Anda di halaman 1dari 18

AKUNTANSI KEPERILAKUAN

ASPEK KEPERILAKUAN PADA PENGAKUMULASIAN


DAN PENGENDALIAN BIAYA

Oleh
KELOMPOK 6
Nama Anggota Kelompok:
1. Ni Putu Danis Amara Santi (2007531104)
2. Kadek Ayu Dea Ratnadewi (2007531189)
3. I Gde Made Dhiyo Mahautama (2007531283)

Dosen Pengampu:
Dr. Maria Mediatrix Ratna Sari,S.E., M.Si., Ak., CA.

SARJANA AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2022/2023
PEMBAHASAN

A. Sistem Biaya Standar dibandingkan Biaya Tradisional


Tujuan dan penggunaan sistem akuntansi biaya
Akuntansi biaya mengidentifikasi, menguantifikasi, mengakumulasikan, dan
melaporkan berbagai elemen biaya yang berkaitan dengan produksi barang atau jasa.
Akuntansi biaya memiliki dua tujuan, yaitu sebagai penilaian persediaan dan penentuan
laba melalui akumulasi biaya dan melayani kebutuhan pengguna eksternal. Dengan
menyediakan informasi biaya yang tepat waktu dan relevan kepada manajemen, akuntansi
biaya dapat membantu perencanaan, pengendalian, dan evaluasi aktivitas operasional
harian dan orang yang bertanggung jawab di dalamnya. Data biaya juga memiliki peran
untuk analisis dan penilaian profitabilitas relatif atau tingkat diinginkannya alternatif
keputusan. Sistem ini ada dua macam, yaitu sistem biaya tradisional dan sistem biaya
standar.
- Sistem biaya tradisional
Istilah tradisional (historis) mengacu pada sistem biaya yang membatasi input
pada biaya historis dan mengusahakan penyerapan penuh atas biaya tetap dan variabel
oleh unit produk atau jasa. Fokus utama sistem biaya tradisional terletak pada
identifikasi dan akumulasi biaya per unit produk atau jasa. Sistem tersebut digunakan
untuk menghitung nilai persediaan dan data biaya harga pokok penjualan atau jasa
yang diberikan untuk pelaporan keuangan eksternal. Sistem akuntansi biaya
tradisional dapat dikatakan sebagai sistem akuntansi biaya yang membebankan biaya
sesungguhnya (historis atau aktual) pada produk atau objek biaya. Sistem biaya
tradisional hanya dapat digunakan untuk tujuan penentuan biaya (biaya total dan biaya
per unit), yaitu penentuan biaya pokok produk terjual (yang disajikan dalam laporan
laba rugi) dan penentuan biaya sediaan (yang disajikan dalam neraca).
Namun, sistem biaya tradisional tidak sesuai untuk pengendalian manajemen yang
efektif karena akumulasi data biaya historis semata-mata tanpa perbandingan dengan
sasaran biaya yang telah ditentukan sebelumnya tidak sesuai dengan konsep
pengendalian kontemporer.
Salah satu kelemahan utama dari sistem biaya tradisional adalah persyaratan
akuntansi keuangan yang menuntut agar biaya per unit produk atau jasa
memperhitungkan semua biaya baik yang dapat ditelusuri ke suatu produk atau jasa
maupun yang terjadi untuk satu periode waktu tertentu atau untuk lebih dari satu objek
1
biaya. Biaya periode dan biaya yang terjadi untuk lebih dari satu produk tidak dapat
ditelusuri langsung ke unit jasa, produk, atau departemen tertentu, melainkan
dibebankan ke produk atau jasa melalui alokasi yang bersifat arbitrer. Alokasi ini
dapat menyesatkan manajemen dan memengaruhi kualitas keputusan manajerial
secara negatif. Kelemahan lain yang berkaitan dengan penggunaan sistem biaya
tradisional untuk tujuan pengendalian, bahwa dasar untuk pengendalian adalah
dengan membandingkan kinerja saat ini dengan kinerja periode sebelumnya. Hal ini
cukup menyesatkan karena tidak ada cara untuk mengetahui apakah biaya periode
sebelumnya terlalu tinggi, rendah, atau hampir tepat. Sehingga, sistem biaya
tradisional ini dapat menyebabkan perilaku yang tidak diinginkan saat digunakan
dalam mengevaluasi kinerja individual yang bertanggung jawab.
Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa informasi yang diberikan oleh sistem biaya
tradisional tidak sesuai dengan tujuan pengendalian modern. Sistem ini juga memberi
hanya sedikit informasi yang bermanfaat untuk perencanaan dan pengambilan
keputusan manajerial.
- Sistem biaya standar
Dengan mengakui kelemahan dari sistem biaya tradisional, banyak organisasi
mengadopsi “sistem biaya standar”. Sistem biaya standar adalah sistem pembebanan
biaya pada produk sebesar biaya seharusnya yang ditentukan di muka pada awal
periode atau sebelum produk dihasilkan. Biaya standar mencerminkan estimasi terinci
dan canggih mengenai besarnya biaya untuk melaksanakan tugas atau menghasilkan
suatu produk tertentu. Aspek pengendalian yang melekat dari perhitungan biaya
standar adalah kapabilitasnya untuk membandingkan sebagai bagian dari arus data
reguler, kinerja aktual dengan standar yang ditentukan sebelumnya, dan menyoroti
varians (menguntungkan atau tidak menguntungkan) antara kedua tingkat biaya
tersebut. Sistem biaya standar mampu menentukan penyebab dari penyimpangan.
Biaya standar adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya
overhead pabrik yang digunakan untuk mengolah satu unit produk. Sistem biaya
standar bermanfaat untuk penentuan biaya produk (biaya total dan biaya per unit),
yaitu penentuan biaya pokok terjual dan penentuan biaya sediaan.
Sistem biaya standar didesain untuk menyediakan sumber informasi, saluran
komunikasi, serta alat pengendalian dan evaluasi kinerja. Sebagai sumber informasi
untuk pusat pertanggungjawaban, sistem biaya standar menginformasikan kepada
individu yang bertanggung jawab mengenai harapan mereka dalam hal biaya. Sebagai
2
jalur komunikasi, sistem biaya standar menyebarkan tingkat biaya yang diharapkan
dan pencapaiannya. Sebagai alat pengendalian dan evaluasi kinerja, sistem biaya
standar yang baik dapat memberikan jaminan informasi yang dibutuhkan akan
mencapai individu yang bertanggung jawab, wawasan yang diperoleh melalui
pengembangan dan evaluasi standar biaya dan kinerja telah terbukti dapat menjadi
alat bantu efektif bagi manajemen dalam memformulasikan, menguji, dan merevisi
tujuan organisasi.

B. Penentuan Biaya
Penetapan biaya atau penentuan biaya (costing) mengacu pada sistem penghitungan
jumlah uang yang dibutuhkan untuk memproduksi barang atau mengoperasikan bisnis.
Seorang manajer perlu mencari tahu biaya pembuatan suatu produk sebelum masuk ke
tahap produksi. Menetapkan biaya produk membantu dalam menentukan harga jual dan
titik impas barang. Sistem penentuan biaya ini juga membantu perusahaan menetapkan
persentase margin laba atas barang yang dijual ke pasar. Mulyadi (1992:50) mengatakan,
ada tiga metode yang dapat digunakan untuk menentukan biaya (costing) harga pokok
produksi, yaitu
- Full costing
- Variable costing
- Activity Based Costing
Metode full costing
Full costing adalah metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan
semua unsur biaya produksi ke dalam kos produksi, baik biaya produksi yang sifatnya
variabel maupun tetap. Harga pokok produk yang dihitung dengan pendekatan full costing
terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik tetap
ditambah dengan biaya non produksi biaya pemasaran, biaya administrasi dan umum.
Metode variable costing
Variable costing adalah metode penentuan biaya produksi yang hanya
memperhitungkan biaya variabel saja, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya biaya
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel.
Metode activity based costing
Activity based costing adalah metode penentuan harga pokok produksi yang
membebankan biaya melalui dua tahap, yaitu penentuan aktivitas dan tarif biaya untuk
setiap aktivitas dan membebankan biaya produk atau objek biaya. Activity based costing
3
menetapkan biaya berdasarkan aktivitas-aktivitas produksi yang menimbulkan biaya untuk
menghasilkan produk tertentu. Mulyadi, 1993 mengatakan setiap aktivitas yang digunakan
untuk menghasilkan produk dengan pendekatan activity based costing, aktivitas
pembuatan produk dibagi menjadi tiga fase, yaitu: fase desain dan pengembangan, fase
produksi, dan fase dukungan logistik. Biaya penuh mencakup total biaya desain dan
pengembangan produk biaya desain, biaya pengujian produk, biaya produksi, facility
sustaining activity cost, product sustaining activity cost , batch related activity cost, unit-
level activity cost ditambah dengan biaya dukungan logistik biaya iklan, biaya distribusi,
biaya garansi produk. Activity based costing menitik beratkan penentuan harga pokok
produksi di semua fase pembuatan produk, dari fase desain hingga produk tersebut
diserahkan ke konsumen.

C. Aspek Keperilakuan Tahap Pemilihan Akuntansi Biaya


a. Penetapan Standar
Elemen yang paling berpengaruh dalam menentukan keberhasilan atau
kegagalan sistem biava adalah standar yang digunakan sebagai kriteria kinerja.
Standar memiliki dua fungsi, yaitu memotivasi pengendalian biaya dan sebagai alat
evaluasi kinerja.
Partisipasi dalam penetapan standar
Dalam salah satu studi empiris, digunakan teori disonansi kognitif untuk
mendapatkan lebih banyak wawasan mengenai penyebab partisipasi lebih efektif
dalam penetapan standar kinerja. Teori disonansi kognitif terpusat pada tiga konsep
kunci : kemauan, disonansi, dan komitmen. Tingkat partisipasi yang ideal bergantung
pada pertimbangan produksi dan manusia, serta akan bervariasi dari situasi ke situasi.
Standar yang ketat versus standar yang longgar
Untuk berfungsi sebagai alat motivasi, standar yang digunakan harusnya tidak
terlalu ketat dan tidak terlalu longgar. Standar yang ketat akan lebih sering tidak
tercapai daripada dipenuhi. Standar yang ketat merupakan tantangan bagi mandor atau
manajer yang termotivasi oleh kebutuhan akan prestasi yang luar biasa. Bagi individu-
individu semacam ini, pencapaian atas tugas yang sangat sulit menghasilkan perasaan
kebanggaan dan penghargaan diri sendiri yang kuat, tetapi juga bagi kebanyakan
individu standar yang terlalu ketat dan kemungkinan kegagalan menimbulkan frustasi
dan rasa kecil hati yang dapat berdampak pada penurunan kinerja. Sedangkan, standar
yang longgar tidak memberikan manfaat motivasional karena begitu mudah dicapai.
4
Akibatnya, mandor dan manajer akan mengabaikan standar tersebut karena dianggap
tidak berarti. Jadi, sebagai fungsi dari alat motivasi, standar yang baik digunakan
adalah standar yang relatif ketat, tetapi masih memungkinkan untuk dicapai.
b. Penyerapan Overhead
Bidang lain yang sangat mungkin mendorong perilaku disfungsional adalah
penyerapan overhead. Banyak praktik perusahaan menggunakan metode penentuan
biaya penuh yang membebankan overhead pabrik variabel dan tetap pada produk
berdasarkan tarif yang diestimasi dan level kapasitas yang sudah ditentukan
sebelumnya. Ketika dasar yang digunakan untuk penyerapan berbeda dengan yang
telah ditentukan sebelumnya maka varians yang dibebankan terlalu tinggi atau terlalu
rendah akan terjadi. Tingkat kapasitas jangka panjang (kapasitas normal) akan
menghasilkan varians yang berbeda dibandingkan dengan tingkat kapasitas jangka
pendek.
Aspek kapitalisasi biaya tetap dalam persediaan juga memengaruhi interpretasi
laporan laba rugi dari bisnis yang bersifat musiman. Perusahaan-perusahaan dengan
fluktuasi musiman dalam penjualan sering kali memproduksi lebih banyak untuk
menimbun persediaan yang mencukupi selama periode penjualan tinggi. Walaupun
laporan laba rugi kuartalan dari perusahaan-perusahaan ini kemungkinan akan
menunjukkan laba yang lebih tinggi pada kuartal dengan penjualan rendah
dibandingkan dengan pada kuartal dengan penjualan tinggi. Fakta ini tidak hanya
memberikan ilusi kinerja yang sebenarnya tidak ada, tetapi juga mengarah pada
tindakan ekonomi yang buruk. Manajer penjualan yang tidak menyadari hubungan
biaya volume laba tersebut menjadi tidak percaya terhadap sistem akuntansi yang
melaporkan laba yang menurun dalam periode penjualan yang meningkat dan laba
yang meningkat pada periode penjualan yang menurun. Mereka dapat kehilangan
motivasi untuk memperbaiki kinerja dan mengabaikan informasi yang
membingungkan tersebut sama sekali.
Undang-undang pajak penghasilan juga memberi dorongan untuk menggunakan
tingkat kapasitas aktual yang dapat dicapai sebagai penyebut dalam perhitungan tarif.
Meskipun perusahaan dicegah untuk menggunakan perhitungan biaya langsung atau
biaya variabel untuk menentukan laba kena pajak, tetapi perusahaan diperbolehkan
menggunakan kapasitas yang sekarang dapat dicapai sebagai dasar untuk menentukan
tarif yang digunakan dalam menyerap overhead tetap ke produk. Hanya varians
anggaran dan efisiensi yang perlu dikapitalisasi.
5
c. Alokasi biaya tidak langsung
Salah satu keputusan paling kontroversial yang dihadapi oleh organisasi adalah
apakah mengalokasikan biaya tidak langsung atau tidak mengalokasikannya kepada
produk dan/atau pusat pertanggungjawaban serta dasar alokasi yang digunakan.
Menurut penelitian oleh NAA, biaya tidak langsung dapat dibedakan secara tepat
menjadi dua macam, yaitu biaya jasa korporasi (corporate service costs) dan biaya
administrasi korporasi (corporate administrative costs). Biaya jasa korporasi
(corporate service costs) adalah jasa terpusat yang bermanfaat pada berbagai macam
pusat pertanggungjawaban. Biaya administrasi korporasi (corporate administrative
costs) adalah biaya-biaya yang dibutuhkan untuk operasi kantor korporasi (pusat). Jika
dikaitkan dengan skema insentif, alokasi biaya ini mendorong manajer untuk
memperhatikan biaya yang dilaporkan dan membantu memecahkan beberapa masalah
pengendalian dan koordinasi.
d. Analisis Varians
Unsur utama dan pengendalian biaya adalah perbandingan secara periodik
antara biaya aktual dengan sasaran biaya yang sudah ditentukan sebelumnya, baik
dalam bentuk anggaran maupun standar. Perbandingan tersebut juga akan
menghasilkan sejumlah varians, yang merupakan hasil dari berbagai penyebab,
beberapa di antaranya dapat dijelaskan dan dikendalikan, sementara yang lain tidak
dapat dijelaskan maupun dikendalikan. Selisih biaya adalah hasil perbandingan antara
biaya aktual dengan biaya yang dianggarkan atau standarnya. Selisih biaya tidak
menguntungkan terjadi apabila biaya aktual lebih besar dibandingkan yang
dianggarkan atau standarnya. Selisih biaya menguntungkan terjadi jika biaya aktual
lebih kecil dibandingkan yang dianggarkan atau standarnya.
- Keputusan investigasi varians; keputusan manajemen untuk menginvestigasi
selisih bergantung pada penilaian signifikansi selisih yang diobservasi. Bila
manajemen memutuskan untuk tidak melakukan investigasi, manajemen akan
berhadapan pada dua kemungkinan, selisih tidak terjadi lagi di dalam operasi
selanjutnya atau selisih terjadi secara berlanjut dan kondisi tersebut menjadi tidak
dapat diperbaiki.
- Aspek keperilakuan; Semua model akuntansi untuk investigasi selisih biaya dapat
didasarkan pada sudut pandang kendali struktural atau tinjauan sibernetika
pengendalian. Pandangan sibernetika memandang bahwa pengendalian dapat
dianalogikan sebagai mesin homostatis yang dapat mengatur dirinya sendiri.
6
Komponen khusus dari kebijakan pengendalian yang dapat memengaruhi respons
manusia adalah faktor-faktor berikut: (1) batas kendali, adalah jarak toleransi
hasil kinerja yang dipertimbangkan dapat diterima oleh manajemen; (2) hasil
umpan balik menimbulkan perasaan sukses atau gagal bagi individu, selisih yang
menguntungkan menimbulkan perasaan sukses dan selisih tidak menguntungkan
menimbulkan perasaan gagal; (3) keketatan pelaksanaan, dapat memengaruhi
perilaku dan kinerja manusia; (4) struktur penghargaan, yang biasanya
memengaruhi perilaku manusia, tetapi tingkat respons orang dapat berbeda-beda.

D. Kegunaan Evaluasi Kinerja


Evaluasi kinerja adalah metode penilaian secara periodik atas efisiensi dan
efektivitas operasional suatu organisasi (perusahaan), baik subunitnya maupun personel
atau karyawan sesuai dengan standar kinerja atau tujuan yang telah ditetapkan terlebih
dahulu. Penilaian dilakukan atas sifat, perilaku seseorang, atau prestasi sebagai dasar untuk
keputusan dan rencana penggembangan personel. Evaluasi harus sering dilakukan agar
masalah yang dihadapi dapat diketahui dan dicari jalan keluar yang baik. Tujuan utama
dari evaluasi kinerja adalah memotivasi para karyawan untuk mencapai tujuan
perusahaan/organisasi dan agar para karyawan mematuhi standar perilaku yang telah
ditetapkan sehingga tindakan dan hasil pekerjaan menjadi lebih baik dan sesuai dengan
target yang diinginkan. Kegunaan evaluasi kinerja yaitu:
- Mengelola kegiatan operasional organisasi secara efektif dan efisien dengan
memaksimalkan motivasi karyawan.
- Membantu karyawan dalam mengambil keputusan, misalnya promosi dan transfer.
- Mengidentifikasi kriteria kebutuhan pelatihan khusus untuk pengembangan sehingga
organisasi dapat mendapatkan program pelatihan yang cocok dengan keadaan
organisasi.
- Memberikan feedback kepada karyawan bagaimana atasan melihat kinerja mereka.
- Memberikan dasar pemberian hadiah dan hukuman (reward and punishment).

E. Motivasi Sebagai Pendorong Efisiensi


Motivasi adalah serangkaian sikap dan nilai-nilai yang mempengaruhi individu
untuk mencapai hal yang spesifik sesuai dengan tujuan individu. Motivasi fokus terhadap
bagaimana cara untuk mendorong manusia (karyawan) dapat berperilaku sesuai dengan

7
ketentuan atau harapan. Teori harapan (expectancy theory) menyatakan bahwa perilaku
manusia dipengaruhi oleh upayanya untuk mencapai kepuasan pribadinya.
Teori harapan memfokuskan tiga hubungan sebagai berikut:
a. Hubungan antara upaya untuk mencapai tujuan dengan kinerja karyawan, prioritas
yang dipersepsikan oleh individu yang mengeluarkan sejumlah upaya/cara tertentu
dapat mendorong kinerja karyawan tersebut.
b. Hubungan antara kinerja karyawan dan hasil didapatkan, karyawan dapat meyakini
tingkatan kinerja tertentu dapat mengakibatkan tercapainya suatu hasil yang
diharapkan.
c. Hubungan antara hasil yang diharapkan dengan tujuan pribadi, karyawan berusaha
mencapai hasil yang diharapkan dengan berbagai cara sehingga adanya daya tarik
terhadap hadiah (reward) organisasi untuk karyawan dan memenuhi tujuan
pribadinya.
Motivasi akan mendorong karyawan aktif menyelesaikan berbagai tugas sesuai
tanggung jawab yang diemban. Seorang karyawan yang termotivasi akan mempunyai
kepuasan kerja dan performa tinggi serta keinginan untuk berhasil yang nantinya hal ini
dapat meningkatkan efektifitas perusahaan. Karyawan yang termotivasi kinerjanya
meningkat, dan hal ini meningkatkan komitmennya terhadap pekerjaan.

F. Aspek Keperilakuan dari Langkah Evaluasi Kinerja


Evaluasi kinerja adalah penilaian periodik terhadap efektivitas suatu
perusahaan/organisasi, subunit, dan personil.

Langkah-Langkah Evaluasi Kinerja Dalam Aspek Keperilakuan


Langkah-langkah yang digunakan untuk mengukur dan mengevaluasi kinerja adalah
sebagai berikut :
1) Tahap Persiapan
a. Penentuan daerah pertanggungjawaban dan manajer yang bertanggung jawab.
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menetapkan dengan jelas
daerah pertanggungjawaban yang menjadi wewenang. Dalam daerah
pertanggungjawaban tersebut seseorang diberi wewenang untuk mempengaruhi
secara signifikan berbagai variabel yang menentukan pencapaian sasaran yang
telah ditetapkan. Dengan batas tanggung jawab dan sasaran yang jelas, seseorang
akan mudah dinilai kinerjanya.
8
b. Penetapan kriteria pengukuran kinerja.
Dalam menetapkan kriteria kinerja manajer, berbagai faktor berikut ini
perlu dipertimbangkan:
● Dapat diukur atau tidaknya kriteria
● Rentang waktu sumber daya dan biaya
● Bobot yang dipertimbangkan atas kriteria
c. Pengukuran kinerja sesungguhnya.
Setelah seorang manajer ditetapkan bagian atau aktifitas yang menjadi
daerah wewenangnya dan ditetapkan pula kriteria dalam menjalankan bagian atau
dalam melaksanakan aktivitasnya, langkah berikutnya dalam penilaian kinerja
adalah melakukan pengukuran hasil sesungguhnya bagian atau aktifitas yang
menjadi daerah wewenang manajer tersebut. Meskipun pengukuran kinerja
tampaknya objektif, bersifat repetitif dan merupakan kegiatan yang rutin, namun
pengukuran kinerja itu sendiri seringkali memicu timbulnya perilaku yang tidak
semestinya.
Perilaku yang tidak seharusnya muncul dalam pengukuran kinerja adalah :
● Perataan (smothing)
Perataan meliputi semua kegiatan yang digunakan oleh manajer untuk
mempengaruhi arus data dengan cara mempercepat atau menunda pesan
yang disampaikan kepada manajer atasnya. Perataan dilakukan dengan cara
mengirim pesan dalam periode sekarang mengenai peristiwa yang terjadi
dalam periode yang akan datang atau menunda pengiriman pesan mengenai
peristiwa sekarang sampai dengan periode yang akan datang. Informasi
pendapatan dan biaya biasanya merupakan informasi yang menjadi objek
perataan untuk memenuhi kepentingan pribadi manajer yang diukur
kinerjanya.
● Pencondongan (biasing)
Perilaku tidak semestinya yang lain yang kemungkinan timbul dalam
proses pengukuran kinerja sesungguhnya adalah pencondongan, yang
merupakan metode manipulasi data yang digunakan oleh manajer dengan
memilih pesan diantara berbagai rangkaian pesan yang mungkin dihasilkan,
yang kemungkinan menghasilkan gambaran yang paling menguntungkan
bagi kinerja manajer tersebut. Jika kemungkinan untuk memilih, manajer

9
cenderung akan memilih metode akuntansi yang memberikan gambaran
yang paling baik bagi manajer.
● Permainan (gaming)
Manipulasi hasil kerja dapat pula dilaksanakan dengan memanfaatkan
berbagai aspek hubungan antara atasan dengan bawahannya. Jika misalnya
manajer atas menetapkan aturan main dalam pengukuran kinerja seperti
target laba, biaya standar, aturan untuk pendistribusian penghargaan,
manajer bawahnya kemudian memilih satu diantara alternatif tindakan yang
mungkin dilaksanakan, yang menghasilkan dampak yang paling
menguntungkan bagi dirinya. Permainan ini dapat dicegah dengan
mengukur kinerja manajer tidak dengan kriteria tunggal tapi dengan kriteria
beragam (multiple criteria) atau kriteria gabungan (composite criteria).
● Penonjolan dan pelanggaran aturan (focusing and illegal act)
Penonjolan terjadi dengan cara menonjolkan pesan yang
menguntungkan diri pengirim pesan dan menyembunyikan pesan yang
tidak menguntungkan dirinya. Perilaku ini seringkali terjadi jika perusahaan
menggunakan kriteria beragam untuk pengukuran kinerja. Penonjolan dapat
berupa pemalsuan data yang digunakan untuk pengukuran kinerja jika
manajer tidak dapat mencapai target yang telah ditetapkan atau manajer
dapat membatasi keluaran bagiannya untuk menghindari dinaikkannya
target keluaran di masa yang akan datang atau karyawan yang sangat
produktif ditekan oleh rekan sekerjanya untuk mengurangi kecepatan
kerjanya. Penonjolan sering berbentuk pelanggaran aturan perusahaan atau
bahkan pelanggaran hukum. Misalnya untuk memberikan gambaran
profitabilitas perusahaan kepada calon kreditur atau investor, manajemen
perusahaan memalsukan angka-angka pendapatan dan biaya.
2) Tahap Penilaian
a. Perbandingan kinerja sesungguhnya dengan sasaran.
Perbandingan kinerja sesungguhnya dengan sasaran melalui laporan
kinerja periodik memberikan umpan balik kepada manajer untuk mengatasi
ketidakefisienan dan ketidakefektifan kinerja melalui analisis selisih dan
tindakan-tindakan koreksi.
b. Penentuan penyebab terjadinya penyimpangan.

10
Penyimpangan kinerja sesungguhnya dari sasaran yang ditetapkan perlu
dianalisis untuk menentukan penyebab terjadinya penyimpangan tersebut, dan
dapat direncanakan tindakan untuk mengatasinya. Baik penyimpangan yang
merugikan maupun yang menguntungkan memerlukan perhatian, analisis, dan
penafsiran dan manajemen. Penyimpangan yang merugikan memberi tanda
bahaya dan memerlukan penyelidikan lebih lanjut untuk menemukan penyebab
yang tepat. Penyimpangan yang menguntungkan juga memerlukan perhatian
yang sama dari manajemen karena mengandung informasi yang banyak
manfaatnya. Penyimpangan tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi
dan memberikan penghargaan terhadap kinerja yang luar biasa dan untuk
menunjukkan realistis atau tidaknya sasaran yang ditetapkan.
Masalah yang kemungkinan timbul dalam menentukan penyebab
penyimpangan adalah manajer dan bawahannya tidak bekerja sama dalam
penyelidikan. Seringkali pencarian penyebab terjadinya penyimpangan
dianggap sebagai upaya untuk mencari siapa yang salah. Dalam situasi ini
manajer seringkali merasa terancam, bersikap bertahan, menolak kekurangan
yang terjadi atau mencoba untuk menyalahkan orang lain. Untuk menghindari
situasi seperti ini para manajer harus diyakinkan bahwa proses evaluasi adalah
mencari penyebab yang ditujukan untuk memecahkan masalah masa yang
akan datang dan bukan mencari siapa yang salah atas hasil yang tidak
menguntungkan dimasa yang lalu.
c. Penegakan perilaku yang diinginkan dan tindakan yang digunakan untuk
mencegah perilaku yang tidak diinginkan.
Hasil merupakan petunjuk efektifitas kinerja. Organisasi harus
melakukan evaluasi atas keduanya, perilaku dan hasil yang dicapai dari
perilaku tersebut. Hasil dimasa yang akan datang dapat dipengaruhi oleh
penegakkan perilaku yang diinginkan melalui sistem penghargaan yang
didasarkan atas kinerja. Sistem akuntansi memiliki fungsi yang penting dalam
evaluasi. Tahap akhir penilaian kinerja adalah tindakan koreksi untuk
menegakkan perilaku tertentu di dalam pencapaian sasaran yang telah
ditetapkan. Sasaran yang dicapai dengan menggunakan perilaku tidak seperti
yang diinginkan bukan merupakan tujuan penilaian kinerja. Perilaku
merupakan tindakan orang untuk memproduksi hasil kerja manajer dengan
cara menyediakan data kuantitatif untuk menentukan bagaimana, kepada
11
siapa, dan untuk apa penghargaan didistribusikan. Sistem akuntansi juga dapat
menunjukkan bidang yang didalamnya perlu diadakan perubahan perilaku
untuk penyehatan dan pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang.
3) Tahap Pelaporan Hasil
Bila semua langkahnya sudah dilakukan, langkah terakhir adalah membuat
laporan hasil. Laporan proses penilaian kemudian disampaikan ke setiap karyawan
sebagai rujukan atau pegangan mereka. Bisa disampaikan pula mengenai rencana apa
saja yang akan dilakukan perusahaan agar para karyawan bisa mempersiapkan atau
memberi masukan.

G. Case Study

Judul Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Menggunakan Metode


Full Costing untuk Menentukan Harga Jual pada UMKM Tempe Pak
Rasman Oku Selatan

Jurnal Jurnal Pemikiran dan Pengembangan Ekonomi Syariah

Volume dan
Volume 7 Nomor 2
Halaman

Tahun 2022

Penulis Fitria Marisya

Link Unduhan https://ejournal.stebisigm.ac.id/index.php/esha/article/view/385/230

Summary Perhitungan Harga Pokok Penjualan (HPP) merupakan hal yang


penting untuk diperhatikan karena semakin meningkatnya persaingan
antar perusahaan dalam menghasilkan produk-produk yang
berkualitas dengan harga yang cukup bersaing.
UMKM dalam menentukan harga jual seringkali kurang tepat, Hal
ini disebabkan karena kurang akuratnya UMKM dalam menentukan
harga pokok produksi dari produk yang dihasilkan. Penentuan harga
pokok produksi ini terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung dan biaya overhead pabrik (Siswanto, 2015). Ketiga jenis
biaya tersebut harus dicatat dan disesuaikan dengan jenis dan sifat
biaya tersebut. Adapun tujuan utama yang diinginkan oleh
perusahaan adalah laba atau keuntungan begitu juga dengan UMKM.
Mengingat ketatnya Persaingan di dalam dunia bisnis menuntut
perusahaan untuk meningkatkan efisiensi dalam menghitung biaya
produksi, karena harga pokok produksi sangatlah penting bagi

12
perusahaan untuk menentukan harga jual produknya (Maslikah &
Saskara, 2018). Untuk menghitung biaya pokok produksi ini
memerlukan akuntansi biaya, tujuannya tentu untuk mengetahui
berapa biaya yang sudah dikeluarkan sehingga bisa dikalkulasi dalam
menentukan harga pokok dari produksi.
UMKM "Tempe Rasman" merupakan usaha mikro, kecil dan
menengah yang bergerak di bidang produksi tempe. Usaha ini belum
sepenuhnya memperhatikan biaya overhead pabrik. Perhitungan
harga pokok produksinya dengan menggunakan metode yang
sederhana sehingga terdapat banyak biaya overhead yang digunakan
untuk memproduksi namun belum dimasukkan dalam perhitungan
harga pokok produksi tempe. Hal ini dikarenakan biaya overhead
pabrik yang belum diperhitungkan dan tidak terinci dengan baik dan
benar. Agar UMKM dapat menghitung harga pokok produksi dengan
tepat dan akurat, maka usaha mikro, kecil dan menengah ini dapat
menggunakan metode yaitu metode full costing. Karena metode ini
memperhitungkan semua biaya-biaya baik yang bersifat tetap
maupun variabel. Metode full costing ini untuk menentukan harga
pokok produksi dan harga jual (Badriah & Nurwanda, 2019).

Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perbandingan antara


Penelitian perhitungan harga pokok produksi yang ditetapkan oleh pihak
perusahaan dengan perhitungan harga pokok produksi dengan
menggunakan metode full costing.

Metode Pada penelitian ini, Penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif


Penelitian dan analisa data secara kuantitatif. Analisa kuantitatif yang
digunakan pada penelitian ini adalah melakukan perhitungan harga
pokok produksi dengan menggunakan metode full costing. Teknik
yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah wawancara,
observasi, dokumentasi dan studi pustaka.

Objek Penelitian ini dilakukan pada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
Penelitian Tempe milik Pak Rasman yang berlokasi di Desa Tanjung Harapan,
Kecamatan Banding Agung, Kabupaten Oku Selatan

Hasil dan Diketahui bahwa perhitungan harga pokok produksi dengan


Pembahasan menggunakan metode perusahaan dan metode full costing memiliki
perbedaan nilai. Pada perhitungan harga pokok produksi dengan
metode full costing, harga pokok produksi yang dihasilkan lebih
besar dibandingkan dengan perhitungan harga pokok produksi
dengan metode perusahaan. Hal ini karena dengan menggunakan
metode full costing, semua unsur biaya dihitung secara rinci yang
terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya

13
overhead pabrik. Sedangkan pada perhitungan harga pokok produksi
dengan metode perusahaan, harga pokok produksi yang dihasilkan
lebih kecil karena perusahaan belum memasukkan biaya overhead
pabrik dengan secara rinci ke dalam biaya produksinya dan belum
memasukkan biaya tenaga langsung. Perusahaan hanya memperinci
biaya bahan baku. Maka dari itu, perhitungan harga pokok produksi
dengan metode perusahaan lebih kecil dibandingkan dengan
menggunakan metode full costing.
Nilai harga pokok produksi yang dihasilkan dengan metode full
costing sebesar Rp 13.320.620 sedangkan nilai yang dihasilkan
menurut metode perusahaan sebesar Rp 9.246 620. Sehingga terdapat
selisih perhitungan harga pokok produksi sebesar Rp 13.320.620 - Rp
9.246.620 = Rp 4.074.000.
Berdasarkan hasil dari perhitungan yang telah dilakukan, terdapat
perbandingan dari hasil perhitungan harga jual dengan dasar harga
pokok produksi menggunakan metode perusahaan dan harga jual
dengan menggunakan metode full costing. Perhitungan harga jual
dengan menggunakan metode full costing sebesar Rp 6.660 dengan
pembulatan menjadi Rp 6.700. Sedangkan, harga jual menurut
metode perusahaan sebesar Rp 4.620. Selisih antara kedua harga jual
tersebut adalah Rp 6.700 - Rp 4.620 = Rp 2.080.

Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :


1. Berdasarkan perhitungan harga pokok produksi
menggunakan metode full costing harga pokok produksi
tempe sebesar Rp 13.320.620 sedangkan menurut metode
perusahaan sebesar Rp 9.246 620. Maka selisih antara kedua
metode tersebut adalah Rp 4.074.000. Dan harga jual menurut
metode full costing sebesar Rp 6.700 sedangkan menurut
perusahaan sebesar Rp 4.620. Selisih antara kedua harga jual
tersebut adalah Rp 2.080. Hasil perhitungan harga pokok
produksi yang dilakukan oleh penulis menunjukkan bahwa
perhitungan biaya produksi yang dilakukan oleh perusahaan
salah dan membuat perusahaan mengalami kerugian.
2. Perhitungan harga pokok produksi dengan metode full
costing lebih tinggi daripada perhitungan harga pokok
produksi menurut perusahaan karena metode full costing
memasukkan seluruh elemen biaya yang bersifat variabel
maupun tetap.

Kekuatan - Jurnal ini menggunakan bahasa yang umum digunakan


Penelitian sehingga mudah dipahami semua kalangan pembaca.
- Hasil penelitian ini membantu memperbaiki perhitungan

14
harga pokok produksi dan memberikan informasi yang
membantu UMKM "Tempe Rasman" dalam menentukan
harga jual yang semestinya.
- Referensi penelitian yang digunakan untuk mendukung
penelitian yang dilakukan sudah sesuai dengan ketentuan,
yakni berasal dari jurnal dan buku.

Kelemahan - Tinjauan Pustaka yang kurang dijelaskan.


Penelitian - Penggunaan bahasa yang sedikit bertele-tele.
- Terdapat kesalahan pengetikan pada nilai selisih harga pokok
produksi di bagian kesimpulan, hal ini tentunya dapat
menimbulkan kesalahan penyajian informasi.

15
KESIMPULAN

Akuntansi biaya mengidentifikasi, menguantifikasi, mengakumulasikan, dan


melaporkan berbagai elemen biaya yang berkaitan dengan produksi barang atau jasa. Sistem
biaya ini ada dua macam, yaitu sistem biaya tradisional dan sistem biaya standar. Biaya standar
dinilai lebih efektif sebagai alat pengendalian dan evaluasi kinerja dibandingkan sistem biaya
tradisional yang memiliki banyak kelemahan serta informasi yang diberikan oleh sistem biaya
tradisional tidak sesuai dengan tujuan pengendalian modern. Penentuan biaya dapat dilakukan
dengan tiga metode, yaitu full costing, variable costing, dan activity Based Costing.
Aspek keperilakuan yang berpengaruh dalam menentukan keberhasilan atau kegagalan
sistem biaya standar yang digunakan pada tahap pemilihan akuntansi biaya meliputi penetapan
standar, penyerapan overhead, alokasi biaya tidak langsung, dan analisis varians. Evaluasi
kinerja adalah metode penilaian secara periodik atas efisiensi dan efektivitas operasional suatu
organisasi (perusahaan) sesuai dengan standar kinerja atau tujuan yang telah ditetapkan terlebih
dahulu. Evaluasi kinerja bertujuan memotivasi para karyawan untuk mencapai tujuan
perusahaan/organisasi dan agar para karyawan mematuhi standar perilaku yang telah
ditetapkan. Motivasi yang dimiliki oleh karyawan penting dalam meningkatkan efisiensi
kinerja. Motivasi akan mendorong karyawan aktif menyelesaikan berbagai tugas sesuai
tanggung jawab yang diemban.
Langkah-langkah yang digunakan untuk mengukur dan mengevaluasi kinerja terdiri dari
tiga tahap, yaitu (1)tahap perencanaan yang meliputi penentuan daerah pertanggungjawaban
dan manajer yang bertanggung jawab, penetapan kriteria pengukuran kinerja, pengukuran
kinerja sesungguhnya; (2)tahap penilaian yang meliputi perbandingan kinerja sesungguhnya
dengan sasaran, penentuan penyebab terjadinya penyimpangan, penegakan perilaku yang
diinginkan dan tindakan yang digunakan untuk mencegah perilaku yang tidak diinginkan; dan
(3)tahap pelaporan hasil

16
DAFTAR PUSTAKA

Lubis, Arfian, I. 2017. Akuntansi Keperilakuan Edisi 3. Jakarta: Salemba Empat.


123dok.com. (n.a.). Full Costing, Variable Costing, Activity Based Costing. id.123dok.com.
Retrieved October 11, 2022, from https://text-id.123dok.com/document/9ynlvk9jq-
full-costing-variable-costing-activity-based-costing.html.
Nasrudin, A. (2019, July 8). Penetapan Biaya. Cerdas.co. Retrieved October 11, 2022, from
https://cerdasco.com/penetapan-biaya/.
Sodexo.co.id. (2021, January 4). Inilah Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan.
Sodexo Benefits and Rewards Indonesia. Retrieved October 11, 2022, from
https://www.sodexo.co.id/inilah-pengaruh-motivasi-terhadap-kinerja-karyawan/.
Ningrum, R. (2021, July 6). Inilah 5 Langkah Penilaian Kinerja Mudah dan Simpel. Kerjoo.
Retrieved October 11, 2022, from https://kerjoo.com/blog/penilaian-kinerja/.
Marisya, F. (2022, Februari). View of Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi
Menggunakan Metode Full Costing Untuk Menentukan Harga Jual Pada UMKM
Tempe Pak Rasman OKU Selatan. Ejournal STEBIS IGM. Retrieved October 11, 2022,
from https://ejournal.stebisigm.ac.id/index.php/esha/article/view/385/230.

17

Anda mungkin juga menyukai