Anda di halaman 1dari 13

PANDANGAN FILSAFAT PANCASILA TENTANG MANUSIA,

MASYARAKAT, PENDIDIKAN, DAN NILAI.

FILSAFAT PENDIDIKAN

Disusun Oleh:
Kelompok 5

Graciela Br Sembiring 7221141004


Tamaria Br Sidebang 7223141011
Hernita Siagian 5221400835

PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat-Nya sehingga
kami kelompok 5 dapat menyelesaikan peyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang
masih sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca dalam lebih memahami tentang pembahasan kita kali ini yaitu teori
perkembangan dalam mata kuliah perkembangan peserta didik. Makalah ini kami akui masih banyak
kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan
kepada para pembaca dan dosen pengampu untuk memberikan masukan masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Medan, September 2022

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

COVER ..................................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................................1
B Rumusan Masalah.............................................................................................................1
C Tujuan...............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A Pengertian Filsafat Pancasila............................................................................................2
B Pandangan Filsafat Pancasila tentang Manusia................................................................2
C Pandangan Filsafat Pancasila tentang Masyarakat.......................................................... 4
D Pandangan Filsafat Pancasila Tentang Pendidikan ............................................ .............4
E Pandangan Filsafat Pancasila Tentang Nilai ................................................................... 5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA

ii
i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pancasila sebagai dasar dari pembentukan negara indonesia sebagaimana yang dikemukakan
oleh Bung Karno didalamnya lahirnya Pancasila. Fungsi dari ideologi yaitu serangkaian nilai-
nilai yang dijadikan pegangan oleh setiap warga negara untuk mengikat seluruh anggotanya
dalam suatu negara Republik Indonesia. Pancasila sebagai ideologi mempunyai hak untuk
mengatur dan mengarahkan setiap kegiatan yang dilakukan baik secara pribadi maupun
kelompok untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia.
Filsafat Pancasila adalah hasil pemikiran yang sedalam-dalamnya dari bangsa Indonesia,
yang oleh bangsa Indonesia dianggap, dipercaya dan diyakini sebagai suatu kenyataan, norma-
norma, nilai-nilai yang paling benar, paling adil, paling bijaksana, paling baik dan paling sesuai
bagi bangsa Indonesia.
Pendidikan sebagai suatu lembaga yang berfungsi menanamkan dan mewariskan sistem
norma tingkah laku perbuatan yang didasarkan kepada dasar-dasar filsafat yang dijunjung oleh
lembaga pendidikan dan pendidik dalam suatu masyarakat. Filsafat pendidikan nasional
Indonesia adalah suatu sistem yang mengatur dan menentukan teori dan praktek pelaksanaan
pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh filsafat hidup bangsa "Pancasila" yang
diabdikan demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia dalam usaha merealisasikan cita-cita
bangsa dannegara Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pandangan filsafat Pancasila tentang manusia?
2. Bagaimana pandangan filsafat Pancasila tentang masyarakat?
3. Bagaimana pandangan filsafat Pancasila tentang pendidikan dan nilai?

C. Tujuan
1. Mengetahui pandangan filsafat Pancasila tentang manusia
2. Mengetahui pandangan filsafat Pancasila tentang masyarakat
3. Mengetahui pandangan filsafat Pancasila tentang pendidikan dan nilai
1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat Pancasila


Pancasila yang dibahas secara filosofis disini adalah Pancasila yang butir-butirnya
termuat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang tertulis dalam alinia ke empat.
Dijelaskan bahwa Negara Indonesia didasarkan atas Pancasila. Pernyataan tersebut menegaskan
hubungan yang erat antara eksistensi negara Indonesia dengan Pancasila. Lahir, tumbuh dan
berkembangnya negara Indonesia ditumpukan pada Pancasila sebagai dasarnya. Secara filosofis
ini dapat diinterpretasikan sebagai pernyataan mengenai kedudukan Pancasila sebagai jati diri
bangsa.
Melihat dari beragamnya kebudayaan yang terdapat dalam bangsa Indonesia maka
proses kesinambungan dari kehidupan bangsa merupakan tantangan yang besar. Demi
perkembangan kebudayaan Indonesia selanjutnya dituntut adanya rumusan yang jelas yang
mampu berperan sebagai pemersatu bangsa sehingga ciri khas bangsa Indonesia menjadi nyata.
Jadi, Pancasila mengarahkan seluruh kehidupan bersama bangsa, pergaulannya dengan
bangsa-bangsa lain dan seluruh perkembangan bangsa Indonesia dari waktu kewaktu. Namun
dengan diangkatnya Pancasila sebagai jati diri bangsa Indonesia tidak berati bahwa Pancasila
dengan nilai-nilai yang termuat didalamnya sudah terumus dengan teliti dan jelas, juga tidak
berarti pancasila telah merupakan kenyataan didalam kehidupan bangsa Indonesia. Pancasila
adalah pernyataan tentang jati diri bangsa Indonesia.
Pancasila dikenal sebagai filosofi Indonesia. Kenyataannya definisi filsafat dalam filsafat
Pancasila telah diubah dan diinterpretasi berbeda oleh beberapa filsuf Indonesia. Pancasila
dijadikan wacana sejak 1945. Filsafat Pancasila senantiasa diperbarui sesuai dengan
“permintaan” rezim yang berkuasa, sehingga Pancasila berbeda dari waktu ke waktu.

B. Pandangan Filsafat Pancasila Tentang Manusia


Kodrat manusia merupakan keseluruhan sifat-sifat asli, kemampuan-kemampuan atau
bakat-bakat alami, kekuasaan, bekal disposisi yang melekat pada kebaradaan/eksistensi manusia
sebagai makhluk pribadi sekaligus makhluk sosial ciptaan Tuhan YME. Harkat manusia adalah

2
nilai manusia sebagai makhluk Tuhan yang memiliki kemampuan-kemampuan yang disebut
cipta, rasa dan karsa. Derajat manusia adalah tingkat kedudukan atau martabat manusia sebagai
makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki bakat, kodrat, kebebasan hak, dan kewajiban asasi.
Paulus Wahana (dalam H.A.R. Tilaar. 2002 : 191) mengemukakan gambaran manusia
pancasila sebagai berikut :
1. Manusia adalah makhluk monopluralitas yang memungkinkan manusia itu dapat
melaksanakan sila-sila yang tercantum di dalam pancasila.
2. Manusia adalah makhluk ciptaan tuhan yang tertinggi yang dikaruniakan memiliki
kesadaran dan kebebasan dalam menentukan pilihannya.
3. Dengan kebebasannya manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan dapat menentukan
sikapnya dalam hubungannya dengan pencipta Nya.
4. Sila pertama menunjukkan bahwa manusia perlu menyadari akan kedudukannya
sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa dan oleh sebab itu harus mampu menentukan
sikapnya terhadap hubungannya dengan pencipta Nya.
5. Manusia adalah otonom dan memiliki harkat dan martabat yang luhur.
6. Sila kedua yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab menuntut akan kesadaran
keluhuran harkat dan martabatnya yaitu dengan menghargai akan martabat sesama
manusia.
7. Sila persatuan Indonesia berarti manusia adalah makhluk sosial yang berada di dalam
dunia Indonesia bersama-sama dengan manusia Indonesia lainnya.
8. Manusia haruslah dapat hidup bersama, menghargai satu dengan yang lain dan tetap
membina rasa persatuan dan kesatuan bangsa yang kokoh.
9. Manusia adalah makhluk yang dinamis yang melakukan kegiatannya bersama-sama
denganmanusia Indonesia yang lain.
10. Sila keempat atau sila demokrasi dituntut manusia Indonesia yang saling menghargai,
memiliki kebutuhan bersama di dalam menjalankan dan mengembangkan kehidupannya.
11. Dalam sila kelima manusia Indonesia dituntut saling memiliki kewajiban menghargai
orang lain dalam memanfaatkan sarana yang diperlukan bagi peningkatan taraf kehidupan
yang lebih baik.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa manusia Pancasila adalah manusia yang
bebas dan bertanggung jawab terhadap perkembangan dirinya sebagai individu dan
3
perkembangan masyarakat (sosial) Indonesia. Manusia ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa
dianugerahi kemampuan atau potensi untuk bertumbuh dan berkembang sepanjang hayat.

C. Pandangan Filsafat Pancasila Tentang Masyarakat


Nilai yang terkandung dalam Pancasila, Nilai-nilai itulah sebagai ciri kepribadian
masyarakat-bangsa dan negara Indonesia. Rakyat Indonesia adalah keseluruhan jumlah semua
orang, warga dalam lingkungan negara Indonesia. Hakekat rakyat Indonesia adalah pilar negara
dan yang berdaulat. Segala sesuatu yang merupakan hak dalam hubungan hidup kemanusiaan
yang mencakup hubungan antara negara dengan warga negara, hubungan negara dengan negara,
dan hubungan antar sesama warga negara yang dinamakan adil (Surajiyo, 2008).
Untuk menghindarkan masalah etno-nasionalisme yang dapat berakibat disintegrasi
bangsa, Hamdi Huruk (dalam H.A.R. Tilaar. 2002: 76) mengemukakan program sebagai berikut :
1. Didalam menyikapi dorongan etno-nasionalisme yang negatif maka dihindarkan cara-
cara pemecahan koersif (militeristk), tetapi dengan menggunakan metode persuasive dan
dialogis, serta mengikut sertakan masyarakat setempat.
2. Perlu diakui identitas etnis dalam arti kultural bukan dalam arti politik.
3. Menyadarkan kelompok-kelompok yang berkeinginan kepada separatisme, bahwa
berpisah dengan negara dan bangsa Indonesia akan merugikan.
4. Menghindari berbagai pelanggaran HAM dan menghormati HAM.
Oleh karena itu, budaya etnis masing-masing suku harus diberi kesempatan yang seluas-
luasnya untuk diperkembangkan sebagai modal dasar mengembangkan demokrasi atau sikap
demokratis, saling menghargai, dan menghormati bagi setiap warga negara. Itulah yang menjadi
nilai-nilai dasar Pancasila terhadap masyarakat Indonesia.

D. Pandangan Filsafat Pancasila Tentang Pendidikan


Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Pasal 1 UU
RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional).
Sebagai usaha sadar dan terencana, pendidikan tentunya harus mempunyai dasar dan
tujuan yang jelas, sehingga dengan demikian baik isi pendidikan maupun cara-cara
4
pembelajarannya dipilih, diturunkan dan dilaksanakan dengan mengacu kepada dasar dan tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan. Selain itu, pendidikan bukanlah proses pembentukan peserta
didik untuk menjadi orang tertentu sesuai kehendak sepihak dari pendidik. Karena manusia
(peserta didik) hakikatnya adalah pribadi yang memiliki potensi dan memiliki keinginan untuk
menjadi dirinya sendiri, maka upaya pendidikan harus dipandang sebagai upaya bantuan dan
memfasilitasi peserta didik dalam rangka mengembangkan potensi dirinya. Upaya pendidikan
adalah pemberdayaan peserta didik. Hal ini hendaknya tidak dipandang sebagai upaya dan tujuan
yang bersifat individualistic semata, sebab sebagaimana telah dikemukakan bahwa kehidupan
manusia itu multi dimensi dan merupakan kesatuan yang integral.
Selain hal di atas, dimensi hitorisitas, dinamika, perkembangan kebudayaan dan tugas
hidup yang diemban manusia mengimplikasikan bahwa pendidikan harus diselenggarakan
sepanjang hayat. Pendidikan hendaknya diselenggarakan sejak dini, pada setiap tahapan
perkembangan hingga akhir hayat. Sebab itu, pendidikan hendaknya diselenggarakan baik pada
jalur pendidikan informal, formal, maupun nonformal yang dapat saling melengkapi dan
memperkaya.
Tujuan pendidikan berdasarkan pandangan Pancasila adalah tentang hakikat realitas,
manusia, pengetahuan dan hakikat nilai mengimplikasikan bahwa pendidikan seyogyanya
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertangung jawab. Hal ini sebagaimana
ditegaskan dalam Pasal 3 UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang sistem Pendidikan Nasional.
Tujuan pendidikan tersebut hendaknya kita sadari betul, sehingga pendidikan yang kita
selenggarakan bukan hanya untuk mengembangkan salah satu potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang berilmu saja, bukan hanya untuk terampil bekerja saja, melainkan demi
berkembangnya seluruh potensi peserta didik dalam konteks keseluruhan dimensi kehidupannya
secara integral.

E. Pandangan Filsafat Pancasila Tentang Nilai


Pembangunan nasional adalah upaya bangsa untuk mencapai tujuan nasional
sebagaimana yang sudah dinyatakan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Pancasila
sebagai dasar negara, pandangan hidup bangsa, dan sumber nilai bagi bangsa Indonesia. Menurut
Kaelan, 2000, (dalam Surajiyo, 2008, 161) menjelaskan bahwa Pancasila merupakan satu
5
kesatuan dari sila-silanya harus merupakan sumber nilai, kerangka berpikir serta asas moralitas
bagi pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, sila-sila dalam Pancasila
menunjukkan sistem etika dalam pembangunan iptek, seperti berikut ini;
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Sila ini menempatkan manusia di alam semesta bukan sebagai pusatnya, melainkan
sebagai bagian yang sistematik dari alam yang diolahnya. Pengolahan bukan berarti
mengeksploitasi alam sesuai dengan kebutuhan, akan tetapi harus diimbangi dengan
pelestarian alam.
2. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradap
Sila ini menekankan bahwa pembangunan dan pelaksanaan pendidik harus menjaga
kesimbangan antar daerah, keberadaan masyarakat dan warga negara, letak dan jarak atau
geografis sehingga dapat tercapai berdiri sama tinggi duduk sama rendah dan bahu
membahu membangun bangsa ini.
3. Sila Persatuan Indonesia
Sila ini memberikan kesadaran bagi bangsa indonesia bahwa rasa nasionalisme
merupakan modal dasar bagi persatuan dan kesatuan bangsa. Nilai kesatuan dan
persatuan mengikat bangsa Indonesia dalam membangun seperti semboyan bersatu kita
teguh bercerai kita runtuh. Rasa sektarian dan kedaerahan jangan sampai merusak
kesatuan dan persatuan bangsa, hal ini akan akan dibungkus kuat dan rapi dengan rasa
nasionalisme.
4. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
Mendasarai bahwa setiap warga negara memiliki kebebasan untuk mengembangkan
dirinya sesuain dengan potensinya, masing-masing warga negara menghormati kebebasan
berkarya demi kemajuan dan perkembangan bangsa yang berdasarkan Pancasila. Terbuka
juga mengandung makna bahwa terbuka untuk mengkritik dan dikritik tentang sesuatu
yang ditemukan atau dilakukan.
5. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Sila ini mengandung bahwa manusia Indonesia harus menjaga kesimbangan keadilan
dalam hubungannya dengan dirinya sendiri, manusia dengan Tuhan, manusia dengan
manusia lain, manusia dengan masyarakat bangsa dan negara serta manusia dengan alam
lingkungannya.
6
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Pancasila adalah sumber nilai bagi
pembangunan bangsa Indonesia. Pancasila menjadi kerangka kognitif dalam identifikasi diri
sebagai bangsa, sebagai landasan, arah dan etos, serta sebagai moral pembangunan nasional.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pancasila sebagai filsafat Negara maka patut menjadi jiwa bangsa Indonesia, menjadi
semangat dalam berkarya di segala bidang. Pancasila harus dipahami dengan menggunakan
penalaran rasional akal budi manusia. Pancasila juga harus dipahami dengan pendekatan kritis,
yakni tidak mudah percaya dengan klaim-klaim luhur ataupun praktek-praktek naif yang
mengatas namakan Pancasila. Tafsiran atas nilai-nilai Pancasila pun harus runut dan taat asas,
sesuai dengan maksud dan tujuan adanya Pancasila itu sendiri. Seperti segala sesuatu di bawah
langit, Pancasila, dan tafsiran atasnya, pun juga harus kontekstual, yakni sesuai dengan
perkembangan jaman. Maka, nilai fleksibilitas, dalam tegangan dengan keteguhan prinsip-prinsip
dasar harus digunakan semesta berpartisipasi “mewujudkannya”. Semua anggota semesta ikut
berpartisipasi dalam mewujudkan realitas. Sebab itu, peran manusia baik sebagai individu
maupun kelompok adalah merajut realitas yang diinginkannya yang dapat diterima oleh
lingkungannya. Dalam hal ini hakikat pendidikan seyogyanya diletakkan pada upaya-upaya
untuk menggali dan mengembangkan potensi para pelajar agar mereka tidak saja mampu
memahami perubahan tetapi mampu berperan sebagai agen perubahan atau perajut realitas (A.
Mappadjantji Amien, 2005).
Perubahan merupakan suatu keharusan atau kenyataan yang tidak dapat kita tolak,
sehingga pelajar-pelajar harus kita didik untuk menguasainya dan bukan sebaliknya, mereka
menjadi dikuasai oleh perubahan.
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 dijelaskan
bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, masyarakat, bangsa, dan negara.
Selanjutnya dalam UU sidiknas Tahun 2003 BAB II Pasal 3 dijelaskan tujuan pendidikan
sebagai berikut : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
8
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab.
Pendidikan berlangsung dikeluarga, dirumah, disekolah, dan dimasyarakat. Pendidikan harus
berlangsung dengan keteladanan dan komunikasi. Orang tua adalah pendidik dikeluarga
(dirumah); Guru dan tenaga kependidikan lainnya adalah pendidik disekolah; Tokoh atau
pemuka masyarakat, alim ulama, pejabat dsb. adalah teladan bagi peserta didik. Karena itu,
masing-masing individu atau manusia dewasa adalah pendidik dan contoh bagi individu lainnya
terutama bagi peserta didik yang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Yana. (2012). Filsafat Pancasila. nhaa_blog


http://yana-anggraini.blogspot.com/2012/10/filsafat-pancasila.html
Elitha. (2021). Filsafat Pancasila dalam Pendidikan Menuju Bangsa Indonesia yang Berkarakter.
Kompasiana
https://www.kompasiana.com/tiaraelitha/6150537606310e50ac495712/filsafat-pancasila-
dalam-pendidikan-menuju-bangsa-indonesia-yang-berkarakter
Purba, Edward dan Yusnadi. 2015. Filsafat Pendidikan. Medan: UNIMED Press

10

Anda mungkin juga menyukai