyakit atau kecacatan.

2. Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental dan
sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam
segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta
prosesnya.

B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi

1. Faktor genetik

Merupakan modal utama atau dasar factor bawaan yang normal, contoh :
jenis kelamin, suku, bangsa.

2. Faktor lingkungan

Komponen biologis, misalnya organ tubuh, gizi perawatan, kebersihan


lingkungan, pendidikian, social budaya, tradisi, adat, ekonomi, polotik.

3. Faktor perilaku

Keadadan perilaku akan mempengaruhi tumbuh kembang anak prilaku


yang tertanan pada masa anak akan terbawa pada masa selanjutnya.

4. Kebersihan organ-organ genital

Kesehatan reproduksi remaja ditentukan dengan bagaimana remaja


tersebut dalam merawat dan menjaga kebersihan alat-alat genitalnya. Bila
alat reproduksi lembab dan basah, maka keasaman akan meningkat dan itu
memudahkan pertumbuhan jamur. Remaja perempuan lebih mudah terkena
infeksi genital bila tidak menjaga kebersihan alat-alat genitalnya karena organ
vagina yang letaknya dekat dengan anus.

5. Akses Terhadap Pendidikan Kesehatan


10

Remaja perlu mendapatkan informasi yang benar tentang kesehatan


reproduksi sehingga remaja mengetahui hal-hal yang seharusnya dilakukan
dan hal-hal yang seharusnya dihindari. Remaja mempunyai hak untuk
mendapatkan informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi dan
informasi tersebut harus berasal dari sumber yang terpercaya. Agar remaja
mendapatkan informasi yang tepat, kesehatan reproduksi remaja hendaknya
diajarkan di sekolah dan di dalam lingkungan keluarga. Hal-hal yang diajarkan
di dalam kurikulum pendidikan kesehatan reproduksi remaja mencakup
tentang tumbuh kembang remaja, organ-organ reproduksi, perilaku berisiko,
Penyakit Menular Seksual (PMS), dan abstenisia sebagai upaya penjegahan
kehamilan. Dengan mengetahui tentang kesehatan reproduksi remaja secara
benar, kita dapat menghindari melakukan perbuatan negatif seperti perilaku
seks pranikah, penularan penyakit menular seksual, aborsi, kanker mulut
rahim, kehamilan diluar nikah, gradasi moral bangsa yang berakibat pada
masa depan yang suram.

6. Hubungan seksual pranikah

Kehamilan dan persalinan membawa risiko morbiditas dan mortalitas


yang lebih besar pada remaja dibandingkan pada wanita yang berusia lebih
dari 20 tahun. Remaja putri yang berusia kurang dari 18 tahun mempunyai 2
sampai 5 kali risiko kematian dibandingkan dengan wanita yang berusia 18-25
tahun akibat persalinan yang lama dan macet, perdarahan, dan faktor lain.
Kegawatdaruratan yang berhubungan dengan kehamilan juga sering terjadi
pada remaja yang sedang hamil misalnya, hipertensi dan anemia yang
berdampak buruk pada kesehatan tubuhnya secara umum.

Kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja seringkali berakhir dengan


aborsi. Banyak survey yang telah dilakukan di negara berkembang
menunjukkan bahwa hampir 60% kehamilan pada wanita berusia di bawah 20
tahun adalah kehamilan yang tidak diinginkan atau salah waktu (mistimed).
Aborsi yang disengaja seringkali berisiko lebih besar pada remaja putri
dibandingkan pada mereka yang lebih tua. Banyak studi yang telah dilakukan
juga menunjukkan bahwa kematian dan kesakitan sering terjadi akibat
komplikasi aborsi yang tidak aman.
11

7. Penyalahgunaan NAPZA

Napza adalah singkatan dari narkotika, alkohol dan psikotropika, dan zat
adiktif lainnya seperti apioid, alkohol ektasi, ganja, morfin, heroin, kodein,
dan lain-lain. Jika zat tersebut masuk kedalam tubuh akan mempengaruhi
sistem saraf pusat. Pengaruh dari zat tersebut adalah penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri, ketergantungan, rasa nikmat dan
rasa nyaman yang luar biasa dan pengaruh-pengaruh lainnya.

8. Pengaruh media sosial

Media masa baik cetak maupun elektronik mempunyai peranan yang


cukup berarti untuk memberikan informasi untuk menjaga kesehatan
khususnya kesehatan reproduksi remaja. Dengan adanya artikel-artikel
dibuaat dalam media masa, remaja akan mengetahui hal-hal yang harus
dilakukan dan dihindari untuk menjaga kesehatan reproduksi.

9. Akses terhadap kesehatan reproduksi

Pelayanan kesehatan juga berperan dalam memberikan tindakan


preventif dan tindakan kuratif. Pelayan kesehatan dapat dilakukan
dipuskesmas, rumah sakit, klinik, posyandu, dan tempat-tempat lainnya yang
memungkinkan. Dengan tersedianya akses pelayanan kesehatan
memudahkan remaja untuk dapat melakukan konsultasi tentang kesehatan
reproduksi. Remaja juga dapat melakukan tindakan pengobatan apabila
remaja sudah terlanjur mendapatkan masalah-masalah yang berhubungan
dengan organ reproduksinya seperti penyakit menular seksual.

10. Hubungan harmonis dengan keluarga

Kedekatan dengan kedua orang tua merupakan hal yang berpengaruh


dengan perilaku remaja. Remaja dapat berbagi dengan kedua orang tuanya
tentang masalah keremajaan yang dialaminya.

Keluarga merupakan tempat pendidikan yang paling dini bagi seorang


anak sebelum ia mendapatkan pendidikan ditempat lain. Remaja juga dapat
mendapatkan informasi yang benar dari kedua orang tuanya tentang perilaku
12

yang benar dan moral yang baik dalam menjalani kehidupan.

Didalam keluarga juga, remaja juga dapat mengetahui hal-hal yang perlu
dilakukan dan harus dihindari. Orang tua juga dapat memberikan
informasiawal tentang menjaga kesehatan reproduksi bagi remaja.

11. Penyakit menular seksual

Penyakit menular seksual adalah penyakit yang menularnya terutama


melalui hubungan seksual. Cara penularannya tidak hanya terbatas secara
genetalia saja, tetapi dapat juga secara oro-genital, atau ano-genital.
Sehingga kelainan yang timbul akibat penyakit kelamin, tidak hanya terbatas
pada daerah genital saja, tetapi pada daerah-daerah ekstra genital.

12. Faktor sosial-ekonomi dan demografi

Faktor sosial-ekonomi dan demografi (terutama kemiskinan, tingkat


pendidikan yang rendah dan ketidaktahuan tentang perkembangan seksual
dan proses reproduksi, serta lokasi tempat tinggal yang terpencil).

13. Faktor psikologis

Faktor psikologis berdampak pada kerenggangan hubungan orang tua dan


remaja, depresi karena ketidak seimbangan hormonal, rasa tidak berharga
wanita terhadap pria yang memberi kebebasan secara materi.

14. Faktor biologis

Misalnya cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi pasca penyakit
menular seksual.

C. KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN / KTD

1. PENGERTIAN

KTD atau kehamilan tidak diinginkan adalah suatu kondisi pasangan yang tidak
menghendaki adanya kehamilan yang merupakan akibat dari suatu perilaku seksual
(HUS) baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Kondisi tersebut dapat menimpa
siapa saja, baik yang sudah menikah maupun belum, baik remaja, pasangan muda,
ibu – ibu setengah baya, dan dari golongan mana pun ( Ma’ shum, 2002 ).

KTD tidak selalu terjadi pada remaja atau pasangan yang belum menikah ada
13

sebagian yang pasangan yang sudah secara resmi secara menikah juga
mengalaminya. Tidak semua kehamilan disambut baik kehadirannya. Badan
Kesehatan Dunia ( WHO ) memperkirakan dari 200 juta kehamilan per tahun; 38 %
diantaranya merupakan kehamilan yang tidak diinginkan, hal itu umumnya terjadi
karena gagal kontrasepsi dan alas an tertinggi untuk menghentikan kehamilan adalah
alas an psikososial ( karena terlalu banyak anak, anak bungsu masih terlalui kecil,
takut karena kekerasan dalam rumah tangga, takut pada orangtua atau pada
masyarakat ).

Sebenarnya KTD bukan hal yang baru, namun saat ini seakan – akan menjadi
berita baru karena jumlah kasus yang ‘mulai’ terungkap di permukaan kian besar,
ditambah lagi kasus – kasus perkosaan yang menimpa remaja akhir – akhir ini kian
memprihatinkan ( Tito, 2003 ).

Faktor Unwanted Pregnancy :

a. Ketidaktahuan atau minimnya pengetahuan tentang perilaku seksual yang


dapat menyebabkan kehamilan.

b. Tidak mengutamakan alat kontrasepsi, terutama untuk perempuan yang


telah menikah.

c. Kegagalan alat kontrasepsi

d. Kehamilan yang diakibatkan oleh pemerkosaan

e. Kondisi kesehatan tubuh yang tidak mengizinkan kehamilan

f. Persoalan ekonomi (biaya melahirkan dan membesarkan anak)

g. Alasan karir atau masih sekolah

h. Kehamilan karena incest

i. Kondisi janin yang dianggap cacat berat atau berjenis kelamin yang yidak
diinginkan (DepKes RI, 2003).

2. SEBAB KTD
Kehamilan Tidak Diinginkan ( KTD ) banyak terjadi karena pola hubungan
suami- istri tidak seimbang, yang mengakibatkan hubungan seksual sebagai awal
terjadinya kehamilan seringkali dipahami sebagai kewajiban ( agama ) istri saja.
14

Istri diposisikan untuk melayani suami kapan saja sementara akibat dari hubungan
ini ( antara lain KTD ) hanya istri seorang yang menanggung. Selain terjadi pada
remaja, KTD justru banyak dialami oleh ibu – ibu dengan keluarga harmonis.
Alasan – alasan tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal :
a. Pemahaman / pengetahuan tentang proses terjadinya kehamilan
sangat minim.
Kebanyakan orang hanya tahu bahwa hubungan seks akan
membuat perempuan hamil, tanpa mengetahui dengan rinci proses
terjadinya menstruasi dan kehamilan yang benar dan lengkap.
b. Pemahaman / pengetahuan tentang kontrasepsi yang masih rendah,
kebanyakan masih banyak yang belum paham tentang cara
memakainya dengan benar, efek samping yang dapat ditimbulkan,
dan bagaimana jika terjadi efek samping.
c. Nasib Remaja Putri
Nilai-nilai patriarkhis yang berurat akar di masyarakat kita telah
meletakkan remaja putri jauh di luar jarak pandang kita dalam
kesehatan reproduksi. Undang-undang no. 20/ 1992 mentabukan
pula pemberian layanan KB untuk remaja putri yang belum menikah.
Bahkan mitos pun memojokkan remaja putri, untuk membujuk-paksa
mereka supaya bersedia berhubungan seks secara "suka-sama-suka",
bahwa hubungan seks yang hanya dilakukan sekali takkan
menyebabkan kehamilan. Berbagai metode kontrasepsi "fiktif" juga
beredar luas di kalangan remaja.  Ketika pencegahan gagal dan
berujung pada kehamilan, lagi-lagi remaja putri yang harus
bertanggung jawab.
Kehamilan yang tidak diinginkan terjadi karena :
1) Penundaan dan peningkatan jarak usia nikah dan semakin
dininya usia menstruasi pertama ( menarche ). Usia
menstruasi yang semakin dini dan usia kawin yang
semakin tinggi menyebabkan ‘ masa – masa rawan
semakin panjang. Hal ini terbukti dengan banyaknya
kasus hamil di luar nikah.
2) Kondisi kesehatan ibu yang tidak mengizinkannya untuk
hamil. Bila kehamilannya diteruskan, maka dapat
15

membahayakan keselamatan ibu dan bayinya.


3) Ketidaktahuan atau minimnya pengetahuan tentang
perilaku seksual yang dapat menyebabkan kehamilan.
Dan banyak mitos yang dipercaya oleh para remaja yang
belum ada penjelasan medisnya, seperti :
a) Satu kali sexual intercourse tidak akan hamil
b) Sesudah sexual intercourse vagina dicuci dengan
minuman berkarbonasi
c) Loncat – loncat sesudah sexual intercourse agar
tidak terjadi pembuahan
d) Minum pil tuntas untuk menggugurkan
kehamilan
e) Tidak tahu apa itu sexual intercourse (utamadi,
2007)
d. Adanya keadaan sosial yang tidak memungkinkan (misal ; incest)
e. Tidak menggunakan alat kontrasepsi selama melakukan hubungan
seksual.
f. Kegagalan alat kontrasepsi,
1) Kerusakan fisik
2) Kesalahan teknis
Untuk kasus remaja akibat mereka menggunakan alat
kontrasepsi tanpa disertai pengetahuan yang cukup tentang
metode kontrasepsi yang benar.  
g. Akibat pemerkosaan,
h. Dalam lingkungan yang tidak mengijinkan untuk terjadinya kehamilan
( misal; sekolah, training ).

3. DAMPAK KTD
Remaja dimungkinkan untuk menikah pada usia dibawah 20 tahun sesuai
dengan Undang – undang Perkawinan No. 1 Tahun 1979  bahwa usia minimal
menikah bagi perempuan adalah 16 tahun dan bagi laki – laki 18 tahun. Tingginya
angka pernikahan dini di Indonesia antara lain dipengaruhi budaya masyarakat
yang menganggap seorang perempuan telah siap menikah setelah memperoleh
menstruasi pertama.Bahkan,ada pula anggapan bila seorang perempuan yang
16

tidak segera menikah setelah memasuki usia 16 tahun merupakan aib keluarga.
Bagi keluarga miskin, perkawinan dini merupakan suatu kesempatan
untuk melepaskan tanggung jawab keluarga terhadap anak perempuan-nya dan
akan menjadi tambahan tenaga pencari nafkah bagi keluarga. Dari berbagai studi
yang dilakukan, ternyata tingkat pengetahuan masyarakat,baik orang
tua,anak,bahkan bidan maupun petugas kesehatan lapangan, terhadap kesehatan
reproduksi masih sangat rendah.
Perlu diingat beberapa hal sebagai berikut tentang kerugian dan bahaya
KTD pada remaja :
a. Karena remaja atau calon ibu merasa tidak ingin dan tidak siap untuk hamil
maka ia bisa saja tidak mengurus dengan baik kehamilannya. Yang
seharusnya ia mengkonsumsi minuman, makanan, vitamin yang bermanfaat
bagi pertumbuhan janin dan bayi nantinya bisa saja hal tersebut tidak
dilakukannya. Begitu pula ia bisa menghindari kewajiban untuk melakukan
pemeriksaan teratur pada bidan atau dokter. Dengan sikap – sikap tersebut
di atas sulit dijamin adanya kualitas kesehatan bayi yang baik.
b. Ibu muda pada waktu hamil sering mengalami ketidakteraturan tekanan
darah yang dapat berdampak pada keracunan kehamilan serta kekejangan
yang berakibat pada kematian.
c. Penelitian juga memperlihatkan bahwa kehamilan usia muda (dibawah 20
tahun) seringkali berkaitan dengan munculnya kanker rahim. Ini erat
kaitannya dengan belum sempurnanya perkembangan dinding rahim.
d. Sulit mengharapkan adanya perasaan kasih sayang yang tulus dan kuat dari
ibu yang mengalami KTD terhadap bayi yang dilahirkannya nanti. Sehingga
masa depan anak mungkin saja terlantar.
e. Tekanan lingkungan bisa terjadi pada remaja.
f.  Putus sekolah.
g. Mengakhiri kehamilannya atau sering disebut sebagai aborsi. Di Indonesia
aborsi dikatagorikan sebagai tindakan illegal atau melawan hukum. Karena
tindakan aborsi adalah illegal maka sering dilakukan secara sembunyi –
sembunyi dan karenanya dalam banyak kasus jauh dari jaminan kesehatan
( unsafe ).
Kehamilan sebelum pernikahan dan aborsi mengakibatkan stigma dan
pengalaman yang terjadi pada wanita single. Keluarga berencana yang
17

dilaksanakan pemerintah secara resmi tidak mengijinkan penyediaan


contrasepsi untuk perempuan dan lelaki yang belum menikah dan juga akses
terhadap pelayanan kesehatan reproduksi juga dibatasi. Perempuan yang
mengalami Kehamilan Tidak Diinginkan akan menghadapai berbagai masalah
antara lain :
1) Menghadapi rasa malu bagi individu dan keluarga
2) Kemungkinan “ pernikahan kompromi “.
3) Ditinggalkan pasangan.
4) Single Mother.
5) Stigma pada anak.
6) Pemutusan secara dini dari sekolah.
7) Pemutusan pemasukan dan pekerjaan ( Bennet, 2001 ).

4. TINDAKAN REMAJA KETIKA MENGALAMI KTD


Banyak sekali remaja yang mengalami Kehamilan Tidak Diinginkan ( KTD )
menangani masalah mereka sendiri secara diam – diam tanpa bantuan medis
maupun tanpa sepengetahuan orang tua mereka. Hal ini terjadi karena banyak
hal antara lain hukuman dari orang tua dan masyarakat sekitar lebih menakutkan
mereka daripada kekhawatiran terhadap tubuhnya sehingga banyak dari mereka
yang mengalami KTD memilih mengakhiri kehamilannya karena takut hukuman
dari orang tua dan masyarakat. Selain itu tindakan yang mereka lakukan mereka
anggap aman karena mereka mendapatkan informasi tersebut kurang akurat
( Zaenal, 2006 ).
Karena alasan itu pula orang pertama yang diberi tahu akan kehamilannya
bukanlah orang tua remaja putrid tetapi pacarnya. Mereka berharap sang pacar
bertanggung jawab atau ikut mencarikan solusi akan kehamilannya. Orang lain
yang diberi tahu selain sang pacar biasanya adalah sahabat terdekat.
Perempuan muda yang belum menikah hanya dapat melanjutkan
kehamilannya yang tidak diinginkan secara sah dengan melaksanakan pernikahan,
mereka terpaksa melakukan aborsi untuk menghindari bahaya bagi masa depan
mereka yang dikarenakan tidak terlaksananya pernikahan ( Bennet, 2001 ).
Kehamilan yang tidak diinginkan akan mendorong ibu untuk melakukan
tindakan pengguguran (aborsi). Salah satu masalah yang harus kita hadapi
bersama adalah tingginya angka aborsi di kalangan remaja. Tingkat aborsi di
18

Indonesia dalam setahunnya mencapai 2,3 juta dengan rincian 1 juta merupakan
aborsi spontan, 0,6 juta karena kegagalan KB dan 0,7 juta karena tidak pakai KB.
Dari jumlah tersebut lebih dari 50% merupakan abortus unsafe. Dengan melihat
angka tersebut diperkirakan banyak sekali aborsi yang dilakukan oleh bukan
pasangan suami isteri termasuk remaja yang belum menikah.
Reaksi awal remaja pada umumnya adalah keinginan dan usaha untuk
aborsi. Usaha aborsi awal itu menggunakan cara – cara yang bervariasi, mulai dari
self- treatment sampai meminta bantuan tenaga medis. Sebagian remaja ingin
mengakhiri kehamilan yang tidak diinginkan dengan cara – cara yang tidak aman
malah berbahaya bagi kesehatannya sendiri, misalnya :
a. Meminum ramuan atau jamu baik yang dibuat sendiri maupun yang dibeli
( minum jamu – jamu tradisional pelancar haid yang dijual bebas di
pasaran umum dengan dosis tinggi; dengan meminum ramuan tradisional
yang diracik sendiri seperti ragi tape dan air perasan buah nanas muda,
Cytotec produksi Searle Pfizer ( generic : misosprostol )- obat maag ).
b. Memijat peranakannya atau mencoba mengeluarkan janin dengan alat –
alat yang membahayakan dengan bantuan dukun pijat atau tukang urut
tradisional.
c. Meminum obat – obatan medis yang diberikan oleh dokter atau bidan
atau sepengetahuan mereka dari informasi yang didapatkan dari sumber
yang tidak bertanggung jawab.
Cara – cara tersebut di atas sangat membahayakan bagi kesehatan
perempuan yang mengalami KTD karena tindakan tersebut bisa
mengakibatkan perdarahan, infeksi hingga kematian si calon ibu. Jika
dengan cara – cara tersebut kehamilan tidak berhasil diakhiri
kemungkinan janin mengalami kecacatan mental maupun fisik dalam
masa pertumbuhannya. Konsekuensi lain adalah bahwa kehamilan tak
diinginkan mengakibatkan anak yang dilahirkan tidak bisa tumbuh
kembang optimal, sinyalemen Ninuk Widyantoro, psikolog YKP. Faktor
penyebabnya adalah jelas karena sang anak merasa tertolak secara
kejiwaan tentunya disamping akibat upaya – upaya penghentian KTD.
Dengan demikian maka perempuan dengan KTD perlu diberi konseling
( Utomo, 2001 ).
19

5. Pencegahan KTD
Pendidikan kesehatan reproduksi remaja, termasuk di dalamnya
informasi tentang keluarga berencana dan hubungan antargender, diberikan tak
hanya untuk remaja melalui sekolah dan media lain, tetapi juga untuk keluarga
dan masyarakat.
Meneruskan upaya meretas hambatan sosial budaya dan agama dalam
persoalan reproduksi dan seksualitas remaja, melibatkan kelompok masyarakat
yang lebih luas, seperti ulama-rohaniwan, petinggi adat untuk menilai,
merencanakan dan melaksanakan program yang paling tepat untuk kesehatan
reproduksi remaja, termasuk juga mendorong keterbukaan dan komunikasi dalam
keluarga.
Apa pun yang dirancang dengan baik takkan berjalan sempurna tanpa
kerja yang sungguh-sungguh untuk mendengar remaja kita, berupaya memenuhi
kebutuhan psikologisnya, memuaskan rasa ingin tahunya, sembari mengajari
mereka menjalani kehidupan dengan bertanggung jawab.
Pada remaja KTD dapat menjadi sesuatu yang sangat memalukan dan
dapat merusak masa depan mereka, oleh karena itu alangkah baiknya bila kita
dapat mencegah hal tersebut sebelum terjadi, Kehamilan Tidak Diinginkan dapat
dicegah dengan :
a. Cara paling efektif adalah dengan tidak melakukan hubungan seks
sebelum menikah.
b. Memanfaatkan waktu luang dengan melakukan kegiatan positif seperti
olahraga seni dan keagamaan.
c. Hindari perbuatan yang akan menimbulkan dorongan seksual, seperti
meraba tubuh pasangan atau menonton video porno.
d. Memperoleh informasi tentang manfaat dan penggunaan alat – alat
kontrasepsi.
e. Mendapatkan keterangan tentang kegagalan alat – alat kontrasepsi dan
cara – cara penanggulangannya.
f. Untuk pasangan yang sudah menikah seyogyanya memakai cara KB untuk
kegagalan yang rendah seperti sterilisasi, susuk KB, IUD dan suntikan
(Depkes, 2003 ).
20

6. PENANGGULANGAN KASUS KEHAMILAN PADA REMAJA


Memang kita tidak pernah menginginkan Kehamilan Tidak Diinginkan
terjadi pada remaja karena akan menimbulkan banyak dampak, apalagi
diperparah belum terbentuknya hubungan pernikahan pada remaja yang telah
hamil. Apabila Kehamilan Tidak Diinginkan terlanjur terjadi pada remaja, maka
ada beberapa hal yang bisa kita lakukan agar kehamilan yang terjadi tersebut
tidak berbahaya dan dapat diselesaikan dengan baik. Beberapa hal yang dapat
kita lakukan antara lain :
a. Bersikap bersahabat dengan remaja.
b. Memberikan konseling pada remaja.
c. Apabila ada masalah yang serius agar diberikan jalan keluar yang terbaik
dan apabila belum bisa terselesaikan supaya dikonsultasikan ke SpOG,
SpKK, psikolog, psikiater.
d. Memberikan alternatif penyelesaian yaitu :
1) Diselesaikan dengan kekeluargaan.
2) Segera menikah.
3) Konseling kehamilan dan persalinan.
4) Pemeriksaan kehamilan sesuai standart.
5) Bila ada gangguan kejiwaan rujuk ke psikiater.
6) Bila ada resiko tinggi kehamilan, rujuk ke SpOG.
7) Bila tidak terselesaikan dengan menikah, keluarga supaya
menerima dengan sebaik – baiknya.
8) Bila ingin menggugurkan, berikan konseling resiko pengguguran.
9) Persiapan mengikuti KB.

D. PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS)

1. PENGERTIAN PMS

Penyakit menular seksual atau PMS adalah berbagai infeksi yang dapat menular
dari satu orang ke orang yang lain melalui kontak seksual. Hampir seluruh PMS dapat
diobati. Namun, bahkan PMS yang mudah diobati seperti gonore telah menjadi
resisten terhadap berbagai antibiotik generasi lama. PMS lain, seperti herpes, AIDS,
21

dan kutil kelamin, seluruhnya adalah PMS yang disebabkan oleh virus, belum dapat
disembuhkan.

Beberapa dari infeksi tersebut sangat tidak mengenakkan, sementara yang


lainnya bahkan dapat mematikan. Sifilis, AIDS, kutil kelamin, herpes, hepatitis, dan
bahkan gonore seluruhnya sudah pernah dikenal sebagai penyebab kematian.
Beberapa PMS dapat berlanjut pada berbagai kondisi seperti Penyakit Radang Panggul
(PRP), kanker serviks dan berbagai komplikasi kehamilan. Sehingga, pendidikan
mengenai penyakit ini dan upaya-upaya pencegahan penting untuk dilakukan.

2. JENIS-JENIS PMS

a. Klamidia

Klamidia adalah PMS yang sangat berbahaya dan biasanya tidak menunjukkan
gejala; 75% dari perempuan dan 25% dari pria yang terinfeksi tidak menunjukkan
gejala sama sekali.

b. Gonore

Gonore adalah salah satu PMS yang sering dilaporkan, 40% penderita akan
mengalami Penyakit Radang Panggul (PRP) jika tidak diobati, dan hal tersebut
dapat menyebabkan kemandulan.

c. Hepatitis B

Vaksin pencegahan untuk penyakit Hepatitis B sudah ada, tapi sekali terkena
penyakit ini tidak dapat disembuhkan, dapat menyebabkan kanker hati.

d. Herpes

Gejala penyakit herpes yaitu terasa nyeri dan dapat hilang timbul; dapat diobati
untuk mengurangi gejala.

e. HIV/AIDS

HIV/AIDS dikenal pertama kali pada tahun 1984, AIDS adalah penyebab kematian
ke enam pada laki-laki dan perempuan muda. Virus ini fatal dan menimbulkan
rasa sakit yang cukup lama sebelum kemudian meninggal.

f. Human Papilloma Virus (HPV) dan Kutil kelamin


22

Human Papilloma Virus (HPV) dan kutil kelamin adalah PMS yang paling sering
menyerang, 33% dari perempuan memiliki virus ini, yang dapat menyebabkan
kanker serviks dan penis serta nyeri pada kelamin.
23

g. Sifilis
Sifilis jika tidak diobati dapat menyebabkan kerusakan otak dan hati yang serius.
h. Trikomoniasis
Trikomoniasis dapat menyebabkan keputihan yang berbusa atau tidak ada gejala
sama sekali. Pada perempuan hamil dapat menyebabkan kelahiran prematur.

3. DAMPAK PMS

Perempuan di bawah usia 16 tahun yang pernah melakukan hubungan seks


bebas akan beresiko tinggi terkena kanker serviks, beresiko tertular penyakit menular
seksual (PMS), mengalami Penyakit Radang Panggul (PRP) yang bisa menyebabkan
kemandulan. Terjadinya KTD (Kehamilan yang Tidak Diinginkan) hingga tindakan
aborsi yang dapat menyebabkan gangguan kesuburan, kanker rahim, cacat
permanen, bahkan berujung pada kematian.

Dampak psikologis yang sering kali terlupakan ketika terkena PMS adalah akan
selalu muncul rasa bersalah, marah, sedih, menyesal, malu, kesepian, tidak punya
bantuan, bingung, stres, benci pada diri sendiri, benci pada orang yang terlibat, takut
tidak jelas, insomnia (sulit tidur), kehilangan percaya diri, gangguan makan,
kehilangan konsentrasi, depresi, berduka, tidak bisa memaafkan diri sendiri, mimpi
buruk, merasa hampa, halusinasi, sulit mempertahankan hubungan/komunikasi
dengan sesama. Seorang remaja akan semakin nekat atau membangkang dan tidak
patuh lagi pada orang tua, terlibat konfrontasi dengan sanak saudara lainnya,
melemahkan perekonomian, produktivitas menurun, kondisi fisik dan mental yang
menurun karena takut akan hukuman Tuhan.

4. PENANGGULANGAN PMS

a. Penanggulangan PMS terhadap Diri Sendiri

Beberapa cara yang bisa dilakukan dalam rangka pencegahan penyakit menular
seksual adalah :
24

 Bersikap Setia dengan Pasangan

Yang menjadi penyebab dari PMS adalah karena berganti-ganti pasangan.


Berganti-ganti pasangan merupakan salah satu tren yang saat ini sudah
mewabah di masyarakat kota besar. Pemikiran-pemikiran seperti itulah yang
mendorong seseorang untuk terjun pada dunia hitam bernama pergaulan
bebas. Pencegahan PMS adalah dengan menghindari pergaulan bebas dan
bersikap setia dengan pasangan sah atau halal. Ingatlah akan dampak yang
akan diterima ketika keinginan untuk melakukan penyimpangan tersebut ada.
Dengan cara bersikap setia pada pasangan merupakan salah satu antisipasi
agar banyak orang yang terhindar dari PMS.

 Memastikan Jarum Suntik yang Kita Pakai Steril

Pencegahan PMS yang berikutnya adalah dengan cara memastikan jarum


suntik yang kita pakai steril dan tidak pernah dipakai oleh orang yang
mengidap PMS. Selain tertular lewat hubungan seksual, PMS juga ditularkan
melalui jarum suntik yang habis dipakai oleh pengidap PMS. Sebagai pasien,
kita berhak bertanya kepada dokter apakah jarum suntik yang dipakai steril.
Jangan segan-segan untuk meminta jarum suntik yang steril karena hal
tersebut adalah hak kita sebagai pasien.

 Menjaga Kesehatan Organ Intim

Pencegahan penyakit menular seksual berikutnya adalah berusaha untuk tetap


membersihkan organ intim dan menjaga kesehatannya. Kadang-kadang kita
mungkin sering sembrono dengan membiarkan begitu saja atau dibersihkan ala
kadarnya atas organ intim kita. Padahal tentunya organ intim membutuhkan
penanganan dan perawatan khusus. Ada ungkapan yang menyatakan bahwa
mencegah lebih baik daripada mengobati. Itu sebabnya pencegahan PMS
merupakan langkah yang paling tepat daripada mengobati. Pencegahan artinya
waspada sedangkan mengobati berarti memperbaiki sesuatu yang sudah rusak.
25

 Perkuat Sistem Kekebalan Tubuh


Perkuat sistem kekebalan tubuh dengan gaya hidup sehat, konsumsi
sayur-sayuran dan buah-buahan tinggi vitamin C/D/E, rutin berolahraga, dan
pola hidup yang teratur.
 Lakukan Pemeriksaan Kesehatan
Lakukan pemeriksaan kesehatan rutin bila termasuk aktif secara seksual
dan terindikasi melakukan hubungan seks tidak aman.
b. Pencegahan PMS terhadap Keluarga
Keluarga menjadi salah satu kelompok tempat yang paling efektif dalam
penanggulangan PMS. Memberikan pemahaman akan dampak yang diakibatkan oleh
PMS di dalam keluarga memberikan pengertian pengaruh yang sangat besar.
Keluarga harus menganggap masalah PMS menjadi hal yang penting sehingga
keharmonisan berumah tangga dapat terjaga dan terhindar dari PMS. Beberapa hal
yang dapat dilakukan di keluarga :
 Pencegahan non-seksual dapat dilakukan dengan mengadakan pemeriksaan
donor darah sehingga darah akan terbebas dari HIV/AIDS.
 Penyuluhan yang intensif tentang bahaya penyakit HIV/AIDS, PMS sangat
penting. Hindari seks bebas dan narkoba yang akan merusak generasi muda
bangsa.
c. Penanggulangan PMS terhadap Masyarakat
 Penyuluhan yang intensif tentang bahaya penyakit PMS sangat penting. Hindari
seks bebas dan narkoba yang akan merusak generasi muda bangsa.
 Memberikan penyuluhan akan bahayanya penyakit PMS untuk itu mereka harus
mengerti akan arti pentingnya pencegahan PMS.
 Memberitahu bagaimana cara-cara dalam pencegahan PMS.
 Memberitahukan akan arti pentingnya pencegahan PMS.
 Memberikan kesadaran akan arti pentingnya sikap setia.
 Memberikan kesadaran apa akibat bila berganti-ganti pasangan.Memberikan
kesadaran apa akibat bila tidak bisa menjaga kebersihan organ intim.
26

5. FAKTOR PENGHAMBAT PROSES PENCEGAHAN PMS

Adapun hal-hal yang bisa menghambat proses pencegahan penyakit menular


seksual adalah :

 Banyaknya masyarakat yang belum terlalu yakin akan pengetahuan mengenai


PMS. Mereka masih menganggap bahwa PMS adalah penyakit biasa yang tidak
berisiko.

 Banyak profesi-profesi yang melibatkan hal-hal yang bersifat vulgar dan profesi
tersebut tidak bisa dibabat habis bahkan makin bertambah dari waktu ke waktu.

 Masyarakat yang kurang mendukung pelaksanaan program tersebut karena


kurangnya pengetahuan dan terbatasnya pendidikan.

 Banyak orang-orang yang masih menyepelekan masalah penyakit menular


seksual.

 Banyak orang yang masih berpikiran bahwa PMS bisa disembuhkan sehingga
mereka masih menganggap PMS bukanlah masalah yang serius.

 Banyak orang-orang yang baru sadar akan kesalahannya ketika mereka berbuat
salah atau dengan kata lain menyesal kemudian dan tidak ada gunanya.

 Kurang adanya motivasi yang kuat dari beberapa kelompok masyarakat untuk
mencegahnya.

 Sesungguhnya pencegahan penyakit menular seksual merupakan langkah yang


tepat bila seseorang ingin hidupnya terhindar dari masalah PMS.
27

E. ABORSI

1. PENGERTIAN

Aborsi adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan atau biasa disebut keguguran, kehamilan yang tidak diinginkan sebagian
besar diselesaikan dengan aborsi. Meskipun ada sebagian besar yang melanjutan
kehamilannnya perdebatan tentang aborsi pada umumnya didasari anggapan bahwa
aborsi adalah identik dengan pembunuhan karena janin dianggap sebagaiu makhluk
yang bernyawa.

Aborsi merupakan upaya terminasi kehamilan dengan alasan sosial, ekonomi dan
kesehatan. Secara medis, aborsi adalah berakhir atau gugurnya kehamilan sebelum
kandungan mencapai usia 20 minggu, yaitu sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan secara mandiri.

2. MACAM-MACAM ABORSI

a. Abortus spontaneous (yang tidak disengaja) terjadi apabila ibu mengalami


trauma berat akibat penyakit menahun, kelainan saluran reproduksi, atau
kondisi patologis lainnya.

b. Abortus provocatus (buatan) ialah pengguguran kandungan yang dilakukan


secara sengaja. Pengguguran jenis ini dibedakan lagi menjadi dua bagian, yaitu :

1) Abortus provocatus therapeuticus yaitu jika terdapat indikasi bahwa


kehamilan dapat membahayakan atau mengancam nyawa ibu apabila
kehamilan itu berlanjut.

2) Abortus provocatus criminalis yaitu pengguguran kandungan yang dilakukan


secara sengaja tanpa mempunyai alasan kesehatan (medis).

3. PENYEBAB ABORSI

a. Faktor pertumbuhan hasil konsepsi

Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menimbulkan kematian janin cacat


bawaan yang menyebabkan hasil konsepsi di keluarkan.
28

b. Kelainan pada plasenta

1) Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab sehingga plasenta tidak


dapat berfungsi.
2) Gangguan pembuluh darah plasenta, diantaranya pada diabetes melitus.
3) Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah plasenta sehingga
menimulkan gangguan.

c. Penyakit ibu
Penyakit ibu dapat secara langsung mengganggu pertumbuhan janin
dalam kandungan melalui plasenta. Penyakit infeksi seperti pneumonia, tifus
abdominalis, malaria, asites, anemia. Penyakit menahun, seperti hipertensi,
penyakit ginjal, penyakit hati, dll.

d. Kelainan yang terdapat dalam rahim.

4. AKIBAT ABORSI

a. Risiko Kesehatan dan Keselamatan Fisik

 Kematian mendadak karena perdarahan hebat


 Kematian secara lambat akibat infeksi serius di sekitar kandungan.
 Rahim yang sobek (uterine perforation).

b. Risiko psikologis

 Perasaan sedih karena kehilangan bayi.


 Beban batin akibat timbulnya perasaan bersalah.
 Penyesalan yang dapat mengakibatkan depresi.
 Kehilangan harga diri.
 Trauma berhubungan seksual.
 Hilangnya kepercayaan diri.

c. Risiko psikososial

 Diasingkan oleh masyarakat.


 Tekanan dari masyarakat akan keberadaannya.
29

 Dikucilkan dari keluarga.


 Mendapat celaan dari orang-orang di sekitar.

d. Risiko masa depan remaja dan janin yang dikandung

 Timbulnya gangguan kesuburan atau infertilitas.


 Menjalani hidup di penjara bila diketahui melakukan aborsi.
 Masa depan yang suram.
 Masa depan janin sendiri terputus seketika saat aborsi itu dilakukan.

5. KOMPLIKASI ABORSI

a. Infeksi

infeksi lebih sering terjadi pada abortus buatan, dimana pada saat tindakan
dilakukan tidak memperhatikan asepsis dan antisepsis.

b. Perdarahan

Abortus biasanya disertai perdarahan, perdarahan bisa sedikit / banyak


perdarahan akan bertambah banyak jika masih ada sisa hasil konsepsi.

c. Perforasi/ perlukaan

Perforasi yang terjadi ada waktu dilatasi dan kuretase yang dilakukan oleh tenaga
yang tidak ahli.

d. Syock

syock pada abortus bisa terjadai disbabkan oleh : perdarahan yang banyak
(Haemorragic), infeksi berat.

F. NAPZA

1. PENGERTIAN

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,
baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan
30

(Undang-Undang No. 35 tahun 2009). Narkotika digolongkan menjadi tiga golongan


sebagaimana tertuang dalam lampiran 1 undang-undang tersebut. Yang termasuk
jenis narkotika adalah :

a. Tanaman papaver, opium mentah, opium masak (candu, jicing, jicingko),


opium obat, morfina, kokaina, ekgonina, tanaman ganja, dan damar ganja.

b. Garam-garam dan turunan-turunan dari morfina dan kokaina, serta


campurancampuran dan sediaan-sediaan yang mengandung bahan tersebut
di atas.

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika,
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan perilaku (Undang-Undang No.
5/1997). Terdapat empat golongan psikotropika menurut undang-undang tersebut,
tetapi setelah diundangkannya UU No. 35 tahun 2009 tentang narkotika, maka
psikotropika golongan I dan II dimasukkan ke dalam golongan narkotika. Dengan
demikian saat ini apabila bicara masalah psikotropika hanya menyangkut
psikotropika golongan III dan IV sesuai Undang-Undang No. 5/1997. Zat yang
termasuk psikotropika antara lain :

a. Sedatin (Pil BK), Rohypnol, Magadon, Valium, Mandrax, Amfetamine,


Fensiklidin, Metakualon, Metifenidat, Fenobarbital, Flunitrazepam, Ekstasi,
Shabu-shabu, LSD (Lycergic Syntetic Diethylamide) dan sebagainya.

Bahan Adiktif berbahaya lainnya adalah bahan-bahan alamiah, semi sintetis


maupun sintetis yang dapat dipakai sebagai pengganti morfina atau kokaina yang
dapat mengganggu sistem saraf pusat, seperti :

a. Alkohol yang mengandung ethyl etanol, inhalen/sniffing (bahan pelarut)


berupa zat organik (karbon) yang menghasilkan efek yang sama dengan yang
dihasilkan oleh minuman yang beralkohol atau obat anaestetik jika aromanya
dihisap. Contoh: lem/perekat, aceton, ether dan sebagainya.

Di Indonesia, pencandu narkoba ini perkembangannya semakin pesat. Para


pencandu narkoba itu pada umumnya berusia antara 11 sampai 24 tahun. Artinya
usia tersebut ialah usia produktif atau usia pelajar.Pada awalnya, pelajar yang
mengonsumsi narkoba biasanya diawali dengan perkenalannya dengan rokok. Karena
31

kebiasaan merokok ini sepertinya sudah menjadi hal yang wajar di kalangan pelajar
saat ini. Dari kebiasaan inilah, pergaulan terus meningkat, apalagi ketika pelajar
tersebut bergabung ke dalam lingkungan orang-orang yang sudah menjadi pencandu
narkoba. Awalnya mencoba, lalu kemudian mengalami ketergantungan. Saat ini
bahaya dan dampak narkoba atau narkotika dan obat-obatan pada kehidupan dan
kesehatan pecandu dan keluarganya semakin meresahkan. Bagai dua sisi mata uang
narkoba menjadi zat yang bisa memberikan manfaat dan juga merusak kesehatan.
Seperti yang sudah diketahui, ada beberapa jenis obat-obatan yang termasuk ke
dalam jenis narkoba yang digunakan untuk proses penyembuhan karena efeknya
yang bisa menenangkan. Namun jika dipakai dalam dosis yang berlebih, bisa
menyebabkan kecanduan. Penyalahgunaan ini mulanya karena si pemakai merasakan
efek yang menyenangkan. Dari sinilah muncul keinginan untuk terus menggunakan
agar bisa mendapatkan ketenangan yang bersifat halusinasi. Meski dampak narkoba
sudah diketahui oleh banyak orang, tetap saja tidak mengurangi jumlah pemakainya.
Bahaya narkoba hingga menjadi kecanduan tersebut memang bisa disembuhkan,
namun akan lebih baik jika berhenti menggunakannya sesegera mungkin atau tidak
memakai sama sekali.

2. JENIS-JENIS NARKOBA

Menurut UU RI No 22 / 1997, Narkotika adalah: zat atau obat yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantunganNarkotika
sendiri dikelompokkan lagi menjadi :

a. Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan


pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta
mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh:
Heroin, Kokain, Ganja.

b. Golongan II: Narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan sebagai


pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi
mengakibatkan ketergantungan. Contoh: Morfin, Petidin.

c. Golongan III: Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan


dalam terapi dan/ atau tujuan pengebangan ilmu pengetahuan serta
32

mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh: Codein.

Menurut UU RI No 5 / 1997, Psikotropika adalah: zat atau obat, baik alamiah


maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui
pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan
khas pada aktifitas mental dan perilaku. Psikotropika terdiri dari 4 golongan :

a. Golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu


pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi
kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: Ekstasi.

b. Golongan II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan


dalan terapi dan/ atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh:
Amphetamine.

c. Golongan III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak


digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Contoh: Phenobarbital.

d. Golongan IV: Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas


digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Contoh: Diazepam, Nitrazepam (BK, DUM).

Yang termasuk Zat Adiktif lainnya adalah bahan atau zat yang
berpengaruh psikoaktif diluar Narkotika dan Psikotropika, meliputi: Minuman
Alkohol, mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan
susunan saraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia
sehari – hari dalam kebudayaan tertentu. Jika digunakan bersamaan dengan
Narkotika atau Psikotropika akan memperkuat pengaruh obat / zat itu dalam
tubuh manusia. Ada 3 golongan minuman beralkohol :

a. Golongan A: kadar etanol 1-5 % (Bir)

b. Golongan B: kadar etanol 5-20 % (Berbagai minuman anggur)

c. Golongan C: kadar etanol 20-45 % (Whisky, Vodca, Manson House, Johny


Walker)

Dalam upaya penanggulangan Narkoba di masyarakat, pemakaian rokok dan


33

alkohol terutama pada remaja, harus menjadi bagian dari upaya pencegahan,
karena rokok dan alkohol sering menjadi pintu masuk penyalahgunaan
Narkoba lain yang berbahaya. Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang
ditimbulkan dari Narkoba dapat digolongkan menjadi 3 golongan :

a. Golongan Depresan (Downer), adalah jenis Narkoba yang berfungsi


mengurangi aktifitas fungsional tubuh. Jenis ini membuat pemakainya
menjadi tenang dan bahkan membuat tertidur bahkan tak sadarkan diri.
Contohnya: Opioda (Morfin, Heroin, Codein), sedative (penenang), Hipnotik
(obat tidur) dan Tranquilizer (anti cemas).

b. Golongan Stimulan (Upper), adalah jenis NARKOBA yang merangsang


fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan kerja. Jenis ini menbuat
pemakainnya menjadi aktif, segar dan bersemangat. Contoh: Amphetamine
(Shabu, Ekstasi), Kokain.

c. Golongan Halusinogen, adalah jenis NARKOBA yang dapat menimbulkan


efek halusinasi yang bersifat merubah perasaan, pikiran dan seringkali
menciptakan daya pandang yang berbeda sehingga seluruh persaan dapat
terganggu. Contoh: Kanabis (ganja).

3. PENYEBAB PENYALAHGUNAAN NARKOBA PADA GENERASI MUDA

Penyebab penyalahagunaan narkoba pada generasi muda dapat disebabkan oleh


banyak faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Faktor-faktor tersebut sebagai
berikut :

a. Faktor Internal : faktor yang berasal dari diri seseorang.

 Keluarga : Jika hubungan dengan keluarga kurang harmonis (Broken


Home) maka seseorang akan mudam merasa putus asa dan Frustasi.
Akibat lebih jauh, orang akhirnya mencari kompensasi diluar rumah
dengan menjadi konsumen narkoba.

 Ekonomi : Kesulitan mencari pekerjaan menimbulkan keinginan untuk


bekerja menjadi pengedar narkoba. Seseorang yang ekonomi cukup
mampu, tetapi kurang perhatian yang cukup dari keluarga atau masuk
dalam lingkungan yang salah lebih mudah terjerumus jadi pengguna
narkoba.

 Kepribadian : Apabila kepribadian seseorang labil, kurang baik, dan


34

mudah dipengaruhi orang lain maka lebih mudah terjerumus kejurang


narkoba.

b. Faktor Eksternal : Berasal dari luar seseorang. Faktor yang cukup kuat
mempengaruhi seseorang.

 Pergaulan : Teman sebaya mempunyai pengaruh cukup kuat bagi


terjerumusnya seseorang kelembah narkoba, biasanya berawal dari ikut-
ikutan teman. Terlebih bagi seseorang yang memiliki mental dan
keperibadian cukup lemah, akan mudah terjerumus.

 Sosial /Masyarakat : Lingkungan masyarakat yang baik terkontrol dan


memiliki organisasi yang baik akan mencegah terjadinya
penyalahgunaan narkoba.

Kebanyakan zat dalam narkoba sebenarnya digunakan untuk


pengobatan dan penelitian. Tetapi karena berbagai alasan – mulai dari
keinginan untuk coba-coba, ikut trend/gaya, lambang status sosial, ingin
melupakan persoalan, dan lain lain, maka narkoba kemudian
disalahgunakan. Penggunaan terus menerus dan berianjut akan
menyebabkan ketergantungan atau dependensi, disebut juga
kecanduan. Tingkatan penyalahgunaan biasanya sebagai berikut :

1) Coba-coba

2) Senang-senang

3) Menggunakan pada saat atau keadaan tertentu

4) Penyalahgunaan

5) Ketergantungan

3. DAMPAK NEGATIF PENYALAHGUNAAN NARKOBA BAGI GENERASI MUDA

Bila narkoba digunakan secara terus menerus atau melebihi takaran yang
telah ditentukan akan mengakibatkan ketergantungan. Kecanduan inilah yang
akan mengakibatkan gangguan fisik dan psikologis, karena terjadinya kerusakan
pada sistem syaraf pusat (SSP) dan organ-organ tubuh seperti jantung, paru-paru,
hati dan ginjal.

Dampak penyalahgunaan narkoba pada seseorang sangat tergantung


pada jenis narkoba yang dipakai, kepribadian pemakai dan situasi atau kondisi
35

pemakai. Secara umum, dampak kecanduan narkoba dapat terlihat pada fisik,
psikis maupun sosial seseorang.

a. Dampak Fisik :

 Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti: kejang-kejang,


halusinasi, gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi .

 Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti:


infeksi akut otot jantung, gangguan peredaran darah.

 Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti: penanahan (abses), alergi,


eksim.

 Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti: penekanan fungsi


pernapasan, kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru

 Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu tubuh


meningkat, pengecilan hati dan sulit tidur

 Dampak terhadap kesehatan reproduksi adalah gangguan padaendokrin,


seperti: penurunan fungsi hormon reproduksi (estrogen, progesteron,
testosteron), serta gangguan fungsi seksual

 Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara


lain perubahan periode menstruasi, ketidakteraturan menstruasi, dan
amenorhoe (tidak haid)

 Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian


jarum suntik secara bergantian, risikonya adalah tertular penyakit
seperti hepatitis B, C, dan HIV yang hingga saat ini belum ada obatnya

 Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi Over Dosis


yaitu konsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk
menerimanya. Over dosis bisa menyebabkan kematian.

b. Dampak Psikis dan Sosial bagi pemakai narkoba antara lain :

 Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah.

 Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga.

 Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal.

 Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan.


36

 Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri.

 Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan.

 Merepotkan dan menjadi beban keluarga.

 Pendidikan menjadi terganggu, masa depan suram.

4. PENCEGAHAN TERHADAP PENYALAHGUNAAN NARKOBA PADA GENERASI


MUDA

Upaya pencegahan terhadap penyebaran narkoba di kalangan pelajar, sudah


seyogianya menjadi tanggung jawab kita bersama. Dalam hal ini semua pihak
termasuk orang tua, guru, dan masyarakat harus turut berperan aktif dalam
mewaspadai ancaman narkoba terhadap anak-anak kita. Adapun upaya-upaya yang
lebih kongkret yang dapat dilakukan adalah melakukan kerja sama dengan pihak yang
berwenang untuk melakukan penyuluhan tentang bahaya narkoba, atau mungkin
mengadakan razia mendadak secara rutin. Kemudian pendampingan dari orang tua
siswa itu sendiri dengan memberikan perhatian dan kasih sayang. Pihak sekolah
harus melakukan pengawasan yang ketat terhadap gerak-gerik anak didiknya, karena
biasanya penyebaran (transaksi) narkoba sering terjadi di sekitar lingkungan sekolah.
Yang tak kalah penting adalah, pendidikan moral dan keagamaan harus lebih
ditekankan kepada siswa.

Banyak hal yang masih bisa dilakukan untuk mencegah remaja menyalahgunakan
narkoba dan membantu remaja yang sudah terjerumus penyalahgunaan narkoba.
Ada tiga tingkat intervensi, yaitu :

a. Primer, sebelum penyalahgunaan terjadi, biasanya dalam bentuk pendidikan,


penyebaran informasi mengenai bahaya narkoba, pendekatan melalui keluarga, dll.
Instansi pemerintah, seperti halnya BKKBN, lebih banyak berperan pada tahap
intervensi ini. kegiatan dilakukan seputar pemberian informasi melalui berbagai
bentuk materi KIE yang ditujukan kepada remaja langsung dan keluarga.

b. Sekunder, pada saat penggunaan sudah terjadi dan diperlukan upaya


penyembuhan (treatment). Fase ini meliputi: Fase penerimaan awal
(initialintake)antara 1 – 3 hari dengan melakukan pemeriksaan fisik dan mental, dan
Fase detoksifikasi dan terapi komplikasi medik, antara 1 – 3 minggu untuk melakukan
pengurangan ketergantungan bahan-bahan adiktif secara bertahap.
37

c. Tersier, yaitu upaya untuk merehabilitasi merekayang sudah memakai dan dalam
proses penyembuhan. Tahap ini biasanya terdiri atas Fase stabilisasi, antara 3-12
bulan, untuk mempersiapkan pengguna kembali ke masyarakat, dan Fase sosialiasi
dalam masyarakat, agar mantan penyalahguna narkoba mampu mengembangkan
kehidupan yang bermakna di masyarakat. Tahap ini biasanya berupa kegiatan
konseling, membuat kelompok-kelompok dukungan, mengembangkan kegiatan
alternatif, dll.
38

BAB III

KESIMPULAN

Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang
utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan
dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya.

Masa remaja seringkali dikenal dengan masa mencari jati diri. Remaja pada umumnya
memiliki rasa ingin tahu yang tinggi sehingga seringkali ingin mencoba-coba. Banyak sekali
permasalahan dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Kesehatan Reproduksi Remaja,
diantaranya Kehamilan Tidak Diinginkan / KTD, Aborsi, Penyakit Menular Seksual, Penyalahgunaan
NAPZA.

KTD atau kehamilan tidak diinginkan adalah suatu kondisi pasangan yang tidak
menghendaki adanya kehamilan yang merupakan akibat dari suatu perilaku seksual baik secara
sengaja maupun tidak sengaja. Kondisi tersebut dapat menimpa siapa saja, baik yang sudah
menikah maupun belum, baik remaja, pasangan muda, ibu – ibu setengah baya, dan dari
golongan mana pun. Banyak remaja yang mengira bahwa kehamilan tidak akan terjadi pada
intercourse (senggama) yang pertama kali atau mereka merasa bahwa dirinya tidak akan pernah
terkena Penyakit Menular Seksual (PMS). Biasanya untuk mengatasi masalah kehamilan yang
tidak diinginkan tersebut mereka menempuh jalan Aborsi.

Infeksi menular seksual (IMS) merupakan sekelompok infeksi yang saat ini bertanggung
jawab terhadap sejumlah besar morbiditas dan mortalitas di negara berkembang, karena IMS
memiliki peran dalam memfasilitasi transmisi human immonodeficiency virus (HIV) serta
memberikan dampak negatif yang signifikan terhadap kesehatan reproduksi dan anak-anak.

Terjadinya penyalahgunaan narkoba pada generasi muda dapat disebabkan oleh dua
faktor yakni : faktor internal dan eksternal. Tetapi pada akhirnya narkoba hanya menghancurkan
masa depan, sehingga dibutuhkan kepedulian orang tua, insan pendidik, tokoh masyarakat dan
instansi pemerintahan dalam membina generasi muda. Agar mereka bisa bebas dari bahaya
narkoba. Sebagai anak bangsa yang menjadi tumpuan orangtua, masyarakat, negara dan agama
sudah saatnya kita berkata,”Katakan tidak pada Narkoba” atau say “ No To Drugs”. Dengan tidak
terjebak pada penyalahgunaan narkoba kita bisa lebih berprestasi dan mandiri. Jangan kita sia-
siakan masa depan yang lebih baik hanya karena ingin mendapat kenikmatan sesaat yang dapat
39

mengahancurkan fisik dan menganggu kesehatan mental dengan mencoba coba menggunakan
narkoba.

Dengan mengetahui tentang kesehatan reproduksi remaja secara benar, kita dapat
menghindari melakukan perbuatan negatif seperti perilaku seks pranikah, penularan penyakit
menular seksual, aborsi, kehamilan diluar nikah, penggunaan NAPZA yang berakibat pada masa
depan yang suram.
40

DAFTAR PUSTAKA

Lumi, Freike, dkk. 2016. Kesehatan Reproduksi Dan Pelayanan Keluarga Berencana (KB). Bogor : In
Media.

Setiyaningrum, Erna. 2016. Pelayanan Keluarga Berencana Dan Kesehatan.

Varney, Hellen. 2017. Buku Ajar Asuhan Kebidanan . Jakarta : ECG

Ida Bagus Gde manuaba. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. EGC; Jakarta; 2015

Soekidjo, Notoatmojo. (2015). Kesehatan Masyarakat, edisi ke 11. Jakarta : Rineka

Anda mungkin juga menyukai