Oleh
KELOMPOK 6
Nama Anggota Kelompok:
1. Ni Putu Danis Amara Santi (2007531104)
2. Kadek Ayu Dea Ratnadewi (2007531189)
3. I Gde Made Dhiyo Mahautama (2007531283)
Dosen Pengampu:
Dr. Maria Mediatrix Ratna Sari,S.E., M.Si., Ak., CA.
SARJANA AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2022/2023
PEMBAHASAN
B. Penentuan Biaya
Penetapan biaya atau penentuan biaya (costing) mengacu pada sistem penghitungan
jumlah uang yang dibutuhkan untuk memproduksi barang atau mengoperasikan bisnis.
Seorang manajer perlu mencari tahu biaya pembuatan suatu produk sebelum masuk ke
tahap produksi. Menetapkan biaya produk membantu dalam menentukan harga jual dan
titik impas barang. Sistem penentuan biaya ini juga membantu perusahaan menetapkan
persentase margin laba atas barang yang dijual ke pasar. Mulyadi (1992:50) mengatakan,
ada tiga metode yang dapat digunakan untuk menentukan biaya (costing) harga pokok
produksi, yaitu
- Full costing
- Variable costing
- Activity Based Costing
Metode full costing
Full costing adalah metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan
semua unsur biaya produksi ke dalam kos produksi, baik biaya produksi yang sifatnya
variabel maupun tetap. Harga pokok produk yang dihitung dengan pendekatan full costing
terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik tetap
ditambah dengan biaya non produksi biaya pemasaran, biaya administrasi dan umum.
Metode variable costing
Variable costing adalah metode penentuan biaya produksi yang hanya
memperhitungkan biaya variabel saja, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya biaya
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel.
Metode activity based costing
Activity based costing adalah metode penentuan harga pokok produksi yang
membebankan biaya melalui dua tahap, yaitu penentuan aktivitas dan tarif biaya untuk
setiap aktivitas dan membebankan biaya produk atau objek biaya. Activity based costing
3
menetapkan biaya berdasarkan aktivitas-aktivitas produksi yang menimbulkan biaya untuk
menghasilkan produk tertentu. Mulyadi, 1993 mengatakan setiap aktivitas yang digunakan
untuk menghasilkan produk dengan pendekatan activity based costing, aktivitas
pembuatan produk dibagi menjadi tiga fase, yaitu: fase desain dan pengembangan, fase
produksi, dan fase dukungan logistik. Biaya penuh mencakup total biaya desain dan
pengembangan produk biaya desain, biaya pengujian produk, biaya produksi, facility
sustaining activity cost, product sustaining activity cost , batch related activity cost, unit-
level activity cost ditambah dengan biaya dukungan logistik biaya iklan, biaya distribusi,
biaya garansi produk. Activity based costing menitik beratkan penentuan harga pokok
produksi di semua fase pembuatan produk, dari fase desain hingga produk tersebut
diserahkan ke konsumen.
7
ketentuan atau harapan. Teori harapan (expectancy theory) menyatakan bahwa perilaku
manusia dipengaruhi oleh upayanya untuk mencapai kepuasan pribadinya.
Teori harapan memfokuskan tiga hubungan sebagai berikut:
a. Hubungan antara upaya untuk mencapai tujuan dengan kinerja karyawan, prioritas
yang dipersepsikan oleh individu yang mengeluarkan sejumlah upaya/cara tertentu
dapat mendorong kinerja karyawan tersebut.
b. Hubungan antara kinerja karyawan dan hasil didapatkan, karyawan dapat meyakini
tingkatan kinerja tertentu dapat mengakibatkan tercapainya suatu hasil yang
diharapkan.
c. Hubungan antara hasil yang diharapkan dengan tujuan pribadi, karyawan berusaha
mencapai hasil yang diharapkan dengan berbagai cara sehingga adanya daya tarik
terhadap hadiah (reward) organisasi untuk karyawan dan memenuhi tujuan
pribadinya.
Motivasi akan mendorong karyawan aktif menyelesaikan berbagai tugas sesuai
tanggung jawab yang diemban. Seorang karyawan yang termotivasi akan mempunyai
kepuasan kerja dan performa tinggi serta keinginan untuk berhasil yang nantinya hal ini
dapat meningkatkan efektifitas perusahaan. Karyawan yang termotivasi kinerjanya
meningkat, dan hal ini meningkatkan komitmennya terhadap pekerjaan.
9
cenderung akan memilih metode akuntansi yang memberikan gambaran
yang paling baik bagi manajer.
● Permainan (gaming)
Manipulasi hasil kerja dapat pula dilaksanakan dengan memanfaatkan
berbagai aspek hubungan antara atasan dengan bawahannya. Jika misalnya
manajer atas menetapkan aturan main dalam pengukuran kinerja seperti
target laba, biaya standar, aturan untuk pendistribusian penghargaan,
manajer bawahnya kemudian memilih satu diantara alternatif tindakan yang
mungkin dilaksanakan, yang menghasilkan dampak yang paling
menguntungkan bagi dirinya. Permainan ini dapat dicegah dengan
mengukur kinerja manajer tidak dengan kriteria tunggal tapi dengan kriteria
beragam (multiple criteria) atau kriteria gabungan (composite criteria).
● Penonjolan dan pelanggaran aturan (focusing and illegal act)
Penonjolan terjadi dengan cara menonjolkan pesan yang
menguntungkan diri pengirim pesan dan menyembunyikan pesan yang
tidak menguntungkan dirinya. Perilaku ini seringkali terjadi jika perusahaan
menggunakan kriteria beragam untuk pengukuran kinerja. Penonjolan dapat
berupa pemalsuan data yang digunakan untuk pengukuran kinerja jika
manajer tidak dapat mencapai target yang telah ditetapkan atau manajer
dapat membatasi keluaran bagiannya untuk menghindari dinaikkannya
target keluaran di masa yang akan datang atau karyawan yang sangat
produktif ditekan oleh rekan sekerjanya untuk mengurangi kecepatan
kerjanya. Penonjolan sering berbentuk pelanggaran aturan perusahaan atau
bahkan pelanggaran hukum. Misalnya untuk memberikan gambaran
profitabilitas perusahaan kepada calon kreditur atau investor, manajemen
perusahaan memalsukan angka-angka pendapatan dan biaya.
2) Tahap Penilaian
a. Perbandingan kinerja sesungguhnya dengan sasaran.
Perbandingan kinerja sesungguhnya dengan sasaran melalui laporan
kinerja periodik memberikan umpan balik kepada manajer untuk mengatasi
ketidakefisienan dan ketidakefektifan kinerja melalui analisis selisih dan
tindakan-tindakan koreksi.
b. Penentuan penyebab terjadinya penyimpangan.
10
Penyimpangan kinerja sesungguhnya dari sasaran yang ditetapkan perlu
dianalisis untuk menentukan penyebab terjadinya penyimpangan tersebut, dan
dapat direncanakan tindakan untuk mengatasinya. Baik penyimpangan yang
merugikan maupun yang menguntungkan memerlukan perhatian, analisis, dan
penafsiran dan manajemen. Penyimpangan yang merugikan memberi tanda
bahaya dan memerlukan penyelidikan lebih lanjut untuk menemukan penyebab
yang tepat. Penyimpangan yang menguntungkan juga memerlukan perhatian
yang sama dari manajemen karena mengandung informasi yang banyak
manfaatnya. Penyimpangan tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi
dan memberikan penghargaan terhadap kinerja yang luar biasa dan untuk
menunjukkan realistis atau tidaknya sasaran yang ditetapkan.
Masalah yang kemungkinan timbul dalam menentukan penyebab
penyimpangan adalah manajer dan bawahannya tidak bekerja sama dalam
penyelidikan. Seringkali pencarian penyebab terjadinya penyimpangan
dianggap sebagai upaya untuk mencari siapa yang salah. Dalam situasi ini
manajer seringkali merasa terancam, bersikap bertahan, menolak kekurangan
yang terjadi atau mencoba untuk menyalahkan orang lain. Untuk menghindari
situasi seperti ini para manajer harus diyakinkan bahwa proses evaluasi adalah
mencari penyebab yang ditujukan untuk memecahkan masalah masa yang
akan datang dan bukan mencari siapa yang salah atas hasil yang tidak
menguntungkan dimasa yang lalu.
c. Penegakan perilaku yang diinginkan dan tindakan yang digunakan untuk
mencegah perilaku yang tidak diinginkan.
Hasil merupakan petunjuk efektifitas kinerja. Organisasi harus
melakukan evaluasi atas keduanya, perilaku dan hasil yang dicapai dari
perilaku tersebut. Hasil dimasa yang akan datang dapat dipengaruhi oleh
penegakkan perilaku yang diinginkan melalui sistem penghargaan yang
didasarkan atas kinerja. Sistem akuntansi memiliki fungsi yang penting dalam
evaluasi. Tahap akhir penilaian kinerja adalah tindakan koreksi untuk
menegakkan perilaku tertentu di dalam pencapaian sasaran yang telah
ditetapkan. Sasaran yang dicapai dengan menggunakan perilaku tidak seperti
yang diinginkan bukan merupakan tujuan penilaian kinerja. Perilaku
merupakan tindakan orang untuk memproduksi hasil kerja manajer dengan
cara menyediakan data kuantitatif untuk menentukan bagaimana, kepada
11
siapa, dan untuk apa penghargaan didistribusikan. Sistem akuntansi juga dapat
menunjukkan bidang yang didalamnya perlu diadakan perubahan perilaku
untuk penyehatan dan pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang.
3) Tahap Pelaporan Hasil
Bila semua langkahnya sudah dilakukan, langkah terakhir adalah membuat
laporan hasil. Laporan proses penilaian kemudian disampaikan ke setiap karyawan
sebagai rujukan atau pegangan mereka. Bisa disampaikan pula mengenai rencana apa
saja yang akan dilakukan perusahaan agar para karyawan bisa mempersiapkan atau
memberi masukan.
G. Case Study
Volume dan
Volume 7 Nomor 2
Halaman
Tahun 2022
12
perusahaan untuk menentukan harga jual produknya (Maslikah &
Saskara, 2018). Untuk menghitung biaya pokok produksi ini
memerlukan akuntansi biaya, tujuannya tentu untuk mengetahui
berapa biaya yang sudah dikeluarkan sehingga bisa dikalkulasi dalam
menentukan harga pokok dari produksi.
UMKM "Tempe Rasman" merupakan usaha mikro, kecil dan
menengah yang bergerak di bidang produksi tempe. Usaha ini belum
sepenuhnya memperhatikan biaya overhead pabrik. Perhitungan
harga pokok produksinya dengan menggunakan metode yang
sederhana sehingga terdapat banyak biaya overhead yang digunakan
untuk memproduksi namun belum dimasukkan dalam perhitungan
harga pokok produksi tempe. Hal ini dikarenakan biaya overhead
pabrik yang belum diperhitungkan dan tidak terinci dengan baik dan
benar. Agar UMKM dapat menghitung harga pokok produksi dengan
tepat dan akurat, maka usaha mikro, kecil dan menengah ini dapat
menggunakan metode yaitu metode full costing. Karena metode ini
memperhitungkan semua biaya-biaya baik yang bersifat tetap
maupun variabel. Metode full costing ini untuk menentukan harga
pokok produksi dan harga jual (Badriah & Nurwanda, 2019).
Objek Penelitian ini dilakukan pada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
Penelitian Tempe milik Pak Rasman yang berlokasi di Desa Tanjung Harapan,
Kecamatan Banding Agung, Kabupaten Oku Selatan
13
overhead pabrik. Sedangkan pada perhitungan harga pokok produksi
dengan metode perusahaan, harga pokok produksi yang dihasilkan
lebih kecil karena perusahaan belum memasukkan biaya overhead
pabrik dengan secara rinci ke dalam biaya produksinya dan belum
memasukkan biaya tenaga langsung. Perusahaan hanya memperinci
biaya bahan baku. Maka dari itu, perhitungan harga pokok produksi
dengan metode perusahaan lebih kecil dibandingkan dengan
menggunakan metode full costing.
Nilai harga pokok produksi yang dihasilkan dengan metode full
costing sebesar Rp 13.320.620 sedangkan nilai yang dihasilkan
menurut metode perusahaan sebesar Rp 9.246 620. Sehingga terdapat
selisih perhitungan harga pokok produksi sebesar Rp 13.320.620 - Rp
9.246.620 = Rp 4.074.000.
Berdasarkan hasil dari perhitungan yang telah dilakukan, terdapat
perbandingan dari hasil perhitungan harga jual dengan dasar harga
pokok produksi menggunakan metode perusahaan dan harga jual
dengan menggunakan metode full costing. Perhitungan harga jual
dengan menggunakan metode full costing sebesar Rp 6.660 dengan
pembulatan menjadi Rp 6.700. Sedangkan, harga jual menurut
metode perusahaan sebesar Rp 4.620. Selisih antara kedua harga jual
tersebut adalah Rp 6.700 - Rp 4.620 = Rp 2.080.
14
harga pokok produksi dan memberikan informasi yang
membantu UMKM "Tempe Rasman" dalam menentukan
harga jual yang semestinya.
- Referensi penelitian yang digunakan untuk mendukung
penelitian yang dilakukan sudah sesuai dengan ketentuan,
yakni berasal dari jurnal dan buku.
15
KESIMPULAN
16
DAFTAR PUSTAKA
17