Anda di halaman 1dari 7

RELASI CERPEN INEM

Disusun guna memenuhi tugas UAS mata kuliah Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu: Abu Bakar Ramadhan Muhammad,S.S.


Oleh:

Dibriga Januar Akbar (180210204284)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNVERSITAS JEMBER

2019
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Dunia sastra selalu berkembang menyesuaikan zamannya seolah berkerjaan dengan
sang waktu. Mungkin seseorang yang dalam dirinya tercetak sebagai penahbis art adalah
satu satunya pemenang dalam pertarungan antara manusia dengan sang waktu. Meskipun
orang tersebut telah mennggal dunia, karyanya pergi entah kemana, atau musnah
sekalipun, proses penciptanya akan tetap abadi. Tidak pernah bisa dihancurkan oleh
waktu cerita pendek (cerpen) merupakan salah satu karya sastra berbentuk prosa. Secara
leksikal, definisi dari cerpen itu sendiri salah sebuah kisahan pendek yang memberikan
kesan tunggal yang dominan dan memusatkan diri pada satu tokoh dalam satu situasi
pada suatu ketika (Kamus Besar Bahasa Indonesia,2003. 210) cerita pendek tersebut
terdiri dari unsur unsur pembangun cerita yang merupakan satu kesatuan yang dipadukan
hingga terbentuk sebuah kisah yang saling terkait dan dapat dipahami subsistansi
peristiwanya. Unsur tersebut anak penulis bahas dengan menggunakan metode
strukturalis semiotika. Yang dimaksud semiotika ialah ilmu tentang tanda dan segala yang
berhubungan dengan tanda. Menurut Levi Strauss dalam menganalisis suatu karya perlu
memperhatikan sturturalisme, dalam sturkturalisme Levi strauss lebih menekankan aspek
bahasa, dimana bahasa disini mencerminkan struur sosial masyarakat. Asumsi dari teori
strukturalisme pada cerpen menerangkan bahwa kebudayaan, tradisi dll dikatakan sebagai
bahasa.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana narasi dari cerpen Inem?


2. Bagaimana relasi dari cerpen Inem?
3. Bagaimana subyek dan obyek dari relasi cerpen Inem?

1.3 Landasan Teori


Analiss data ini menggunakan teori strukturalisme Levi Strauss dimana
menjelaskan tentang suatu kebudayaan ialah bahasa.

1.4 Metode
Dalam analisis data ini menggunakan metode relasi.

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Narasi

Gus Muk bercerita tentang penderitaan hidup kawannya yang bernama Inem
sebagai seorang perempuan maupun sebagai manusia. Sebagai perempuan, apalagi
yang hidup di tanah jawa dan dikungkung oleh adat daerah tempat tingaalnya Blora
yang masih sangat partiarki, Inem banyak sekali menerima perlakuan yang tidak adil.
Dan sebagai manusia, ia kurang diberlakukan dengan kurang manusiawi justru oleh
orang orang terdekatnya sendiri.

Inem menjadi pembantu di rumah ibu Gus Muk saat umurnya 8 tahun, dan itu
berarti ia 2 tahun lebih tua dibandingkan Gus Muk, ia dikawinkan dengan markaban
yang sudah berusia 17 tahun. Usia yang terlalu dini untuk era sekarang ini. Tetapi
dahulu, emak si Inem beranggapan bahwa setiap anak perempuan yang lebih dari 8
tahun akan semakin menambah beban keluarga dan menjadi sumber malunya
keluarga jika disebut perawan tua.

Anggapan itu tidak hanya dipercayai oleh emak Inem, melainkan hampir
seluruh orang di desa Inem ketika waktu itu. Oleh karena itu, menikahlah Inem
dengan Markaban, kerjanya mengabdi di keluarga Gus Muk dihentikan. Perayaan
pernikahan diadakan semeriah mungkin dengan tayuban. Dengan pperayaan tersebut
orang tua Inem berpikir bahwa beban hidupnya akan berkurang, sebeb ternyata si
bapak Inem menjadi perampok di tengah hutan untuk memenuhi kebutuhan hidup
keluarganya.

Penderitaan belum usai ketika Inem juga harus mengabdikan seluruh hidupnya
jiwa maupun raga kepada suaminya. Tetapi suaminya memperlakukan Inem dengan
kasar Karena Inem sering dipukuli. Akhiirnya saat usianya baru 9 tahun Inem
menjandalah sudah.
a) Relasi Antar Kata
Gus Muk bercerita tentang penderitaan hidup kawannya yang bernama
Inem sebagai seorang perempuan maupun sebagai manusia.
1. Perempuan X Laki-laki
Inem sebagai seorang perempuan karena bukan laki-laki.
2. Meriah X Sederhana
Pernikahan Inem dilaksanakan dengan cukup meriah dan tidak sederhana.
3. Penderitaan X Kegembiraan
Inem memiliki banyak penderitaan di masa hidupnya dan tidak
mempunyai kegembiraan sama sekali.
b) Analisis

NO SUBJEK OBYEK
1. Perempuan Laki-laki
2. Meriah Sederhana
3. Penderitaan Kegembiraan
BAB 3
KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Ahimsa-Putra, H.S. 1984. “Strukturalisme Lévi-Strauss : Sebuah Tanggapan” dalam Basis


XXXIII (4) : 122-135.

Anda mungkin juga menyukai