B. Penentuan Biaya
1) Filosofi Utama
Dalam penentuan biaya (costing) dapat digunakan beberapa metode, antara lain
metode penentuan biaya penuh (full costing), metode penentuan biaya variabel (variable
costing), dan metode penentuan biaya berbasis aktivitas (activity-based costing). Metode
1
penentuan biaya penuh atau metode penentuan biaya absorpsi adalah metode penentuan
biaya yang membebankan semua biaya produksi, baik biaya variabel maupun biaya
produksi tetap pada produk atau objek biaya. Metode penentuan biaya variabel adalah
metode penentuan biaya yang membebankan semua biaya produksi variabel (yaitu biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead variabel) pada produk atau
objek biaya. Metode penentuan biaya berbasis aktivitas adalah metode penentuan biaya
yang membebankan biaya melalui dua tahap yaitu, penentuan aktivitas dan tarif biaya
untuk setiap aktivitas, dan membebankan biaya produk atau objek lain.
2) Pendorong Perilaku
Dalam hal pengujian ulang, pertanyaan-pertanyaan seperti yang ditanyakan oleh
David Hawkins yaitu apa yang dimotivasi oleh konsep akuntansi, prinsip, atau praktik
akuntansi untuk dilakukan oleh manajer dengan kepentingan pribadi mereka yang egois?,
dan apakah tindakan yang mungkin ini mengaburkan kinerja manajerial, memberikan ilusi
kerja yang sebenarnya tidak ada, atau mengarah pada tindakan ekonomi yang buruk?
Hawkins menyatakan bahwa konsep, prinsip, dan praktik akuntansi adalah bagus
secara keperilakuan maupun teknis jika konsep, prinsip, atau praktik tersebut menghambat
manajer dari pengambilan berbagai tindakan operasi yang tidak menguntungkan guna
membenarkan adopsi atas suatu alternatif akuntansi, menghambat adopsi atas praktik
akuntansi oleh perusahaan yang hanya menciptakan ilusi kinerja.
Berikut akan dibahas penggunaan informasi yang diusulkan oleh metode penentuan
biaya variabel untuk perencanaan, pengendalian, dan pembuatan keputusan. Biaya teknik
meliputi biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead
variabel, seperti bahan bakar dan listrik. Biaya-biaya tersebut memiliki “hubungan
eksplisit tertentu dengan ukuran aktivitas yang dipilih”. Biaya diskresioner (juga disebut
sebagai biaya terprogram) adalah biaya yang muncul dari keputusan periodik (biasanya
tahunan) terkait jumlah maksimum yang akan dikeluarkan, dan biaya yang tidak memiliki
hubungan optimum yang dapat ditunjukkan di antara input (yang diukur dengan biaya)
dan output (yang diukur dengan pendapatan atau tujuan lainnya).
2
a) Standar harus ditetapkan dalam cara yang sedemikian rupa, sehingga orang
menerimanya sebagai sesuatu yang realistis dan bukannya arbitrer
b) Orang – orang harus merasa bahwa mereka memiliki pengaruh dalam menetapkan
tujuannya sendiri
c) Orang – orang harus yakin bahwa mereka tidak akan dihukum secara tidak adil untuk
variasi normal yang terjadi secara kebetulan dalam kinerjanya
d) Umpan balik atas kinerja harus bertujuan untuk memperbaiki maupun mengevaluasi.
Terdapat dua faktor penting dalam penetapan standar yang memengaruhi perilaku yaitu:
a) Partisipasi dalam penentuan standar, Michael foran dan Don DeCoster mengatakan
“jika para karyawan berpartisipasi dalam penetapan standar kinerjanya sendiri,
mereka biasanya membuat komitmen yang jelas terhadap standar dan karena itu
bersedia bekerja keras untuk mencapainya. Teori yang digunakan adalah teori kognitif
b) Ketat atau longgarnya standar, bagi banyak individu standar yang terlalu ketat
mungkin mengakibatkan berbuat kesalahan dan menimbulkan rasa frustasi, namun
jika terlalu longgar juga mengakibatkan para pelaksana tidak termotivasi untuk
mencapai kinerja yang tinggi. Maka standar yang baik adalah standar yang relative
ketat tetapi masih memungkinkan untuk dicapai
2) Penyerapan Overhead
Banyak praktik perusahaan menggunakan metode penentuan biaya penuh yang
membebankan overhead pabrik variabel dan tetap pada produk berdasarkan tariff
diestimasi dan level kapasitas yang sudah ditentukan sebelumnya. Jika level kapasitas
yang diserap berbeda dengan yang sudah ditetntuakan maka akan terjadi selisih overhead
dalam jumlah yang besar. Maka dari itu undang – undang pajak penghasilan mendorong
perusahaan untuk menggunakan tingkat kapasitas aktual. Dan perusahaan diperbolehkan
menggunakan kapasitas yang sekarang dapat dicapai sebagai dasar untuk menentukan tarif
yang digunakan dalam menyerap overhead tetap keproduk. Porsi volume dan kapasitas
dari varians yang dibebankan terlalu rendah dapat dibebankan pada periode terjadinya.
Hanya varians anggaran dan efisiensi yang perlu di kapitalisasi.
3) Alokasi Biaya Tidak Langsung
Dalam riset yang didukung oleh National Association of Accountants (NAA), james
Fremgem dan Shu S. Liao menemukan bahwa perusahaan responden membedakan dengan
tegas dua jenis biaya tidak langsung yaitu :
3
a) Biaya jasa korporat adalah biaya jasa yang dilakukan secara sentral untuk manfaat
koroporat dan berbagai pusat pertanggungjawaban, biaya ini termasuk biaya
akuntansi, pengolahan data, WATS line, penelitian dan pengembangan
b) Biaya administrative korporat adalah biaya yang diperlukan untuk mengoperasikan
kantor korporat, biaya ini termasuk gaji, hubungan masyarakat dan biaya korporat
lainnya terjadi untuk menjalankan perusahaan secara keseluruhan.
4) Analisis Varians
Perbandingan tersebut juga akan menghasilkan sejumlah varians karena mustahil
bahwa biaya actual yang terjadi akan setara dengan standar atau anggaran dari elemen
operasional yang akan dikendalikan. Varians tersebut dapat merupakan hasil dari
berbagai penyebab, beberapa diantaranya dapat dijelaskan dan dikendalikan, sementara
yang lain tidak dapat dijelaskan maupun dikendalikan.
4
2) Hubungan antara kinerja karyawan dan hasil yang didapatkan, karyawan dapat
meyakini tingkatan kinerja tertentu dapat mengakibatkan dan mendorong tercapainya
suatu hasil yang diharapkan karyawan tersebut.
3) Hubungan antara hasil yang diharapkan dengan tujuan pribadi, karyawan dapat
berusaha mencapai hasil yang dia harapkan dengan berbagai cara sehingga adanya
daya tarik terhadap hadiah (rewards) organisasi untuk karyawan dan untuk memenuhi
tujuan pribadinya.
5
mengevaluasi kinerja actual, sistem seharusnya berhati-hati dalam menentukan
standar biaya untuk prediksi biaya dan alokasi anggaran untuk biaya tidak terduga.
d) Kriteria evaluasi kinerja harus sesuai dengan lingkup dari tanggung jawab yang
telah ditugaskan.
(a) Menetapkan Kriteria Kinerja
Beberapa kriteria kinerja adalah keterukuran kinerja, rentang waktu sumber
dan biaya, bobot yang ditentukan untuk kriteria, indikasi kinerja vs kriteria kinerja,
aspek penggunaan keperilakuan, dan imbal hasil investasi.
(b) Mengukur Kinerja Aktual
Langkah berikutnya dalam mengevaluasi kinerja adalah mengukur hasil aktual
dari segmen atau kegiatan. Beberapa cara untuk perilaku disfungsional, yaitu
manajemen laba, pembiasan, permainan, dan pemusatan dan tindakan ilegal.
(c) Pembandingan Kinerja Aktual dan Diharapkan
Pembandingan kinerja aktual dan kinerja yang diharapkan melalui laporan
kinerja periodik dapat memberikan umpan balik pada para manajer untuk
mengatasi ketidakefisienan dan ketidakefektifan kinerja melalui analisis selisih dan
tindakan-tindakan koreksi.
Referensi
Lubis, Arfan Ikhsan. 2017. Akuntansi Keperilakuan, Akuntansi Multiparadigma. Jakarta:
Salemba Empat.
Supriyono, R.A. 2018. Akuntansi Keperilakuan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.