Anda di halaman 1dari 10

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester

Mata Kuliah BAHASA INDONESIA

“CERPEN INEM ”

Karya : Pramoedya Ananta Toer

Oleh:

Agnestien Tantriasih (180210204281)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Cerpen atau cerita pendek merupakan karya sastra berupa tulisan yang
bertujuan untuk mengembangkan imajinasi kita serta dapat menyuguhkan
pengalaman tentunya yang berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia. Bisa
berupa perkawinan, percintaan , tradisi , agama, social , politik, dan yang lainnya.
Jadi, tidak mengherankan kalau orang yang membacanya itu sedang melihat
pengalaman cerita yang pernah di lakukan didalam kehidupan. Adanya perubahan
pada struktur suatu benda atau aktivitas adalah hal yang perlu diperhatikan dalam
strukturalisme. Akan tetapi, perubahan tersebut merupakan proses transformasi
bukanlah perubahan keseluruhan. Dalam proses ini elemen-elemen yang lama
masih dipertahankan dan hanya bagian-bagian tertentu saja dari suatu struktur
yang berubah sementara. Pada teori ini lebih berfokus kepada kajian hubungan
antara unsur-unsur dalam sebuah karya sastra, dimana unsur-unsur tersebut
merupakan unsur pembangun karya sastra tersebut.
Konsep oposisi biner awalnya di teorikan oleh Ferdinan de Saussure.
Tetapi antropologstrukturalis Claude Levi-Strauss yang membuatnya menjadi
sangat berpengaruh dengan adanya teori-teori bahasa Saussure sebagai sistem
struktural. Menurut Strauss oposisi biner merupakan struktur yang mengatur
sistem pemaknaan terhadap budaya dan tempat tinggal. Levi-Strauss, dengan teori
strukturalisme, berusaha memahami nalar atau pikiran bawah sadar manusia
dalam menjalani hidup. Sedangkan media yang digunakan untuk memahami nalar
tersebut yaitu mitos yang diyakini kebenarannya. Struktur bawah sadar ini dapat
menghadirkan berbagai fenomena budaya. Sistem kekerabatan misalnya,
merupakan hasil nalar untuk menjalani kehidupan. Sistem kekerabatan nalar
manusia muncul karena adanya persamaan pola pikir dalam bernarasi secara
imajiner. Contoh sistem kekerabatan muncul dalam berbagai cerita. Misalnya :
Ada seorang putri yang dibuang dan bertemu dengan pangeran tampan, ataupun
sebaliknya seorang putra raja yang dibuang dan menemukan pujaan hati.
Contohnya pada cerpen yang berjudul “Inem” karya Pramoedya Ananta
Toer menjelaskan tentang kisah gadis kecil yang menikah di usia muda. Inem
dinikahkan oleh orang tuanya pada usia sangat muda yaitu umur delapan tahun,
watak si inem ini dia sangat sopan, tidak manja, mandiri, cekatan dan rajin di
kampungnya. Ayah dari si inem ini dulunya seorang polisi karena sang ayah
pernah menerima suap akhirnya sang ayah di pecat dari pekerjaannya dan
sekarang sang ayah bekerja sebagai penjudi dan orang jahat. Maka dari itu faktor
pemicu inilah si inem di nikahkan di usia dini karena dari segi perekonomian
keluarga. Serta sang ibu menghawatirkan inem jika tidak segera di nikahkan pada
usia muda akan menjadi perawan tua, dan jika si inem di nikahkan akan
membantu meringankan keperluan sehari-hari sehingga orang tuanya segera
menikahkan inem dengan laki-laki muda itu.
Namun tak lama kemudian setelah inem menikah dengan martaban
kehidupan inem menjadi sengsara bukannya bahagia malah sebaliknya, martaban
menyiksa inem setiap hari watak martaban sangat keras , sehingga inem tidak
berani melawan suaminya tersebut dia hanya bisa menangis dan tidak berani
mengadu pada siapa-siapa. Pada saat ibunya bertanya pada inem apakah
keluarganya baik baik saja dan bahagia , inem hanya bisa menangis dan
menceritakan semuanya kepada ibunya bahwa telah mendapatkan perlakuan kasar
terhadap suaminya akibat ke egoisan sang ibu dan ayahnya. Tak lama kemudian
setahun berlalu inem memutuskan menjanda dia cerai dengan suaminya , dan
inem menjadi janda pada usia sembilan tahun rumah tangganya hanya bertahan
hanya satu tahun saja.

1.2 Masalah
Bagaimana keterkaitan antar unsur dalam cerpen “Inem”?
1.3 Teori
Teori Strukturalisme
Adanya perubahan pada struktur suatu benda atau aktivitas adalah hal yang perlu
diperhatikan dalam strukturalisme. Akan tetapi, perubahan tersebut merupakan
proses transformasi bukanlah perubahan keseluruhan. Dalam proses ini elemen-
elemen yang lama masih dipertahankan dan hanya bagian-bagian tertentu saja dari
suatu struktur yang berubah sementara. Pada teori ini lebih berfokus kepada kajian
hubungan antara unsur-unsur dalam sebuah karya sastra, dimana unsur-unsur
tersebut merupakan unsur pembangun karya sastra tersebut.
4 asumsi dasar strukturalisme
1. Terdapat ketertataan serta keterulangan pada berbagai fenomena yang
didapat melalui bahasa atau tanda simbol untuk menyampaikan pesan
tertentu.
2. Penganut strukturalisme berasumsi bahwa dalam diri setiap manusia
terdapat kemampuan untuk menstruktur, menyusun suatu struktur, atau
mengaitkan suatu struktur pada gejela yang sedang dihadapi.
3. Hubungan antara suatu fenomena budaya dengan fenomena-fenomena lain
pada suatu waktu tertentu merupakan hal yang menentukan makna
fenomena itu.
4. Berbagai relasi yang ada pada struktur dapat disederhanakan menjadi
oposisi biner. Unsur-unsur sebagai penanda atau simbol-simbol yang
direlasikan akan menjadi sebuah makna yang lebih utuh.
1.4 Metode
Metode Oposisi Biner
Konsep oposisi biner awalnya di teorikan oleh Ferdinan de Saussure. Tetapi
antropologstrukturalis Claude Levi-Strauss yang membuatnya menjadi sangat
berpengaruh dengan adanya teori-teori bahasa Saussure sebagai sistem
struktural. Menurut Strauss oposisi biner merupakan struktur yang mengatur
sistem pemaknaan terhadap budaya dan tempat tinggal.
Oposisi biner dapat diartikan sebagai suatu sistem yang saling berlawanan
namun keduanya saling berkaitan satu sama lain. Seperti halnya kata A tidak
dapat berdiri sendiri tanpa adanya hubungan struktural dengan kata B. Hanya
terdapat dua tanda atau kata yang bisa mempunyai arti jika masing-masing
beroposisi satu sama lain. Misalnya laki-laki dan perempuan seseorang disebut
laki-laki karena bukanlah perempuan, warna hitam disebut warna hitam
karena bukanlah warna putih, dan begitu seterusnya.
Konsep dasar menurut Strauss tentang oposisi biner yaitu penggunaan
kategori yang nyata. Seperti halnya demonstrasi dan silaturahmi (nyata), bisa
disejajarkan dengan oposisi biner dunia yang kejam dan dunia yang damai
(abstrak).
BAB II

PEMBAHASAN

Pada cerita yang berjudul “Inem” karya Pramoedya Ananta Toer


menjelaskan tentang kisah gadis kecil yang menikah di usia muda, yaitu bernama
“Inem” dia di nikahkan oleh orang tuanya bersama anak dari seorang juragan sapi
yang bernama “Martaban”. Inem menikah pada usia delapan tahun dan suaminya
berumur tujuh belas tahun. Faktor pemicu perkawinan di usia muda sering
dikaitkan dengan kemiskinan atau perekonomian keluarga, yang menjadi
pertimbangan perkawinan anak usia dini dan dianggap kewajaran pada tradisi dan
saat itu, pengantin anak usia dini menjadi koraban demi menjaga kehormatan
keluarga, dan terjadi kekerasan ketika pengantin belia yang di korbankan
dianggap sebagai hal yang lumrah. Di cerita pendek ini ibu dari inem khawatir
jika anaknya tidak segera di nikahkan akan menjadi gadis perawan tua dan
berfikiran inem bisa membantu meringankan keperluan sehari-hari sehingga orang
tuanya segera menikahkan inem dengan laki-laki muda itu. Watak dari si inem ini
sangat patuh terhadap orang tuanya dia gadis kecil yang sopan, tidak manja,
mandiri serta rajin di kampungnya, akan tetapi setelah inem di nikahkan oleh
orang tuanya dengan seorang pemuda tersebut kehidupan inem semakin
sesangsara dia di siksa setiap hari oleh suaminya dan inem hanya bisa
menerimanya dengan lapang dada, setiap kali inem di tanya oleh ibu yang telah
merawatnya dia hanya bisa menangis dan tidak berani melawan kepada suaminya
karena sifatnya yang sangat kasar terhadap si inem. Faktor dari kekerasan rumah
tangga ini karena pemikiran anak usia dini yang masih belum matang untuk
membina keluarga sehingga timbul kekerasan di dalamnya. Selanjunya satu tahun
berlalu inem memutuskan untuk menjadi seorang janda dia bercerai dengan
suaminya karena sudah tidak tahan dengan perlakuan sang suami, inem bercerai
pada usia sembilan tahun.

Sehingga pernikahan dini merupakan salah satu masalah kemanusiaan


yang di hadapi oleh bangsa ini, dan pernikahan dini merupakan pelanggaran hak
asasi manusia, terutama anak-anak atau remaja perempuan yang selalu menjadi
korban utama. Yang beranggapan bahwa pernikahan semacam ini sah asal
dilakukan dengan pendapat ekonomi, perkerabatan, adat dan agama atau
kepercayaan tertentu.Walaupun penulis hanya menjelaskan pesan yang
terkandung dalam cerita tetapi pesan tersebut masih dapat dimengerti. Dan
beberapa pesan yang dapat kita ambil dari cerita ini setiap manusia hendaknya
bekerja keras untuk mempertahkan hidupnya jangan mengorbankan anak hanya
karena segi materi atau ekonomi, pikirkan masa depan anak kedepannya, selain itu
suatu ilmu yang kadang dianggap tabu sebenarnya sangat berguna dalam
kehidupan sehari.

A. Relasi antar kata

1. Pernikahan Dini >< Pernikahan Tepat Usia

 Penggalan kalimat

“Pernikahan dini merupakan salah satu masalah kemanusiaan yang di


hadapi oleh bangsa ini, dan pernikahan dini merupakan pelanggaran hak
asasi manusia, terutama anak-anak atau remaja perempuan yang selalu
menjadi korban utama.”

 Penjelasan

Pernikahan dini adalah pernikahan di bawah usia yang belum memenuhi


persyaratan yang ditentukan oleh negara dimana pernikahan hanya
diizinkan jika laki-laki dan perempuan telah memenuhi usia persyaratan
yang sudah ditentukan.

2. Kampung >< Kota

 Penggalan kalimat

“Watak dari si inem ini sangat patuh terhadap orang tuanya dia gadis kecil
yang sopan, tidak manja, mandiri serta rajin di kampungnya..”

 Penjelasan

Kampung yaitu suatu daerah atau perdesaan dimana terdapat beberapa


rumah atau keluarga yang bertempat tinggal disana.

3. Kehidupan >< Kematian

 Penggalan kalimat

“Akan tetapi setelah inem di nikahkan oleh orang tuanya dengan seorang
pemuda tersebut kehidupan inem semakin sesangsara dia di siksa setiap
hari oleh suaminya dan inem hanya bisa menerimanya dengan lapang
dada…”
 Penjelasan

Kehidupan merupakan anugerah yang diberikan oleh Tuhan kepada setiap


umatnya serta di dalam kehidupan terdapat cobaan hidup yang selalu di
rundung suatu permasalahan dan harus di lalui.

Tabel Analisis

Subyek Pernikahan Dini Kampung Kehidupan

Obyek Pernikahan Tepat Kota Kematian


Usia

Hasil Analisis

Cerita yang berjudul “Inem” karya Pramoedya Ananta Toer menjelaskan


tentang kisah gadis kecil yang menikah di usia muda, yaitu bernama “Inem” dia di
nikahkan oleh orang tuanya bersama anak dari seorang juragan sapi yang bernama
“Martaban”. Inem menikah pada usia delapan tahun dan suaminya berumur tujuh
belas tahun.

Faktor pemicu perkawinan di usia muda sering dikaitkan dengan


kemiskinan atau perekonomian keluarga, yang menjadi pertimbangan perkawinan
anak usia dini dan dianggap kewajaran pada tradisi dan saat itu, pengantin anak
usia dini menjadi koraban demi menjaga kehormatan keluarga, dan terjadi
kekerasan ketika pengantin belia yang di korbankan dianggap sebagai hal yang
lumrah.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pernikahan dini merupakan salah satu masalah kemanusiaan yang
di hadapi oleh bangsa ini, dan pernikahan dini merupakan pelanggaran hak
asasi manusia, terutama anak-anak atau remaja perempuan yang selalu
menjadi korban utama. Watak dari si inem ini sangat patuh terhadap orang
tuanya dia gadis kecil yang sopan, tidak manja, mandiri serta rajin di
kampungnya. Kehidupan merupakan anugerah yang diberikan oleh Tuhan
kepada setiap umatnya serta di dalam kehidupan terdapat cobaan hidup
yang selalu di rundung suatu permasalahan dan harus di lalui.
Cerita yang berjudul “Inem” karya Pramoedya Ananta Toer
menjelaskan tentang kisah gadis kecil yang menikah di usia muda, yaitu
bernama “Inem” dia di nikahkan oleh orang tuanya bersama anak dari
seorang juragan sapi yang bernama “Martaban”. Inem menikah pada usia
delapan tahun dan suaminya berumur tujuh belas tahun. Faktor pemicu
perkawinan di usia muda sering dikaitkan dengan kemiskinan atau
perekonomian keluarga, yang menjadi pertimbangan perkawinan anak usia
dini dan dianggap kewajaran pada tradisi dan saat itu, pengantin anak usia
dini menjadi koraban demi menjaga kehormatan keluarga, dan terjadi
kekerasan ketika pengantin belia yang di korbankan dianggap sebagai hal
yang lumrah. Karena keegoisan sang ibu akhirnya inem menjadi korban
pernikahan dini serta pula dengan pekerjaan ayahnya yang menjadi
penjudi faktor ekonomi keluarga dan menjadi jalan satu-satunya sang anak
di nikahkan dengan anak juragan sapi yang kaya raya untuk membantu
perekonomian mereka.
DAFTAR PUSTAKA

Novita Dewi. 2018. Pernikahan Dibawah Umur Dalam Cerpen Ahmad Tohari

Dan Pramoedya Ananta Toer. Yogyakarta:Universitas Sanata Dharma.


[Diakses pada tanggal 3 Desember 2019]

Rahmawati, Isnaini. 2017. Pemikiran Strukturalisme Levi-Strauss, hlm. 95.

[Di akses pada tanggal 3 Desember 2019 pukul 17.00 WIB melalui laman
https://jurnal.radenfatah.ac.id]

Muhammad Arief Setyadi, dkk. 2018. Analisis Semiotika Ferdinand De Saussure Sebagai

Representasi Nilai Kemanusiaan Dalam Film The Call. Jakarta:Universitas


Telkom. [Diakses pada tanggal 4 Desember 2019]

Anda mungkin juga menyukai