Oleh :
Dewi Ayunda
Email: ayundadewi200@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan nilai sosial dan nilai norma yang
terdapat dalam novel Padma karya Rasdianaisyah.
Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan yakni mengumpullkan data
dari sumber yang ada hubungannya dengan penulisan artikel ini. Sumber data
pada penelitian ini adalah keseluruhan isi cerita dalam novel Padma karya
Rasdianaisyah yang menyangkut nilai sosial dan kependidikan. Adapun teknik
yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis. Berdasarkan hasil
analisis data yang dihimpun, peneliti menemukan dan menunjukkan bahwa novel
Padma karya Rasdianaisyah mengandung masalah sosial seperti: Disorginasisasi
masyarakat, masalah sosial dan kasta dan masalah kesenjangan Kasta Sosial
diantara masyarakat berada dan masyarakat biasa.
Kata kunci: nilai sosial, nilai norma
PENDAHULUAN
1
Jejak Langkah merupakan novel ketiga dari Pramoedya Ananta Toer.
Novel ini menceritakan tentang awal munculnya gerakan sosial modern di Hindia.
Jejak langkah merupakan novel ketiga dari tetralogi buru yang diterbitkan pada
tahun 1985 dan sudah dicetak sebanyak sembilan kali dan diterbitkan oleh Lentera
Dipantara. Novel ini sudah beberapakali diterbitkan oleh berbagai versi misalnya
edisi Amsterdam dengan judul Voetsporen pada tahun 1989-1991, ada pula edisi
Jerman dengan judul Spur Der Scritte pada tahun 2002 dan lain sebagainya.
Tetralogi ini mengambil latar belakang gerakan nasional pada era kolonial,
Jejak Langkah menceritakan gerakan perlawanan yang dilakukan pribumi. Kisah
Minke dalam Jejak Langkah dilatarbelakangi tempat di Betawi, tempat ia
melahirkan dan menjalankan Medan Priyayi, media pertama di Hindia. Dalam
cerita ini, Minke memiliki peranan penting dalam perkembangan media dan
organisasi yang ia rintis. Jejak Langkah mengisahkan benih-benih awal
pergerakan nasional Indonesia. Melalui Minke, pembaca diperlihatkan proses
lahir dan berkembangnya organisasi-organisasi generasi pertama pergerakan kaum
pribumi di Hindia.
KAJIAN TEORI
2
penelitian yang relevan. Oleh karena itu, penelitian ini akan menggunakan teori
yang dikemukakan oleh Soekanto diatas.
METODE PENELITIAN
Berikut temuan masalah sosial yang terdapat dalam novel Jejak Langkah
karya Pramudya Ananta Toer :
a. Disorganisasi keluarga
3
"Tapi ada kekuatan besar penelan kebajikan tapi enggan
terbagi." (Minke)
"Bunda, sahaya akan jadi dalang yang tidak salah itu." (hal. 85)
4
"Tetap, Tuan, hanya waktunya belum tepat." (hal.
539-540)
c. Masalah Peperangan
d. Masalah Pendidikan
Masalah pendidikan dalam novel ini dibuat ileh Pramoedya Ananta Toer
cukup rumit. Generasi muda dalam novel ini dibodoh-bodohi oleh orang belanda
ketika ingin menimbang pendidikan. Berikut kutipannya :
5
"Setiap permulaan memang sulit. Dengan memulai
setengah pekerjaan sudah selesai, kata pepatah” (Van
Heutsz, 264)
Generasi yang dimatangkan oleh proses dialektika itu adalah Minke salah
satunya. Minke sebagai seorang tokoh sentral dalam novel itu, hidup pada masa
dimana pertentangan-pertentangan ini kian menjadi matang. Proses dimana
ketegangan antar satu kutub nilai dan kepentingan dengan nilai dan kepentingan
yang lain sedang mencapai puncaknya. Minke berusaha menggerakkan generasi
muda agar berani maju untuk bangsa. Minke ingin generasi muda bukan hanya
ingin bekerja saja, tetapi juga peduli kepada negerinya.
Deskripsi berikut ini akan mengilustrasikan bagaimana proses dialektika
terjadi dalam perjalan sejarah, baik dialami individu maupun secara kolektif,
digambarkan Pramoedya Ananta Toer dalam Jejak Langkah. Novel ini dirancang
sedemikian rupa oleh Pramoedya Ananta Toer untuk menunjukkan proses sejarah
yang selalu bergerak sesuai hukum materialisme dialektis. Gerak sejarah yang
selalu merupakan perbenturan antarkutub yang bertentangan kepentingan,
dieksplorasi secara lebih natural dalam Jejak Langkah.
Di bagian yang paling awal novel Jejak Langkah kita sudah dengan mudah
menemukan proses dialektika, yakni dialektika antara modernitas dan tradisi
feodalistik. Tradisi feodalistik telah mencengkeram bangsa berabad-abad,
memandang sejarah serba harmonis, metafisik, fatalistik dan bahkan irrasional.
Sementara di sisi lain kolonialisme yang berdampak pada modernisasi dan
modernitas di satu sisi, mengagungkan individualisme dan kemenangan logika
kapitalisme.
Proses dialektika antara kehidupan feodalisme-tradisional dengan segala
atribut irrasionalitas, mitos dan lain sebagainya disatu sisi, sebagai tesa, di
perlawankan dengan kehidupan modern, yang diyakini penuh dengan rasionalitas
dan sebuah zaman baru sebagai anti-tesa. Kesadaran Minke sebagai manusia yang
terlahir dalam suasana yang demikian, ditunjukkan dengan berbagai pernyataan,
dan renungan terhadap kehidupan di sekitarnya.
6
Pramoedya Ananta Toer melihat bahwa dalam alam sadar masyarakat
pribumi yang masih feodal sejarah penuh mitos, dan pandangan-pandangan
irasional yang kadangkala sangat menjebak. Akhirnya yang terjadi adalah sejarah
dipandang sebagai sesuatu yang instan, peristiwa tiba-tiba dan given/turun dari
langit, dan muncul tanpa proses panjang. Hal itu ditunjukkan dalam sebuah
renungan Minke, berikut beberapa kuitipan :
7
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Herman J. Waluyo. 2011. Pengkajian dan Apresiasi Prosa Fiksi. Surakarta : UNS
Press.
Pramoedya Ananta Toer, 2005, Bumi Manusia, Jakarta Timur, Lentera Nusantara
Hayati, Yenni. 2012. Dunia perempuan dalam karya sastra perempuan Indonesia
(Kajian Feminisme). Humanus. 9(1)